Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia memerlukan komunikasi dalam kehidupannya. Me


dia untuk berkomunikasi lazim disebut bahasa. Bahasa sebagai alat komun
ikasi antarorang dan antaranggota masyarakat, merupakan hal yang tidak a
sing lagi. Sehubungan dengan itu, telah jelas bahwa masyarakat tidaklah m
ungkin ada tanpa bahasa (Alwasilah dalam Sukarto, 2007:2004). Bahasa m
anusia adalah bahasa terbaik di antara makhluk lain. Bahasa manusia adala
h bahasa yang paling rumit, dan bisa menembus batas-batas ruang dan wak
tu.

Proses berbahasa, ternyata tidak bisa dilepaskan dari salah satu org
an vital manusia yang bernama otak. Menurut Kusumoputro (dalam Chaer,
2003:115-116) Otak adalah salah satu komponen dalam sistem susunan
saraf manusia. Otak memilki dua belahan yaitu hemisfer kiri dan hemisfer
kanan. Para pakar banyak mengatakan jika hemisfer kirilah yang berperan
banyak dalam proses ujaran manusia atau proses berbahasa.

Penelitian demi penelitian pun banyak dilakukan untuk menyelidik


i lebih dalam soal hubungan bahasa dengan otak manusia. Oleh sebab itu,
dalam makalah ini, kami mencoba membahas sedikit tentang hubungan ke
duanya (bahasa dan otak) dengan menyertakan data-data yang kami dapatk
an dari pendapat-pendapat ahli. Kami membahas tiga subtopik dalam mak
alah ini, yakni (1) hakikat bahasa, (2) struktur, fungsi dan pertumbuhan ota
k, (3) hubungan bahasa dengan otak manusia, (4) teori-teori tentang hubun
gan bahasa dan otak manusia, dan (5) perbedaan otak pria dan wanita.

Dengan penjelasan mengenai hubungan bahasa dengan otak dalam


makalah ini, kami berharap pembaca dapat memahami materi tersebut dan
dapat menyadari betapa pentingnya keberadaan otak dalam proses berbaha
sa, sehingga semakin mensyukuri anugerah dari Tuhan berupa otak dan ke
mampuan berbahasa tersebut serta berusaha menjaganya dengan sebaik-ba
iknya.

1.2 Rumusan Masalah


Lewat makalah ini, diharapkan dapat terpecahkan rumusan masalah sebaga
i berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan bahasa?
2) Bagaimanakah struktur, fungsi dan pertumbuhan otak manusia?
3) Bagaimana hubungan bahasa dan otak manusia?
4) Apa saja teori-teori tentang hubungan bahasa dan otak manusia?
5) Apa saja perbedaan otak pria dan otak wanita?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalahh sebegai berikut:
1) Untuk mengetahu hakikat dari bahasa;
2) Untuk mengetahui struktur, fungsi dan pertumbuhan otak manusia;
3) Untuk mengetahui hubungan bahasa dan otak manusia;
4) Untuk mengetahui teori-teori tentang hubungan bahasa dan otak manus
ia;
5) Untuk mengetahui perbedaan otak pria dan otak wanita.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebag
ai berikut:
1) Dapat mengetahui hakikat bahasa;
2) Dapat mengetahui struktur, fungsi dan pertumbuhan otak manusia;
3) Dapat memahami hubungan bahasa dengan otak manusia;
4) Dapat mengetahui teori-teori tentang hubungan bahasa dan otak manus
ia;
5) Dapat mengetahui dan memahami perbedaan otak pria dan otak wanita.

BAB II

ISI
1. Hakikat Bahasa

Sebelum kita membahas tentang hubungan bahasa dengan otak, ada baikn
ya kita bahas terlebih dahulu sekilas tentang bahasa. Menurut Alwasilah (dala
m Sukarto, 2007:24) Bahasa sebagai alat komunikasi antarorang seorang dan a
ntaranggota masyarakat, merupakan hal yang tidak asing lagi. Sehubungan de
ngan itu, telah jelas bahwa masyarakat tidaklah mungkin ada tanpa bahasa. De
mikianlah dengan bahasa orang sudah menganggap biasa-biasa saja. Padahal,
banyak orang, bahkan yang sudah berpendidikan sekali pun, kurang memaha
mi hakikat bahasa yang sebenarnya.

Menurut Badudu (dalam Putrayasa, 2010:1) Masyarakat yang sedang berk


embang pada segala bidang kehidupannya seperti politik, ekonomi dan budaya,
biasanya akan diikuti pula oleh perkembangan bahasanya. Perkembangan ilm
u pengetahuan dan teknologi juga mengakibatkan perkembangan bahasa. Hal t
ersebut menunjukan, makin maju suatu bangsa serta makin modern kehidupan
nya, makin berkembang pula bahasanya. Perkembangan bahasa harus sejalan
dan seiring dengan kemajuan kebudayaan serta peradaban bangsa sebagai pem
ilik dan pemakai bahasa tersebut.

Dalam berkomunikasi, terkadang ditemukan kata-kata yang kurang dapat


dipahami maknanya. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya salah pen
gertian dalam berkomunikasi, pemilihan, penyusunan dan penggunaan kata ha
rus benar-benar diperhatikan.

Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang dimiliki manusia da


n membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Bahasa memungkink
an manusia untuk menyampaikan informasi dan meneruskan informasi tersebu
t dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui ungkapan secara tertulis. B
ahasa juga dapat mempengaruhi arah perilaku manusia. Kemampuan bahasa, p
ikiran, perasaan, dan penalaran seseorang dapat dirangsang dan dilatih agar fu
ngsi bahasa dapat dirasakan lebih efektif lagi.
Menurut Simanjuntak (dalam Harianja, 2015:1) Bahasa adalah satu sistem
kognitif manusia (yang diatur oleh rumus-rumus) yang unik yang dapat diman
ipulasi oleh manusia untuk menghasilkan (menerbitkan) sejumlah kalimat bah
asa linguistik yang tidak terbatas jumlahnya berdasarkan unsurunsur yang terb
atas untuk dipakai oleh manusia sebagai alat berkomunikasi dan mengakumula
si ilmu pengetahuan.

Menurut Ritonga (dalam Devianty, 2017:228) Bahasa adalah alat komunik


asi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat u
cap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama, bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi it
u sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kit
a. Kedua, arti atau makna, yaitu isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang
menyebabkan adanya reaksi terhadap hal yang kita dengar. Untuk selanjutnya,
arus bunyi itu disebut dengan arus ujaran.

Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan
bahasa bila tidak terkandung makna di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran m
engandung makna atau tidak, haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok m
asyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun bes
ar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap sruktur bunyi ujaran tertent
u akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian, terhimpunlah bermaca
m-macam susunan bunyi yang satu berbeda dengan yang lain, yang masing-m
asing mengandung suatu maksud tertentu di dalam suatu masyarakat bahasa.
Kesatuan-kesatuan arus ujaran tadi, yang mengandung suatu makna tertentu, b
ersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa

Perbendaharaan kata baru akan mendapat fungsinya bila telah ditempatkan


dalam suatu arus ujaran untuk mengadakan interelasi antaranggota masyarakat.
Penyusunan kata-kata itu pun harus mengikuti suatu kaidah tertentu, diiringi s
uatu gelombang ujaran yang keras-lembut, tinggi-rendah, dan sebagainya. Bila
semuanya telah mencapai taraf yang demikian, maka kita sudah boleh berbicar
a tentang bahasa secara umum, yaitu bahasa yang berfungsi sebagai alat komu
nikasi antaranggota masyarakat. Bila fungsi bahasa secara umum itu dirinci, m
aka dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai fungsi untuk:

A. Tujuan praktis, yaitu untuk mengadakan antarhubungan (interaksi) dalam


pergaulan sehari-hari.
B. Tujuan artistik, yaitu kegiatan manusia mengolah dan mengungkapkan bah
asa itu dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis.
C. Menjadi kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain
D. Tujuan filologis, yaitu mempelajari naskah-naskah tua untuk menyelidiki l
atar belakang sejarah manusia, sejarah kebudayaan, dan adat istiadat, serta
perkembangan bahasa itu sendiri.

2. Struktur, Fungsi, dan Pertumbuhan Otak

Menurut Kusumoputro (dalam Chaer, 2003:115-116) Otak adalah salah


satu komponen dalam sistem susunan saraf manusia. Komponen lainya adalah
sumsum tulang belakang dan saraf tepi. Yang pertama, otak berada di dalam
ruang tengkorak; medulla spinalis berada di dalam ruang tulang belakang
sedangkan saraf tepi sebagian berada di luar kedua ruang tadi.

