PENDAHULUAN
Proses berbahasa, ternyata tidak bisa dilepaskan dari salah satu org
an vital manusia yang bernama otak. Menurut Kusumoputro (dalam Chaer,
2003:115-116) Otak adalah salah satu komponen dalam sistem susunan
saraf manusia. Otak memilki dua belahan yaitu hemisfer kiri dan hemisfer
kanan. Para pakar banyak mengatakan jika hemisfer kirilah yang berperan
banyak dalam proses ujaran manusia atau proses berbahasa.
BAB II
ISI
1. Hakikat Bahasa
Sebelum kita membahas tentang hubungan bahasa dengan otak, ada baikn
ya kita bahas terlebih dahulu sekilas tentang bahasa. Menurut Alwasilah (dala
m Sukarto, 2007:24) Bahasa sebagai alat komunikasi antarorang seorang dan a
ntaranggota masyarakat, merupakan hal yang tidak asing lagi. Sehubungan de
ngan itu, telah jelas bahwa masyarakat tidaklah mungkin ada tanpa bahasa. De
mikianlah dengan bahasa orang sudah menganggap biasa-biasa saja. Padahal,
banyak orang, bahkan yang sudah berpendidikan sekali pun, kurang memaha
mi hakikat bahasa yang sebenarnya.
Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan
bahasa bila tidak terkandung makna di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran m
engandung makna atau tidak, haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok m
asyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun bes
ar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap sruktur bunyi ujaran tertent
u akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian, terhimpunlah bermaca
m-macam susunan bunyi yang satu berbeda dengan yang lain, yang masing-m
asing mengandung suatu maksud tertentu di dalam suatu masyarakat bahasa.
Kesatuan-kesatuan arus ujaran tadi, yang mengandung suatu makna tertentu, b
ersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa
Menurut Menyuk (dalam Chaer, 2003:116) Otak seorang bayi ketika baru
dilahirkan beratnya hanyalah kira-kira 40% dari berat otak orang dewasa,
sedangkan makhluk primate lainnya seperti kera dan simpanse adalah 70%
dari otak dewasanya. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa manusia
kiranya telah dikodratkan secara biologis untuk mengembangkan otak dan
kemampuannya secara cepat. Perbedaan otak manusia dan otak makhluk lain,
seperti kera dan simpanse bukan hanya terletak pada beratnya saja, melainkan
juga pada struktur dan fungsinya. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang
sifatnya dapat disebut manusiawi, seperti bagian-bagian yang berkenaan
dengan pendengaran, ujaran, pengontrolan alat ujaran, dan sebagainya. Pada
otak makhluk lain tidak ada bagian-bagian yang berkenaan dengan ujaran itu.
Sebaliknya, pada otak makhluk lain banyak bagian yang berhubungan dengan
insting. Ini berarti perbuatan makhluk lain lebih banyak dikendalikan oleh
insting, dan perbuatan manusia bukan hanya karena insting.
Dilihat dari penjelasan di atas, otak terdiri dari dua hemisfer (belahan),
yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan yang dihubungkan oleh korpus
kalosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian besar yang disebut
sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobu parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus
temporalis.
Secara garis besar, sistem otak manusia dapat dibagi menjadi tiga, yakni
(1) otak besar (sereberum), (2) otak kecil (serebelum), dan (3) batang otak. Bagian
otak yang paling penting dalam kegiatan berbahasa adalah otak besar. Bagian pad
a otak besar yang terlibat langsung dalam pemrosesan bahasa adalah korteks sereb
ral. Bagian ini mengatur atau mengelola proses kognitif pada manusia, salah satun
ya proses berbahasa. Korteks serebral terdiri atas dua bbagian, yakni bagian hemis
fer kanan dan hemisfer kiri. Fungsi kedua bagian ini juga berbeda. Hemisfer kana
n adalah bagian otak tempat berpusatnya kebolehan konstruksi, proses kegiatan ge
stalt, pengenalan muka dan garis-garis gambar yang rumit, musik dan lagu serta id
iom-idiom bahasa automatis. Hemisfer kiri memiliki peran berbeda, yaitu tempat
berpusatnya kemampuan membaca, menulis, mengira, sains, teknologi, termasuk
berbahasa.
Hemisfer kiri ini juga disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa dan kort
eksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominan lebih berat, lebih besar giru
snya dan lebih panjang. Hemisfer kiri yang terutama memiliki arti penting bagi bi
cara-bahasa, juga berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal (verbal mem
ory). Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gestur
e), baik yang emosional maupun verbal (Chaer, 2002).
Penelitian tentang hubungan bahasa dan otak juga dilakukan oleh Carl We
rnicke, seorang dokter berkebangsaan Jerman pada tahun 1873. Ia menemukan pa
sien yang mempunyai kelainan dalam berbicara. Pasien tersebut tidak mengerti m
aksud pembicaraan orang lain, tetapi masih bisa berbicara sekadarnya. Setelah dib
edah, terdapat kerusakan pada otak bagian belakang (temporalis), yang kemudian
disebut daerah Wernicke. Berdasarkan penemuan itu, diakui bahwa daerah Wernic
ke berperan penting dalam pemahaman ujaran. Penemuan ini sekaligus menjukka
n bahwa letak kemampuan berbahasa berada di bagian belahan kiri otak.
Satu lagi daerah yang terlibat dalam proses ujaran adalah daerah korteks uj
aran superior atau daerah motor suplementer. Bukti bahwa daerah ini dilibatkan d
alam artikulasi ujaran fisik berasal dari ahli bedah saraf , Penfield dan Robert, yan
g melakukan penelitian dengan teknik ESB (Electrical Stimulation of Brain) (Sim
anjuntak dalam Chaer, 2002). Dengan batuan arus listrik keduanya dapat mengide
ntifikasikan daerah-daerah otak yang dipengaruhi rangsangan listrik. Daerah-daer
ah yang terkena rangsangan listrik itu mempengaruhi hasil ujaran secara normal.
Daerah motor suplementer itu berdekatan dengan celah yang digunakan untuk me
ngendalikan gerak fisik, yakni menggerakkan tangan, kaki, lengan dan lain-lain, d
aerah itu juga mengendalikan penghasilan ujaran. Berdasarkan keterangan tersebu
t, dapat disimpulkan bahwa ujaran didengar dan dipahami melalui daerah Wernick
e pada hemisfer kiri; lalu isyarat ujaran itu dipindahkan ke daerah broca untuk me
nghasilkan balasan uajaran itu. Kemudia sebuah isyarat tanggapan ujaran itu dikiri
mkan ke dalam motor suplementer untuk menghasilkan ujaran secara fisik (Chaer,
2002).
Dari teori Broca dan Wernicke, kita dapat menarik kesimpulan tentang ad
anya spesialisasi atau pembagian kerja pada daerah-daerah otak (korteks) serebru
m manusia. Satu teori yang dapat ditarik dengan jelas adalah bahwa belahan korte
ks dominan, yaitu hermisfer kiri bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan
pemahaman dan produksi bahasa alamiah. Dalam Studi neurolinguistik, hal ini dis
ebut lateralisasi.
Antara otak pria dan wanita terdapat perbedaan. Salah satunya, hermisfer k
iri pada wanita lebih tebal daripada hemisfer kanan. Inilah penyebab umumnya wa
nita lebih piaway dalam berbahasa. Ketika terserang afasia, wanita berpeluang leb
ih besar untuk sembuh ketimbang pria. Begitu pula sat terkena stroke, afasia lebih
banyak muncul pada pria dibanding wanita (Anisah, 2019)
Majalah Femina edisi bulan Juni 1999 menerbitkan artikel berjudul “Otak
Kita, Keunggulan Kita”, dan yang dimaksud dengan kita di sini adalah wanita. Da
lam tulisan itu diakui memang volume otak pria lebih besar sekita 10-15% dibandi
ng otak pria. Namun, beberapa penemuan mutakhir di bidang neurologi justru me
mbuktikan bahwa otak wanita berfungsi secara berbeda dengan otak pria, dan dala
m perbedaan tersebut, justru membuat wanita lebih unggul. Di manakah letak keu
nggulan otak wanita?
Secara garis besar, sistem otak manusia dapat dibagi menjadi tiga, yakni
(1) otak besar (sereberum), (2) otak kecil (serebelum), dan (3) batang otak.
Bagian otak yang paling penting dalam kegiatan berbahasa adalah otak bes
ar. Bagian pada otak besar yang terlibat langsung dalam pemrosesan bahas
a adalah korteks serebral. Bagian otak lainnya yang mempengaruhi proses
berbahasa adalah daerah broca, dan satu lagi daerah yang terlibat dalam pr
oses ujaran adalah daerah korteks ujaran superior atau daerah motor suple
menter.
DAFTAR PUSTAKA