Anda di halaman 1dari 24

ASPEK NEOROLOGI BAHASA

Oleh:
Reguler C 2018

Kelompok I
Elra Azmi Masfufa (2181111002)
Erisa Solin (2182111025)
Febrina Azura (2181111029)
Mauliana Febriani Lubis (2183111034)
Meliana Kristin Sitindaoan (2183311032)
Pengertian Neorologi Bahasa

Neurolinguistik adalah ilmu tentang hubungan


antara bahasa dan saraf otak (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat: 960) Neurolinguistik adalah ilmu yang mengkaji
hubungan antar kerja otak untuk memperoleh
kegiatan berbahasa
Neurolinguistik adalah studi yang memusatkan
perhatian pada dasar-dasar biologis bahasa dan
peralatan-peralatan otak yang mendasari
pemerolehan dan penggunaan bahasa (Subyakto,
Nababan, 1992: 107).
Struktur, Fungsi, dan Pertumbuhan Otak

• 40 %
• 1350 gram • 70 %
• Bersifat manusiawi, • 450 gram
berupa : • Lebih banyak
• Pandangan dikendalikan oleh
• Ujaran insting
• Pengontrolan alat
ujaran
Fungsi Otak

Sebagai korteks serebri tampak berbelok-kelok membentuk lekukan


Permukaan otak (disebut sulkus) dan benjolan (disebut girus). Dengan adanya sulkus dan girus
ini, permukaan otak yang disebut korteks serebri itu menjadi lebih luas.

Seperti pergerakan, perasaan, dan pancaindra, maupun pada fungsi yang


Korteks serebri lebih tinggi dan kompleks yaitu fungsi mental atau fungsi luhur atau fungsi
kortikal dari kata korteks.

Antara lain terdiri dari isi pikiran manusia, ingatan atau memori, emosi,
Fungsi kortikal
persepsi, organisasi gerak dan aksi, dan juga fungsi bicara (bahasa).
Lanjutan Fungsi Otak

Girus terdapat pada korteks hemisfer kiri dan hemisfer


kanan.
Korteks hemisfer kanan menguasai fungsi elementer dari sisi tubuh sebelah kiri.

Korteks hemisfer sebelah kiri menguasai fungsi tubuh sebelah kanan.

Andaikan korteks presentral hemisfer kanan tempat pusat pergerakan tubuh rusak, maka
akan terjadi kelumpuhan pada sisi tubuh sebelah kiri dan sebaliknya pula.
Perkembangan Otak

Perkembangan atau pertumbuhan otak manusia menurut Volpe (1987) terdiri atas enam tahap, yaitu:

1) Pembentukan tabung neural.

2) Profilerasi selular untuk membentuk calon sel neuron dan glia.

3) Perpindahan selular dari germinal subependemal ke korteks.

4) Deferensiasi selular menjadi neuron spesifik.

5) Perkembangan akson dan dendrite yang menyebabkan bertambahnya sinaps.

6) Elimenisi selektif neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi.


Fungsi kebahasaan Otak

Paul Broca (1861) dan Carl Wernicke


Pada tahun 1861 Paul Broca melakukan hal ini. Dia adalah seorang ahli bedah saraf yang mempelajari
seorang pria bernama Tan.

Ketika Tan meninggal, Broca mempelajari otaknya dan menemukan lesi (memar atau tempat yucky) di
bagian terbuka yaitu depan lobus temporal. Broca kemudian pergi dan mempelajari otak lainnya pasien
yang mirip dengan Tan. Karena hal inilah, ia menemukan daerah Broca. Ini adalah wilayah otak yang
memungkinkan kita untuk menghasilkan bahasa lisan. Jadi, kerusakan pada daerah broca itu menyebabkan
seseorang mendapatkan kesulitan dalam menghasilkan ujaran.

Hasil penelitian tentang kerusakan otak oleh Broce dan Wernicke serta
penelitian Penfield dan Robert mengarah pada kesimpulan bahwa
hemisfer kiri dilibatkan dalam hubungannya dengan fungsi bahasa.
Krashen (1977) mengemukakan lima alasan yang mendasari kesimpulan itu. Kelima alasan itu adalah berikut ini:

