Anda di halaman 1dari 20

Psikolinguistik

Terminologi Istilah Psikolinguistik A - K

Anggota kelompok 2 :

Fernansius 20197470116
Silvana Purba 20197470126
Helistina Rosahara. 20197470128
Rica Andriani 20197470162
Hestu Pamularsih. 20197470023
Eka Pebri Anti D 20197470060
Kautsar 20197470003

MAGISTER OF ENGLISH EDUCATION


UNIVERSITY OF INDRAPRASTA PGRI
2020
TUGAS PSIKOLINGUISTIK KELOMPOK 1 dan 2

Buatlah daftar terminologi dalam psikolinguistik dari abjad A-K lengkap dengan definisinya dan
urutkan sesuai abjad. Istilah-istilah tersebut dapat ditemukan di berbagai buku psikolinguistik.

Contoh:

A
Afasia: Kerusakan pada otak di daerah Wernicke dan Broca yang menyebabkan
gangguan berbahasa penderitanya. Benson (1975) membedakan afasia menjadi afasia
ekspresi atau motorik (afasia Broca) dan afasia reseptif atau afasia sensorik (afasia Wernicke).
Afasia dapat dibedakan menjadi:

a. Afasia Motorik

Kerusakan pada belahan otak yang dominan yang menyebabkan terjadinya afasia motorik bisa
terletak pada lapisan permukaan (lesikortikal) daerah Broca. Atau pada lapisan di bawah
permukaan (lesi subkortikal)daerah Broca atau juga di daerah otak antara daerah Broca dan
daerah Wernicke (lesi transkortikal). Oleh karena itu, didapati adanya tiga macam afasia
motorik ini.

1. Afasia Motorik Kortikal

Tempat menyimpan sandi-sandi perkataan adalah di korteks daerah Broca. Maka apabila
gudang penyimpanan itu musnah, tidak akan ada lagi perkataan yang dapat dikeluarkan. Jadi,
afasia motorik kortikal berarti hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan
menggunakan perkataan. Penderita afasia motorik kortikal ini masih bisa mengerti bahasa lisan
dan bahasa tulisan. Namun, ekspresi verbal tidak bisa sama sekali; sedangkan ekspresi visual
(bahasa tulis dan bahasa isyarat) masih bisa dilakukan.

2. Afasia Motorik Subkortikal

Sandi-sandi perkataan disimpan di lapisan permukaan (korteks) daerah Broca, maka apabila
kerusakan terjadi pada bagian bawahnya (subkortikal) semua perkataan masih tersimpan utuh
di dalam gudang. Namun, perkataan itu tidak dapat dikeluarkan karena hubungan terputus,
sehingga perintah untuk mengeluarkan perkataan tidak dapat disampaikan. Melalui jalur lain
tampaknya perintah untuk mengeluarkan perkataan masih dapat disampaikan ke gudang
penyimpanan perkataan itu (gudang Broca) sehingga ekspresi verbal masih mungkin dengan
pancingan. Jadi, penderita afasia motorik subkortikal tidak dapat mengeluarkan isi pikirannya
dengan menggunakan perkataan; tetapi masih bisa mengeluarkan perkataan dengan cara
membeo. Selain itu, pengertian bahasa verbal dan visual tidak terganggu, dan ekspresi visual
pun berjalan normal.

3. Afasia Motorik Transkortikal

Afasia motorik transkortikal terjadi karena terganggunya hubungan antara daerah Broca dan
Wernicke. Ini berarti, hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa terganggu.
Pada umumnya afasia motorik transkortikal ini merupakan lesikortikal yang merusak sebagian
daerah Broca. Jadi, penderita afasia motorik transkortikal dapat mengutarakan perkataan
singkat dan tepat tetapi masih mungkin menggunakan perkataan substitusinya. Misalnya untuk
mengatakan "pensil" sebagai jawaban atas pertanyaan "Barang yang saya pegang ini namanya
apa? " dia tidak mampu mengeluarkan perkataan itu. Namun, ia mampu untuk mengeluarkan
perkataan, itu tu, tu, tu, untuk menulis." Afasia jenis ini disebut juga dengan afasia nominatif.
Semua penderita afasia motorik jenis apapun bersikap "tidak berdaya". Mengapa? Karena
keinginan untuk mengutarakan isi pikirannya besar sekali, tetapi kemampuan untuk
melakukannya tidak ada sama sekali. Mereka pun seringkali jengkel karena apa yang
diekspresikan tidak dipahami sama sekali oleh orang di sekelilingnya; padahal untuk
menghasilkan curah verbal yang tidak dipahami itu, mereka sudah berusaha keras.

b. Afasia Sensorik
Penyebab terjadinya afasia sensorik adalah akibat adanya kerusakan pada lesikortikal di
daerah Wernicke pada hemisferium yang dominan. Daerah itu terletak di kawasan asosiatif
antara daerah visual, daerah sensorik, daerah motorik, dan daerah pendengaran. Kerusakan di
daerah Wernicke ini menyebabkan bukan saja pengertian dari apa yang didengar (pengertian
auditorik)" terganggu, tetapi juga pengertian dati apa yang dilihat (pengertian visual) ikut
terganggu. Jadi, penderita afasia sensorik ini kehilangan pengertian bahasa lisan dan bahasa
tulis. Namun, dia masih memiliki curah verbal meskipun hal itu tidak dipahami oleh dirinya
sendiri maupun oleh orang lain. Curah verbalnya itu merupakan bahasa baru (neologisme) yang
tidak dipahami oleh siapa pun. Curah verbalnya itu terdiri dari kata-kata, ada yang mirip, ada
yang tepat dengan perkataan suatu bahasa; tetapi kebanyakan tidak sama atau sesuai dengan
perkataan bahasa apa pun.
Neologismenya itu diucapkannya dengan irama, nada, dan melodi yang sesuai dengan bahasa
asing yang ada. Sikap mereka pun wajar-wajar saja, seakan-akan dia berdialog dalam bahasa
yang saling dimengerti. Dia bersikap biasa, tidak tegang, marah, atau depresif. Sesungguhnya
apa yang diucapkannya maupun apa yang didengarnya (bahasa verbal yang norma. keduanya
sama sekali tidak dipahaminya.
Artikulator: Bagian alat ucap yang dapat bergerak, misalnya bagian lidah dan bibir
bawah.

Artikulator aktif adalah alat ucap yang dapat bergerak, untuk menghasilkan bunyi
bahasa (seperti lidah dan bibir).

Artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak dapat bergerak, tetapi disentuh atau
didekati oleh artikulator aktif dalam menghasilkan bunyi bahasa (misalnya gigi atas dan
langit-langit).

Arbitrer: ciri ini mempunyai makna bahwa bahasa manusia itu menggunakan lambang yg
bersifat sewenang-wenang. Artinya antara lambang dengan yg dilambangkan tidak mempunyai
hubungan makna. Misal: mengapa suatu benda disebut kuda, tidak lain karena ada
kesepakatan antara pengguna bahasa untuk menyebutnya sebagai kuda. Antara lambing
buny /kuda/ dengan binatang yg berkaki empat yg dapat meringkik itu tidak mempunya
hubungan makna apa-apa. Bahasa merupakan hasil kesepakatan Bersama atau konvensi. Jika
sekelompok orang sepakat menyebut itu “a” maka jadilah benda itu a. Sejak zaman Aristoteles,
fenomena seperti ini sudah didiskusikan. Terdapat dua aliran, yakni analogi dan anomali.

Anomali adalah aliran yg sepaham dengan arbitrer, sedangkan analogi berpendapat bahwa ada
hubungan antara lambang dengan sesuatu yg dilambangkan.

Contoh: jangkrik-à berasal dari bunyi krik krik krik

Cicak à berasal dari bunyi cak cak cak

Contoh ini menunjukkan terjadinya bahasa karena peristiwa onomatope.

Contoh lain : ikan mujair à penemunya pak Mujair

Kodak à penemunya Kodak film

Contoh ini disebut apelativa.

Anomic Aphasia or Anomia: Ketidakmampuan untuk memberi nama


objek atau untuk mengenali nama objek tertulis atau lisan. Anomia adalah gejala dari
semua bentuk Afasia, menunjukkan defisit bahasa ekspresif.
Apraxia of speech or Apraksia bicara:
Apraksia mengacu pada kesulitan yang dimiliki seseorang dalam memulai dan melakukan
gerakan yang diperlukan untuk berbicara. Kesulitan ini muncul terlepas dari kenyataan bahwa
tidak ada kelemahan pada otot yang diperlukan.

Apraksia bicara pada masa kanak-kanak adalah gangguan bicara motorik. Kondisi ini hadir
sejak lahir, dan itu mempengaruhi kemampuan anak untuk membentuk suara dan kata-kata.
Anak-anak dengan apraksia bicara seringkali memiliki kemampuan yang jauh lebih besar untuk
memahami ucapan daripada mengekspresikan diri mereka dengan kata-kata yang diucapkan.

Auditory Verbal Agnosia (AVA) or Agnosia Verbal Auditori:


Agnosia verbal auditori (AVA), juga dikenal sebagai ketulian kata murni, adalah
ketidakmampuan untuk memahami pembicaraan. Individu dengan gangguan ini kehilangan
kemampuan untuk memahami bahasa, mengulangi kata-kata, dan menulis dari dikte.

Affective domain :segala sesuatu yang berkaitan dengan emosi seperti


penghargaan, nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap terhadap sesuatu hal

Arbitrariness:
Gagasan penting dalam linguistik struktural yang menyangkal adanya hubungan yang
diperlukan antara tanda-tanda linguistik dan referensi mereka, mis. benda di dunia luar.

Applied linguistics:
Psikolinguistik terapan berbicara tentang penerapan temuan-temuan keenam subdisiplin
psikolinguistik di atas ke dalam bidang-bidang tertentu, seperti psikologi, linguistik, berbicara
dan menyimak, pendidikan, pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca,
neurologi, psikiatri, komunikasi, kesusastraan, dan lain-lain.

Alveolar:
Klasifikasi bunyi yang terbentuk di alveolar ridge (lempeng tulang di belakang gigi atas). Bunyi
alveolar terbentuk dengan ujung atau bilah lidah. Contohnya adalah / t, d, s, z, l, n / dalam
bahasa Inggris atau Jerman.
B
Bahasa pertama:
Bahasa ibu (bahasa asli, bahasa pertama; secara harafiah mother tongue, mother language,
native language, atau first language dalam bahasa Inggris) merupakan bahasa pertama yang
dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya,
seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya[1].
Kepandaian dalam bahasa asli sangat penting untuk proses belajar berikutnya, karena bahasa
ibu dianggap sebagai dasar cara berpikir. Kepandaian yang kurang dari bahasa pertama sering
kali membuat proses belajar bahasa lain menjadi lebih sulit. Oleh karena itu bahasa ibu memiliki
peran penting dalam pendidikan.
Bahasa ibu adalah bahasa yang pertama dipakai dalam komunikasi pertama seorang anak
dengan orang tuanya serta menjadikan bahasa ibu sebagai alat komunikasi sehari hari

Bahasa kedua
Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh anak setelah mereka memperoleh bahasa lain.
Dimana bahasa yang diperoleh lebih dahulu itu telah dikuasai dengan relatif sempurna. Jika
penguasaannya belum sempurna, bahasa yang diperoleh kemudian pun disebut B1.
berdasarkan fungsinya dalam kehidupan pembelajar, B2 memegang peranan yang kurang kuat
dibandingkan B1. Jika B1 digunakan untuk semua aspek kehidupan, terutama yang bersifat
emosional, B2 pada aspek-aspek tertentu.

Sesuai dengan hipotesis kemampuan dan pembelajaran yang dikemukakan oleh Krashen,
kemampuan B2 mengacu pada pembelajaran. Kemampuan B2 berwujud kegiatan mengajarkan
dan belajar B2 yang umumnya terjadi dalam ruang kelas formal. Dengan mengacu pada
pendapat La Forge (1983), Tarigan (1988: 125. 126) menyebutkan tiga ciri proses pembelajaran
B2 ini:

(1). Pembelajar bahasa adalah manusia, karenanya pembelajaran bahasa terjadi dalam
interaksi sosial antar individu (guru, siswa) yang didalamnya berlaku hukum-hukum sosial;

(2). Pembelajaran berlangsung dalam interaksi yang dinamis, berarti bahwa pembelajar tumbuh
dan berkembang menuju ke “Kedewasaan ber B2”, sehingga dalam proses ini pengajar
diharapkan memberikan segala pengalamannya untuk membantu pembelajar, dan

(3). Pembelajaran berlangsung dalam suasana responsif. Artinya proses pembelajaran


merupakan kesempatan besar bagi pembelajar untuk melakukan respon. Pancingan dapat
diberikan oleh pengajar atau sesama pembelajar.
Brain Laterization
Lateralisasi otak dari fungsi otak mengacu pada bagaimana proses kognitif (fungsi saraf) lebih
dominan di satu sisi otak daripada yang lain. Ini adalah bagian dari alasan mengapa orang
dapat menjadi kidal atau kidal.

Babbling:
Bubbling adalah belajar mengujarkan bunyi serupa suku kata. Bentuk ujaran yang terdiri atas
gugusan konsonan dan vocal yang terjadi dengan cara diulang –ulang hingga terbentuk
menyerupai kata, seperti bababa, papapa.

Bubbling biasanya dilakukan oleh bayi berusia 6 bulan sampai dengan 10 bulan, saat anak
belajar mengujar bunyi serupa kata dari hasil rekaman atau dari kata yang diperolehnya.

Babbling di satu sisi merupakan tindakan produktif. Disisi lain, babbling merupakan bukti yang
dapat diamati secara kasat mata menunjukkan bahwa anak sudah dapat mengenal vocal dan
konsonan. Seperti yang dikatakan Steinberg c.s (2013), pemahaman selalu mendahului
produksi. Babbling merupakan bukti bahwa anak sudah berhasil mengenal bunyi dan
mengekspresikannya.

Behaviorisme:
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi
yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme — termasuk tindakan,
pikiran, atau perasaan— dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa
perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau
konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki
dasar yang bisa diamati tetapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik
(seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).

Watson, seorang ahli psikologi behaviorisme Amerika Serikat telah menempatkan perilaku
bahasa pada tingkatan yang sama dengan perilaku manusia yang lain. Dalam pandangan
Watson, perilaku bahasa itu sama saja dengan sistem otot saraf yang berada dalam kepala,
leher, dan bagian dada manusia. Tujuan utama Watson pada mulanya adalah menghubungkan
perilaku bahasa yang implisit, yaitu pikiran dengan ucapan yang tersurat, yaitu bertutur.
Akhirnya Watson menyelaraskan perilaku bahasa itu dengan kerangka respon yang dibiasakan
menurut teori Pavlov. Menurut penyelarasan itu kata-kata telah diperlakukan sebagai pengganti
benda-benda yang telah tersusun di dalam satu sisi respon yang dibiasakan.

