Anda di halaman 1dari 3

Hubungan bahasa dan otak

Obyek psikolinguistik adalah bahasa yang berproses dalam jiwa manusia. Terdapat
adanya timbal balik antara hubungan bahasa dengan pikiran atau otak, bahwa bahasa
membentuk pikiran dan juga sebaliknya pikiran pun membentuk bahasa yang diucapkan.

Pengertian Bahasa dan Pikiran/Otak

Menurut Sumarmo Markam, bahasa dalam pengertian sempit adalah sarana komunikasi
antar individu yang diucapkan. Dalam pengertian luas, bahasa ialah sarana komunikasi
antar individu yang pada umumnya mencakup tulisan, isyarat, dan kode-kode lainnya.

Bahasa merupakan bagian penting pada proses-proses kognitif. Sulit membayangkan


bagaimana sebuah peradaban tanpa adanya bahasa. Bahasa merupakan sistem kognitif
manusia (diatur oleh rumus-rumus) yang unik, dapat dimanipulasi oleh manusia untuk
menghasilkan sejumlah kalimat bahasa linguistik yang tidak terbatas jumlahnya,
sehingga pada akhirnya dipakai oleh manusia sebagai alat berkomuniasi dan
mengakumulasi ilmu pengetahuan.

Dalam organ tubuh terdapat bagian yang befungsi mengendalikan semua gerak dan
fungsi tubuh manusia, termasuk berbahasa, yaitu otak atau pikiran. Akar kata dari pikiran,
yaitu berasak dari kata pikir yang berarti akal budi. Kemudian kata tersebut mendapat
surfiks-an menjadi kata pikiran.

Pengertian Psikolinguistik dan Neurolinguistik

Psikolinguistik merupakan interdisipliner terdiri dari psikologi, yaitu ilmu yang berfokus
pada pembahasan kejiwaan manusia, dan linguistik, yaitu ilmu yang berfokus pada
pengkajian bahasa secara alamiah. Orang memberikan definisi yang berbeda-beda
meskipun pada esensinya sama. Chaplin mendefiniskian sebagai kajian tentang bahasa
dan komunikasi yang dihubungkan dengan individu yang menggunakannya. Sedangkan
Harley menyebutnya sebagai suatu studi tentang proses-proses mental dalam pemakaian
bahasa. Sementara Clark menyatakan bahwa Psikologi Bahasa berkaitan dengan tiga hal
utama, yaitu komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Dari definisi-definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari proses-
proses mental yang dilalui oleh manusia dalam berbahasa.

Adapun Neurolinguistik merupakan rangkaian disiplin ilmu linguistik, neurologi, dan


psikologi. Fromkin dan Rodman mendefinisikan Neurolinguistik sebagai kajian mengenai
landasan biologis bahasa dan mekanisme otak yang berperan dalam pemerolehan dan
penggunaan bahasa. Neurolinguistik merupakan satu sains baru sebagai kerjasama
diantara Neurologi, Ilmu Kedokteran (perobatan) yang mengkaji sistem syaraf dan
penyakit-penyakitnya, dengan linguistik. Kerjasama ini muncul karena ternyata penyakit
dalam bertutur adalah termasuk bidang kajian neurologi dan juga linguistik. Jadi
neurolinguistik, sebagai sains baru, mengkaji struktur dalam bahasa dan ucapan serta
mekanisme serebrum (struktur otak) yang mendasarinya.

Hubungan Antara Bahasa dan Otak dalam Tinjauan Psikolinguistik


Beberapa ahli mencoba memaparkan bentuk hubungan antara bahasa dan pikiran. Atau
dalam kajian yang lebih sempit terkait bagaimana bahasa mempengaruhi pikiran
manusia. Mungkin disaat berkomunikasi, setiap manusia mempunyai respon dan ekspresi
berbeda setiap kata atau ujaran yang dilontarkan. Sehingga bisa dikatakan bahasa
mempengaruhi proses jiwa dan mental manusia selaku penutur maupun pendengarnya.

Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan


memahami ujaran. Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang
mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat
memproduksi ataupun memahami ujaran. Dengan kata lain, dalam penggunaan bahasa
terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi pikiran.