Menurut Menyuk (dalam Chaer, 2003:116) Otak seorang bayi ketika baru
dilahirkan beratnya hanyalah kira-kira 40% dari berat otak orang dewasa,
sedangkan makhluk primate lainnya seperti kera dan simpanse adalah 70%
dari otak dewasanya. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa manusia
kiranya telah dikodratkan secara biologis untuk mengembangkan otak dan
kemampuannya secara cepat. Perbedaan otak manusia dan otak makhluk lain,
seperti kera dan simpanse bukan hanya terletak pada beratnya saja, melainkan
juga pada struktur dan fungsinya. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang
sifatnya dapat disebut manusiawi, seperti bagian-bagian yang berkenaan
dengan pendengaran, ujaran, pengontrolan alat ujaran, dan sebagainya. Pada
otak makhluk lain tidak ada bagian-bagian yang berkenaan dengan ujaran itu.
Sebaliknya, pada otak makhluk lain banyak bagian yang berhubungan dengan
insting. Ini berarti perbuatan makhluk lain lebih banyak dikendalikan oleh
insting, dan perbuatan manusia bukan hanya karena insting.

Dilihat dari penjelasan di atas, otak terdiri dari dua hemisfer (belahan),
yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan yang dihubungkan oleh korpus
kalosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian besar yang disebut
sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobu parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus
temporalis.

Permukaan otak yang disebut sebagai konteks serebri tampak berkelok-


kelok membentuk lekukan (disebut sulkus) dan benjolan (disebut girus).
Dengan adanya sulkus dan girus ini permukaan otak yang disebut konteks
serebri itu menjadi lebih luas. Konteks serebri mempunyai peranan penting
baik pada fungsi elementer, seperti pergerakan, perasaan, dan pancaindra,
maupun pada fungsi yang lebih tinggi dan kompleks yaitu fungsi mental,
fungsi luhur, dan fungsi kortikal. Fungsi kortikal ini antara lain terdiri dari isi
pikiran manusia, ingatan atau memori, emosi, persepsi, organisasi gerak dan
aksi, dan juga fungsi bicara (bahasa). Girus yang terdapat pada konteks
hemisfer kiri dan kanan mempunyai peranan bagi masing-masing fungsi
tertentu. Konteks hemisfer kanan menguasai fungsi elementer dari sisi tubuh
sebelah kiri, dan konteks hemisfer kiri menguasai fungsi tubuh sebelah kanan.
Jika konteks presental hemisfer kanan tempat pusat pergerakan tubuh rusak
maka akan terjadi kelumpuhan pada sisi tubuh sebelah kiri. Sebaliknya, bila
kerusakan terjadi pada konteks hemisfer kiri maka kelumpuhan akan terjadi
pada sisi tubuh sebelah kanan.

Setiap fungsi kortikal mempunyai lokalisasi kortikal yang utama, tetapi


hasil kerjanya merupakan suatu sistem fungsional dengan bagian-bagian lain
dari otak. Untuk berbicara orang menggunakan fungsi memori, emosi, isi
pikiran, gerakan, dan aksi otot bicara. Demikian juga pengungkapan emosi
manusia tampak pada gerakan otot wajahnya, dan cara bicaranya.
Perkembangan atau pertumbuhan sel otak manusia berlangsung dengan
sangat cepat, sejak bayi hingga akhir masa remaja. Pengenalan terhadap
lingkungan baru pada rentang usia tersebut memicu lahirnya jutaan sel-sel
baru dan pertumbuhan itu masih akan terus berlangsung pada usia dewasa
hanya saja agak lebih lambat.

Perkembangan otak manusia menurut Volpe (dalam Chaer, 2003: 118)


terdiri atas:

1. Pembentukan tabung neural;


2. Profilerasi seluler untuk membentuk calon sel neuron dan glia;
3. Perpindahan selular dari germinal subependemal ke konteks;
4. Deferensiasi seluler menjadi neuron spesifik;
5. Perkembngan akson dan dendrit yang menyebabkan bertambahnya
sinaps (perkembangan dendri tergantung fungsi daerah tersebut);
6. Elimenisi selektif neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi.

3. Hubungan Bahasa dengan Otak

Secara garis besar, sistem otak manusia dapat dibagi menjadi tiga, yakni
(1) otak besar (sereberum), (2) otak kecil (serebelum), dan (3) batang otak. Bagian
otak yang paling penting dalam kegiatan berbahasa adalah otak besar. Bagian pad
a otak besar yang terlibat langsung dalam pemrosesan bahasa adalah korteks sereb
ral. Bagian ini mengatur atau mengelola proses kognitif pada manusia, salah satun
ya proses berbahasa. Korteks serebral terdiri atas dua bbagian, yakni bagian hemis
fer kanan dan hemisfer kiri. Fungsi kedua bagian ini juga berbeda. Hemisfer kana
n adalah bagian otak tempat berpusatnya kebolehan konstruksi, proses kegiatan ge
stalt, pengenalan muka dan garis-garis gambar yang rumit, musik dan lagu serta id
iom-idiom bahasa automatis. Hemisfer kiri memiliki peran berbeda, yaitu tempat
berpusatnya kemampuan membaca, menulis, mengira, sains, teknologi, termasuk
berbahasa.

Hemisfer kiri ini juga disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa dan kort
eksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominan lebih berat, lebih besar giru
snya dan lebih panjang. Hemisfer kiri yang terutama memiliki arti penting bagi bi
cara-bahasa, juga berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal (verbal mem
ory). Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gestur
e), baik yang emosional maupun verbal (Chaer, 2002).

Pada awalnya, penentuan fungsi-fungsi tertentu pada bagian-bagian otak d


idapatkan melalui berbagai penelitian terhadap orang-orang yang mengalami keru
sakan otak dan kecelakaan yang mengenai bagian kepala, selain itu para peneliti j
uga melakukan eksperimen terhadap orang-orang sehat. Pada tahun 1848 Phineas
Gage, seorang pekerja jalan kereta api di negara bagian Vermount, Amerika Serik
at, akibat ledakan bagian depan, kepalanya terkena balok bantalan rel, dan menced
erainya (Fromkin dan Rodman dalam Chaer, 2002). Saat itu dikabarkan, Gage yan
g terkena lemparan balok itu tidak akan sembuh, namun sebulan kemudian ternyat
a dia sembuh dan dapat bekerja kembali; dan tidak terdapat kerusakan pada indra
penglihatan maupun pengucapannya. Dia tetap dapat berbicara dengan lancar. Ber
dasarkan peristiwa yang dialami Phineas Gage ini dapat disimpulkan bahwa daera
h kemampusn berbahasa tidak terletak di bagian depan otak. Hal ini membantah p
endapat Franz Josep Gall (1758-1828) yang mengatakan bahwa kemampuan mem
ori verbal mempunyai pusat di bagian depan otak (Kusumapuro dalam Chaer, 200
2).

Bagian otak lainnya yang mempengaruhi proses berbahasa adalah daerah b


roca. Penelitian ini dilakukan oleh oleh seorang ahli bedah Prancis bernama Paul
Broca pada tahun 1861. Saat itu, Paul Broca menemukan seorang pasien yang tida
k dapat berbicara apapun kecuali mengucapkan “tan tan”. Setelah pasien itu meni
nggal dan dibedah, ditemukanlah kerusakan otak di daerah frontal , yang kemudia
n daerah itu dinamakan daerah Broca, sesuai dengan nama penemunya. Setelah dil
akukan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kerusakan pada daerah broca
menyebabkan seseorang kesulitan dalam menghasilkan ujaran.

Penelitian tentang hubungan bahasa dan otak juga dilakukan oleh Carl We
rnicke, seorang dokter berkebangsaan Jerman pada tahun 1873. Ia menemukan pa
sien yang mempunyai kelainan dalam berbicara. Pasien tersebut tidak mengerti m
aksud pembicaraan orang lain, tetapi masih bisa berbicara sekadarnya. Setelah dib
edah, terdapat kerusakan pada otak bagian belakang (temporalis), yang kemudian
disebut daerah Wernicke. Berdasarkan penemuan itu, diakui bahwa daerah Wernic
ke berperan penting dalam pemahaman ujaran. Penemuan ini sekaligus menjukka
n bahwa letak kemampuan berbahasa berada di bagian belahan kiri otak.

Satu lagi daerah yang terlibat dalam proses ujaran adalah daerah korteks uj
aran superior atau daerah motor suplementer. Bukti bahwa daerah ini dilibatkan d
alam artikulasi ujaran fisik berasal dari ahli bedah saraf , Penfield dan Robert, yan
g melakukan penelitian dengan teknik ESB (Electrical Stimulation of Brain) (Sim
anjuntak dalam Chaer, 2002). Dengan batuan arus listrik keduanya dapat mengide
ntifikasikan daerah-daerah otak yang dipengaruhi rangsangan listrik. Daerah-daer
ah yang terkena rangsangan listrik itu mempengaruhi hasil ujaran secara normal.
Daerah motor suplementer itu berdekatan dengan celah yang digunakan untuk me
ngendalikan gerak fisik, yakni menggerakkan tangan, kaki, lengan dan lain-lain, d
aerah itu juga mengendalikan penghasilan ujaran. Berdasarkan keterangan tersebu
t, dapat disimpulkan bahwa ujaran didengar dan dipahami melalui daerah Wernick
e pada hemisfer kiri; lalu isyarat ujaran itu dipindahkan ke daerah broca untuk me
nghasilkan balasan uajaran itu. Kemudia sebuah isyarat tanggapan ujaran itu dikiri
mkan ke dalam motor suplementer untuk menghasilkan ujaran secara fisik (Chaer,
2002).

4. Teori-teori tentang Hubungan Bahasa dengan Otak

1). Teori Literalisasi

Dari teori Broca dan Wernicke, kita dapat menarik kesimpulan tentang ad
anya spesialisasi atau pembagian kerja pada daerah-daerah otak (korteks) serebru
m manusia. Satu teori yang dapat ditarik dengan jelas adalah bahwa belahan korte
ks dominan, yaitu hermisfer kiri bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan
pemahaman dan produksi bahasa alamiah. Dalam Studi neurolinguistik, hal ini dis
ebut lateralisasi.

2). Teori Lokalisasi


Teori lokalisasi atau lazim disebut pandangan likalisasi berpendapat bahw
a pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah broca dan daerah Wernicke. Ha
nd and writing adalah wilayah yang mengendalikan tangan kanan. Speech and fac
e adalah wilayah yang mengendalikan saraf saluran ucapan. Auditory merupakan
yang memproses bahasa lisan, terutama terutama melalui telinga kanan. Tactile ad
alah wilayah yang memproses informasi pengindraan melalui kulit, saraf, dan tang
an kanan. Sedangkan visual adalah wilayah yang memproses bahasa tulis. Di bagi
an tepi terdapat bagian-bagian lagi yang bernama frontal, parental, occipital, dan
temporal yang keempatnya tidak punya mengaruh dalam proses bahasa ujar.

5. Perbedaan Otak Wanita dengan Otak Pria

Antara otak pria dan wanita terdapat perbedaan. Salah satunya, hermisfer k
iri pada wanita lebih tebal daripada hemisfer kanan. Inilah penyebab umumnya wa
nita lebih piaway dalam berbahasa. Ketika terserang afasia, wanita berpeluang leb
ih besar untuk sembuh ketimbang pria. Begitu pula sat terkena stroke, afasia lebih
banyak muncul pada pria dibanding wanita (Anisah, 2019)

Sebenarnya, Paul Broca juga pernah meneliti dan menghasilkan temuan ba


hwa otak pria lebih besar, memiliki fungsi lebih baik, lebih cerdas dan memiliki b
erbagai keunggulan dibanding otak wanita, kemudian temuan ini dijadikan alasan
para ahli dalam berbagai bidang untuk memperlakukan wanita berbeda dari pria. .
Namun, benarkah demikian?

Majalah Femina edisi bulan Juni 1999 menerbitkan artikel berjudul “Otak
Kita, Keunggulan Kita”, dan yang dimaksud dengan kita di sini adalah wanita. Da
lam tulisan itu diakui memang volume otak pria lebih besar sekita 10-15% dibandi
ng otak pria. Namun, beberapa penemuan mutakhir di bidang neurologi justru me
mbuktikan bahwa otak wanita berfungsi secara berbeda dengan otak pria, dan dala
m perbedaan tersebut, justru membuat wanita lebih unggul. Di manakah letak keu
nggulan otak wanita?

