Anda di halaman 1dari 4

Otak dan Bahasa

Manusia dalam proses berbahasa dimulai dari fase enkode semantik, enkode gramatika, enkode
fonologi, yang kemudian dilanjutkan dengan decode fonologi, dekode gramatika, serta diakhiri
dengan dekode semantik. Proses enkode semantik dan enkode gramatika terjadi dalam otak
penutur, sedangkan enkode fonologi dimulai dari otak penutur yang kemudian dilaksanakan oleh
alat ucap (articulator) di dalam rongga mulut penutur. Berbeda dengan dekode fonologi dimulai
dari telinga pendengar dengan lanjutannya berupa dekode gramatika dan berakhir pada dekode
semantik. Apabila alat-alat fisiologi penutur dan pendengar berada dalam keadaan sehat-normal,
maka pesan semantik yang dikirimkan oleh penutur dapat diterima dengan baik oleh otak
pendengar, dan proses berbahasa berjalan dengan baik dan normal.Karena proses berbahasa lebih
bersifat dua arah, bersifat bolak balik antarpenutur dan pendengar, maka seorang penutur
kemudian bisa menjadi pendengar, dan seorang pendengar kemudian bisa menjadi penutur.
Begitulah proses tersebut terjadi bergantian, yang secara teoretis berjalan terlalu lama dan
panjang, namun sebenarnya dapat berlangsung dalam waktu singkat dan cepat. Semua proses ini
dikendalikan oleh otak yang merupakan alat pengatur dan pengendali gerak semua aktivitas

manusia.

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris adalah salah satu tinjauan dari Psikolinguistik seperti yang
telah dibahas sebelumnya. Otak dan Bahasa lebih dikenal dengan Neurologi, yang ada kaitannya
antara organ otak manusia dengan bahasa, baik itu dalam penyimpanan, penggunaan dan
pemerolehan bahasa itu sendiri. Seperti yang kita ketahui tentang otak adalah pusat dari semua
aktivitas manusia, otak yang berkaitan dengan pikiran, motivasi, emosional manusia sampai pada
saat para ahli neurologi menemukan hubungan akan organ otak dengan bahasa yang dimiliki
oleh salah satu ahli linguistik, Ferdinand de Saussere . Saussere (dalam Hakim (2012)) telah
menjelaskan akan bahasa otak manusia dimana setiap bagian dari organ otak berkontribusi dalam
proses kognitif itu sendiri.

Teimournezhad dan Khosravizadeh (2011) tentang manusia yang unik dibandingkan dengan
yang lain, itu terkait dengan kemampuan yang dimediasi dimana mampu menolong mereka
menemukan fakta-fakta yang ada di dunia. Seperti yang disampaikan juga oleh Lenneberg
(dalam Hakim (2012)) menyatakan bahwa manusia memiliki persyaratan biologis khusus dalam
menerima bahasa yang dibandingkan dengan hewan. Karena alasan Mengapa mengatakan hal
demikian adalah:

1) Ada pusat-pusat yang khas dalam otak manusia;

2) Perkembangan yang sama untuk semua bayi;

3) Kesukaran yang berkelanjutan untuk peralihan bahasa pada manusia;

4) Bahasa tidak mungkin diadakan untuk koleksi lain;


5) Bahasa itu memiliki bahasa kesemestaan ( Bahasa Universal)

Berdasarkan alasan yang telah dipublikasikan, maka sangat jelas terlihat hubungan antara otak
dan pemerolehan bahasa manusia di mana ada bagian-bagian otak yang mengerjakan dalam
pemerosesan bahasa. Ini terlihat dari pendapat Gall (dalam Saptaji (2011)) yang menyatakan
bahwa otak menyetujui satu organ tanpa bagian, dikeluarkan terdiri atas bagian-bagian yang
masing-masing memunyai fungsi tertentu. Bagian terbesar, yang merupakan bagian terbesar dari
otak kita 80% disebut otak besar ( otak besar ). Otak besar ini terdiri atas miliaran sel dan terbagi
menjadi dua bagian (hemisfer kanan dan kiri). Otak besar yang bertanggung jawab atas fungsi-
fungsi berpikir tingkat tinggi dan pengambilan keputusan.

Otak besar manusia terbagi menjadi empat bagian utama yang disebut lobus ( lobus ), yaitu lobus
depan ( frontal ), lobus tengah ( parietal ), lobus penglihatan ( oksipital ), dan pendengaran lobus
( temporalis ). Lobus penglihatan ( oksipital ) terletak sedikit di belakang bagian otak dan
sebagian besar bertanggung jawab pada penglihatan. Lobus depan ( frontal ) terletak di wilayah
skitar kening dan punya andil terhadap tindakan-tindakan yang disengaja, seperti memberi
persetujuan, kreativitas, menyelesaikan masalah, dan berusaha. Lobus tengah ( parietal) terletak
di bagian atas dari otak. Tugasnya adalah memproses sesuatu yang berkaitan dengan sensori
yang lebih tinggi dan fungsi-fungsi bahasa. Lobus pendengaran ( temporal ) terletak di bagian
kiri dan kanan di bagian atas dan sekitar telinga. Bagian ini sebagian besar bertanggung jawab
terhadap pendengaranan, memori, pemaknaan, dan bahasa, sementara ada beberapa fungsi yang
saling bertumpang tindih antara masing-masing lobus ini.

Sementara fungsi dari otak kanan adalah fokus dalam bahasa non verbal, koordinasi, kesenian,
kreativitas dan berfikir holistik. Sedangakan fungsi otak kiri adalah keterlibatan dalam
pengembangan bahasa dan bicara, karena memerlukan kemampuan berbicara, pengucapan
kalimat dan kata, pemahaman percakapan orang, mengulang kata dan kalimat, disamping
kemampuan berhitung, membaca, dan menulis. Kedua belah otak dikeluarkan oleh serabut syaraf
dan kerja sama melalui satu bagian yang disebut korpus kalosum, walau pada pertemuan dalam
aktivitas tertentu hanya satu salah satu otak yang dihasilkan

Perkembangan otak menyebabkan perpindahan Lateralisasi atau dikenal dengan Brain


Lateralization yang mana kedua belahan otak bergantung spesialisasi. Lateralisasi yang disetujui
adalah acara lokalisasi fungsi bahasa pada salah satu peraturan otak. kompilasi anak lahir,
perbedaan fungsi-fungsi kedua belahan otak berlalu sedikit, namum seiring pertumbuhan dan
perkembangan, fungsi belahan otakpun ikut berkembang. Ada yang mengatakan salah satu
belahan otak manusia akan melakukan dominan kompilasi ia beranjak dua tahun hingga 11 atau
13 tahun, namun ada juga yang menyatakan proses itu hanya berlangsung sampai umur lima
tahun.

Lateralisasi otak sangat mempengaruhi bagaimana menghasilkan anak-anak, tergantung pada


bagaimana nantinya anak-anak akan lebih menyukai kemampuan pelafalan anak dalam
pengucapan kata. Menurut Patkowski (dalam Steinberg (1980)) menyatakan bahwa lateralisasi
otak hanya memengaruhi kemampuan anak dalam pelafalan atau pengucapan dalam mendukung,
namun belum mampu memberikan pengetahuan sintaktik anak. Diperlukan, dalam peroses
lateralisasi input yang diperoleh anak hanya terdiri dari bunyi atau pengucapan setiap kata yang
mana akan mampu membuat anak fasih dalam berbicara.

Dilain sisi, Lateralisasi sangat berkaitan erat dengan Zaman Keemasanyaitu masa depan kemasan
anak Pada masa ini merupakan periode yang mudah bagi anak-anak untuk bahasa, karena saraf-
saraf otak masih sangat plastis atau lentur. Setelah selesai Lateralisasi selesai, maka anak-anak
yang disetujui untuk menerima lebih banyak input yang dapat memilih guna mendapatkan lebih
banyak daripada mendapatkan input setelah masa Lateralisasi berakhir. Itulah di katakanlah
lateralisasi beriringan dengan periode kritis yang mampu memudahkan anak dalam memperoleh
atau menggunakan bahasa. Seperti yang dijawab oleh Christian, et. al (dalam Hakim (2012))
bahwa yang disetujui dengan masa keemasan atau periode kritis adalah periode di mana anak
mampu menguasai bahasa dan lebih cepat tanpa mengirim tenaga yang lebih.

Namun, dikondisi yang lain banyak fenomena yang kita temukan tentang masih ada anak-anak
atau orang-orang yang tidak dapat berbicara atau berbicara tentang perubahan, berbicara tentang
salah satu dari yang terkait dengan masalah pada otak. Gangguan pada otak bisa disebabkan oleh
kecelakaan, benturan atau bahkan sudah ada kompilasi anak baru lahir. Menurut Faisal, et al
(dalam Hakim (2012)) menyatakan bahwa perubahan tersebut dapat disebabkan oleh psikolgis
atau kejiwaan seseorang. Saat seseorang tidak stabil atau terganggu, maka hal itu juga dapat
mendukung kinerja otak. Salah satu contoh masalah karena masalah psikologi adalah
schizoprenia. Orang yang menolak schizoprenia mengangkat kembali topik yang dibicarakan,
mereka sering lompat dari topik yang satu ke topik yang lain.

Gangguan yang paling dikenal dalam kajian Psikolinguistik adalah afasia, yang menyebabkan
kerusakan pada otak . Broca Aphasia dan Wernick Aphasia adalah jenis aphasia dan bilamana
terjadi kerusakan pada area Sementara Wernick aphasia adalah adanya gangguan pada daerah
wenick yang dapat menyebabkan anak-anak yang kehilangan kemampuan Mengubah. Anak
tersebut dapat berbicara dengan sangat jelas tetapi kata-kata yang diucapkan tidak masuk akal,
kata-katanya bercampur menjadi satu. Akan tetapi dikembalikan pada Schuel dan Jenkins (dalam
Hakim (2012)) dibagi beberapa jenis aphasia yaitu:

1. Aphasia penghantar, yaitu kerusakan pada pusat otak dan kerusakan pada saluranserabut,
mereka berpindah tingkat atas dan bawah.

2. Aphasia kata kerja (aphasia verbal) disebabkan oleh kerusakan pada lobus, baik di depan
maupun di belakang pusat

3. Aphasia sintaksis (aphasia sintaksis) disebabkan oleh kerusakan-kerusakan pada belitan


(gyrus) otak di daerah lobus frontal.
4. Aphasia kata benda (nominal aphasia) disebabkan oleh kerusakan di daerah “angular
gyrus” (belitan bersiku).

5. Aphasia semantik (aphasia semantik) disebabkan oleh kerusakan pada “supra marginal
gyrus

Setiap orang tidak memiliki masalah permanen pada diri mereka. Melainkan, masalah ini dapat
disembuhkan seiring berjalannya waktu, sebelum diberikan bantuan yang lebih seperti
pengobatan, terapi dan hal yang dimaksud dengan lingkungan dukungan untuk pemulihan

Anda mungkin juga menyukai