OLEH :
Kelompok 6
Darmayanti Faisal 1451040017
Windi Mawardani 1651040009
Widhiarto Nugroho 1651042002
Isra Fajria Arham 1651042005
Asmiyanti Kadir 1651042012
Putri 1651042022
a. Otak Manusia
Dari segi ukurannya berat otak manusia adalah anatara 1 sampai 1.5
kilogram (Steinbergdkk 2001; 311; Dingwall 1998:60) dengan rata-rata
1330 gram (Holloway 1996: 77). Untuk ukuran orang Barat. ini
hanyalah 2% dari berat badannya ; untuk manusia Indonesia mungkin
lebih ringan dari itu. Akan tetapi, ukuran yan sekecil ini menyedot 15%
dari seluruh peredaran darah dari jantung dan memerlukan 20% dari
sumberdayametabolitik manusia. Dari data ini saja tampak bahwa otak
“memerlukan” perhatian khusus dari badan kita dan tentunya ada alasan
mengapa demikian.
Seluruh sistem saraf kita terdiri dari dua bagian utama: (a) tulang
punggung yang terdiri dar sederet tulang punggung yang bersambung-
sambungan (spinalcorl) dan (b) ota. Otak itu sendiri terdiri dari dua
bagian: (i) batang otak (brainstem)dan (ii) konteks serebral
(celebralcortex). Tulang punggung dan konteks selebral ini merupakan
sitem syaraf sentral untuk manusia. Segala ihwal yang dilakukan
manusia, baik yang berupa kegitan fisik maupun mental dikendalikan
oleh sistem saraf ini. Perhatikan Bagan 1 di halaman beikut (dari
Panfiled dan Roberts 1959:15).
Batang otak terdiri dari bagian-bagian yang dinamakan medulla,
pons, otak tengah, dan cerebellum. Bagian ini terutama berkaitan
dengan fungsi fisikaltubh, termasuk pernafasan, detak jantung, gerakan,
reflex,pncernaan dan permunculan emosi (Stemberkdkk 2001:312).
Konteks selebral menangani fungsi-fungsi intelektual dan bahasa.
Konteks selebral manusia terdiri dari dua bagian:hemisfir kiri dan
hemisfir kanan. Kedua hemisfir ini dihubungkan oleh sekitar 200 juta
fiber yang dinamakan korpus kolosum.
Mata dan telinga diatur agak berbeda. Pada tiap mata dan telinga
terdapat sambungan syaraf ke hemisfir kiri maupun kanan, meskipun
jumlahnya berbeda. Jadi, dari mata kiri, misalnya, ada “sambungan kabel”
ke kedua hemisfir tersebut; hanya saja yang kehemisfir kanan lebih banyak
dari pada yang kehemisfir kiri. Hlakebalikkannya juga terjadi pada mata
kanan.
Karena sistem “pengkabelan” yang seperti ini, maka kalau salah satu
mata kita terganggu, atau bahkan buta, kita masug bisa melihat objek secara
utuh. Begitu juga dalam dal pendengaran.
Wujud fisik dari hemisfir kiri dan kanan hampir merupakan pantulan
cermin, tetapi di sana sini ada sedikit perbedaan, misalnya, pada hemisfir
kiri ada daerah, yakni daerah Wernicke, yang lebih luas daripada bagian
yang sama di hemisfir kanan. Karena dalam kaitannya dengan bahasa yang
paling banyak berperan adalah hemisfir kiri, maka yang disajikan di Bagan
3 di bawah ini adalah hemisfir kiri (Geschwind 1981:113).
Seperti terlihat pada bagian ini, hemisfir kiri terdiri dari empat
daerah besar yang dinamakan lobe: lobe frontal (frontal lobe), lobe temporal
(temporal lobe), lobeosipital (occipitallobe), dan lobeparietal (parietallobe).
Di samping
Seorang ahli lain dari Jerman, CarlWernicke. yang hidup dari tahun
1848-1904, memounyai pasien yang kena gangguan wicara yang sifatnya
lain. Pasien ini dapat bicara dengan lancara, tetapi maknanya tidak karuan.
Begitu juga kopeherensinya—sangat terganggu. Setelah diteliti lebih lanjut
dan dibandingkan dengan pasien-pasien lain maka disimpulkan bahwa di
lobe temporal dan agak menjorok ke daerah pariental ada daerah yang
berkaitan dengan komprehensi. Daerah ini kemudian dikenal dengan nama
daeragWernickke.