Sewaktu bersaing dalam


menerima masukan bahasa
secara bersamaan dalam tes
Hilangnya kemampuan Ketika Hemisfer kiri dikotik, ternyata telinga kanan
berbahasa akibat kerusakan dianestesia kemampuan lebih unggul dalam ketepatan
otak lebih sering disebabkan berbahasa menjadi hilang; dan kecepatan pemahaman
oleh kerusakan jaringan saraf tetapi ketika hemisfer kanan daripada telinga kiri.
hemisfer kiri dari pada dianestesia kemampuan Keunggulan telinga kanan itu
hemisfer kanan. berbahasa itu tetap ada. karena hubungan antara telinga
kanan dan hemisfer kiri lebih
baik daripada hubungan telinga
kiri dengan hemisfer kanan.
Lanjutan

Ketika materi bahasa diberikan


Pada waktu melakukan
melalui penglihatan kanan
kegiatan berbahasa baik secara
lebih cepat dan lebih tepat
terbuka maupun tertutup,
dalam menangkap materi
hemisfer kiri menunjukkan
bahasa itu daripada
kegiatan elektris lebih hebat
penglihatan kiri. Keunggulan
daripada hemisfer kanan. Hal
penglihatan kanan itu karena
ini diketahui melalui analisis
hubungan antara penglihatan
gelombang otak. Hemisfer
kanan dan hemisfer kiri lebih
yang lebih aktif sedikit dalam
baik daripada hubungan
menghasilkan gelombang
penglihatan kiri dan hemisfer
alpha
kanan.
Teori Lateralisasi

Banyak pakar psikologi yang meragukan teori lateralisasi, bahwa pusat-pusat bahasa dan
ucapan berada pada hemisfer kiri. Mereka berpendapat bahwa seluruh otak bertanggung
jawab dan terlibat dalam proses pemahaman dan produksi bahasa. Pendapat ini dalam
psikologi disebut “holisme” (Simanjuntak, 1990).

Namun demikian, dari bukti-bukti experimental yang dilakukan terhadap otak yang
normal (bukan otak yang rusak seperti yang dilakukan broca dan wernicke), kebenaran teori
lateralisasi itu bisa dipertimbangkan.
Berikut dikemukakan beberapa eksperimen yang pernah dilakukan untuk menyokong teori lateralisasi itu.

1. Tes Menyimak Rangkap (Dichtic Listening)

Tes ini pertama kali di perkenalkan oleh Broadbent (1954), lalu banyak dilakukan oleh Kimura (1963, 1964) dan Ling
(1969). Tes ini didasarkan pada teori bahwa hemisfer kiri menguasai kerja anggota tubuh sebelah kanan dan hemisfer kanan
menguasai kerja anggota tubuh sebelah kiri.

Mendengarkan pasangan (boy san girl). Pada waktu yang sama dan kenyaringan yang sama, ternyata kata boy yang
didengar di telinga kanan dapat diulangi dengan baik dari pada kata girl. Itu menandakan telinga kanan (hemister kiri) lwbih
peka terhadap bunyi-bunyi bahasa dibandingkan hemister kanan.

2. Tes Stimulus Elektris (Electrical Stimulation of Brain)


Tes Stimulus Electris ini membuktikan bahwa lateralisasi hemisfer kiri untuk bahasa telah merupakan satu kenyataan
yang tidak dapat di bantah. Tes dilakukan dengan pusat bahsa pada otak distimuluskan dengan aliran listrik melalui talamus
lateral kiri (struktur jaringan jauh di dalam otak) sehingga menimbulkan anomia, dimana subjek yang diteliti tidak dapat
menyebutkan nama benda yang ada di depannya, meskipun dia masih lancar berbicara.
3. Tes Grafik kegiatan Electris (Electris-encephalo-Graphy)
Tes ini dilakukan oleh whitaker (1971) untuk mengetahui adakah aliran listrik pada otak apabila seseorang sedang
bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat mendapatkan aliran listrik ini. Teori ini membuktikan bahwa
lateralisasi bahasa ada di hemister kiri, sedangkan hemister kanan untuk fungsi lain.

4. Tes Wada (Tes Amysal)


Tes wada ini pertama kali diperkenalkan oleh pakar Jepang bernama J.Wada (1959). Dalam tes ini obat sodium amysal
di injeksikan kedalam sistem peredaran salah belahan otak. Belahan otak yang mendapatkan obat ini menjadi lumpuh untuk
sementara. Jika hemister kanan yang menerima maka bagian tubuh kiri tidak berfungsi tetapi fungsi bahasa tidak terganggu.
Hasil tes ini membuktikan bahwa pusat bahasa berada pada hemisfer kiri.
5. Teknik Fisiologi Langsung (Direct Physiologi Technique)
Teknik ini dilakukan oleh Chon (1971) untuk memperkuat hasil yang dilakukan dengan teknik psikopisologi. Tes ini
merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada otak dengan cara Tes Stimulus Elektris setelah telinga kiri dan
kanan secara berturut-turut diperdengarkan bunyi bising dan ujaran bahasa. Hasilnya bunyi bising terekam di hemister
kanan sedangkan ujaran bahasa di hemister kiri.

