Anda di halaman 1dari 19

TERMINOLOGI DALAM PSIKOLINGUISTIK

Tugas Kelompok I
Mata Kuliah : Psikolinguistik
Dosen : Dr. Merry Lapasau
Kelas :2N

Nama Peserta Kelompok :

1. MELVIN LUMBAN RAJA NPM : 20197470016


2. MEGA SARTIKA RAHAYU NPM : 20197470022
3. META LIESTA ARLIYANI NPM : 20197470025
4. SAFITRI NPM : 20197470054
5. ASAARO LAHAGU NPM : 20197470069
6. FINA FAHRIAH NPM : 20197470073
7. HENIKE YURITA NPM : 20197470088
8. ANGGIA PITALOKA NPM : 20197470108

Prodi Pendidikan Bahasa Inggris


Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Indraprasta PGRI
Jakarta

TUGAS PSIKOLINGUISTIK KELOMPOK 1

Buatlah daftar terminologi dalam psikolinguistik dari abjad A-K lengkap dengan definisinya
dan urutkan sesuai abjad. Istilah-istilah tersebut dapat ditemukan di berbagai buku
psikolinguistik.

Contoh:

A
Afasia: Kerusakan pada otak di daerah Wernicke dan Broca yang menyebabkan gangguan
berbahasa penderitanya. Benson (1975) membedakan afasia menjadi afasia ekspresi atau
motorik (afasia Broca) dan afasia reseptif atau afasia sensorik (afasia Wernicke). Afasia
dapat dibedakan menjadi:

a. Afasia Motorik

Kerusakan pada belahan otak yang dominan yang menyebabkan terjadinya afasia motorik
bisa terletak pada lapisan permukaan (lesikortikal) daerah Broca. Atau pada lapisan di
bawah permukaan (lesi subkortikal)daerah Broca atau juga di daerah otak antara daerah
Broca dan daerah Wernicke (lesi transkortikal). Oleh karena itu, didapati adanya tiga
macamafasia motorik ini.

1. Afasia Motorik Kortikal

Tempat menyimpan sandi-sandi perkataan adalah di korteks daerahBroca. Maka apabila


gudang penyimpanan itu musnah, tidak akan adalagi perkataan yang dapat dikeluarkan.
Jadi, afasia motorik kortikalberarti hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran
denganmenggunakan perkataan. Penderita afasia motorik kortikal ini masihbisa mengerti
bahasa lisan dan bahasa tulisan. Namun, ekspresi verbaltidak bisa sama sekali; sedangkan
ekspresi visual (bahasa tulis danbahasa isyarat) masih bisa dilakukan.

2. Afasia Motorik Subkortikal


Sandi-sandi perkataan disimpan di lapisan permukaan (korteks) daerahBroca, maka apabila
kerusakan terjadi pada bagian bawahnya (subkortikal)semua perkataan masih tersimpan
utuh di dalam gudang. Namun,perkataan itu tidak dapat dikeluarkan karena hubungan
terputus,sehingga perintah untuk mengeluarkan perkataan tidak dapat disampaikan.
Melalui jalur lain tampaknya perintah untuk mengeluarkan perkataan masih dapat
disampaikan ke gudang penyimpanan perkataan itu (gudang Broca) sehingga ekspresi verbal
masih mungkin dengan pancingan. Jadi, penderita afasia motorik subkortikal tidak dapat
mengeluarkan isi pikirannya dengan menggunakan perkataan; tetapi masih bisa
mengeluarkan perkataan dengan cara membeo. Selain itu, pengertian bahasa verbal dan
visual tidak terganggu, dan ekspresi visual pun berjalan normal.