Pada semua lobe terdapat apa yang dinamakan girus (gyrus) dan
suklus (sulcus). Girus adalah semacam gunduk atau bukit dengan lereng-
lerengnya sedangkan suklus adalah seperti lembah, bagian yang masuk ke
dalam. Salah satu girus tersebut adalah girysangular (angulargyrus). Girus
ini mempunyai fungsi untuk menghubungkan apa yang kita lihat dengan apa
yang kita pahami di saerahWernicke.
Untuk menghbungkan apa yang kita dengar atau lihat dengan apa
yang kita ujarkan ada kelompok fiber yang dinamakan fasikulusarkuat
(arcuatefasciuulus). Tugas fiber-fiber ini adalah untuk mengkoordinir
pendengaran, penglihatan, dan pemahaman yang diproses dari daerah
Wernicke dengan proses pengujaran yang dilakukan didaerah Broca.
b. Otak Binatang
Pada makhluk seperti ikan, tikus. dan burung, misalnya, korteks
serebral boleh dikatakan tidak tampak, padahal korteks inilah yang sangat
berkembang pada manusia. Pada makhluk lain seperti simpanse dangorila
juga tidak terdapat daerah-daerah yang dipakai untuk memproses bahasa.
Sementara orang memakai sebagian besar otaknya untuk proses mental,
termasuk proses kebahasaan, binatang seperti lebih banyak memakai
otaknya untuk kebutuhan-kebutuhan fisik.
Dari perbandingan antara otak manusia dengan otak binatang yang
paling baik struktur atau organisasinya sangat berbeda. Perbedaan
neurologis seperti inilah yang membuat manusia dapat berbahasa sedangkan
binatang tidak.
C. KAITAN OTAK DENGAN BAHASA
Orang sudah lama sekali berbicara tentang otak dan bahasa.
Aristoteles pada tahun 384-322 Sebelum Masehi telah berbicara soal hati
yang melakukan hal-hal yang kini kita ketahui dilakukan oleh otak. Begitu
pula pelukis terkenal Leonardo daVinci pada tahun 1500-an (Dingwall
1998: 53). Namun titiktolak yang umum dipakai adalah setelah penemuan-
penemuan yang dilakukan oleh Broca dan Wernicke pada tahun 1860-an.
Dari struktur serta organisasi otak manusia seperti digambarkan di
Bagian 2 tampak bahwa otak memegang peran yang sangat penting dalam
bahasa. Bagaimana persisnya kaitan ini dapat dilihat pada Bagan 4 berikut
(Geschwind 1981).
Apabila input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-
bunyi itu ditanggapi di lobetemporal, khususnya oleh korteks primer
pendengaran. Di siniinputtadi diolah secara rinci sekali, misalnya, apakah
bunyi sebelum bunyi /o/ yang didengar itu memiliki VOT +60 milidetik,
+20 milidetik, atau diantara kedua angka ini.
E. GANGGUAN WICARA
`Seperti dikatakan sebelumnya, meskipun ukuran otak hanya
maksimal 2% dari seluruh badan manusia, ia menyedot banyak sekali energi
-15% dari seluruh aliran darah dan 20% dari sumberdaya metabolik tubuh.
Apabila aliran darah pada otak tidak cukup atau ada penyempitan pembuluh
darah atau gangguan lain yang menyebabkan jumlah oksigen yang
diperlukan berkurang, maka akan terjadi kerusakan pada otak. Penyakit
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau kurangnya oksigen
pada otak dinamakan stroke.
Stroke mempunyai berbagai akibat. Karena adanya kontrosilang dari
hemisfir kiri dan hemisfir kanan maka stroke yang terdapat pada hemisfir
kiri (kalau menyebabkan gangguan fisik akan menyebabkan gangguan pada
bekahan badan sebelah kanan. Sebaliknya, kalau stroke itu terjadi pada
hemisfir kanan, maka bagian kiri tubuhlah yang akan terganggu.
Akibat penyakit stroke juga ditentukan oleh letak kerusakan pada
hemisfir yang bersangkutan. Pada umumnya, kerusakan pada hemisfir kiri
mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan macam apa yang
timbul ditentukan oleh persisnya di mana kerusakan itu terjadi. Gangguan
wicara yang disebabkan oleh stroke dinamakan afasia (aphasia).