Psikolinguistik juga bisa dikatakan sebagai studi mengenai manusia sebagai pemakai
bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistembahasa tersebut dapat menjelaskan cara
manusia dalam menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan
ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Dalam hal ini
kaitannya dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup Psikolinguistik yaitu seputar
pemerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemroduksian bahasa, pemrosesan bahasa,
proses pengkodean, hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, dan hubungan antara
bahasa dengan otak. Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuisisi bahasa,
hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa
terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode)
dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa
dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa.

Manusia sebagai pengguna bahasa dapat dianggap sebagai organisme yang beraktivitas
untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca)
ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi.

Ranah kognitif yang berpusat di otak merupakan ranah yang  terpenting. Ranah ini
merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah
efektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Tanpa kemampuan berpikir mustahil
seseorang tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi yang disajikan
kepadanya. Adapun ranah afektif adalah ranah psikologi yang meliputi seluruh fenomena
perasaan seperti cinta, sedih, senang, benci, serta sikap-sikap tertentu terhadap diri
sendiri dan lingkungannya. Sedangkan ranah psikomotorik adalah ranah psikologi
meliputi segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas maupun
kualitasnya karena sifatnya terbuka.

Hubungan Antara Bahasa dan Otak dalam Tinjauan Neurolinguistik

Menurut Whitaker, penentuan daerah-daerah tertentu dalam otak dalam hubungannya


dengan bahasa itu didasarkan pada tiga bukti utama. Pertama, ialah unsur-unsur
keterampilan berbahasa tidak menempati bagian yang sama dalam otak. Keterampilan
berbahasa, seperti berbicara, menyimak, membaca, dan menulis, dan struktur linguistik
seperti ciri sintaksis dan semantik, bentuk leksikal dan gramatikal, memiliki daerah khas
dalam otak. Kedua, ialah bahwa bahasa semua orang menempati daerah yang sama
dalam otak. Ketiga, ialah terdapat hubungan antara kemampuan bahasa dengan belahan
otak.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa otak bukanlah satu gumpalan jaringan
syaraf yang memiliki tugas yang sama pada semua bagian otak dalam mendukung semua
tindakan manusia. Daerah yang berbeda dalam otak memiliki struktur yang berbeda dan
setiap struktur memberikan sumbangan tersendiri untuk setiap perilaku yang dilakukan
manusia. Untuk lebih terperinci akan dijelaskan bahwa otak memegang peran yang
sangat penting dalam berbahasa.

Otak manusia itu memiliki berat 1300 sampai 1400 gram, tapi mengandung kira-kira 100
miliar neuron (sel syaraf). Minda (the mind) merupakan aktifitas kolektif dari bagian-
bagian atau daerah-daerah otak. Untuk memahami minda manusia, kita harus
mengetahui aktivitas-aktivitas dari daerah-daerah otak. Menurut Chomsky, dengan
mengetahui aktivitas-aktivitas dari daerah-daerah otak ini, akan dapat diketahui dan
dipahami bahwa hakekat bahasa merupakan komponen minda yang unik dan tersendiri.

Secara garis besar, sistem otak manusia dapat dibagi menjadi tiga, yakni (1) otak besar
(cerebrum), (2) otak kecil (cerebellum), (3) batang otak. Bagian otak yang paling penting
dalam kegiatan berbahasa adalah otak besar. Bagian pada otak besar yang terlibat
langsung dalam pemrosesan bahasa adalah korteks serebral. Korteks selebral adalah
bagian yang tampak seperti gumpalan-gumpalan berwarna putih dan merupakan bagian
terbesar dalam sistem otak manusia. Bagian ini mengatur atau mengelola proses kognitif
pada manusia, salah satunya tentu saja adalah bahasa.

Korteks serebral terdiri atas dua bagian, yakni belahan otak kiri (hemisfer kiri) dan
belahan otak kanan (hemisfer kanan). Hemisfer kanan mengontrol pemrosesan informasi
spasial dan visual (melihat, memperkirakan, atau memahami ruang atau benda secara
tiga dimensi). Sementara hemisfer kiri mengontrol kegiatan berbahasa, disamping tentu
saja proses kognitif yang lainnya. Koordinasi diantara keduanya dimungkinkan karena
adanya struktur yang menyatukan kedua belah hemisfer ini, yakni korpus kalosum.
Struktur yang berbentuk mirip tulang rawan ini berperan dalam menyampaikan informasi
diantara kedua hemisfer.

Anda mungkin juga menyukai