3. Afasia Motorik Transkortikal

Afasia motorik transkortikal terjadi karena terganggunya hubunganantara daerah Broca dan
Wernicke. Ini berarti, hubungan langsungantara pengertian dan ekspresi bahasa terganggu.
Pada umumnyaafasia motorik transkortikal ini merupakan lesikortikal yang
merusaksebagian daerah Broca. Jadi, penderita afasia motorik transkortikal dapat
mengutarakan perkataan singkat dan tepat tetapi masih mungkin menggunakan perkataan
substitusinya. Misalnya untuk mengatakan "pensil" sebagai jawaban atas pertanyaan
"Barang yang saya pegang ini namanya apa? " dia tidak mampu mengeluarkan perkataan
itu. Namun, ia mampu untuk mengeluarkan perkataan, itu tu, tu, tu, untuk menulis." Afasia
jenis ini disebut juga dengan afasia nominatif.
Semua penderita afasia motorik jenis apapun bersikap "tidak berdaya". Mengapa? Karena
keinginan untuk mengutarakan isi pikirannya besar sekali, tetapi kemampuan untuk
melakukannya tidak ada sama sekali. Mereka pun seringkali jengkel karena apa yang
diekspresikan tidak dipahami sama sekali oleh orang di sekelilingnya; padahal untuk
menghasilkan curah verbal yang tidak dipahami itu, mereka sudah berusaha keras.

b. Afasia Sensorik
Penyebab terjadinya afasia sensorik adalah akibat adanya kerusakan pada lesikortikal di
daerah Wernicke pada hemisferium yang dominan. Daerah itu terletak di kawasan asosiatif
antara daerah visual, daerah sensorik, daerah motorik, dan daerah pendengaran. Kerusakan
di daerah Wernicke ini menyebabkan bukan saja pengertian dari apa yang didengar
(pengertian auditorik)" terganggu, tetapi juga pengertian dati apa yang dilihat (pengertian
visual) ikut terganggu. Jadi, penderita afasia sensorik ini kehilangan pengertian bahasa lisan
dan bahasa tulis. Namun, dia masih memiliki curah verbal meskipun hal itu tidak dipahami
oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain. Curah verbalnya itu merupakan bahasa baru
(neologisme) yang tidak dipahami oleh siapa pun. Curah verbalnya itu terdiri dari kata-kata,
ada yang mirip, ada yang tepat dengan perkataan suatu bahasa; tetapi kebanyakan tidak
sama atau sesuai dengan perkataan bahasa apa pun.
Neologismenya itu diucapkannya dengan irama, nada, dan melodi yang sesuai dengan
bahasa asing yang ada. Sikap mereka pun wajar-wajar saja, seakan-akan dia berdialog dalam
bahasa yang saling dimengerti. Dia bersikap biasa, tidak tegang, marah, atau depresif.
Sesungguhnya apa yang diucapkannya maupun apa yang didengarnya (bahasa verbal yang
norma. keduanya sama sekali tidak dipahaminya.

Afasiologi: Studi tentang gangguan bahasa yang biasanya diakibatkan oleh kerusakan otak ,
akibat kecelakaan neurovaskular — pendarahan, stroke — atau terkait dengan berbagai
penyakit neurodegeneratif, termasuk berbagai jenis demensia .

Afemia: Gangguan bahasa yang biasa disebut afasia tetapi Broca menamainya afemia.

Agnosia: Ketidakmampuan memproses informasi sensorik. Seringkali ada kehilangan


kemampuan untuk mengenali benda, orang, suara, bentuk, atau bau sementara indra
spesifik tidak rusak juga tidak ada kehilangan memori yang signifikan. Biasanya dikaitkan
dengan cedera otak atau penyakit neurologis , terutama setelah kerusakan batas
oksipitotemporal , yang merupakan bagian dari aliran ventral. Agnosia hanya memengaruhi
modalitas tunggal, seperti penglihatan atau pendengaran. Baru-baru ini, gangguan top-
down dianggap menyebabkan gangguan dalam menangani informasi persepsi.

Aleksia : Hilangnya kemampuan untuk membaca.

Alveolar: Daerah yang berada persis dibelakang pangkal gigi atau pada alveolar dapat
ditempatkan ujung lidah untuk membentuk bunyi yang dinamakan aveolar. Contoh bunyi [t]
dan [d].
Ambidekstrus (ambidextrous): Orang yang mampu menggunakan tangan kiri atau kanannya
secara seimbang.

Apraxia atau apraksia: Gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan untuk


mengendalikan gerakan. Kondisi ini terjadi akibat adanya cedera atau kelainan pada lobus
parietal di otak. Selain sulit menggerakkan wajah, kaki, dan tangan, anak dengan kondisi ini
sering kali susah berkomunikasi.

Amnesia atau hilang ingatan: Gangguan yang menyebabkan seseorang tidak bisa mengingat
fakta, informasi, atau kejadian yang pernah dialaminya. Gangguan daya ingat pada
penderita amnesia bisa ringan atau berat hingga mengganggu kehidupan penderitanya.
Amnesia dapat terjadi sementara atau permanen. Hilangnya ingatan pada kondisi ini dapat
berupa hilang ingatan sebagian atau seluruhnya. Umumnya penderita amnesia masih dapat
mengingat identitas dirinya, hanya saja akan kesulitan untuk mengingat hal baru atau
mengingat kejadian di masa lalu.

Atomistik: Salah satu sifat yang merupakan kelemahan psikolinguistik generasi pertama
yang dinyatakan oleh Osgood mengenai teori pemerolehan bahasa dengan menyatakan
jumlah pemerolehan bahasa adalah kemampuan untuk membedakan kata dan bentuk yang
berbeda dan kemampuan untuk melakukan generalisasi.

Area indra: Area pada korteks otak besar tempat dikumpulkankannya informasi yang
didapat dengan metode fisiologis dari persepsi, termasuk dari panca indra. Informasi
persepsi tersebut diterima dari talamus oleh masing-masing:

 Korteks visual primer (bahasa Inggris: striate cortex, V1), dengan korteks visual
sekunder (bahasa Inggris: extrastriate visual cortical areas, V2, V3, V4, V5)
 Korteks pendengaran primer
 Korteks somatosensory primer (bahasa Inggris: postcentral gyrus)
Area motor : Terdapat pada kedua belah korteks dan berbentuk seperti headphone yang
melingkar dari telinga kiri ke telinga kanan. Area motor pada korteks belahan kanan
mengatur gerakan tubuh bagian kiri dan sebaliknya.

Area korteks dibagi menurut:

a. Area motor primer, meliputi area pada lobus frontal posterior yang berguna untuk
menjalankan gerakan-gerakan tubuh.

b. Area premotor, aktivitas pada area ini sangat penting karena mengandung tuntunan
bagi gerakan dan pengendalian otot besar dan proksima dari tubuh.

c. Area motor suplemen, suatu area tempat suatu gerakan tubuh dipilih dan
dipersiapkan.

Area asosiasi : Berfungsi guna merekam pengalaman persepsi, agar manusia dapat lebih
efisien dalam melakukan interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Area ini juga berfungsi
sebagai abstraksi dari pemikiran dan bahasa.

Autism Spectrum Disorder (ASD) : Suatu gangguan perkembangan syaraf yang terus
terhadap kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-
orang di sekitarnya.

Autistik: Pikiran yang tidak terarah.

Artikulator: Bagian alat ucap yang bergerak.

Afiksasi : Pengimbuhan, adalah proses pembentukan kata dengan memberi imbuhan pada
benduk dasar, baik bentuk dasar tunggal atau kompleks.

Auditory processing disorder: Kesulitan membedakan bunyi.


Attention Deficit Disorder (ADD): Kesulitan duduk dengan tenang. Dalam hal ini didominasi
sifat hiperaktif.

B
Berbicara komunikatif : Kemampuan mengirimkan pesan dengan jelas, manusiawi, efisien
dan menerima pesan secara akurat.

Bahasa kedua: Bahasa kedua (Language 2) atau L2 adalah jenis bahasa yang bukan bahasa
ibu (bahasa utama) bagi penutur, akan tetapi sering dipergunakan di lingkungan sekitar dari
penutur sebagai media komunikasi lanjutan. Bahasa kedua berbeda dengan bahasa asing,
sebab bahasa asing merupakan bahasa tambahan yang dipelajari penutur, tetapi tidak
diterapkan di wilayah penutur tersebut. Beberapa bahasa kedua dipergunakan di berbagai
negara sebagai bahasa formal (lingua franca).

Bahasa pertama: Bahasa ibu (bahasa asli, bahasa pertama; secara harafiah mother tongue,
mother language, native language, atau first language dalam bahasa Inggris) merupakan
bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota
masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya

Babbling: Berceloteh-mengeluarkan bunyi yang berupa suku kata terjadi pada saat anak
beusia sekitar 6 bulan. Pada masa ini anak mulai mencampur konsonan dengan vocal.

Behaviorisme: Proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu
oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Anak dianggap sebagai penerima pasif
dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses
perkembangan perilaku verbalnya. Kaum behavioris bukan hanya tidak mengakui peranan
aktif si anak dalam proses pemerolehan bahasa, malah juga tidak mengakui kematangan si
anak itu. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang
diberikan oleh lingkungannya.

Bilingualisme/bilingual: Digunakannnya dua buah bahasa oleh seorang penutur dalam


pergaulannya dengan orang lain secara bergantian atau bisa diartikan sebagai penggunaan
dua bahasa secara bergantian oleh seorang penutur dengan orang lain.
Broca, Paul: Seorang ahli bedah Perancis yang menemukan kerusakan otak pada daerah
frontal setelah ia membedah otak pasien yang telah meninggal yang semasa hidup hanya
bisa menyebut “tantan”. Daerah otak tersebut selanjutnya disebut daerah Broca. Jadi
kerusakan otak pada daerah Broca menyebabkan seseorang kesulitan dalam menghasilkan
ujaran. Broca juga melaporkan bahwa kerusakan pada daerah yang sama pada hemisfe
kanan tidak menimbulkan pengaruh yang sama. Artinya, pasien yang mendapat kerusakan
yang sma pada hemisfer kanan tetap dapat menghasilkan ujaran secara normal. Penemuan
ini menjadi dasar teori bahwa kemampuan bahasa terletak di belahan atau hemisfer kiri
otak; dan daerah Broca berperan penting dalam proses atau perwujudan bahasa.

Boustrophedon: Urutan menulis dari kanan ke kiri, ganti baris, lalu dari kiri ke kanan, balik
lagi dari kanan ke kiri.

Bilabial: Bunyi yang dihasilkan bila bibir atas dan bibir bawah berdekatan.

Blends (campur kata): Salah satu tipe kilir lidah yang munculnya disebabkan oleh seleksi
yang keliru saat seseorang tergesa-gesa sehingga dia mengambil satu kata atau sebagian
suku dari kata pertama dan kata yang kedua dan kemudian kedua bentuk ini dijadikan satu.
Contoh: Please expland (explain dan expand).

Bicara telegraphic : Mengucap dua kata yang memaksa untuk menyampaikan seluruh isi
pikirannya. Bicara telegraphic penderita ini dapat mengikuti perintah pendek. Saat bertanya
ia menunjuk benda atau orang yang ingin diketahui dan .dapat menunjuk tiga bagian tubuh.

C
Celebral cortex: Korteks serebral adalah lapisan tipis (1,5 mm sampai 5 mm) yang
membungkus otak. Serebral korteks tersusun dari tonjolan berlipat berkerut yang disebut
gyri dan celah yang disebut sulci. Korteks serebral dilapisi oleh selaput meninges yang
tersusun dari ratusan hingga ribuan sel saraf yang saling berdempetan. Korteks otak sering
juga disebut sebagai materi abu-abu. Sebagian besar pemrosesan informasi sensorik dari
lima indera terjadi di korteks serebral. Bagian otak ini yang paling berkembang dari otak
manusia dan bertanggung jawab untuk berpikir, memahami, berbicara, memproduksi dan
memahami bahasa, ingatan, perhatian/kewaspadaan, kepedulian, kesadaran, organisasi dan
perencanaan, pemecahan masalah, kemampuan sosial, fungsi motorik lanjutan, hingga
mengambil keputusan.

Cerebral Palsy: Lumpuh otak namun hal ini bukan penyakit melainkan kondisi terganggunya
fungsi otak dan jaringan syaraf yang mengendalikan gerakan, lajur belajar, pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan berfikir.

Corpus callosum: Merupakan saluran besar serabut saraf yang menghubungkan otak
kiri dan otak kanan.

Critical Age hypothesis: Masa anak antara umur 2-12 tahun mempunyai kemampuan untuk
memperoleh bahasa manapun yang disajikan secara natif dan anak memiliki kemampuan
seorang penutur asli. Hal ini tampak terutama pada aksennya.

Critical periode : Field (2003: 98) menyampaikan adanya hipotesis periode kritis sebagai
berikut, “hipotesis periode kritis adalah ada waktu selama awal kehidupan kita ketika kita
memiliki penerimaan bahasa maksimum.

Cooing: Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi dekutan adalah bunyi bunyian
yang dikeluarkan anak pada usia sekitar 6 minggu yang belum dipastikan bentuknya karena
memang belum terdengar jelas.

D
Down syndrome : Keterbelakangan mental

Deria motor : Kecerdasan yg mempunyai struktur yang didasarkan pada aksi dan pada
gerakan gerakan serta pengamatan tanpa bahasa.
Diensifalon : Alat yang menerima semua rangsangan kecuali bau dan meneruskannya ke
area sensorik otak besar dan juga mengatur suhu dan nutrien, menjaga kesadaran ,
menumbuhkan sikap agresif.

Demensia: Penyebab utama ketidakmampuan dan ketergantungan lansia yang diakibatkan


degenerasi otak dan rusaknya saraf sinapsis. Berikut ini adalah jenis demensia / gejala
gangguan ditahap awal demensia.

a. Demensia Alzheimer
Kesulitan menemukan kata yang tepat untuk benda, kesulitan memberi nama objek
tertentu, gangguan pemahaman kata dan bersuara keras.

b. Demensia Vaskular
Kesulitan menemukan kata yang tepat untuk objek, kesulitan memberi nama objek
tertentu, gangguan pemahaman kata, tuturnya tidak bisa dipahami dan kompleksitas
berkurang.

c. Demensia Parkinson
Kesulitan artikulasi, kehilangan kefasihan verbal, kalimatnya tanpa tata bahasa,
ucapan lambat dan suara pelan.

d. Demensia Lewy Body


Gabungan dari kesulitan yang dialami penderita Demensia Alzheimer dan Demensia
Parkinson.

e. Demensia Frontotemporal Afasia


Bicara lambat dan ragu-ragu, kalimatnya tanpa tata bahasa, gangguan pemahaman
kata, kesulitan memberi nama objek tertentu, kehilangan keterampilan membaca
dan menulis.

f. Demensia Semantik
Kesulitan memberi nama objek tertentu, gangguan pemahaman kata, kurangnya
kosa kata, kehilangan keterampilan membaca dan menulis.

Disleksia: Gangguan wicara yang terdiri dari dua jenis yaitu Aleksia (alexia) yang merupakan
hilangnya kemampuan membaca dan Agrafia (agraphia) yang merupakan hilangnya
kemampuan untuk menulis dengan huruf-huruf yang normal.

Dekode : Peristiwa atau proses penerimaan kode bahasa. Proses decode melalui beberapa
tahapan, yaitu:
1. Dekode fonologis yaitu penerimaan unsur-unsur bunyi itu melalui telinga pendengar.
2. Dekode gramatikal yaitu pemahama bunyi itu sebagai satuan gramatika.
3. Dekode semantic yaitu pemahaman akan konsep-konsep atau ide-ide yang dibawa
oleh kode tersebut.
Prosed Dekode ini terjadi di dalam otak pendengar.

Diftong : Gabungan bunyi dalam satu suku kata, yang digabung adalah huruf vokal. Atau
gabungan bunyi dua huruf vocal. Contoh “au” pada Kalau, dibaca kalaw.

Decentering : Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan


untuk bisa memecahkannya.

Dikotomi : Pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan. Dan psikolinguistik
merupakan ilmu dikotomi dari psikologi dan linguistik.

Defresif : Gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan
rasa tidak peduli.

Down Syndrome: Gangguan perkembangan anak yag bersifat medis dan secara tipikal
bukan hanya menjadikan anak memiliki abnormaalitas secara fisik melainkan juga secara
mental.

Deffault setting: Suatu titik tolak yang dipakai sebagai langkah awal pemerolehan bahasa.
Discovery procedure: Prosedur untuk membangun tata bahasa dari suatu bahasa dari
korpus, kumpulan kalimat dan lain-lain.

Degenerate: Menurut Chomsky bahasa sang ibu itu “amburadul” (degenerate) yang artinya
bahasa yang kita pakai tidak selamanya apik.

Disartria (dysarthria): Gangguan wicara yang berupa lafal yang tidak jelas tetapi ujarannya
utuh.

E
Ekolala: Perbuatan membeo, atau menirukan apa yang dikatakan orang lain; biasa disebut
latah. Latah sebenarnya adalah sindrom yang terdiri atas curah verbal repetitive yang
bersifat jorok (koprolala) dan gangguan lokomotorik yand dapat dipancing.

Echolalia : Mengulang-ulang kalimat yang tidak relevan dengan konteks.

Ekslamasi: Kalimat ucapan yang muncul jika seseorang melahirkan pengalaman dalam
bentuk bahasa karena adanya tekanan yang emosi yang sangat kuat.

Enkode: Proses produksi atau proses rancangan berbahasa. Proses rancangan berbahasa
produktif melalui beberapa tahapan, yaitu
1. Enkode semantic yaitu proses penyusupan konsep, ide atau pengertian.
2. Enkode gramatikal yaitu penyusunan konsep ide itu dalam bentuk satuan gramatika.
3. Enkode fonologi yaitu penyusunan unsur bunyi dari kode itu.
Proses enkode ini terdapat dalam otak pembicara, kecuali representasi fonologinya yang
terjadi di dalam mulut

Ekspletif: Tutur kata yang kurang memiliki makna, seperti “oh!” mengekspresika rasa kaget.

Ekopraksia : Kelainan gerakan yang ditandai dengan reaksi meniru gerakan-gerakan


sederhana dari orang-orang di sekitarnya secara otomatis . Ekopraksia biasanya dapat
ditemui pada penderita skizofrenia atau katatonia  , namun gejala penderita demensia  juga
dapat menunjukkan rekasi serupa. Penderita ekopraksia biasanya akan mengikuti atau
mengulang gerakan-gerakan sederhana orang lain yang dilihatnya . Contoh gerakan
sederhana yang dapat ditiru adalah gerakan bertepuk tangan, menjentikkan jari, dan
berjabat tangan.

F
Fonologi : Ilmu tentang perbendaharaan bunyi – bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya.
Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi – bunyi bahasa
yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai
satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata. Fonologi
terdiri dari dua bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonologi berbeda dengan fonetik.
a. Fonetik
Mempelajari bagaimana bunyi – bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau
dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang
berhubungan dengan penggunaan dan pengucapan bahasa. Dengan kata lain,
fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa
atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.
b. Fonemik
Mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.

Fisiologi : Salah satu dari cabang – cabang biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem
kehidupan. Fisiologi menggunakan berbagai metode untuk mempelajari biomolekul, sel,
jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik
dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan.

Faring (pharynx): Saluran udara menuju rongga mulut atau hidung.

Fasikulus arkuatus (arcuate fasciculus) : Serabut-serabut (fiber-fiber) yang menghubungkan


daeran Wernick dan Broca yang tugasnya mengkoordinir pendengaran, penglihatan, dan
pemahamam yang diproses di daerah wernick dengan proses pengujaran yang dilakukan di
daerah broca.

Father Bridge Hypothesis: Gejala dimana ayah seolah-olah menjadi jembatan untuk
berkomunikasi yang lebih jelas ini terjadi karena ayah umumnya berbicara lebih pendek,
lebih banyak memakai kalimat imperative dan direktif dan banyak meminta penjelasan dari
anak. Keadaan ini justru sangat baik untuk anak karena dia lalu sepertinya dipaksa untuk
mengekspresikan diri agar ayah mengerti apa yang dikatakannya
Felicity condition: adalah syarat kelayakan dimana kalimat mempunyai nilai bial diucapkan
oleh orang-orang yang memiliki wewenang tertentu.

Freudian slips: Seleksi semantic yang keliru yang merupakan salah satu tipe kilir lidah, orang
meretrif kata yang ternyata bukan yang dia inginkan. Kekeliruan ini bukan acak sifatnya tapi
ada alasannya.

G
Gagap : Gangguan bicara di mana aliran bicara terganggu tanpa disadari oleh pengulangan
dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa ; serta jeda atau hambatan tak disadari
yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Umumnya gagap bukan disebabkan oleh
proses fisik produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata. Gagap juga tak
berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Di luar kegagapannya, orang yang
gagap umumnya normal. Gangguan ini juga bersifat variabel, yang berarti bahwa pada
situasi tertentu, seperti berbicara melalui telpon, tingkat kegagapan dapat meningkat atau
menurun. Walaupun penyebab utama gagap tidak diketahui, factor genetic dan
neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya gangguan ini.

Genetika : Cabang biologi yang menyangkut dengan pewarisan sifat.

Generalisasi, teori hipotesis: Kemampuan kanak-kanak melihat hubungan-hubungan


semantic antara nama-nama benda (kata-kata) mulai dari yang konkret sampai pada yang
abstrak.
H
Hippocampus : Mengalami kerusakan pada bagian otak.

Hemisfer kiri dianestesia : Kemampuan berbahasa hilang.

Hemisfer kanan dianestesia : Kemampuan berbahasa tetap ada.

Holisme : Seluruh otak bertanggung jawab dan terlibat dalam proses pemahaman dan
produksi bahasa.

Hipotesis periode kritis : Waktu selama awal kehidupan kita ketika kita memiliki
penerimaan bahasa maksimum.

Hipotesis holofrase : Sebuah cara berbicara yang dimana kemudian bersifat telegrafis, dan
juga panjang terhadap rata-rata pengucapan. Secara singkat hipotesis holofrase adalah
sebuah fase dimana dimiliki seorang anak bayi yang dimana memiliki kemampuan untuk
berbicara. Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2 tahun.

Hemisfer : Dua sisi simetris yang membagi otak besar. Hemisfer ini biasanya disebut juga
belahan otak. Hemisfer ini terdiri dari bagian kiri dan kanan.

Huntington’s Disease : HD merupakan genetik neurogeneratif progresif yang


mengakibatkan kemunduran motorik, kognitif dan kejiawaan. Satu dari sepuluh ribu orang
dapat terjangkit HD. Ada 2 macam HD yaitu umumnya muncul di usia 35-42 tahun dan yang
terjadi pada masa anak atau remaja. Ditemukan tahun 1872 oleh George Hungtington,
identifikasi HD nampak dari hilangnya kemampuan sebagai berikut:

 Berajalan (mengendalikan kordinasi motorik)


 Berbicara (mengekspresi pikiran)
 Mengingat (memori dan persepsi)
 Kemandirian (membutuhkan perawatan)
Sebelum kemampuan motorik hilang, terdapat beberapa simtom yang mengindentifikasi HD
seperti:
 Perubahan perilaku: perilaku antisosial, berhalusinasi, mudah marah.
 Gerakannya tidak normal: menggerakan kepala untuk menggantikan gerak mata, mimik
wajah meringis, gerak lamban tidak terkontrol.
 Pikun: hilang memori, tidak dapat mengambil keputusan.
 Gejala lain: stress, cemas, sulit menelan.
 Gejala pada anak: kaku, gerakan pelan, gemetar

Gejala lain disertai dengan komplikasi antara lain:


 Tidak mampu merawat diri
 Melukai diri sendiri
 Depresi
Kompleksitas di atas menyebabkan rentang usia penderita HD hanya bertahan hingga 10-25
tahun sejak diagnosa HD ditegakkan. Dari karakteristik diatas dapat dikatakan penderita HD
memiliki kompleksitas kelaian layaknya gabungan antara alzheimer, parkinson dan
schizopehrenia.

Adapun masalah komunikasi yang dialami individu Hdbervariasi antar penderitanya, antara
lain:
 Lemahnya otot
 Lacaunya gerak otot wicara
 Bermasalah dengan kondisi nafas
 Kesulitan menemukan kata dalam memori
 Pelafalan tidak tepat
 Kesulitan secara pragmatik
 Tidak mampu berbicara
 Kesulitan memahami informasi
 Kesulitan baca tulis
Heller’s Syndrom: Gangguan perkembangan pervasif yang banyak muncul pada anal laki-laki
daripada anak perempuan. Penyandangnya mengalami perkembangan bahasa, sosial dan
keterampilan lainnya secara normal hingga usia dua sampai tiga tahun. Bulan-bulan
berikutnya mengalami kemunduran. Anak menjadi pendiam, hilang keterampilan. Hal ini
sama seperti autisme.

HERA: Hemispheric Encoding/Retrival Asymmetry : Penyimpanan memori dan retrival


memori tidak berada pada tempat yang sama. Ditemukan bahwa penyimpanan memori
dilakukan oleh hemisfir kiri khususnya di kortex prafontal, korteks cingulate anterior, dan
girus parahippocampal. Sementara itu retrial memori dilakukan oleh hemisfirkanan pada
tiga daerah yang sama ini.

Holophrastic : Menggunakan satu kata untuk menyampaikan seluruh isi pikirannya. Makna
kata sangat tergantung pada perubahan nada suara. Misalnya kata “ mimic” yang maknanya
adalah minta susu dan mau tidur.

I
Imitasi : Dalam perolehan bahasa terjadi ketika anak menirukan pola bahasa maupun kosa
kata dari orang-orang yang signifikan bagi mereka, biasanya orang tua atau pengasuh.

Interaksionisme : Pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan


mental pembelajaran dan lingkungan bahasa.

Innate property: Bekal kodrati yang membuat anak kemudian mampu untuk
mengembangkan bahasa.

Interlanguae (bahasa antara): Bahasa yang digunakan seseorang yang sedang belajar
bahasa kedua pada satu tahap tertentu, sewaktu dia belum dapat menguasai dengan baik
dan sempurna bhasa kedua itu.

J
Join action : Perbuatan bersama baik pembicara maupun interlokutornya yang pada
dasarnya mempunyai aturan yang mereka ketahui bersama.

Jakobson, teori: Teori yang mencoba menjelaskan pemerolehan fonologi berdasarkan


struktur-struktur universal linguistik, yaitu hukum-hukum structural yang mengatur setiap
perubahan bunyi.

K
Korteks otak besar : Bagian dari otak besar yang berkembang dari dorsal
telencephalon atau pallium. Pada percobaan dengan medium tikus, ditengarai bahwa
perkembangan korteks otak besar sangat dipengaruhi oleh hormon tiroksin.

Kompetensi : Pengetahuan tentang gramatika bahasa ibu yang dikuasai anak secara tidak
sadar.

Kognisi Sosial : Anak memperoleh pemahaman terhadap kata (semantik) karena secara
kognisi ia memahami tujuan seseorang memproduksi suatu fonem melalui mekanisme
atensi bersama.

Kilir lidah: Suatu fenomena dalam produksi ujaran di mana pembicara “terkilir” lidahnya
sehingga kata-kata yang di produksi bukanlah kata yang dia maksudkan. Ada dua macan kilir
lidah; (1) Kilir lidah yang munculnya disebabkan seleksi yang keliru, ada tiga jeni kilir lidah
yang pertama yaitu (a) seleksi semantic yang keliru, (b) malaproprisme, dan (c) campur kata
(blends). dan (2) kilir lidah yang merupakan kekeliruan assemblingnya.
Kognitivisme: Menurut Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu
ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang
berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan
bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam
kognisi. Jadi, urutan – urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan
bahasa. Sementara menurut Chomsky, mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak
dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas itu. Begitu juga
lingkungan berbahasa tidak dapat menjelaskan struktur yang muncul di dalam bahasa anak.
Oleh karena itu, menurut Chomsky, bahasa (struktur atau kaidahnya) haruslah diperoleh
secara alamiah.

Kortikalisasi : Fitur yang paling dominan dari otak manusia dibandingkan otak hewan.

Komprehensi : Bersifat mampu menangkap atau menerima dengan baik. Atau bisa
dikatakan bahwa memiliki wawasan yang luas akan sesuatu dan melihatnya dari berbagai
aspek sehingga dapat memahami suatu permasalahan secara menyeluruh dan
menyelesaikannya dengan baik.

Klasifikasi : Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda


menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lainnya.

Kinestetik : Kemampuan seseoarang yang menggunakan sseluruh tubuh atau fisiknya untuk
mengekspresikan sesuatu.

Konteks : Aspek lingkungan yang secara fisik atau sosial saling kait mengait dalam suatu
ujaran atau teks yang muncul.

Ko-teks : Unsur-unsur yang mendahului atau yang mengikuti dalam wacana. Ko-teks tidak
hanya berupa kalimat dan paragrap tetapi juga dapat berupa frasa atau kata.

Kohesi : Kata ganti atau yang mereferensi pada sesuatu yang belum tentu ada timbal balik.
Kohesi lebih merujuk pada kata ganti orang, benda, substitusi.

Konservasi : Memahami bahwa kuantitas, panjang atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.

Anda mungkin juga menyukai