1. Macam-macam Afasia
Ada berbagai macam afasia, bergantung pada daerah mana di
hemisfir kita yang kena stroke. Berikut adalah beberapa macam yang
umum ditemukan (Kaplan 1994:1035).
Afasia Broca: kerusakan (yang umumnya disebut lesion) terjadi
pada daerah Broca. Karena daerah ini berdekatan dengan jalur
korteks motor maka yang sering terjadi adalah bahwa alat-alat
ujaran, termasuk bentuk mulut menjadi terganggu; kadang-kadang
mulut bisa moncong. Afasia Broca menyebabkan gangguan pada
perencanaan dan pengungkapan ujaran. Kalimat-kalimat yang
diproduksi terpatah-patah. Karena alat penyuara kata dari kategori
sintaksis utama nomina, verba, dan adjektiva tidak terganggu, tetapi
pasien kesukaran dengan kata-kata fungsi. Pasien bisa mengingat
dan mengucapkan nomina bee atau nomina witch, tetapi dia
kesukaran mengingat dan mengatakan be atau which. Kalimat-
kalimat dia juga banyak yang tanpa infleksi atau afiks. Berikut
adalah contoh bahasa yang diucapkan oleh penderita afasia Broca
(Dingwall 1998;56).
Ya… ah… senin… nan….ti.. ayah dan Peter … haaa… dan ayah…
err..ke…rumahsakit….Dan…ehhh…kamis…pada…jam…Sembila
n. Ahh dokter…dua…dan dokter…dan…err…gigi…yaa. (pasien
ingin mengatakan bahwa dia datang ke rumahsakit untuk operasi
gigi)
Afasia Wernicke: letak kerusakan adalah pada daerah Wernicke,
yakni bagian agak kebelakang dari lobe temporal. Korteks-korteks
lain yang berdekatan juga bisa ikut kena. Penderita afasia ini lancar
berbicara dan bentuk sintaksisnya juga cukup baik. Hanya saja,
kalimat-kalimatnya suka dimengerti karena banyak kata yang tidak
cocok maknanya dengan kata-kata lain sebelum dan sesudahnya.
Hal ini disebabkan karena penderita afasia ini sering keliru dalam
memilih kata-kata hutan bisa digantikan dengan utang, uang dan
sebagainya. Penderita ini juga mengalami gangguan dalam
komprehensi lisan. Dia tidak mudah dapat memahami apa yang kita
katakan.
Afasia Anomik: kerusakan orak terjadi pada bagian depan dari
lobeparietal atau pada batas antara lobeparietal dengan lobe
temporal. Gangguan wicaranya tampak pada ketidak-mampuan
penderita untuk mengaitkan konsep bunyi atau kata yang
mewakilinya. Jadi, kalau kepada pasien ini diminta untuk
mengambil benda yang bernama gunting, dia akan bisa
melakukannya. Akan tetapi, kalau kepadanya ditunjukkan gunting,
dia tidak akan dapat mengatakan nama benda itu.
Afasia Global: pada afasia ini kerusakan terjadi tidak pada satu atau
dua daerah saja tetapi di beberapa daerah yang lain; kerusakan bisa
menyebar dari daerah Broca, melewati korteks motor, menuju ke
lobeparietal dan sampai ke daerah Wernicke. Luka yang sangat luas
ini tentunya mengakibatkan gangguan fisikal dan verbal yang sangat
besar. Dari segi fisik, penderita bisa lumpuh di sebelah kanan, mulut
bisa moncong dan lidah bisa menjadi tidak cukup fleksibel. Dari segi
verbal, dia bisa kesukaran memahami ujaran orang. Dia tidak mudah
dimengerti orang, dan kata-kata dia tidakdiucapkan dengan cukup
jelas.
Afasia Konduksi (conductionAphasia): bagian otak yang rusak pada
afasia macam ini adalah fiber-fiber yang ada pada fasikulusarkurat
yang menghubungkan lobe frontal dengan lobe temporal. Karena
hubungan daerah Broca di lobe frontal yang menangani produksi
dengan daerah Wirnicke di lobe temporal yang menangani
komprehensi terputus maka pasien afasia konduksi tidak dapat
mengulang kata yang baru saja diberikan kepadanya. Dia dapat
memahami apa yang dikatakan orang. Misalnya, dia akan dapat
mengambil pena yang terletak di meja, jika disuruh demikian.