6. Teknik Belah Dua Otak


Pada teknik ini kedua hemisfer sengaja dipisahkan dengan memotong organ yang menghubungkan kedua hemisfer kiri
dan kanan (korpus kolosum) kemudian tangan kiri pasien orang yang diteliti yang matanya ditutup dengan kain diletakkan
kunci, ternyata subjek orang yang diteliti itu mengenal benda itu dengan melakukan gerak membuka pintu dengan
menggunakan anak kunci itu, tetapi ia tidak dapat menyebutkan nama benda itu. Karena penyebutan nama benda dilandasi
oleh hemisfer kiri, sedangkan tangan kiri yang memegang benda itu dilandasi dengan hemisfer kanan. Dengan kata lain,
hemisfer kiri tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh hemisfer kanan karena hubungan keduanya telah diputuskan. Jadi
dengan memutuskan korpus kalosum itu, pasien tidak lagi mempunyai satu akal melainkan mempunyai dua akal
(Gazzaniga, 1973 dalam Simanjuntak, 1990).
Teori Lokalisasi

Teori lokalisasi atau lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan
ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke seperti sudah disebut sebelumnya.

1. Teknik Stimulus Otak


Teknik ini dilakukan dengan cara menstimulasi bagian-bagian tertentu permukaan korteks dengan
aliran listrik, hanya tiga bagian saja yang terdapat kelainan-kelainan yang merusak bahasa. Ketiga tempat
itu adalah berikut ini.
1) Bagian depan Girus tengan sebelah bawah Lobus depan kiri, yaitu bagian yang sekarang dikenal
dengan daerah (Medan) Broca.
2) Bagian atau medan Temporo – parietal posterior yaitu yang sekarang dikenal sebagi
daerah( medan) Wernicke.
3) Medan motor suplementer yang terdapat pada permukaan tengah belah korteks sebelah kiri, yaitu
yang sekarang dikenal sebagi korteks motor.
2. Teknik perbedaan Anatomi Otak

Untuk membuktikan bahwa hemister kiri lebih besar dari hemister kanan, lalu Geschwind dan Levistsky
(1968) menganalisis secara terperinci 100 otak manusia normal setelah mereka meninggal dan menemukan
planum temporale (daerah bahasa) jauh lebih besar dibandingkan dengan hemister kiri.

3. Cara Melihat Otak dengan PET (Positron Emission Tomography)


Cara lain untuk membuktikan teori lateralisasi dan lokalisasi adalah dengan cara melihat otak secara
langsung dengan menggunakan alat yang disebut PET. Dengan PET ini kita melihat bagian-bagian otak,
terutama bagian-bagian korteks, pada waktu bagian-bagian itu sedang berfungsi. Caranya, setengah jam
sebelum kepala pasien di masukkan kedalam PET, cairan glukosa beradio aktif di injeksikan ke lengannya. Jika
suatu bagian otak bekerja aktif, dia memerlukan glukosa yang banyak. Maka dengan pertolongan glukosa
proses-proses pemikiran dalam otak yang bekerja dan memerlukan glukosa akan tampak bersinar, berwarna
merah, dan bergerak-gerak.
Temuan mutakhir di bidang neurologi menegaskan bahwa otak
Otak Wanita
wanita lebih unggul dari otak pria.

1. Otak Wanita Lebih Seimbang


Para ahli memperkirakan ada kaitannya dengan kemampuan wanita menggunakan kedua belah hemisternya
ketika membaca atau melakukan kegiatan verbal lainnya. Sedangkan pria hanya menggunakan salah satu
hemisternya.

2. Otak Wanita Lebih Tajam


Wanita memiliki ketajaman indra yang lebih dari pria, baik penglihatan maupun pendengaran. Bahkan wanita
memiliki ketajaman ingatan dan perasaan dari pada pria.
 
3. Lebih Awet dan Selektif
Menurut Ruben Gur, jaringan otak pria menyusut 3 kali lebih cepat dari pada otak wanita. Meskipun wanita
juga mengalami penyusutan jaringan ketika bertambah tua tubuhnya memiliki kecenderungan untuk menghemat apa
yang ada, termasuk otaknya.
Peningkatan Kemampuan Otak: Membaca dengan kedua Belah Otak

Harian media Indonesia 6 januari 2000, menurunkan 1 artikel berjudul “membaca dengan kedua belah otak”.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tingkat kecepatan baca ini bisa dilatih.

Alasan kecepatan membaca lamban menurut Diane Alexander

• Tidak terfokusnya mata pada apa yang dibacanya.


• Adanya kata asing, kata sukar, atau kalimat yang menarik menjadi tidak terfokusnya mata pada kalimat-kalimat
yang harus dibaca.
• Membaca secara zigzag atau melafalkan kata didalam hati pada saat yang bersamman juga menjadi faktor
penyebab memperlambat waktu baca.

Oleh karena itu, menurut Diane Alexander, langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengubah kebiasaan itu
adalah membaca dengan runtut dari samping kiri ke samping kanan halaman, dengan bantuan jari tangan yang
digunakan untuk mengikuti baris demi baris kalimat tersebut. Mata harus dibiasakan untuk mengikuti rute ini secara
tertib. Metode ini boleh dikatakan sepenuhnya tergantung pada koordinasi mata, jari dan otak.
Pemberbahasaan Hewan

Mengacu pada teori generatif transformasi Chomsky yang mengatakan bahwa kemampuan
berbahasa adalah kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat baru yang belum pernah
didengar atau diucapkan orang, maka bisa disimpulkan bahwa hewan-hewan itu tidak dapat
berbahasa. Tetapi, meraka dapat mengerti bahasa karena dilatih.
Meskipun demikian banyak pakar yang telah mencoba mengajarkan bahasa manusia pada hewan primata (hewan yang
secara organis dekat dengan manusia), yakni simpanse. Diantara pakar itu adalah sebagai berikut.

Keith J.
Hayes dan
Catherine
• Dibesarkan layaknya anak (bayi) serta memberikan stimulasi seperti
Hayes
VIKI yang diberikan kepada manusia.
• Kedua psikologi tersebut mengajarkan empat kata yaitu, mama, papa,
up, dan cup.

Hasil eksperimen kurang memuaskan, Viki hanya mau


menirukan kata-kata itu setelah pelatih
mengucapkannya.
Allen
Gardner
dan
Beatrice
T.Gardner Menggunakan bahasa isyarat Amerika dengan alasan simpanse lebih
peka terhadap isyarat visual dari pada isyarat verbal.
Washoe

Hasil eksperimen tersebut dalam waktu 2 tahun


Washoe dapat menggunakan 34 buah kata secara benar
dalam situasi yang tepat. Setelah 3,5 tahun dapat
mengungkapkan 132 buah kata. Dilaporkan juga telah
dapat menemukan paduan isyarat dan menggunakannya
dengan cara yang benar, dan juga telah memahami
kaidah gramatikal secara sederhana.
David Diajarkan bahasa melalui lempengan plastik berwarna yang membentuk
Premack
simbol-simbol untuk suatu konsep.
dan Ann
Premack
Langkah-langkah percobaan
Sarah

1. Membentuk konsep dengan berulang kali


menunjukkan lempengan plastik dan objek
Lempengan plastik
sesungguhnya yang berkaitan dengan
lempengan tersebut.
2. Mulai menggunakan dua kata, dilanjutkan
dengan tiga, empat kata dan seterusnya.
3. Diajarkan membaca urutan lempengan plastic.
4. Pemberian perintah yang lebih kompleks
menggunakan lempengan plastik.
SIMPULAN

1. Otak manusia adalah salah satu komponen dalam sistem susunan saraf manusia. Perbedaan otak
manusia dan otak makhluk lain bukan hanya terletak pada beratnya saja, melainkan pada fungsi
dan struktur. Perkembangan atau pertumbuhan otak manusia terdri dari enam tahap. Di dalam
otak terdapat dua himester, yaitu kiri dan kanan. Himester kiri dilibatkan dalam hubungannya
dengan fungsi bahasa. Otak berproses dalam penerimaan dan penggunaan bahasa. Dari kedua
himester tersebut salah satunya dapat menjadi dominan.
2. Di dalam otak wanita terdapat kelebihan dibandingkan otak pria, yaitu baik dari keseimbangan,
ketajaman, lebih awet dan lebih selektif.
3. Manusia dapat melatih menggunakan kedua otaknya ketika membaca.
4. Dari ketiga penelitian terhadap simpanse menyimpulkan bahwa hewan tidak dapat berbahasa.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai