Anda di halaman 1dari 41

Aspek Neurologi Bahasa

Ajeng Amah (1201618048)


Fauzan Nur Faqih (1201618029)
Nurul Suci Aini (1201618055)
Reza Nur Qolby (1201618027)
Salsabil Firdaus Yusufien (1201618046)
Widaksono Gasta Gasti (1201618061)
Penguasaan bahasa manusia berbeda dengan hewan. Hal ini dilandasi oleh dua aspek yaitu
aspek biologis dan aspek neurologis.
Dalam aspek biologis diketahui bahwa pertumbuhan bahasa manusia mengikuti jadwal
perkembangan genetiknya sehingga munculnya suatu unsur bahasa tidak dapat
dipaksakan. Sedangkan aspek neurologis, yaitu kaitan antara otak dengan bahasa.
Sistem saraf manusia, otak merupakan pusat saraf, pengendali pikiran, dan mekanisme
organ tubuh manusia, termasuk mekanisme yang mengatur pemrosesan bahasa.
Oleh karena itu, perkembangan bahasa manusia berkaitan erat dengan perkembangan
otak. Proses bebahasa dimulai dari enkode semantik, enkode gramatika, enkode fonologi,
dilanjut dengan dekode fonologi, dekode gramatika, dan diakhiri dengan dekode
semantik. Semua proses ini dikendalikan oleh otak sebagai alat pengatur dan pengendali
gerak semua aktivitas manusia.
Struktur, Fungsi, dan
Pertumbuhan Otak
Apakah otak manusia dengan kera atau
simpanse itu sama?
Gambar di samping
menunjukkan bahwa
otak terdisi dari dua
belahan (hemisfer), yaitu
hemisfer kanan dan
hemisfer kiri. Kedua
hemisfer tersebut
dihubungkan oleh yang
namanya korpus
kalosum. Tiap hemisfer
terbagi lagi dalam
bagian-bagian besar yang
disebut dengan lobus.
Pertumbuhan Otak
Pertumbuhan otak menurut Volpe
(1987)
• Pembentukan tabung neural

• Profilerasi selular untuk membentuk calon sel neuoron dan glia

• Perpindahan selular dan germinal supendemal ke korteks

• Deferensiasi selular menjadi neuron spesifik

• Perkembangan akson dan dendrit yang menyebabkan bertambahnya sinaps

• Elimenisi seleksi neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi


Apakah otak yang rusak dapat pulih
kembali?
Fungsi Kebahasaan Otak
Kasus-Kasus
• Tahun 1949, Phineas Gage mengalami kecelakaan -> kepala
terkena lemparan balok -> dinyatakan sembuh sebulan
kemudian -> tidak terdapat kerusakan penglihatan dan
pengucapannya

• Tahun 1861, Paul Bolca menemukan pasien yang tidak dapat


berbicara -> pasien meninggal -> dilakukan pembedahan ->
ditemukan kerusakan otak di daerah frontal -> dianggap
menjadikan orang kesulitan dalam menghasilkan suatu ujaran.
Kasus-Kasus

• Tahun 1873, Carl Wernicke menemukan kasus kelainan wicara


pada pasien yang mengakibatkan pasien tidak bisa mengerti
maksud pembicaraan orang lain tetapi masih bisa berbicara
sekadarnya. Menurut Wernicke, akibat tersebut diketahui
karena adanya kerusakan otak pada bagian belakang
(temporalis), yang kemudian disebut dengan daerah Wernicke.
Karshen (1977) mengemukakan ima alasan
yang mendasari kesimpulan tersebut
1. Hilangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih
sering disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemisfer kiri
daripada hemisfer kanan.

2. Ketika hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa


menjadi hilang, tetapi ketika hemisfer kanan dianestesia
kemampuan berbahasa tetap ada.
Karshen (1977) mengemukakan ima alasan
yang mendasari kesimpulan tersebut
3. Saat bersaing dalam menerima masukan bahasa secara bersamaan,
telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan
pemahaman daripada telinga kiri.

4. Ketika materi bahasa diberikan, ternyata penglihatan mata kanan


lebih cepat dan tepat dalam menangkap materi bahasa daripada
penglihatan mata kiri.

5. Hemisger kiri menunjukkan adanya kegiatan elektris lebih hebat


daripada hemisfer kanan saat melakukan kegiatan berbahasa.
Teori Lateralisasi
Apa itu Lateralisasi?

• Lateralisasi merupakan suatu teori yang mengatakan bahwa


belahan konteks dominan (hemisfer kiri) bertanggungjawab
untuk mengatur penyimpanan pemahaman dan produksi
bahasa alamiah. Namun, banyak pakar yang meragukan teori
yang mengatakan bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan
berada pad ahemisfer kiri. Pakar berpendapat bahwa seluruh
otak bertanggungjawab dan terlibat dalam proses pemahaman
dan produksi bahasa.
Beberapa teori yang menyokong teori lateralisasi:

• Tes Menyimak Rangkap • Tes Wada (Tes Amysal)


(Dichotic Listening)
• Teknik Fisiologi Langsung
• Tes Stimulus Elektris (Direct Physiological
(Electrical Simulation of Brain) Technique)

• Tes Grafik Kegiatan Elektris • Teknik Belah-Dua Otak


(Electris-Encaphalo-Graphy) (Bisected Brain Technique)
Teori Lokalisasi
Apa itu Teori
Lokalisasi?

Teori Lokalisasi atau


pandangan lokalisasi
berpendapat bahwa pusat-
pusat bahasa dan ucapan
berada di daerah Broca
dan daerah Wernicke
seperti sudah disebut
sebelumnya.
Beberapa cara untuk menunjukkan
teori lokalisasi
• Teknik Stimulus Elektrik
• Teknik Perbedaan Anatomi Otak
• Cara melihat Otak dengan PET (Positron Emission Tomography)
Hemisfer yang Dominan
Yule (1985) berpendapat bahwa fungsi bagian tertentu pada
satu daerah otak yang mengalami kerusakan akan digantikan
oleh penggantinya di bagian otak yang lain. Oleh karena itu,
sangat diperlukan untuk menyatakan hubungan-hubungan antara
aspek-aspek perilaku linguistik dan letaknya dalam otak.
Meskipun terdapat keunggulan di hemisfer kiri, tetapi tidak
semua aspek bahasa dibatasi pada hemisfer kiri itu.
Cara kerja hemisfer tertentu pada setiap
orang dapat bervariasi dalam dua hal

• Sebagian orang kurang mendapat • Sebagian orang lebih cenderung


literasi daripada sebagian orang pada penggunaan salah satu
lain. Maksudnya untuk orang-orang hemisfer kiri atau kanan, secara
tertentu kemampuan berbahasa lebih siap untuk fungsi kognitif.
dikendalikan oleh hemisfer kiri
dan orang-orang tertentu lain
dikendalikan oleh hemisfer kanan.
Adanya kerjasama antara bagian otak ditunjukkan oleh cara
otak mengubah kata menjadi bahasa. Sebuah teori menyatakan
bahwa otak mempunyai daerah konvergensi bahasa. Teori
mengenai konvergensi bahasa itu adalah:

• Setiap anak memiliki pola unik dan mendasari kemampuan


berbahasa yang dimilikinya
• Bahasa pertama seseorang berkaitan dengan jaringan sel saraf,
sedangkan bahasa kedua berkaitan dengan otak.
• Aspek-aspek lain dari kemampuan berbahasa seperti nomina
dan verba ternyata diproses pada bagian otak yang berbeda.
Otak Wanita
Majalah Femina edisi bulan Juni 1999 menurunkan artikel
berjudul “Otak Kita, Keunggulan Kita”, dan yang dimaksud
dengan kita di siini adalah wanita. Dalam tulisan itu diakui
memang ukuran otak pria lebih besar antara 10-15% daripada
otak wanita.

Hal ini terbukti dengan pernyataan, yakni:


• Otak wanita lebih seimbang
• Otak wanita lebih tajam
• Lebih awet dan selektif
Peningkatan Kemampuan Otak:
Membaca dengan Kedua Belah
Otak
Teori lateralisasi dan lokalisasi berpendapat bahwa wilayah-
wilayah tertentu dalam otak memiliki fungsi-fungsi tertentu,
seperti ideasi bahasa berada pada hemisfer kiri dan kemampuan
berbicara ada pada daerah Broca sedangkan kemampuan
memahami terdapat pada daerah Wernicke. Kesimpulan yang
diajukan telah dibuktikan berdasarkan penelitian pasien-pasien
yang mengalami kerusakan otak juga dari hasil penelitian
terhadap sejumlah orang yang tidak mengalami kerusakan otak.
• Orang dewasa rata-rata dapat membaca 250 kata per menit.
Namun setelah 36 jam, daya ingat yang tersisa dari yang dibaca
itu tinggal 10%. Jadi, orang membaca selama satu jam hanya
menguasai bahan yang dibcanya selama enam menit. Kebanyakan
orang hanya menggunakan hemisfer kirinya. Wilayah hemisfer kiri
biasanya membaca dengan pola analisis, harfiah, dan linear.
• Sedangkan hemisfer kanan mampu melakukan pemahaman secara
simbolik dan spasial, serta mudah menangkap makna intuitif dan
metafor. Maka jika kedua hemisfer ini bisa difungsikan secara
bersamaan, kiranya membaca sekaligus memahami teks dapat
dilakukan dengan kecepatan luar biasa.
• Menurut Diane Alexander, lambannya kecepatan membaca dan
minimnya daya ingat terhadap yang dibacanya adalah karena tidak
terfokusnya mata pada apa yang dibacanya. Seringkali ketika
menghadapi sebuah halaman buku, mata lari ke deretan kata di
seluruh halaman dan bukan pada satu deret kalimat yang dibaca.
• Oleh karena itu menurut Diane, Langkah pertama yang harus
dilakukan untuk mengubah kebiasaan itu ialah membaca dengan
runtut dari samping kiri ke samping kanan halaman, dengan
bantuan jari tangan yang bisa digunakan untuk mengikuti baris
demi baris kalimat tersebut. Mata harus dibiasakan untuk
mengikuti rute ini secara tertib.
Pemberbahasaan Hewan
• Mengerti bahasa dan dapat berbahasa adalah dua hal yang
berbeda. Hewan-hewan yang dilatih seperti dalam sirkus,
memang mengeri bahasa karena dia dapat melakukan
perbuatan yang diperintahkan kepadanya.
• Namun, kemengertiannya itu sebenarnya bukanlah karena dia
mengerti bahasa, melainkan sebagai hasil dari respons-respons
yang dikondisikan (conditioned responsed).
Banyak pakar yang telah menjadikan simpanse sebagai objek
pengujian hewan primata untuk diajarkan bahasa manusia,
yaitu:
• Keith J. Hayes dan Catherine Hayes
• R. Allen Gardner dan Beatrice T. Gardner
• David Premack dan Ann Premack
Kajian Neurolinguistik dan
Penerapannya
Kajian tentang afisia merupakan kajian neurolinguistik,
sementara neurolinguistik merupakan kajian perilaku berbahasa
menusia berbasis neurologis. Secara anatomis atau biologis,
perilaku berbahasa ada dan dipetakan dalam otak kiri dan bisa
dikatakan bahwa otak kiri lebih dominan untuk perilaku
berbahasa.
Kajian neurolinguistik mendapatkan banyak teori dan konsep
dari gangguan berbahasa atau afasia dengan kajiannya yaitu
afasiologi. Dari berbagai kajian tentang gangguan berbahasa
didapatkan daerah dominan yang memegang perilaku berbahasa
yaitu hemisfer kirim dan ini merupakan hasil dari evolusi
manusia.
Komponen pusat bahasa dalam otak menurut
Brown dalam Kusumoputro (1984: 296)
• Kosakata (leksikal), diperoleh sejak kecil dan dikembangan
terus menerus seumur hidup.
• Sintaktikal, suatu aturan yang dikuasai untuk membentuk
kalimat yang benar.
• Rentang ingatan auditif yang cukup lama untuk dapat
memroses apa yang didengar dan dilihat.
• Pemilihan saluran, kemampuan untuk menyarin dan memilih
input dan output yang diperlukan untuk berbahasa menurut
hierarki.
Penggunaan dan penerapan komponen pada kemampuan
bahasa seseorang menurut Nababan (1991: 34)

• Berbicara
• Membaca
• Pemahaman
• Menulis
• Repetisi
• Penamaan
• Penderita afisia banyak menyumbangkan penemuan teori dan
konsep neurolinguistik, teori kedua konsep kajian yang
menyusun, saling melengkapi.
• Teori dan konsep neurologi menyumbangkan proses perilaku
berbahasa di otak, sedangkan teori dan konsep linguistikyna
menyumabngkan pemahaman linguistik, dan akhirnya
melahirkan suatu proses berbahasa.
• Penderita afisia memerlukan kajian neurolinguistik untuk
memulihkan kemampuan berbahasa yang rusak dan terganggu.
• Di sinilah, teori dan konsep linguistik diperlukan untuk
membantu pemulihan kemampuan berbahasa, bila penderita
afisia mempunyai gangguan bunyi-bunyi hambat letupa atau
bunyi dental, gangguan penemuan kata, gangguan kalimat, dan
gangguan wacana teori dan konsep linguistik sangat
membantu.
Lekas sembuh, penderita afisia.
Ikan hiu makan tomat
Ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai