Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG LAIN UNTUK


MENGEKPRESIKAN KEBUTUHAN PERASAAN (EMOSI)

1. Konsep Kebutuhan
1.1 Definisi/ deskripsi kebutuhan komunikasi
Pengertian Komunikasi Secara Umum adalah proses pengiriman dan
penerimaan pesan atau informasi antara dua individu atau lebih
dengan efektif sehingga dapat dipahami dengan mudah. Istilah
komunikasi dalam bahasa inggris disebut communication, yang
berasal dari kata communication atau communis yang memiliki arti
sama atau sama yang memiliki makna pengertian bersama. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dari dua orang atau lebih
agar pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan


dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya,
bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin
tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Banyak pakar
menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat Oleh sebab
itu, komunikasi dilakukan oleh setiap manusia baik dengan non verbal
maupun verbal.

Melalui komunikasi antar perawat dengan pasien dan keluarga dapat


dikaji mengenai pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan
cara mengidentifikasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi,
apakah ada kesulitan dalam berbicara, dalam mendengar dan mengerti
pembicaraan orang lain.
1.2 Fisiologi sistem/ Fungsi normal system
1.2.1 Proses fisiologi bicara 
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan
anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang
membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular
untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara
melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem
pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks
serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur
artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris


dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan,
dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar,
dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat
untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung
jawab untuk pengeluaran suara.

Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat


terdapat pusat-pusat yang mengatur mekanisme berbahasa yakni
dua pusat bahasa reseptif area 41 dan 42 (area wernick),
merupakan pusat persepsi auditori-leksik yaitu mengurus
pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan
bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman  adalah pusat persepsi
visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala
sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area
Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Pusat-pusat tersebut
berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang


ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian
menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini
rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga
tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam
terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut
Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini
diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di otak
diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan
dan disalurkan  dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area
motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya
proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang
dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi
dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit).
Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf
motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting. 

1.2.2 Proses reseptif – Proses decode

Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum


pada batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan
menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima
otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya
diteruskan ke area  korteks auditori pada girus Heschls, dimana
sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal dari
sisi telinga yang berlawanan.

Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi


bermakna yang masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang
sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk diproses.
Sementara  masukan paralinguistik  berupa intonasi, tekanan,
irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa
linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal kiri.
Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi
informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik.
Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa
penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan
dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik
dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat
pengkodean tersebut. 

1.2.3 Proses ekspresif – Proses encode

Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak.


Struktur untuk pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke,
pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca
untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut.
Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan
otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini
merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan.
Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang
dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode
fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat
pembicara.

Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi,


yaitu pemindahan atau penyampaian kode atau disebut kode
bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan telinga
pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai
proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa,
kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus
berkembang  dengan baik.

I.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system


Komunikasi sering mengalami gangguan sehingga proses
komunikasi tidak seperti yang diharapkan. Proses komunikasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor ( Potte; & Perry, 1993 ).
1.3.1 Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, bidan
harus mengerti pengaruh perkembangan usia, baik dari sisi
bahasa maupun proses berpikir orang tersebut. Cara
berkomunikasi anak usia remaja berbeda dengan anak usia
balita. Kepada remaja, Anda mungkin perlu belajar bahasa “
gaul “ mereka sehingga remaja yang kita ajak bicara akan
merasa kita mengerti mereka dan komunikasi diharapkan akan
lancar.
1.3.2 Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu
kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh
pengharapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi. Misalnya, kata “
beton “ akan menimbulkan perbedaan persepsi antara ahli
bangunan dengan orang awam.
1.3.3 Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga
penting bagi bidan untuk menyadari nilai seseorang. Bidan
perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien. Dalam hubungan profesional, bidan diharapkan
tidak terpengaruh oleh nilai pribadi.
Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut,
misalnya klien memandang abortus tidak sebagai perbuatan
dosa, sementara bidan memandang abortus sebagai tindakan
dosa. Hal ini dapat menyebabkan konflik antara bidan dengan
klien.
1.3.4 Latar Belakang Sosial Budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh
faktor- faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara
bertindak dan berkomunikasi. Seorang remaja putri yang
berasal dari daerah lain ingin membeli makanan khas di suatu
daerah. Pada saat membeli makanan tersebut, remaja ini tiba-
tiba menjadi pucat ketakutan karena penjual menanyakan
padanya berapa banyak cabai merah yang dibutuhkan untuk
campuran makanan yang akan dibeli. Apa yang terjadi ?
remaja tersebut merasa dimarahi oleh penjual karena cara
menanyakan cabai itu seperti membentak, padahal penjual
merasa tidak memarahi remaja tersebut. Hal ini dikarenakan
budaya dan logat bicara penjual yang memang keras dan tegas
sehingga terkesan seperti marah bagi orang dengan latar
budaya yang berbeda.
1.3.5 Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian.
Emosi seperti marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi
bidan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bidan perlu
mengkaji emosi klien dengan tepat. Selain itu, bidan juga perlu
mengevaluasi emosi yang ada dirinya agar dalam melakukan
asuhan kebidanan tidak terpengaruh oleh emosi bawah
sadarnya.
1.3.6 Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang
berbeda. Tanned ( 1990 ) menyebutkan bahwa wanita dan laki-
laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia tiga
tahun, wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam group
kecil, menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan dan
meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung
keintiman. Laki- laki di lain pihak, menggunakan bahasa untuk
mendapatkan kemandirian aktivitas dalam grup yang lebih
besar, dan jika ingin berteman, mereka melakukannya dengan
bermain.
1.3.7 Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mempengaruhi komunikasi. Seseorang
yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespons
pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi. Bidan perlu mengetahui tingkat
pengetahuan klien sehingga dapat berinteraksi dengan baik dan
akhirnya dapat memberi asuhan yang tepat kepada klien.
1.3.8 Peran dan Hubungan
Gaya dan komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan
antarorang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang
bidan dengan kolganya, dengan cara komunikasi seorang bidan
pada klien akan berbeda, tergantung peran. Demikian juga
antara orang tua dan anak.
1.3.8 Lingkungan
Lingkungan interkasi akan mempengaruhi komunikasi yang
efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat, akan
menimbulkan keracunan, ketagangan, dan ketidaknyamanan.
Misalnya, berdiskusi di tempat yang ramai tentu tidak nyaman.
Untuk itu bidan perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan
nyaman sebelum interaksi dengan klien.
Begitu juga dengan lingkungan fisik. Tingkah laku manusia
berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya, saat
seseorang berkomunikasi dengan sahabatnya akan berbeda
apabila berbicara dengan pimpinannya.
1.3.9 Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunukasi. Jarak tertentu akan
memberi rasa aman dan kontrol. Misalnya, individu yang
merasa terancam ketika seseorang tidak dikenal tiba- tiba
berada pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya. Hal ini
juga yang dialami oleh klien pada saat pertama kali
berinterkasi dengan bidan. Untuk itu, bidan perlu
memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan
hubungan dengan klien.
1.3.10Citra Diri
Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya,
status sosial, kelebihan dan kekurangannya. Citra diri
terungkap dalam komunikasi.
1.3.11Kondisi Fisik
Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi.
Artinya, indra pembicaraan mempunyai andil terhadap
kelancaran dalam berkomunikasi.  

2. Rencana Asuhan Klien dengan gangguan kebutuhan


2.1 Pengkajian
Identitas klien
Identitas penanggung jawab
2.1.1 Riwayat keperawatan
Riwayat penyakit sekarang: keluhan utama
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data focus
2.1.2.1 Integritas ego:
Gejala: - sulit untuk mengeskpresikan dirinya
- Kecemasan keluarga
Tanda: - perasaan malu
2.1.2.2 Neuro sensori:
Gejala : - sulit untuk mengungkapkan kata-kata
Tanda :-lidah sulit dikeluarkan dan kaku untuk digerakan
- Cara bicara yang lemah dan gemetar
2.1.2.3 Interaksi sosial
Gejala : - kesulitan dalam berkomunikasi
Tanda : - menarik diri
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
2.1.3.1 BERA(Brainstem Evoked Response Audiommetry)
2.1.3.2 Pemeriksaan audiometri
2.1.3.3 pemeriksaan CT scan
2.1.3.4 Timpanometri
2.1.3.5 EEG
2.1.3.6 EMG
2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa I : Gangguan Komunikasi verbal berhubungan dengan
hambatan fisik (trakeostomi)

Definisi
Penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk
menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem
simbol ( segala sesuatu yang memiliki atau menghantarkan makna)

2.2.1 Batasan karakteristik


Objektif
Tidak ada kontak mata atau kesulitan kehadiran dalam tertentu
kesulitan mengolah kata-kata atau kalimat
kesulitan dalam mengprehensifkan dan mempertahankan pola
komunikasi yang biasanya
tidak atau tidak dapat berbicara

2.2.2 Faktor yang berhubungan


Tidak adanya orang terdekat
Perubahan pada sistem saraf pusat
Perubahan pada harga diri atau konsep diri
Gangguan persepsi
Hambatan fisik (misal: trakeostomi, intubasi)
Kelemahan sistem muskuloskeletal
Diagnosa II : Risiko hambatan komunikasi verbal
2.2.3 Definisi
Pola pertukaran informasi dan ide dengan orang lain yang
adekuat untuk memnuhi kebutuhan dan tujuan hidup seseorang
serta dapat di tingkatkan.
2.2.4 Batasan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan kepuasan dengan kemampuan untuk membagi
informasi dan ide dengan orang lain
Objektif
Mampu untuk berbicara atau menulis dalam suatu bahasa
Mengungkapkan pikiran dan perasaan
Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan komunikasi
Membentuk kata, frase, dan kalimat
Menggunakan dan menerjemahkan isyarat nonverbal denan
sesuai
2.2.5 Faktor yang berhubungan
Karena ini merupakan diagnosis sejahtera, etiologi (iy., faktor
risiko) tidak diperlukan. Jika terdapat situasi yang menimbulkan
risiko terhadap komunikasi efektif, gunakan risiko hambatan
komunikasi verbal
2.3 Perencanaan
Diagnosa I : Gangguan Komunikasi verbal berhubungan dengan
hambatan fisik (trakeostomi)
. Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
(lihat daftar rujukan)
Melaporkan peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi secara
verbal
Melaporkan peningkatan komunikasi non verbal

I.3.1 Intervensi keperwatan dan rasional: NIC (lihat daftar rujukan


Kaji kejelasan dan efektifitas pesan verbal
Kaji hambatan terhadap sikap asertif (misal: tingkat melek
huruf)
Tentukan area komunikasi yang ingin diperbaiki oleh pasien
(mis, verbal, nonverbal, tulisan)
Diagnosa II : risiko hambatan komunikasi verbal
I.3.2 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan
NOC (lihat daftar rujukan)
Mengkomunikasikan kebutuhan kepada staf dan keluarga
dengan frustasi minimal
Mengkomunikasikan kepuasan dengan cara komunikasi
alternatif
I.3.3 Intervensi keperwatan dan rasional: NIC (lihat daftar rujukan
Bantu pasien menemukan telepon khusus untuk mereka yang
mengalami gangguan pendengaran
Anjurkan kehadiran pada pertemuan kelompok untuk
melakukan kontak interpersonal, sebutkan kelompok
Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk
mengulangi permintaan
3. Daftar Pustaka

Tomey, M.A. 1994. Nursing Theorist and Their Work. St. Louis : Msby
Company

Erickson, H. C., Tomlin, E. M., and Swain, M.A.P. 2000. Modeling and
Role Modeling :A Theory and paradigm for nursing.Fifth edition.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice – Hall

WidodoJudarwantohttps://speechclinic.wordpress.com/2009/06/28/proses
-mekanisme-bicara-dan-bahasa-proses-fisiologi-bicara/

http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-komunikasi-tujuan-
fungsi-manfaatnya.html

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT RajaGrafindo Persada.


Jakarta.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/elisigiro/pentingnya-komunikasi-
dalam-kehidupan-manusia_552af7c1f17e61145bd623cc
Banjarmasin,……………….2016
Preseptor akademik Preseptor Klinik,

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai