Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TINJAUAN KRITIS BUKU

(CRITICAL BOOK REPORT)

I. PENDAHULUAN

II. IDENTITAS BUKU

Buku I (Buku Utama)

Judul Buku :

Penulis :

Penerbit :

Kota Terbit :

Tahun Terbit :

ISBN :

Tebal Buku :

Buku II (Buku Pembanding)

Judul Buku :

Penulis :

Penerbit :

Kota Terbit :

Tahun Terbit :

ISBN :

Tebal Buku :
III. RINGKASAN BUKU
Buku I (Buku Utama)
Buku ini terdiri dari 12 bab dan memiliki ketebalan buku sebanyak 346 halaman.

BAB I

HAKIKAT NEUROPSIKOLINGUISTIK

Neuropsikolinguistk adalah kajian mengenai landasan biologis bahasa dan mekanisme


otak yang berperan dalam pemerolehan dan penggunaan bahasa (neuropsycholinguistics is
the study concerned with the biological foundation of language and the brain mechanisms
underlying its acquisition, process and use) yang berorientasi pada hubungan antara proses
produksi dan pemahaman bahasa, aspek kognisi dalam pemerolehan/pembelajaran bahasa,
deskripsi fungsi bahasa otak, dan afasia.

Orang-orang yang secara eksplisit memberikan perhatian pada seluk-beluk otak adalah
Aristotle dengan pernyataannya bahwa otak manusia berwujud sebuah cangkang yang berisi
pendingin darah. Leonardo da Vinci mengumpamakan otak itu sebagai ruang kosong yang
berisi tiga struktur bola tipis. Franz Gall membuat peta otak dan dia terkenal dengan “Area
XV” (Daerah XV). Pada 1836, Marc Dax mengklaim bahwa hilangnya (kemampuan) bahasa
senantiasa berkaitan dengan gangguan pada otak bagian kiri. Pendapat ini diperkuat oleh
Broca pada 1864 bahwa bahasa secara khusus berkaitan dengan salah satu fungsi otak
sebelah kiri. Pada 1873, Karl Wernicke menemukan bahwa gangguan pada bagian belakang
lobus temporal kiri memperlihatkan gangguan bahasa dengan ciri berbeda dengan yang
mengalami afasia broca. Pada 1892, Dejerine melakukan otopsi terhadap seorang pasien
yang tidak mampu membaca, meskipun kemampuan visual, menulis, dan bicaranya normal
dan menemukan bahwa daerah visual kirinya rusak, demikian juga saraf-saraf penghubung
beberapa daerah visual dalam kedua hemisfernya. Hemisfer kanan dikenal tidak berperan
dalam bahasa verbal, tidak dapat mempersepsi apa yang stimulus visual termasuk kategori
bahasa.

Henry Head 1900-an menemukan adanya korelasi yang tidak jelas antara jenis-jenis
gejala gangguan bahasa dan kerusakan daerah kortikal tertentu. Pada era 1930-an Wilder
Penfield dan koleganya menemukan bahwa bila titik atau bagian tertentu pada korteks
dirangsang dengan arus listrik yang dihasilkan oleh elektroda yang dipasang padanya, jari
kelingkingnya akan bergerak secara spontan, tetapi bila neuron-neuron lainnya dirangsang,
kakinya akan bergerak, dan seterusnya. Pada bulan September 1848 terjadi musibah
kemanusiaan yang dialami Phineas Gage. Dia tetap bertahan hidup walaupun sepotong besi
sepanjang empat kaki menembus tengkoraknya. Yang aneh, Gage tidak terlalu menderita
akibat kejadian yang sangat mengerikan itu. Para peneliti otak terdorong untuk mempelajari
mengapa intelegensi Phineas tidak terganggu. Kejadian itu juga mendorong orang untuk
melakukan kajian dan eskperimen mengenai struktur dan fungsi otak.

Jadi, neuropsikolinguistik merupakan bidang ilmu yang tidak berdiri sendiri atau
“interdispliner” karena berkaitan erat dengan bidang ilmu seperti biologi, psikologi,
kedokteran, dan Sains. Hasil beberapa kajian itu memberikan informasi yang sangat
bermanfaat bagi dunia pendidikan/pembelajaran bahasa, kesehatan, dan aktualisasi peran otak
sebagai pusat kendali aktivitas manusia.

BAB II

OTAK MANUSIA DAN OTAK HEWAN

Keterkaitan antara ukuran otak dan tingkat inteligensi dapat diamati melalui bukti-bukti
evolusi manusia. Menurut Darwin, evolusi adalah suatu peristiwa perubahan wujud makhluk
hidup akibat adanya seleksi alam. Evolusi otak manusia berlangsung dalam jangkan waktu
sangat lama, diperkirakan berjuta-juta tahun lalu. Ada perkembangan atau perbedaan volume
otak manusia dari zaman ke zaman. Sebagai contoh (Hollaway, 1996:74), peristiwa evolusi
otak mulai dari primat Austrolopithecus sampai dengan manusia modern dewasa ini
berlangsung kurang lebih 3-4 juta tahun dan perubahan ukuran otak itu dari 400 miligram
menjadi 1.400 miligram.

Sebagian ahli palaentologi masa silam menggunakan ukuran tubuh makhluk hidup
sebagai dasar untuk menentukan kemampuan berpikir atau kapasitas otak. Pandangan ini
memfokuskan pada perubahan ukuran otak sebagai landasa teori mereka. Dapat dikatakan
bahwa otaklah yang menentukan kehidupan dan daya tahan hidup.

Ada empat tahap perkembangan otak manusia yang bias diamati, yaitu tahap pertama
seperti yang telah diuraikan diatas, seperti yang terklihat Homo Erectus yang ditemukan di
Jawa dan di Cina, tahap kedua terjadi pada masa praaustrolopithecus ke Austrolopithecus
aferensi yang ditandai dengan reorganisasu struktur otak, tahap ketiga ditandai dengan
munculnya system fiber yang berbeda-beda melalui Corpus Callosum, dan tahap keempat
ditandai dengan terlihatnya dua risisi (hemisfer) otak, yaitu hemisfer kiri dan kanan, dan ini
terjadi pada periode dari Homo Erectus ke Homo Sapiens.

Evolusi otak pada manusia dan pada makhluk lain tampaknya berbeda. Sebagai salah
satu contoh, pada makhluk seperti simpanse dan gorilla tidak terdapat daerah-daerah yang
dipakai untuk memproses bahasa. Selain karena perbedaan fungsi dan struktur otak,
perbedaan yang lain terletak pada struktur biologis organ penghasil suara. Otak manusia
merupakan organ sangat kompleks. Masing-masing dari ketiga bagian melakukan fungsi
yang berbeda, meskipun sampai sekarang belum bisa diketahui secara tepat mengenai bagian
otak berkerja.

Evolusi otak juga dapat ditelusuri pada perkembangan otak bayi. Pada semua makhluk
vertebrata (makhluk bertulang belakang), termasuk manusia, tiga bagian dorsal otak yang
sistematis- otak depan (forebrain), otak tengah (midbrain), dan otak belakang (hindbrain)-
sebagai daerah pengatur saraf berkembang lebih awal, baik menyangkkut strukturnya
maupun fungsinya.

Ada yang meyakini bahwa ada representasi biologis bawaan (innate) dari struktur bahasa
yang abstrak dan secara alamiah terbentuk (built in) dalam system saraf manusia. Satu asumsi
melandasi beberapa teori psikolinguistik menegaskan bahwa otak, atau paling tidak bagian
otak yang menangani bahasa, merupakan sebuah system simbolis. Kalangan psikolonguis
batniah (imnatist psycholinguists) meyakini bahwa semua bahasa manusia mengikuti aturan.
Dengan kata lain, kaidah-kaidah atau aturan bahasa tersebut merupakan piranti bawaan (built
in). sehubungan dengan itu, Lenneberg (1976) mengatakan bahwa terbentuknya struktur
bawaan (innate predisposition) juga didorong oleh adanya peristiwa evolusi yang dialami
manusia.

Seluruh sistem saraf manusia terdiri atas a) tulang punggung yang bersambung-sambung
disebut spinal cord dan b) otak, terbagi menjadi batang otak yang berperan dalam mengatur
mekanisme dan fungsi fisik tubuh dan korteks selebral atau “otak berpikir,” menangani
fungsi intelektual dan bahasa. Otak memiliki pusat utama. Pusat utama mencakup thalamus,
ephitalamus, dan hypothalamus.
Otak itu tidak pernah istirahat atau dinamis, tetapi melakukan aktivitasnya baik ketika
seorang terjaga maupun ketika sedang tidur. Salah satu contoh nyata aktifnya otak ketika
seseorang sedang tidur sekalipun adalah terjadinya ngigau tidur dapat memperkuat memori.
Sealam tidur pun otak mengasimilasi, menimbun, dan mengarsipkan informasi baru dan
memahaminya.

Ada orang-orang yang mengidentikkan otak manusia dengan komputer. Mereka ini dapat
digolongkan sebagai Computer Assisted-Pygmalionism (CAP). Mereka percaya bahwa
komputer dan otak manusia merupakan organisme yang sama, yang dibangun oleh perangkat
(perangkat lunak dan perangkat keras) atau komponen yang sama dan menjalankan fungsi
komputasi yang sama.

Banyak sekali ungkapan tentang kehebatan otak. Misalnya, “Otak ibarat raksasa yang
sedang tidur,” “Bahkan jagat raya, dengan jutaan galaksinya tidak sanggup menandingi
kompleksitas otak manusia yang menakjubkan/mengagumkan. Otak manusia adalah
cerminan ketakterhinggaan/ketakterbatasan. Tidak ada batas, ruang lingkup, atau kapasitas
bagi otak untuk tumbuh secara kreatif”. Jadi, otak adalah organ paling kompleks yang pernah
diketahui manusia. Diciptakannya komputer canggih pada era dewasa ini memancing
seseorang untuk mengidentikkan kapasitas dan kemampuan otak manusia dengan komputer.

Kemampuan otak yang luar biasa itu antara lain ditunjang oleh adanya proses-proses
generic selama beribu-ribu tahun telah mengakibatkan perkembangan otak manusia yang
dilengkapi dengan segala komponen, diperlukan bagi perkembangannya secara penuh sejak
lahir, misalnya dianugerahinya kecerdasan-kecerdasan dasar dan atribut-atribut fisik khusus
bagi manusia untuk bias bertahan hidup. Sebuah komputer tidak mungkin dapat menciptakan
kedua komponen tersebut untuk mendukung kemampuan dan kapasitasnya. Otak adalah
organ tubuh manusia yang memiliki kemampuan luar biasa.

BAB III

AREA BAHASA OTAK MANUSIA

Lokalisasionis berpendapat bahwa daerah-daerah pada hemisfer-hemisfer memiliki


fungsi yag berbeda. Sidiarto (dalam Sumarsono, 2004:90) berkesimpulan bahwa produksi
kata berlangsung di daerah depan, Rose and Nicholl (2002:54) menegaskan bahwa “dua lebih
baik daripada satu” (two is better than one).

Perbedaan jenis input memungkinkan pemrosesan berbeda. Studi terbaru yang dilakukan
Philip et al. (dalam Dardjowidjojo, 2003:221) memperlihatkan perbedaan pemrosesan
tersebut hanya berkaitam dengan pengaruh budaya. Campbell and Reece (2002:1049)
mengungkapkan bahwa bahasa diproses oleh beberapa daerah dalam korteks, baik pada
hemisfer kiri dan hemisfer kanan bertanggungjawab dalam penggunaan bahasa (language
use) dalam situasi riil (pragmatik).

Sebuah pendapat yang bertentangan dengan hasil-hasil kajian di atas dikemukakan oleh
Bever (dalam Bayles, 1995:452) yang menyatakan bahwa bagi orang awam mempersepsi
melodi merupakan sebuah fenomena holistik, sehingga mereka memroses melodi dengan
hemisfer kanan atau telinga kiri. Obler (dalam Vaid and Hall, 1991:88-90) juga berargumen
bahwa keterlibatan hemisfer kiri dalam bahasa kedua seorang dwibahasawan akan meningkat
seiring dengan peningkatan kefasihan atau kemahiran dalam bahasa.

Mayoritas perempuan memiliki kapasitas bahasa yang lebih simetris pada kedua
hemisfer mereka. Perempuan memiliki kemampuan menggunakan kedua hemisfernya secara
bilateral, sedangkan laki-laki biasanya menggunakan hemisfer kiri saja (Chaer, 2003:134).
Lateralisasi otak berlangsung jauh lebih awal pada anak perempuan dibandingkan dengan
anak laki-laki. Ini disebabkan oleh adanya peran gen dominan rs (right-sift), yang dimiliki
anak-anak perempuan dua kali lipat dibandingkan dengan yang dimiliki anak laki-laki.
Farhady (dalam Larsen-Freeman and Long, 1991:205) menemukan bahwa subjek wanita
secara signifikan mengungguli subjek laki-laki dalam tes menyimak pemahaman.

BAB IV

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
..............................................................................................................................
BAB V

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................

dst.

Buku II (Buku Pembanding)

Buku ini terdiri dari 16 bab dan memiliki ketebalan buku sebanyak 285 halaman.

BAB I Pengenalan
BAB II Perkembangan Neuropsikolinguistik
BAB III Psikolinguistik sebagai Disiplin Tersendiri
BAB IV Bahasa
BAB V Teori Tata Bahasa Transformasi Generatif Standar
BAB VI Pemerolehan Bahasa
BAB VII Pemerolehan Semantik
BAB VIII Pemerolehan Sintaksis
BAB IX Pemerolehan Fonologi
BAB X Pemerolehan Pragmatik
BAB XI Bahasa, Kebudayaan, dan Pemikiran Manusia
BAB XII Hubungan Bahasa dengan Otak
BAB XIII Sebuah Teori Bahasa yang Lebih Sempurna
BAB XIV Pusat-Pusat Bahasa dalam Otak
BAB XV Kerusakan-Kerusakan Bahasa
BAB XVI Pendekatan Neuropsikolinguistik
IV. ANALISIS BUKU

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Kedua buku ini sangat membantu para pembaca untuk lebih mengenal apa sebenarnya
neuropsikolinguistik. Meskipun demikian, buku ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun yang saya jadikan sebagai buku utama adalah buku Neuropsikolinguistik karya
Arifuddin dan buku Pengantar Neuropsikolinguistik karya Prof. Dr. Mangantar Simanjuntak,
M.A., Ph.D. sebagai buku pembanding. Kedua buku ini sama-sama membahas
Neuropsikolinguistik. Hanya saja dalam pembahasannya, kedua penulis buku ini memilliki
alur penjelasan yang berbeda. Hal tersebut yang menjadikan masing-masing buku memiliki
kelebihan dan kekurangan.

a. Kelebihan dan Kekurangan Buku I


1. Kelebihan Buku
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..................................................................................................dst.
2. Kekurangan Buku
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..................................................................................................dst.

b. Kelebihan dan Kekurangan Buku II


1. Kelebihan Buku II
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
........................................................................................................dst.
2. Kekurangan Buku II

.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
...........................................................................................................dst.
V. SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan

b. Saran

Referensi:
LAPORAN TINJAUAN KRITIS BUKU

(CRITICAL BOOK REPORT)

BAHASA INDONESIA

Oleh

NAMA

NPM

PROGRAM STUDI

FAKULTAS

UNIVERSITAS

MEDAN

2021

Anda mungkin juga menyukai