PENDAHULUAN
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam
gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada
simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural
dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi,
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan
yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang
sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari
Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih
banyak daripada wanita. Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang
lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi daripada anak
Studi Cochrane terakhir telah melaporkan data keterlambatan bicara, bahasa dan
gabungan keduanya pada anak usia prasekolah dan usia sekolah. Prevalensi keterlambatan
perkembangan bahasa dan bicara pada anak usia 2 sampai 4,5 tahun adalah 5-8%,
1
Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum pernah
berbahasa. Data di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah
kunjungan pasien anak terdapat 10,13% anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan
bahasa. Penelitian Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat
menemukan prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214 anak yang berusia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi
dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses
bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan,
pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam
batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.(1)
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris.
Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk
memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur
laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung
pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu
pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan.
Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area
pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39
3
pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area
Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain
masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane
timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah
ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk
pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka
impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke
Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu
oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah
dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem
Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan
menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan
diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke
4
area korteks auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh
Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk.
Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk
kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area
Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses
integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode
dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan
dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik dengan pemahaman
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan
yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke
area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian
melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan
artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses
enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan
berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat
pembicara.
Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau
penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara
5
dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses
2.3 Etiologi
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan
mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat
suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan
pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom,
autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan.
Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran
salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan
organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi
motorik lainnya.
gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa
anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan
pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar
organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau
6
Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi
Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa menurut Blager BF:
1.Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang Terlambat
b. Tekanan keluarga Gagap
c. Keluarga bisu Terlambat pemerolehan bahasa
d. Dirumah menggunakan Terlambat pemerolehan struktur bahasa
bahasa bilingual
2.Emosi
a.Ibu yang tertekan Terlambat pemerolehan bahasa
b.Gangguan serius pada orang tua
Terlambat atau gangguan perkembangan
c.Gangguan serius pada anak bahasa
Terlambat atau gangguan perkemba-ngan
bahasa
3.Masalah pendengaran
a.Kongenital Terlambat atau gangguan bicara permanen
b.Didapat Terlambat atau gangguan bicara permanen
7
4.Perkembangan terlambat
a.Perkembangan lambat Terlambat bicara
5.Cacat bawaan
a.Palatoschizis Terlambat dan terganggu kemampuan
bicara
b.Sindrom Down Kemampuan bicaranya lebih rendah
6. Kerusakan otak
a.Kelainan neuromuscular Mempengaruhi kemampuan menghisap,
menelan, mengunyah dan akhirnya timbul
gangguan bicara dan artikulasi seperti
b.Kelainan sensorimotor disartria
Mempengaruhi kemampuan menghisap,
c.Palsi serebral menelan, akhirnya menimbulkan gangguan
artikulasi, seperti dispraksia
d.Kelainan persepsi Berpengaruh pada pernafasan, makan dan
timbul juga masalah artikulasi yang dapat
mengakibatkan disartria dan dispraksia
Kesulitan membedakan suara, mengerti
bahasa, simbolisaasi, akhirnya menimbulkan
kesulitan belajar disekolah
8
Sedangkan menurut Aram D.M, mengatakan bahwa gangguan bicara pada anak
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan
bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan
2. Sistem masukan/input
Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak deng otitis
pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial,
(infeksi intra uterin ; sifilis, rubella, tolsoplasmosis, sitomegalovirus), tuli konduktif seperti
akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak mendengar), tuli
perseptif/afasia sensorik (terjadi kegagalan , integrasi arti bicara yang didengar menjadi
suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia, autisme
infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Pola bahsa juga akan berpengaruh
pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat, demikian juga dengan anak dengan
9
3. Sistem pusat bicara dan bahasa
dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dari anak.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retasrdasi mental, misalnya pada
Sindrom Down.
4. Sistem Produksi
Sistem produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan mekanisme
neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi laring,
pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring, faring dan
rongga mulut.
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam
berkomunikasi yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa
diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga
diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup
aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah
ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah
sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup
beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan
10
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami
golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf
pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini
sering dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada
keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya
baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan
pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami
gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak
gangguan psikologis lainnya. Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami
penderita yang mengalami gangguan alergi seperti gangguan kulit dan saluran cerna.
Gejala gangguan saluran cerna tersebut adalah perut kembung, sering “cegukan”, sering
buang angin, sering muntah atau mual. Muntah bila menangis, berteriak, tertawa, berlari
atau bila marah. Sering nyeri perut sesaat, bersifat hilang timbul. Sulit buang air besar
(bila buang air besar ”ngeden”, tidak setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air
besar sering. Kotoran tinja berwarna hitam atau hijau, berbentuk keras, bulat (seperti
kotoran kambing) atau cair disertai bentuk seperti biji lombok, pernah ada riwayat berak
darah. Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut
11
berbau. Gangguan kulit adalah timbul bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau
serangga, biang keringat, kulit berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan
lainnya. Saat bayi sering timbul gangguan kulit di pipi, sekitar mulut, sekitar daerah popok
dan sebagainya.
Menurut Rutter (dikutip dari Toback C), berdasarkan atas berat ringannya
pemahaman bahasa
12
2.6 Cara membedakan berbagai keterlambatan bicara
kesulitan berbicara.
13
Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau
adalah adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-
bila disertai kelainan neurologis bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan
pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan
anatomis telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya.
yang berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10
minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan. Tanda lainnya
tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan
menangis
membutuhkan sesuatu
18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
orang lain
ditanya
15
36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan
keluarga
diucapkan "aya"
lengkap
a.TES BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) atau ABR (Auditory Brainstem
Response)
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga (telinga luar)
sampai ke otak. Cara kerjanya dengan memberikan bunyik klik pada frekuensi yang
langsung oleh sensor di otak. Tesnya tidak menyakitkan (un-invasive), tidak perlu respon
aktif dari pasien dan hasilnya menyeluruh. Tes ini adalah tes paling umum dalam
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai rumah siput tetapi
terutama rumah siput. Cara kerjanya dengan memberikan nada murni ke telinga dan
menangkap responnya melalui perubahan tekanan di saluran telinga. Tesnya juga tidak
16
menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif dari pasien serta obyektif. Biasanya
tengah karena OME, OMA atau sensorinerual hearing loss (SNHL) yaitu kerusakan sel
c.TES TYMPANOMETRI
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai telinga tengah (tulang
sanggurdi). Caranya mirip dengan OAE tapi responnya dari defleksi (perubahan gerak)
gendang telinga. Tesnya juga tidak menyakitkan, obyektif dan tidak perlu respon aktif dari
d. TES AUDIOMETRI
o audiometri tutur
Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
pendengaran. Selama tes, orang yang dites akan mendengar nada murni yang diberikan
pada frekwensi yang berbeda melalui sebuah headphone atau ear phone. Intensitas nada
berangsur-angsur dikurangi sampai ambang dengar, titik dimana suara terkecil yang dapat
didengar akan diketahui. Hasilnya ditunjukkan dalam desibel (dB) dan dimasukkan ke
17
Caranya dengan memberikan nada murni baik melalui earphone (direct to ear)
ataupun speaker (free field test) dan meminta respon balik dari pasien apakah bunyi
terdengar atau tidak. Tesnya tidak menyakitkan namun agak subyektif dan memerlukan
respon aktif dari pasien. Cukup sulit dilakukan khususnya untuk anak–anak.(8)
stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frkwensi yang berbeda-beda. Secara
kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala
desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone (air conduction) dan skull vibrator (bone
conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai
dengan bermain dan diperlukan audiologist yang berpengalaman untuk mendapatkan hasil
percakapan pada intensitas yang berbeda. Tes terdiri dari sejumlah kata-kata tertentu yang
diberikan melalui headphone atau pengeras suara free field. Kata-kata tersebut harus
diulangi oleh orang yang dites. Setelah selesai, persentase berapa kata yang dapat diulang
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga sampai ke otak.
Cara kerjanya seperti BERA tapi yang diberikan adalah nada murni seperti layaknya tes
audiometri. Namun tidak diperlukan partisipasi aktif dari pasien karena respon langsung
18
dicatat oleh sensor yang menangkap aktifitas otak. Tes ini tidak menyakitkan dan tidak
memerlukan respon aktif namun pasien harus diam dan tenang dalam waktu yang cukup
Seringkali dianjurkan agar pasien ditidurkan atau diberi obat tidur jika memang
sulit, diminta untuk tetap tenang dan diam. Digunakan untuk mendeteksi gangguan
Semakin dini kita mendeteksi kelainan atau gangguan tersebut maka semakin baik
pemulihan gangguan tersebut. Semakin cepat diketahui penyebab gangguan bicara dan
bahasa pada maka semakin cepat stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak
tersebut. Deteksi dini gangguan bicara dan bahsa ini harus dilakukan oleh semua individu
yang terlibat dalam penanganan anak ini, mulai dari orang tua, keluarga, dokter kandungan
yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut.(3)
Usia Kemampuan
0-1 bulan Respons bayi saat mendengar suara dengan melebarkan mata atau
2-3 bulan Respons bayi dengan memperhatikan dan mendengar orang yang
19
sedang bicara
6-9 bulan Babbling (mengucapkan satu suku kata), mengerti bila namanya
disebut
10-12 bulan Imitasi suara, mengucapkan mama/papa dari tidak berarti sampai
13-15 bulan Perbendaharaan 4-7 kata, 20% bicara mulai dimengerti orang lain
22-24 bulan Perbendaharan 50 kata, kalimat 2 kata, 75% dapat dimengerti orang
lain
2-2,5 tahun Perbendaharan > 400 kata, termasuk nama, kalimat 2-3 kata,
4-5 tahun Kalimat degan 6-8 kata, menyebut 4 warna, menghitung sampai 10
Untuk memudahkan orangtua ada beberapa tahap bicara yang dapat dijadikan
parameter. Seperti telah dijelaskan bahwa semakin dini diketahui adanya gangguan
20
perkembangan, semakin cepat dapat dilakukan intervensi berupa stimulasi. Orangtua
o Pada usia 6 bulan, bayi tidak melirik atau menoleh pada sumber suara yang
o Pada usia 15 bulan, anak tidak mengerti atau merespons terhadap kata "tidak"
atau "jangan"
o Pada usia 21 bulan, anak tidak merespons terhadap perintah : duduk, kesini,
atau berdiri
o Pada usia 24 bulan, anak tidak dapat menunjuk dan menyebutkan bagian tubuh
2.9 Penatalaksanaan
penanganan secara khusus. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya akan membaik
setelah usia 2 tahun. Meskipun penyebabnya bukan karena kurang stimulasi, tetapi
keadaan ini memerlukan stimulasi yang lebih dibandingkan anak yang normal.
Stimulasi yang lebih ini tidak harus melalui terapi bicara oleh seorang terapis yang
memerlukan dana dan waktu yang tidak sedikit. Meskipun terapi bicara juga tidak
merugikan bagi anak. Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu
dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga
dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan
21
kemampuan bicara dan bahsa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan
kualitas komunikasinya.(8)
intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya.
pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Multi disiplin ilmu yang
terlibat adalah dokter anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak,
gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog anak, psikiater anak, rehabilitasi medik,
22
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Richard E. (1988). Ilmu Kesehatan Anak : Nelson. Ed. 12. Jakarta : EGC
2. Engel, joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik, Alih Bahasa Teresa, Jakarta : EGC
3. Beth cecily L, sowden Linda A. (2002). Buku Saku Pediatrik, Jakarta : EGC.
4. Markum, A.H. (1991). Buku Ajar Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
7. DEPKES RI. (1997). Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Ed. 10. Jakarta :
www.speechdelayed.com
http://suhadianto.blogspot.com/2009/02/diagnosis-gangguan-perkembangan.html/
24
25