Anda di halaman 1dari 10

Klasifikasi Alexander R.

Luria

Atas dasar penelitian gangguan perilaku bahasa pada korban perang dengan cedera otak yang
terlokalisasi dan teori-teori baru linguistik, Luria mengembangkan pembagian jenis afasianya
berdasarkan tempat kerusakan di otak, terdapat 6 jenis diantaranya :

a. Afasia Agnostis Akustik ( Afasia Sensoris)

Tempat kerusakan terletak di girus temporal yang paling atas di hemisfer kiri (daerah
Wernicke). Terjadi akibat adanya kerusakan pada sepertiga bagian belakang lobus temporalis
superior pada hemisfer kiri. Menurut Luria, penyebabnya adalah gangguan dalam
membedakan bunyi bicara, sehingga pasien mengalami kesulitan membedakan berbagai suku
kata dan kata-kata yang berbunyi serupa. Hal ini pada gilirannya mempengaruhi arti kata,
sehingga pasien mengalami kesulitan juga dalam pemberian nama dan ia tidak tertolong jika
diberikan bunyi awal. Penderita mengalami kesulitan dalam analisa-sintesa bunyi-bunyi
bahasa yang didengarnya, sehingga terjadi kesalahan dalam fungsi reseptif dan ekspresif.

b. Afasia Amnestis Akustis

Tempat kerusakan terdapat di girus temporalis tertengah di hemisfer kiri. Terjadi akibat
adanya kerusakan pada lobus temporalis pada hemisfer kiri. Menurut Luria, ciri yang paling
menonjol adalah ketidakmampuan untuk mengingat arti sebuah rangkaian kata. Kata yang
satu membuat inhibisi terhadap yang lain, karena pemegangannya tidak stabil. Hal ini juga
mengakibatkan gangguan pemberian nama. Penderita hanya mampu mengucapkan bunyi-
bunyi bahasa secara terpisah, mengalami kesulitan untuk mengucapkan sejumlah bunyi
bahasa dalam frase atau kalimat.

c. Afasia Semantis

Tempat kerusakan terletak di girus angularis. Terjadi akibat adanya kerusakan pada gyrus
temporalis posterior bagian depan pada hemisfer kiri. Kemampuan membedakan fonem dan
selanjutnya pemahaman satu kata tetap utuh. Akan tetapi, pasien mengalami kesulitan dengan
kesatuan-kesatuan yang lebih besar serta dengan hubungan-hubungan antarkata dalam
kalimat, karena hal ini tergantung pada sintesis secara sinkron. Pasien misalnya tidak dapat
membedakan antara ‘paman istrinya’ dan ‘istri pamannya’. Terutama perbandingan menjadi
masalah bagi pasien-pasien ini. Pertanyaan seperti ‘saya berambut pirang, anda berambut
pirang, siapa yang berambut pirang?’ pertanyaan ini tidak mungkin dijawab. Penderita
mengalami kesulitan untuk menggunakan kata atau kalimat sehingga mempunyai arti,
terutama dalam pengertian yang kompleks.
d. Afasia Motoris Eferen

Tempat kerusakan terletak di daerah premotoris yang paling bawah di hemisfer kiri. Terjadi
akibat adanya kerusakan pada bagian bawah cortex pre-centralis pada hemisfer kiri dan
mengenai area Broca. Menurut Luria dalam sistem motoris ada suatu inersia (tidak bergerak)
sehingga pasien mengalami kesulitan memulai menggerakkan bagian-bagian yang diperlukan
utuk bicara dan mempunyai kesulitan dengan perpindahan cepat dari gerakan artikulasi yang
satu ke yang lain. Oleh karena itu, kelancaran berbicara terganggu. Penderita akan mengalami
kesulitan untuk mengorganisisr ekspresi verbal dan terdapat perseverasi. Gejala tersebut
terjadi pula dalam menulis.

e. Afasia Motoris Aferen

Tempat kerusakan terletak di bagian terbawah dari daerah postsentral sekunder (kinestetis) di
hemisfer kiri. Di sini tidak dijumpai masalah untuk memulai bicara, akan tetapi umpan balik
kinestetis bunyi bicara motoris terganggu. Pasien menjadi bingung berartikulasi, terutama
kalau bunyi bicara berada dalam satu kelompok (misalnya ; b/p/m). Oleh karena membaca,
menulis, dan pemahaman auditif juga tergantung dari bahasa intern, maka gangguan ini turut
mempengaruhi hal-hal ini. Penderita mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa, yang berupa substitusi. Biasanya disertai pula dengan kesalahan dalam menulis.

f. Afasia Dinamis

Tempat kerusakan terletak di daerah postfrontal yang paling bawah di hemisfer kiri. Terjadi
akibat adanya kerusakan pada arcuate fasciculus dan pada kedalaman gyrus supra marginal.
Dalam hal ini, skema linear kalimat terganggu dan pasien hanya sanggup mengucapkan satu
kata. Penderita mengalami kesulitan dalam inner speech dan mempunyai pola ekspresi yang
stereotype.
Klasifikasi terakhir yang diajukan oleh “Aphasia Research Center of the Boston
Veterans Administration Hospital” yang sangat berguna untuk penggunaan klinis
adalah yang didasarkan pada kemampuan pengulangan. Klasifikasi tersebut sebagai
berikut :

Pengembangan berbagai tes afasia yang lebih luas dan dibakukan memanfaatkan teori-teori
linguistik baru yang tidak lagi terbatas pada keempat modalitas bahasa (bicara, pemahaman
auditif, membaca, dan menulis) akan tetapi membedakan setiap modalitas lebih lanjut.
Contoh terkenal ialah tes berjudul Boston Diagnostic Afasia Examination (BDAE) karangan
Goodglass dan Kaplan (1972).

Bicara dibedakan atas :


 bicara spontan (kelancaran, artikulasi, penjang kallimat, nada lagu)
 penamaan (berbagai gambar dari kategori yang berlaian)
 menyebut sejumlah kata dalam satu kategori (binatang)
 meniru ucapan kata-kata, kalimat-kalimat serta bahasa otomatis (nama hari,
menghitung, abjad, sajak).

Parafasia (keseleo lidah) dibedakan atas :


 parafasia verbal (penggunaan kata lain, seringkali tergolong kategori yang sama
dengan kata yang dimaksudkan)
 parafasia literal (kata yang mengandung fonem lain tetapi masih dapat dikenali
sebagian)
 neologisme (kata yang tidak dapat dikenali, kata yang tidak ada)
 parafasia yang meluas (pada taraf kalimat)

Pemahaman auditif dinilai :


 pemahaman kata
 tugas-tugas
 bahan kompleks

Membaca dengan bersuara dan membaca dengan pemahaman diteliti, membaca dengan
pemahaman dibedakan antara :
 pemahaman kata, kalimat, maupun paragraph
 pengenalan simbol-simbol tertulis
Upaya menulis :
 kejelasan menulis secara motoris
 meniru meulis
 dikte kata-kata maupun kalimat-kalimat
 ejaan
 tulisan bercerita

Gangguan lain seperti apraksia dan agnosia serta kemampuan memahami diperiksa juga

Afasia dengan kemampuan pengulangan yang abnormal


o Afasia broca, di daerah fronto-parietal, dengan bicara tidak lancar
o Afasia wernicke, di daerah Wernicke, dengan bicara yang lancar
o Afasia konduksi, dengan kerusakan di asikulus arkuatis (berkas serat saraf yang
menghubungkan daerah temporal yang paling belakang dengan korteks asosiasi lobus
frontalis), dengan bicara yang lancar, terkadang agak ragu-ragu, tetapi dengan relative
banyak kesulitan dalam meniru mengucapkan kata-kata
o Afasia global, dengan kerusakan seluruh daerah sekitar Fissura Sylvii, bahasa sangat
terganggu, pemahaman auditif buruk dan berbicara hampir tidak mngkin

Afasia dengan kemampuan pengulangan yang utuh


o Afasia Transkortikal Campuran, apabila afasia merupakan kombinasi dari kedua
afasia Transkortikal dan kemugkinan besar diakibatkan kerusakan yang lebih besar,
yang meluas di bagian frontal maupun di bagian posterior
o Afasia Transkortikal Motorik, disebabkan oleh kerusakan di bagian frontal, disertai
bicara tidak lancar
o Afasia Transkortikal Sensorik, disebabkan kerusakan di bagian posterior, dengan
bicara yang lancar
o Afasia Anomik, terletak di daerah posterior, merupakan afasia ringan, ditandai dengan
kesulitan menemukan kata

Gangguan modalitas tunggal bahasa


o Afemia (kebisuan kata murni) akibat kerusakan di daerah Broca
o Tuli kata murni, akibat kerusakan di daerah primer auditif di kedua hemisfer
o Aleksia tanpa agrafia (kebutaan kata murni/aleksia oksipital), disebabkan oleh
kerusakan di daerah oksipital dan di splenium

Afasia subkortikal
Sindrom diskoneksi kalosal adalah pemutusan sebagian atau seluruh hubungan kiri-kanan di
korpus kalosum dapat mengakibatkan :
 Afasia Taktil unilateral (pasien mengenali benda yang dipegang dengan indera peraba
di tangan kiri, tetapi tidak dapat menamainya)
 Afasia unilateral (pasien tidak dapat menulis dengan tangan kiri)
 Apraksia unilateral (instruksi verbal tidak dapat dilaksanakan dengan tangan kiri)
 Afasia Hemioptis (pada pemutusan total maka benda di lapang penglihatan kiri tidak
dapat dinamai)

Afasia yang tergolong dalam afasia nonfluen apabila curah verbalnya sedikit dengan kelainan
di hemisfer kiri bagian anterior atau tergolong dalam afasia fluen dimana curah verbalnya
banyak maka lesinya terletak di hemisfer kiri bagian posterior.
Klasifikasi yang didasarkan pada gejala-gejala (sindrom) afasia atau lokalisasi
patologik afasia atau keduanya adalah klasifikasi Benson (1979) sebagai berikut :

Sindrom afasia perisylvian


Afasia broca
Afasia wernicke
Afasia konduksi
Sindrom afasia borderson
Afasia transkortikal motorik
Afasia oleh infark serebral anterior
Afasia transkortikal sensorik
Afasia transkortikal campuran
Sindrom afasia subkortikal
Afasia ruang kuadrilateral Marie
Afasia talamik
Afasia striata
Afasia lesi zat putih
Sindrom afasia tidak terlokalisasikan
Afasia anomik
Afasia global
Aleksia
Aleksia parieto-temporal
Aleksia oksipital
Aleksia frontal
Agrafia
Sindrom terkait
Afemia
Tuli kata murni
Apraksia wicara
Salah nama non afasia
Klasifikasi Dikotomik afasia oleh Kirshner and Freemon (1982).
Klasifikasi ini banyak dikemukakan oleh para pakar afasiologi.

Anatomi anterior posterior

fisiologi motorik sensorik

psikologi ekspresif reseptif

eponim broca wernicke

analogi computer keluaran masukan

deskripsi non fluen fluen

linguistik agramatik paragramatik

Klasifikasi dari Joseph M. Wapman (1951)


Pada pembagian Joseph M. Wepman berikut nampak jelas penerapan teori Regional
Equipotentiality

Gangguan artikulasi
Gangguan kelancaran
Gangguan komunikasi verbal
Kesulitan untuk menemukan kata (anomia)
Kesulitan untuk menirukan
Gangguan dalam membaca
Gangguan dalam menulis
Klasifikasi yang menghubungkan sindrom afasia dengan kemampuan modalitas
bahasa dapat dipergunakan klasifikasi Krishner, dimodifikasi dari Benson dan
Geschwind (1976) sebagai berikut :

bicara penamaan pengertian pengulangan membaca menulis


spontan auditorik

broca telegrafik /
_ + _ + _
mutism

wernicke fluen tetapi


dengan _ _ _ _ _
kesalahan

global telegrafik /
_ _ _ _ _
mutism

konduksi fluen tetapi


_
dengan + _ + +
+
kesalahan

anomik fluen tetapi


dengan _ + + + +
kesalahan

transkortikal seperti broca +


+ + + +
motorik _

transkortikal seperti +
_ _ + _
sensorik wernicke _

sindrom menurun
_ _ + _ _
isolasi atau absen

aleksia dengan hampir +


+ + _ _
agrafia normal _

aleksia tanpa normal +


+ + _ +
agrafia _

(+) adalah normal


(-) adalah terganggu
(+) / (-) adalah normal atau sedikit terganggu
Klasifikasi dari Carl Wernicke (1874)
1. Motor Aphasia
Terjadi akibat adanya kerusakan pada sepertiga bagian depan lengkungan lobua temporalis.
Mungkin penderita mempunyai kemampuan untuk mengerti bicara orang lain, tetapi kurang
atau tidak mampu memproduksi bicara.

2. Conduction Aphasia
Terjadi akibat adanya kerusakan pada anterior motor speech (area Broca) dan area untuk
mengingat bunyi-bunyi bahasa. Penderita tidak mampu menggunakan kata-kata tertentu dan
juga mendengar.

3. Sensory Aphasia
Terjadi akibat adanya kerusakan pada pusat persepsi pendengaran. Akibatnya penderita
mengalami kesalahan untuk mengerti kata, bahkan mungkin penderita tidak mampu mengerti
bicara orang lain.

4. Total Aphasia
Terjadi akibat adanya kerusakan pada area Broca dan pusat persepsi pendengaran di lobus
temporalis posterior. Penderia mengalami kesulitan dalam mendengar, juga dalam mengerti
bicara orang lain.

Klasifikasi dari Jon Eisenson (1973)


1. Auditory Aphasia
Terjadi karena adanya kerusakan pada pusat persepsi mendengar pada lobus temporalis
superior. Penderita mengalami kesulitan untuk mengerti bunyi bicara orang lain dan mungkin
bicaranya sendiri. Kesulitan untuk menerima atau mengerti melalui rangsangan auditory.

2. Visual Aphasia
Terjadi akibat adanya kerusakan pada pusat persepsi visual dan serabut assosiasinya.
Penderita mengalami kesulitan untuk menerima atau mengerti melalui rangsangan visual.
Klasifikasi dari Henry Head (1915)
1. Verbal Aphasia
Terjadi akibat adanya kerusakan pada bagian bawah gyrus pre-ccentralis. Penderita
mengalami kesulitan dalam menggunaka bahasa verbal, baik secara pasif maupun secara
aktif.

2. Syntactical Aphasia
Terjadi akibat adanya kerusakan pada lobus temporalis superior. Penderita mengalami
kesulitan dalam ekspresi dan pembentukan simbol-simbol. Kesulitan penderita lebih bersifat
verbal daripada dalam “inner speech”.
Inner speech merupakan suatu proses perubahan dari pengalaman menjadi simbol-simbol
verbal dan non verbal, dipergunakan untuk kesadaran diri, berfikir, dan adaptasi.

3. Normal Aphasia
Terjadi akibat adanya kerusakan pada cortex assosiasi yang terletak pada bagaian posterior
dan superior lobus temporalis. Penderita mengalami kesulitan dalam mengenal arti dari kata
atau kalimat, juga mengalami kesulitan dalam menghubungkan kata-kata sehingga dapat
membentuk suatu kalimat yang utuh.

Anda mungkin juga menyukai