Bilingualisme/bilingual:
Bilingualisme adalah kemampuan individu atau anggota komunitas untuk menggunakan dua
bahasa secara efektif. Adjektiva: bilingual. Monolingualisme mengacu pada kemampuan untuk
menggunakan satu bahasa. Kemampuan untuk menggunakan beberapa bahasa dikenal
sebagai multibahasa.

Bilingual first Language Acquisitor


Bilingual first Language Acquisitor).

Bilingual first language acquisitor atau kemampuan B1 dwibahasa adalah kemampuan anak
untuk memiliki dan menggunakan dua bahasa secara bersama-sama.

Contoh : Ayah Dwi berasal dari Yogyakarta dan ibunya dari Surabaya. Keduanya
mengajar di SMU negeri di Sumenep. Dwi merupakan anak kedua dari pasangan ini dan lahir
serta dibesarkan di Sumenep. Untuk berkomunikasi di rumah kedua orang tua Dwi lebih banyak
menggunakan bahasa jawa, sehingga Dwi pun sejak kecil sudah memperoleh bahasa jawa
melalui pajanan ayah dan ibunya. jika berkomunikasi dengan kakek, nenek, paman, bibi, dan
para sepupunya, Dwi menggunakan bahasa jawa. Dengan demikian, kemampuan berbahasa
jawanya terus berkembang. Namun, karena tinggal di lingkungan masyarakat yang
menggunakan bahasa Madura, untuk berkomunikasi dengan tetangga sekitamya, keluarga Dwi
menggunakan bahasa Madura. Di sekolah, dalam situasi santai Dwi berkomunikasi dengan
kawankawannya juga menggunakan bahasa Madura. Dalam hal ini Dwi memperoleh dua B1
sekaligus, yaitu bahasa jawa dan bahasa Madura.

Di samping karena urutannya, seorang anak yang mempelari bahasa baru setelah bahasa yang
lain disebut memperoleh bahasa kedua jika BI telah dikuasai dengan sempurna. Dalam kasus
terakhir, Dwi memperoleh bahasa Madura pada saat penguasaannya terhadap bahasa jawa
belum sempurna, sehingga penguasaan terhadap kedua bahasa itu berjalan bersama-sama

Broca, Paul:adalah daerah di lobus frontal belahan dominan, biasanya otak kiri, dengan
fungsi yang terkait dengan produksi bicara.

Bathtub effect: Adalah kecenderungan untuk mengingat kata-kata awal dan akhir lebih
baik dari pada ditengah kata.

Bound morpheme:adalah unit tata bahasa yang tidak pernah terjadi dengan sendirinya,
tetapi selalu melekat pada beberapa morfem lainnya.

C
Celebral cortex:
Korteks serebral adalah lapisan tipis (1,5 mm sampai 5 mm) yang membungkus otak. Serebral
korteks tersusun dari tonjolan berlipat berkerut yang disebut gyri dan celah yang disebut sulci.
Korteks serebral dilapisi oleh selaput meninges yang tersusun dari ratusan hingga ribuan sel
saraf yang saling berdempetan. Korteks otak sering juga disebut sebagai materi abu-abu.

Sebagian besar pemrosesan informasi sensorik dari lima indera terjadi di korteks serebral.
Bagian otak ini yang paling berkembang dari otak manusia dan bertanggung jawab untuk
berpikir, memahami, berbicara, memproduksi dan memahami bahasa, ingatan,
perhatian/kewaspadaan, kepedulian, kesadaran, organisasi dan perencanaan, pemecahan
masalah, kemampuan sosial, fungsi motorik lanjutan, hingga mengambil keputusan.

Corpus callosum:
Setiap sisi otak mengontrol gerakan dan perasaan di bagian tubuh yang berlawanan. Belahan
juga memproses informasi, seperti bahasa. Oleh karena itu, koordinasi fisik dan mengambil
informasi yang kompleks membutuhkan kedua sisi otak untuk bekerja bersama.

Corpus callosum bertindak sebagai konektor. Corpus callosum berada di tengah otak,
berukuran sekitar 10 sentimeter (cm), dan berbentuk seperti huruf "C."

Biasanya, corpus callosum akan terbentuk di otak antara 12 dan 16 minggu setelah pembuahan
dan mendekati akhir trimester pertama kehamilan. Itu akan terus berkembang sepanjang masa
kanak-kanak. Pada saat seorang anak berusia 12 tahun, corpus callosum mereka akan selesai
berkembang. Itu kemudian akan tetap tidak berubah menjadi dewasa dan sepanjang sisa hidup
mereka

Critical Age hypothesis (CPH) or Hipotesis periode kritis:


Ahli biologi Eric Lenneberg menyajikan, antara lain, hipotesis "periode kritis" -nya. Ini terdiri,
secara kasar, dalam gagasan bahwa usia tertentu sesuai untuk belajar bahasa, sehingga tidak
mungkin untuk mencapai kompetensi penuh sebelum atau sesudahnya.

Hipotesis periode kritis adalah kasus yang sangat relevan. Ini adalah klaim bahwa memang ada
periode optimal untuk penguasaan bahasa, yang berakhir pada masa pubertas.

Critical Discourse Analysis or Analisis wacana kritis:


Analisis wacana kritis adalah metodologi yang memungkinkan penilaian yang kuat tentang apa
yang dimaksud ketika bahasa digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan. Ada
proliferasi istilah dalam analisis wacana kritis yang mencerminkan berbagai pengaruh dalam
pengembangan metodologi.

Cooing
Cooing atau Pra-ngoceh adalah Tahap dimana anak menghasilkan bunyi sejenis konsonan
/c/, /g/, /X/, dan A/ yang diikuti oleh vokal depan /i/ dan kemudian dengan vokal belakang /u/ /o/.
Bunyi-bunyi itu dapat dihasilkan karena antara lidah dan langit langit berdekatan, dan yang
dapat bersentuhan dengan mudah adalah yang bagian belakang.

Critical Period
Critical period, yakni suatu periode biologis yang diprogram untuk mengakhiri masa
kemampuanan bahasa. Jika masa anak-anak itu mulai memperoleh bahasa itu sangat jelas,
yakni sekitar usia dua tahun, maka critical period ini sering tidak begitu gamblang
penampakannya.

Pada masa-masa ini anak akan mudah untuk memperoleh bahasa, sedangkan sesudahnya
kemampuanan bahasa merupakan usaha yang sangat keras. Pada saat bahasa mengalami
laterasi , maka akan mempengaruhi kemampuan bahasa anak. Lermeberg (1967) mengatakan
bahwa lateralisasi itu merupakan proses yang lambat yang mulai sekitar anak berusia dua
tahun dan berakhir pada masamasa sekitar pubertas.

Clinical Evaluation of Language Fundamentals (CEFL-5):


Evaluasi Klinis Dasar-Dasar Bahasa (CELF-5) dirancang untuk menilai kemampuan bahasa
dan komunikasi siswa dalam berbagai konteks, menentukan keberadaan gangguan bahasa,
menggambarkan sifat gangguan bahasa dan merencanakan intervensi.

CELF-5 adalah prosedur penilaian yang komprehensif dan fleksibel. Ujian mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan bahasa siswa dan dapat digunakan untuk menentukan kelayakan
untuk layanan, rencanakan "perawatan yang relevan dengan kurikulum," merekomendasikan
bahasa kelas, adaptasi atau akomodasi dan memberikan penilaian berbasis kinerja yang sesuai
untuk tujuan pendidikan.

Cued Articulation (CA):


Cued Articulation [CA] dirancang oleh Speech and Language Therapist Jane Passy pada akhir
1970-an. Ini adalah sistem asli yang menggunakan isyarat tangan sederhana untuk
menunjukkan di mana dan bagaimana suara ucapan dibuat.

Masing-masing dari 49 suara (fonem) yang membentuk Sistem Fonologis Inggris memiliki tanda
tangan yang terpisah. Tanda-tandanya logis dan didasarkan pada teori linguistik. Suara
konsonan diberi kode warna sebagai petunjuk visual tambahan dalam karya tulis.

Manfaat khusus Cued Articulation untuk ESOL dan EAL adalah bahwa ini merupakan
pendekatan visual dan kognitif untuk mengatasi kesulitan pengucapan. Cued Articulation dapat
digunakan untuk individu, pasangan dan kelompok kecil dan juga sebagai tambahan untuk
pekerjaan keaksaraan dasar dalam pengajaran seluruh kelas. Basis linguistik suara CA berarti
cocok dengan metode pengajaran apa pun yang digunakan di kelas.

D
Decoding:
Atau disebut juga dengan penafsiran kode adalah proses dimana penerima nenafsirkan pesan
dan menterjemahkan menjadi informasi yang berarti baginya. Jika semakin tepat penafsiran
penerima terhadap pesan dimaksudkan oleh pengirim maka semakin efektif komunikasi terjadi.

Deep Structure / Struktur Batin:


Adalah representasi kemaknaan yang sebenarnya dari bentuk bahasa tersebut. Dengan kata
lain, deep structure merupakan tempat terjadinya proses berbahasa yang sebenarnya secara
mental. Selain struktur ini, ada yg lain yaitu struktur permukaan. Keduanya dapat dikaji
berdasarkan aspek semantik (kemaknaan) dan aspek sintaksis (tata kata).

Demensia:Demensia adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan gejala-gejala


sekelompok penyakit yang mempengaruhi otak. Ini bukan satu penyakit yang spesifik.
Demensia mempengaruhi cara berpikir, kelakuan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan
biasa sehari-hari. Fungsi otak cukup banyak terpengaruh sehingga mengganggu pergaulan dan
pekerjaan normal penderita. Tanda khas demensia adalah ketidakmampuan melakukan
kegiatan sehari-hari sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan kognitif (mengenali).

Dysphasia or Disfasia:
Disfasia adalah kelainan bahasa, ini terjadi ketika area otak yang bertanggung jawab untuk
mengubah pikiran menjadi bahasa lisan rusak dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Akibatnya, penderita Disfasia sering mengalami kesulitan dengan komunikasi verbal.

Disfasia disebabkan oleh kerusakan otak. Stroke adalah penyebab paling umum kerusakan
otak mengarah ke disfasia. Penyebab lain termasuk infeksi, cedera otak, dan tumor.

Dysarthria or Disartria:
Disartria adalah kelainan pada sistem saraf sehingga memengaruhi otot yang berfungsi untuk
berbicara. Hal ini menyebabkan gangguan bicara pada penderitanya. Disartria tidak
memengaruhi kecerdasan atau tingkat pemahaman penderitanya, namun tetap tidak menutup
kemungkinan penderita kondisi ini memiliki gangguan dalam kedua hal tersebut.

Penderita disartria mengalami kesulitan dalam mengontrol otot-otot bicaranya, sebab bagian
otak serta saraf yang mengontrol pergerakan otot tersebut tidak berfungsi secara normal.

Dyspraxia or Dispraksia:
Dispraksia adalah hilangnya sebagian kemampuan untuk mengoordinasi dan melakukan
gerakan dan gerakan yang terampil dan bertujuan dengan akurasi normal.

Dissociations or Disosiasi:
Disosiasi adalah jeda dalam bagaimana pikiran Anda menangani informasi. Anda mungkin
merasa terputus dari pikiran, perasaan, ingatan, dan lingkungan Anda. Ini dapat memengaruhi
indera identitas dan persepsi Anda tentang waktu. Gejala-gejalanya seringkali hilang dengan
sendirinya. Mungkin butuh berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu.

Development Psycholinguistic
Psikolinguistik perkembangan berbicara tentang pemerolehan bahasa, misalnya berbicara
tentang teori pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua,
peranti pemerolehan bahasa (language acquisition device), periode kritis pernerolehan bahasa,
dan sebagainya

Diskontinuitas
Diskontinuitas berarti bahwa perkembangan anak melibatkan tahap – tahap perubahan perilaku
yang berbeda. Para ahli diskontinuitas menganggap bahwa perkembangan terjadi pada periode
yang berbeda, berganti – ganti antara periode yang perubahannya sedikit demi sedikit sampai
yang tajam. Contohnya, dalam perkembangan berfikir anak ada tahap – tahap yang berbeda.
Dari piaget-sensomotorik, praoperasional, konkrit operasional, dan formal operasional.
Perkembangan ini akan mengalami peristiwa transisi perkembangan pikir anak yang tajam.
Bukan hanya kemampuan berfikir yang meningkat tetapi ada perbedaan kuantitas yang tajam
diantara tahap – tahap berikutnya.

Diachronic:
Mengacu pada bahasa yang dilihat dari waktu ke waktu dan kontras dengan sinkronis yang
mengacu pada suatu titik waktu. Ini adalah salah satu perbedaan struktural utama yang
diperkenalkan oleh Saussure dan yang digunakan untuk mengkarakterisasi jenis penyelidikan
linguistik.

Descriptive:
Suatu pendekatan terhadap linguistik yang berkaitan dengan mengatakan seperti apa bahasa
itu dan bukan seperti apa bahasa itu (preskripivisme).

Diphtong:
Vokal yang diartikulasikan dengan perubahan posisi lidah antara awal dan akhir, mis. / ai /
dalam bahasa Inggris atau Jerman. Tidak semua diftong memiliki status fonologis dalam suatu
bahasa. Secara historis, diftong cenderung berkembang dari vokal panjang.

E
Encoding:
Encoding atau disebut juga dengan pengkodean. Adalah proses dimana pengirim mengirimkan
pesan, isyarat atau kode ke penerima.

Educational Psycholinguistic
Psikolinguistik pendidikan berbicara tentang aspek-aspek pendidikan secara umum di sekolah,
terutama mengenai peranan bahasa dalam pengajaran bahasa pada umumnya, khususnya
dalam pengajaran membaca, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpidato, dan
pengetahuan mengenai peningkatan berbahasa dalam memperbaiki proses penyampaian buah
pikiran.

Etymology: adalah studi tentang asal-usul dan sejarah bentuk dan makna kata-kata.
Elicitation: adalah tindakan memperoleh data bahasa dari orang lain.
Euphemism:
adalah penggunaan ekspresi metaforis atau metonimik sebagai pengganti ekspresi lain yang
tidak menyenangkan atau menyinggung.

F
Fonologi
Merupakan ilmu yang membahas masalah bunyi bahasa, yang mengandung bunyi
segmental dan suprasegmental serta bagaimana bunyi bahasa tersebut dibentuk.Bunyi
segmental merupakan bunyi yang dapat dipenggal-penggal atau disegmentasikan
menjadi segmen terkeci, misalnya sistem bunyi bahasa Indonesia terdiri dari 33 bunyi,
yang meliputi 6 vokal, 24 konsonan, dan 3 diftong.Bunyi suprasegmental, merupakan
bunyi yang mengiringi segmental, yaitu bunyi yang kita dengar, yg mengandung irama,
nada, tekanan, dan ciri sendiri atau bagaimana cara pembicara memenggal ujaran yang
bermakna.

Functional level by Garrett


Pada level kalimat, garrett (1984) membedakan antara level fungsional yang merupakan peran
multi-peran yang dicapai. Pada tingkat ini kata yang bertukar melibatkan kata-kata yang
memiliki peran tata bahasa yang sama terjadi.

Feedback
Secara umum, informasi dirancang untuk memberikan pengetahuan tentang hasil, tetapi lebih
khusus lagi salah satu konsep dasar dari ilmu sibernetika. Padahal, dua jenis umpan balik perlu
diidentifikasi, yaitu negatif dan positif. Umpan balik negatif adalah tempat tindakan korektif
diambil untuk mengurangi, atau "mengurangi", jumlah kesalahan. Umpan Balik Positif,
sebaliknya, adalah tempat koreksi dilakukan ke arah yang sama dengan perpindahan asli.
Dengan demikian, setiap umpan di sekitar siklus umpan balik memperbesar perpindahan alih-
alih menguranginya. Ini berarti bahwa kita tidak dapat lagi menyebut perpindahan sebagai
"kesalahan", karena kita tidak hanya menginginkannya ada karena suatu alasan, tetapi kami
juga ingin itu lebih besar daripada yang sudah ada. Umpan balik positif hanya diperlukan dalam
sistem kontrol jika amplifikasi sinyal diperlukan.

Frame Semantics
Variasi pada teori jaringan semantik dibuat oleh Fillmore (1976, et seq.), Di mana struktur
konseptual yang dikenal sebagai "bingkai semantik" dibuat di samping node individu dari
jaringan, dan bertindak untuk memaksakan urutan yang lebih tinggi pada mereka. Varian dari
skema ingatan, dengan kata lain, sangat banyak dalam tradisi Schank dan Abelson (1975).
Contoh: Konsep transaksi komersial sehari-hari antara pembeli dan penjual, yang membantu
memahami setiap node untuk "membeli", "menjual", "uang", "nilai", "perdagangan", dll.

Function words:
Ini adalah bagian kalimat yang secara sintaksis penting, yaitu preposisi, kata sambung, artikel,
dan kata ganti. Tidak seperti kata-kata konten, mereka sering digambarkan sebagai "kelas
tertutup" kata-kata karena ada relatif sedikit dari mereka untuk memulai dan yang baru jarang
ditambahkan. Secara bersama-sama, mereka memberikan kerangka sintaksis yang tepat untuk
mengekspresikan jenis ide yang diberikan dengan cara tertentu. Dengan demikian kalimat
"Tommy akan makan dan mati" dan "Tommy akan makan atau mati" secara struktural identik
tetapi membuat proposisi yang sama sekali berbeda, terutama mengenai sifat dari apa yang
dimakan.

Free morpheme:
adalah unit gramatikal yang dapat terjadi dengan sendirinya. Namun, morfem lain seperti
imbuhan dapat melekat padanya.
G
Gurgling
gurgling atau mendengkur sebenamya sulit untuk dideskripsikan. Bunyi yang dihasilkannya
mirip dengan vokal, tetapi pelacakan lebih jauh dengan spektogram menunjukkan bahwa hasil
bunyi itu tidak sama dengan vokal yang dihasilkan orang dewasa. Peneliti bahasa mula-mula
bingung dengan fase ini yang mirip dengan dekuran burung merpati. Fase ini mulai pada usia
anak kira-kira enam minggu. Tampaknya dengan mendekur itu si bayi melatih peranti alat
ucapnya.

Grammar
Grammar adalah ilmu yang memperlakukan prinsip-prinsip bahasa; mempelajari bentuk-bentuk
pembicaraan, dan hubungannya satu sama lain; seni yang berkaitan dengan penggunaan dan
penerapan aturan-aturan bahasa yang benar, dalam berbicara atau menulis.

General linguistics:
Istilah luas untuk penyelidikan yang berkaitan dengan sifat bahasa, prosedur analisis linguistik,
dll. Tanpa mempertimbangkan penggunaan apa yang dapat dilakukan. Ini kontras secara
eksplisit dengan linguistik terapan.

Glottal:
Istilah yang mengacu pada suara yang dihasilkan di celah di pita suara. Suara-suara seperti itu
dapat berupa berhenti [ʔ] atau frikatif [h, ɦ] - masing-masing tidak bersuara dan bersuara.

Gestural usage:
adalah penggunaan ekspresi deiktik sedemikian rupa sehingga pemantauan fisik situasi bicara
diperlukan untuk interpretasi ekspresi.

H
Habit Formation System:
Aliran yang digagas oleh Bloomfield sejalan dengan penganut paham behaviorism, bahwa
pemerolehan bahasa pada anak terjadi karena adanya dorongan dari luar. Mereka berpendapat
bahwa anak dilahirkan dengan keadaan blank-sheeted brain. Paham ini melihat bahwa bahasa
adalah bagian dari formasi kebiasaan manusia atau human habit formation.

Hipotalamus: Bagian depan otak manusia yang berfungsi mengatur suhu dan
nutrien,menjaga kesadaran dan menumbuhkan sikap agresif.

Hemisphere Lateralization
Lateralisasi hemisferik mengacu pada perbedaan antara fungsi otak kanan dan kiri. Jika satu
belahan lebih banyak terlibat dalam fungsi tertentu, ia sering disebut sebagai dominan.

Lateralisasi menarik berkaitan dengan bahasa, karena diyakini bahwa bahasa adalah fungsi
yang sangat ter-lateralisasi: aspek-aspek tertentu dari bahasa ditemukan terlokalisasi di
belahan kiri, sementara yang lain ditemukan di bagian kanan, dengan belahan kiri paling sering
dominan

Homophone
Dua (atau lebih) kata nyata (mis. "Leksikal") yang, meskipun ditulis berbeda, terdengar sama.
Contoh: too/two

Homophora:
adalah referensi yang tergantung pada pengetahuan budaya atau pengetahuan umum lainnya,
bukan pada fitur spesifik dari konteks tertentu.

Homograph:
adalah kata yang memiliki ejaan yang sama dengan yang lain. Homografi berbeda satu sama
lain dalam: arti kata, asal, dan pengucapan.

Hypothetical mood:
adalah suasana hati epistemik yang menandakan bahwa pembicara mengevaluasi suatu
proposisi sebagai kontrafaktual, tetapi sebaliknya dimungkinkan.
I
Irreversible solidarity:
Proposed by Jakobson atau dikenal dengan Metode Jakobson. Beliau menggunakan aturan ini
untuk memprediksi pemerolehan bahasa anak pada tahap selanjutnya yaitu pada pemerolehan
bahasa yang khusus.

Sebagai contoh pada pemerolehan konsonan, pada anak pemerolehannya bertahap, yaitu
konsonan bagian depan (palatal, coronal dan labial consonants) lebih dahulu setelah itu bagian
belakang (velar, uvular, pharyngeal dan glottal).

Initial sound detection


Detektor suara awal suara tanpa suara mendeteksi titik awal dari suara awal dari suara tanpa
suara sebelum suara tengah terdeteksi oleh suara tengah.

Illocutionary act:
Keberhasilan relatif dari tindakan ilokusi dalam menghubungkan tindakan lokusi dan efek
perlokusi pada kesempatan tertentu. Bagaimana ucapan tertentu bekerja, mengingat apa yang
dimaksud (baik sebagai saran atau perintah, mungkin). Dorongan khususnya, pada
kesempatan tersebut.

Inflection:
Penggunaan afiks tertentu untuk "menandai hubungan gramatikal, seperti jamak, lampau, dan
kepemilikan [tetapi tidak untuk] mengubah kelas gramatikal dari batang tempat mereka
melekat"

Intransitive verb:
Kata kerja dalam kalimat atau percakapan yang tidak perlu ditambahi objek dibelakangnya
untuk dapat menciptakan makna kalimat tulis atau kalimat percakapan yang utuh.

Intonation:
Itu bagian dari tata suara suatu bahasa yang melibatkan penggunaan nada untuk
menyampaikan informasi. Terdiri dari aksen (menyangkut kata-kata individual) dan melodi
kalimat (menyangkut kelompok kata).

Idiom:
adalah konstruksi multi kata. adalah unit semantik yang maknanya tidak dapat disimpulkan dari
makna konstituennya, dan memiliki struktur sintaksis yang tidak produktif.

Irregular verb:
adalah kata kerja yang tidak sesuai dengan pola infleksi yang diharapkan.

Indefinite Pronoun:
adalah kata ganti yang berasal dari kelas yang anggotanya menunjukkan referensi tidak
terbatas.

J
Jussive mood:
adalah suasana hati yang mengarahkan sinyal perintah, izin, atau kesepakatan pembicara
bahwa proposisi yang diungkapkan oleh ucapannya dihasilkan.

Justification relation:
adalah hubungan interproposisi di mana satu atau lebih proposisi memberikan dasar atau hak
pembicara untuk melakukan tindakan ilokusi yang dinyatakan dalam proposisi lain.

Judgment modality:
adalah modalitas epistemik yang berkonotasi dengan pembicara. kekuatan inferensi, atau
tingkat kepercayaan dalam realitas proposisi yang diungkapkan oleh ucapannya.
K
Kilir lidah:merupakan suatu fenomena dalam produksi ujaran ketika pembicara “terkilir”
lidahnya sehingga kata-kata yang diproduksi bukanlah kata yang dimaksudkan.

Kognitivisme:
Kognitivisme adalah aliran filsafat atau suatu faham yang lebih menekankan pada belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah
suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat
relatif dan berbekas.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa
meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi
antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya.

Kinetic Distinction:
adalah perbedaan di tempat deiksis yang menunjukkan arah gerakan sehubungan dengan
pembicara atau pusat deiktik lainnya.

Anda mungkin juga menyukai