Anda di halaman 1dari 14

Psycholinguistic

Carvile S. / 20140610062
Landasan Biologis dan Neurologis dalam bahasa

1.1. Latar Belakang

Dalam makalah pembahasan tentang landasan biologis dan neurologis


dalam bahasa, saya akan membahas tentang landasan biologis dalam bahasa dari
perkembangan alat ujaran dari jaman purba hingga sekarang, lalu perbedaan
antara struktur mulut manusia dan hewan, dimana perbedaan berbahasa terjadi
antara manusia dan hewan, dan mempelajari di usia berapa manusia bisa
berbahasa dengan lancar.

Dalam landasan neurologis pada bahasa, saya akan membahas tentang


evolusi dari otak manusia, perbandingan antara otak manusia dan otak hewan,
kaitannya otak dengan bahasa juga peran hemisfir, kiri maupun kanan, beberapa
gangguan wicara seperti stroke, lalu meneliti sejak umur berapa anak dapat
mengkap bahasa , menganalisa tentang kekidalan dan kekinanan, perbedaan otak
antara pria dan wanita, pengunaan bahasa sinyal, dan beberapa metode
penelitian otak.

Demikianlah apa yang akan saya tulis di dalam makalah tentang


pemahaman landasan biologis dan landasan neurologis dalam bahasa.
1.2. Landasan Biologis pada bahasa
1. Perkembangan alat ujaran

Alat ujaran manusia sudah berkembang pesat sejak jaman purba, para ahli
purbakala menunjukan bahwa kehidupan di dunia di mulai pada 3000 tahun yang
lalu. (wind 1989) Tiga ratus lima puluh juta tahun kemudian berkembanglah
makhluk semacam ikan (agnatha) yang tidak mempunyai rahang. Lima puluh
tahun kemudian muncul makhluk seperti amfibi yang mempunyai paru-paru.

Perkembangan paru-paru dan laring dalam makhluk ini adalah cikal bakal
dari perkembangan alat ujaran meskipun bunyi yang keluar hanyalah desah
pernafasan saja. Dari amfibi, berkembang ke reptil, dari reptil berkembang ke
mamalia. Pertumbuhan biologis dari mamalia mulai terbentuk. Dengan adanya
tulang thyroid dan bentuk pertama dari selaput suara

Perkembangan biologis lainnya yang terkait adalah perubahan


perkembangan otot-otot pada muka, tumbuhnya gigi, dan makin naiknya letak
laring yang memungkinkan makhluk untuk bernafas sambil makan dan minum.

Dan perkembangan yang terkahir adalah manusia primata dimana paru-


paru, laring, faring, dan mulut sama dengan mamalia lainnya lebih berkembang,
yang lebih mencolok perkembangannya adalah struktur dan organisasi otaknya.
2. Struktur Mulut manusia dan binatang

Primata yang paling dekat dengan manusia adalah simpanse. Kelompok


manusia yang tertua (Australopithecus ramidus) ditemukan di Afrika dan hidup
pada 4,5 juta tahun yang lalu. kelompok manusia (homo) pada 3 juta tahun yang
lalu yang baru menjadi manusia modern (homo sapiens) sekitar 175.000 tahun
yang lalu. ( Aitchison 1996: 52-53).

Meskipun mirip, jelas ada perbedaan antara manusia dengan simpanse,


yang membedakan keduanya adalah kemampuan mereka berkomunikasi dengan
bahasa. karena komposisi genetik antara kedua kelompok primat ini berbeda.
terutama pada struktur biologis alat suaranya.

Rongga mulut manusia pada umumnya kecil sehingga membuat manusia


dapat lebih mudah mengatur berbahasa. Lidah manusia juga lebih tebal daripada
lidah binatang sehingga lebih mudah untuk digerakkan secara fleksibel seperti
dinaikkan, diturunkan, dimajukan, dimundurkan, atau diratakan di tengah. Posisi
yang bermacam-macam ini menghasilkan bunyi vokal yang bermacam-macam.
3. Kaitan biologi dengan bahasa

Selain struktur mulut manusia yang berbeda dengan struktur mulut


binatang, perbedaan biologis lainnya adalah proses pemerolehan bahasa.

Manusia pada umur 6 sampai 8 minggu mulai dapat mendekut (cooing)


atau mengeluarkan bunyi-bunyi yang menyerupai bunyi vokal dan konsonan.
Pada sekitar umur 6 bulan anak mulai berceloteh (babbling) yakni, mengeluarkan
bunyi yang berupa suku kata.

Pada umur sekitar 1 tahun, anak mulai mengeluarkan bunyi yang dapat
diidentifikasi sebagai kata. Tetapi hanya untuk bahasa yang kebanyakan
monomorfemik (bersukukata satu).Untuk bahasa yang kebanyakan polimorfemik
(bersukukata banyak), maka suku akhirlah yang diucapkan,seperti kata ikan, anak
1 tahun hanya akan mengatakan /tan/ (Dardjowidjojo 2000), yang kemudian akan
mulai berujar dengan ujaran satu kata (one word utterance), lalu menjelang umur
2 tahun mulailah dengan ujaran dua kata (two word utterance).
1.3. Landasan Neurologis pada Bahasa
1. Evolusi otak manusia

Manusia tumbuh secara bertahap dari suatu bentuk ke bentuk yang lain
selama berjuta-juta tahun. Pertumbuhan otak dari primat Austrolopithecus
sampai dengan manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun menurut
para ahli Palaeneurologi. Perkembangan otak dapat dibagi menjadi empat tahap:

a. Perkembangan tahap pertama adalah tahap perkembangan ukuran.


Tahap ini di temukan pada homo erectus di jawa dan china
b. Perkembangan tahap kedua adalah adanya perubahan reorganisasi pada
otak tersebut. Lembah – lembah pada otak bergeser hingga memperluas
daerah parietal.
c. Tahap ketiga yaitu munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada
daerah-daerah tertentu melalui corpus callosum. Fiber –fiber inilah yang
memberikan perintah untuk menggerakkan / melakukan sesuatu
d. Tahap terakhir yaitu munculnya dua hemisfir yang asimitris. Dua tahap
terakhir ini terjadi pada saat perubahan dari Homo Erectus ke Homo
Sapiens.
2. Otak Manusia VS Otak Binatang

Yang paling membedakan manusia dari binatang lainnya adalah bagian


otaknya. Volume otak manusia lebih besar dari lainnya.

A. Otak Manusia

Sistem saraf kita terdiri dari dua bagian utama, tulang punggung dan otak.
Otak sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu batang otak dan korteks serebral.
Tulang punggung dan korteks serebral ini merupakan sistem saraf sentral
manusia. Korteks serebral manusia di bagi menjadi dua bagian, hemisfir kiri dan
hemisfir kanan. Kedua hemisfir ini dihubungkan oleh sekitar 200 juta fiber yang
dinamakan korpus kalosum.

B. Otak Binatang

Pada Binatang, korteks serebral boleh dikatakan tidak tampak, padahal


korteks inilah yang sangat berkembang pada manusia. Binatang seperti simpanse
dan gorilla juga tidak terdapat daerah-daerah yang dipakai untuk memproses
bahasa. Karena dari awal struktur otak manusia dan hewan sangatlah berbeda,
Hal ini lah yang membedakan otak manusia dengan otak binatang.
3. Kaitan otak dengan bahasa

Otak memegang peranan yang sangat penting dalam berbahasa. Apabila


input yang diterima oleh otak dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu akan
ditanggapi di lobe temporal, khususnya oleh konteks primer pendengaran. Bila
input yang masuk bukan dalam bentuk lisan, tetapi dalam bentuk tulisan, maka
jalur memprosesnya agak berbeda.

Saraf-saraf otak yang berhubungan dengan fungsi berbahasa adalah daerah


broca, daerah wernicke, dan daerah korteks ujaran superior / daerah
motorsuplementer. Dari tiga daerah saraf tersebut dapat dikatakan bahwa
terdapat bagian-bagian tertentu pada saraf-saraf di otak kiri manusia yang
mempengaruhi manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya.

4. Peran Hemisfir kiri dan hemisfir kanan

Dalam point sebelum nya, saya menjelaskan saraf - saraf dari hemisfir kiri
yang bertugas dalam pengunaan bahasa, tetapi bukan berarti hemisfir kanan
tidak mempunyai tugas apapun dalam hal kebahasaan.

Tanpa hemisfir kanan, pemrosesan bahasa dapat terjadi gangguan, dimana


kemampuan orang untuk mengurut kan peristiwa sebuah cerita atau narasi
menjadi kacau.

Selain kemampuan untuk berbahasa, Hemisfer kiri juga berperan untuk


fungsi memori yang bersifat verbal (verbal memory).Sebaliknya hemisfer kanan
memunyai fungsi emosi, isyarat (gesture), baik yang emosional maupun verbal.

Jadi dalam penggunaan bahasa, hemisfir kanan tetap memiliki peran,


meskipun tidak seberat hemisfir kiri.
5. Gangguan Wicara

Gangguan wicara adalah adanya masalah dalam komunikasi dan bagian-


bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara. Biasanya terjadi
karena aliran darah pada otak tidak cukup, atau terjadi penyempitan pembuluh
darah pada otak. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada otak dan bisa
terjadi stroke. Gangguan wicara yang di sebabkan oleh stroke dinamakan afasia
(aphasia).

A. Macam – macam Aphasia:


 Afasia Broca : kerusakan yang terjadi pada Broca, biasanya mengganggu
alat ujaran (mulut)
 Afasia Wernicke: kerusakannya ada di bagian belakang dekat lobe
temporal, kata – kata dari penderita wernicke sering susah di mengerti
karena pemilihan kata yang sulit.
 Afasia Anomik: kerusakan bagian depan dari lobe parietal/batas antara
lobe parietal dengan lobe temporal. (Tidak mampu untuk mengaitkan
konsep dan bunyi atau kata yang mewakili nya.)
 Afasia Global: Kerusakan terjadi tidak pada satu daerah saja tetapi
beberapa daerah lainya.
 Afasia Konduksi: pendrita afasia konduksi tidak dapat mengulang kata yang
di berikan kepada nya.
B. Akibat lain dari stroke.

Orang yang terkena stroke tidak hanya terganggu pada wicara saja. Orang
yang terkena stroke juga dapat kehilangan ingatannya. Penderita stroke bisa tidak
mengenal istri, anak, atau siapapun. Penderita stroke juga tidak bisa mengenali
wajah maupun mengingat wajah.

6. Hipotese umur krisis

Sebelum anak mencapai umur 12 tahunan, anak mempunyai kemampuan


untuk memperoleh bahasa apapun yang di berikan kepadanya dengan mudah.
Hal ini dinamakan Hipotese Umur Kritis (Lenneberg 1967).

Hipotese ini mengatakan bahwa antara umur 2 sampai 12 tahun, seorang


anak dapat memperoleh bahasa mana pun dengan kemampuan seperti native
speaker. Contohnya: jika ada keluarga dari Amerika yang menikah dan
mempunyai anak di Indonesia, dan menetap sampai 5 tahun, anak mereka akan
fasih berbahasa Indonesia karena pengaruh lingkungannya, begitu juga dengan
sebaliknya.

Mengapa Hal seperti ini bisa terjadi? karena sebelum umur 12 tahun pada
anak belum terjadi lateralisasi, (hemisfer kiri dan hemisfer kanan belum dipisah
unutk diberi tugas sendiri-sendiri.) Kedua-duanya masih lentur dan masih dapat
menerima tugas apa pun.
7. Kekidalan dan Kekinanan

Ada beberapa orang yang kidal (dominan tangan kiri) dan ada juga yang
kinan (dominan tangan kanan), Ada pula yang dapat menggunakan kedua
tangannya secara bersamaan yang disebut ambidektrus (ambidextrous).

Kemampuan berbahasa umumnya lebih dominan pada hemisfir kiri. Orang


– orang yang kekinanan dapat menggunakan hemisfir kirinya dengan baik,
demikian juga dengan orang kidal, tetapi hemisfir kiri orang kidal tidak bekerja
sekeras hemisfir kiri orang kinan.

8. Otak Pria dan otak Wanita

Ada perbedaan dalam bentuk otak pria dan otak wanita, menurut Steinberg
(2001), perbedaan otak pria dan otak wanita terletak pada bentuk nya, yakni otak
wanita lebih tebal daripada otak pria.

Pada otak pria, lebih tertarik ke arah memanipulasi benda – benda fisik
daripada ke arah pengunaan kata – kata. Perbedaan inilah yang mengakibatkan
wanita lebih aktif dalam berbicara ketimbang pria. Keadaan ini juga yang
menyebabkan kelas bahasa umumnya di dominasi oleh wanita.

Selain itu wanita cenderung lebih besar kemungkinan sembuh dari penyakit
afasia daripada pria dan afasia lebih sering muncul pada pria daripada wanita saat
mereka terkena stroke.
9. Bahasa Sinyal

Bahasa Sinyal digunakan saat bahasa lisan tidak dapat digunakan. Bahasa
ini menggunakan tangan dan jari-jari untuk membentuk kata dan kalimat. Bahasa
sinyal ada beberapa macam, tapi yang terkenal adalah bahasa sinyal Amerika dan
bahasa sinyal Inggris.

Hemisfir kiri berperan penting dalam bahasa sinyal, karena hemisfir kiri lah
yang memberikan sinyal sinyal untuk berkomunikasi. Maka jika seperti penderita
afasia broca atau wernicke, mereka tidak dapat menyampaikan bahasa sinyal nya
dengan baik.

Bukti lain bahwa pengguna bahasa sinyal lebih banyak memakai hemisfer
kiri untuk bersinyal adalah jika yang rusak hemisfer kanan, pada umumnya tidak
terjadi gangguan dalam bersinyal. Tata bahasanya masih utuh dan tidak terbata-
bata.
10. Metode Penelitian Otak.

Pada jaman dahulu, teknologi belum berkembang pesat seperti sekarang.


Pada jaman broca dan wernicke, mereka melakukan penelitian otak setelah
pasiennya meninggal. Kemajuan teknologi telah membuat penelitian mengenai
otak lebih maju.

Kemajuan teknologi memungkin kan kita melakukan penelitian terhadap


otak, tanpa harus menunggu sang pasien meninggal. Penelitian menggunakan
CT / CAT scanyang memakai X-ray untuk merekam bentuk otak, yang kemudian di
bentuk secara 3 dimensi.

Ada juga menggunakan PET (Positron Emission Tomography) yang dapat


menunjukan kegiatan otak secara langsung. Bahan yang berisi radioaktif ringan di
suntikkan ke pembuluh darah dan kemudian pola aliran darah pada otak. Bahan
ini akan terdeteksi oleh alat khusus, detektor ini akan memberikan hasil gambar
otak yang berwarna – warni tergantung hasil kerja otak tersebut. Semakin berat
kerja otak tersebut, maka akan semakin terang warna nya.

Adapula yang menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang


tujuannya mengukur fungsi otak dengan memanfaatkan jumlah aliran darah. Dan
ada juga ERPs (Event Related Potentials) yang mengukur perubahan-perubahan
voltase pada otak yang berkaitan dengan hal-hal yang sensory, motorik, atau
kognitif.
1.4. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dari makalah ini adalah, mulai dari
perkembangan alat ujar manusia purba hingga sekarang, dan mempelajari
tentang struktur rongga mulut manusia dan binatang. Lalu kaitannya umur anak
dengan pemakaian bahasanya.

Di bagian landasan neurologis pada bahasa, pertama kita mempelajari


evolusi otak manusia yang dibagi menjadi 4 tahap, selanjut nya kita mempelajari
perbandingan otak manusia dengan otak binatang, dimana otak hewan tidak
memiliki korteks serebral yang di pakai manusia untuk berbahasa.

Dalam kaitan otak dengan bahasa, kita mempelajari bahwa saraf – saraf
yang di pakai untuk berbahasa terdapat di hemisfir otak bagian kiri, dari situ pula
kita mengethaui peran hemisfir kiri dan hemisfir kanan, meskipun berbicara
menggunakan hemsifir kiri, tetapi hemisfir kanan turut serta dalam pengurutan
kata. Ada 5 gangguan wicara yang terjadi dalam stroke (afasia): broca, wernicke,
anomik, global, dan konduksi. Beberapa akibat lain dari stroke adalah terserang
nya bagian memori, sehingga penderita bisa hilang ingatan.

Anak sebelum umur 12 masih dapat menerima bahasa apapun dengan


fasih, karena masih belum terjadi lateralisasi. Orang yang kidal juga memakai
hemisfir kiri untuk berbicara tetapi tidak seberat orang kinan. Perbedaan otak pria
dan wanita terletak di ukurannya, yakni wanita lebih besar otaknya.

Bahasa sinyal menggunakan hemisfir kiri untuk membentuk sinyal –


sinyalnya, dan perkembangan teknologi untuk penelitian otak berkembang
dengan ada nya pemakaian alat – alat scan seperti CT, PET, MRI, dan ERP.

Anda mungkin juga menyukai