1) Otak Wanita Lebih Seimbang


Penelitian yang dilakukan Dr. Raquel Gur, Psikiater di Universitas Cal
ifornia menunjukkan hasil bahwa otak waniat lebih kaya neuron dibanding
ka otak pria. Perlu dicatat, makin banyak jumlah neuron di suatu daerah, m
aka makin kuat fungsi otak di sana. Umpamanya, kesan “cerewet” dalam
arti positif) yang melekat pada wanita, dalam arti memiliki kemampuan ve
rbal yang tinggi, ternyata dapat dilacak ke otaknya.
Kanak-kanak perempuan juga lebih lebih cepat pandai bicara dibandi
ng kanak-kanak laki-laki. Para peneliti mengaitkannya dengan kemampua
n wanita dalam menggunakan kedua belah hermisfernya (bagian kiri dan k
anan) ketika membaca atau melakukan tindakan verbnal lainnya. Penggun
aan otak kiri dan kanan secara serentak membuat wanita dewasa lebih linc
ah dalam hal verbal dibanding pria. Dalam sebuah tes, terbukti wanita dap
at menyebutkan lebih banyak dari satu huruf serta jauh lebih cepat dalam
mengingat huruf-huruf dibanding pria. Begitu pula ketika wanita terserang
stroke misalnya, peluang sembuhnya lebih besar daripada peluang sembuh
pria.

2) Otak Wanita Lebih Tajam


Menurut Dr. Thomas Crook dan sejumlah alhi (Femina dalam Chaer,
2002) setelah melakukan pengujian indra, menemukan bahwa indra pengli
hatan perempuan lebih tajam daripada indra penglihatan pria, begitupun de
ngan indra pendengarannya. Dr. Thomas Crook juga menyimpulkan bahw
a ingatan pria kurang tajam bila dibandingkan dengan ingatan wanita. Sete
lah meneliti dan mengetes lebih dari 50.000 wanita dari berbagai negara di
Amerika Serikat, Dr. Thomas menemukan bukti bahwa wanita lebih banya
k mengingat detail, asosiasi, dan pengalaman pribadinya dibanding pria.

3) Lebih Awet dan Selektif


Dalam jurnal kedokteran Archieves of Neurology terbitan tahun 199
8 (Femina dalam Chaer, 2002) diungkapkan temuan bahwa otak pria meng
erut lebih cepat daripada otak wanita. Menurut Ruben Gur, jaringan otak p
ada pria menyusut tiga tahun lebih cepat daripada jaringan otak pada wanit
a. Penyusutan ini membawa akibat perubahan yang nyata, yaitu, semakin t
ua seorang pria, maka daya ingatnya, konsentrasinya dan kesabarannya iku
t menyusut.

Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa meskipun vol


ume otak wanita lebih kecil dari volume otak pria, namun otak wanita me
miliki berbagai kelebihan yang membuatnya dapat menjalankan peran dala
m kehidupan secara lebih optimal. Misalnya, dalam penjelasan sebelumny
a telah disebutkan bahwa wanita lebih lincah dalam hal verbal dibanding p
ria, ini semua tidak terlepas dari peran menjadi seorang ibu yang akan dial
ami oleh wanita. Seorang anak mempelajari bahasa pertama dari ibunya, it
ulah mengapa bahasa pertama yang didapatkan anak disebut juga dengan s
ebutan bahasa ibu. Semakin ibu lincah dalam hal verbal (berbicara) semaki
n anak mendapatkan stimulus dalam berbahasa, sehingga proses pemerole
han bahasa anak akan semakin optimal.
KESIMPULAN

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang b


unyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kemampuan berbahasa mer
upakan kemampuan yang dimiliki manusia dan membedakan manusia den
gan makhluk Tuhan lainnya. Bahasa memungkinkan manusia untuk meny
ampaikan informasi dan meneruskan informasi tersebut dari satu generasi
ke generasi berikutnya melalui ungkapan secara tertulis. Bahasa juga dapat
mempengaruhi arah perilaku manusia. Kemampuan bahasa, pikiran, perasa
an, dan penalaran seseorang dapat dirangsang dan dilatih agar fungsi bahas
a dapat dirasakan lebih efektif lagi.

Secara garis besar, sistem otak manusia dapat dibagi menjadi tiga, yakni
(1) otak besar (sereberum), (2) otak kecil (serebelum), dan (3) batang otak.
Bagian otak yang paling penting dalam kegiatan berbahasa adalah otak bes
ar. Bagian pada otak besar yang terlibat langsung dalam pemrosesan bahas
a adalah korteks serebral. Bagian otak lainnya yang mempengaruhi proses
berbahasa adalah daerah broca, dan satu lagi daerah yang terlibat dalam pr
oses ujaran adalah daerah korteks ujaran superior atau daerah motor suple
menter.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi (Bagian Derivasional dan


Infleksional). Bandung: Refika Aditama.

Anisah, Zulfatun. (2019). Relevansi Operasional Bahasa dengan Otak Manusia.


STILISTIKA, 12, 187-196.

Anda mungkin juga menyukai