Di samping contoh di atas, hipotesis Sapir dan Whorf didukung oleh beberapa temuan di
bidang terutama bidang antropologi. Di bidang tersebut dicontohkan bahwa dua individu
yang memiliki kosa kata tentang warna dasar (basic color) yang berbeda akan
mengurutkan warna sekunder yang berbeda. Language relativistics melihat bahwa kategori
yang ada di dalam bahasa menjadi dasar dalam aktivitas mental seperti kategorisasi,
ingatan dan pengambilan keputusan. Jika asumsi ini benar maka studi tentang bahasa
mengarah pada perbedaan pikiran yang diakibatkan sistem tersebut.
Berdasarkan ketiga kategori tersebut, saya sependapat bahwa Pikiran mempengaruhi
bahasa. Hal ini dikarenakan, semua tindakan manusia dilandasi oleh pola pikir (pikiran).
Pola pikir yang baik akan menghasilkan tindakan yang baik, termasuk berbahasa. Misal,
manusia yang hilang akal (tidak memiliki otak/pikiran yang berfungsi normal) tidak akan
mampu berbahasa dengan baik dan benar. Seperti halnya anak-anak pra sekolah pada
umumnya belum mampu berbahasa dengan lancar karena memiliki kosakata yang terbatas
dibandingkan orang dewasa normal. Hal ini disebabkan karena pada usia pra sekolah
kemampuan otak mereka belum berkembang dengan sempurna.
Bukti lain bahwa Pikiran mempengaruhi bahasa dapat dilihat pada orang yang kilir lidah
dan penderita afasia.
1. Kilir Lidah
Kilir lidah adalah suatu fenomena dalam produksi ujaran di mana pembicara terkilir
lidahnya sehingga kata-kata yang diproduksi bukanlah kata yang dia maksudkan.
Kesalahan yang berupa kilir lidah seperti kelapa untuk kepala menunjukkan bahwa
kata ternyata tidak tersimpan secara utuh dan orang harus meramunya (Meyer dalam
Soenjono, 2008:142). Dalam hal ini yang memiliki peran yang sangat besar dalam
meramu sebuah kata agar antara langue dan parole itu sesuai adalah otak (pikiran).
Biasanya kilir lidah terjadi pada waktu orang yang berbicara merasa gugup atau
ketakutan, sehingga antara konsep yang ada di pikiran dengan bahasa yang diujarkan
mengalami perbedaan.
2. Afasia
Afasia adalah suatu penyakit wicara di mana orang tidak dapat berbicara dengan baik
karena adanya penyakit pada otaknya. Penyakit ini pada umumnya muncul karena
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Rahmat, J. 2000. Catatan Kang Jalal. Bandung: Rosda Karya.