Anda di halaman 1dari 25

AFASIA

Nur Syahira binti Afillah (112018208)


Yolanda Febriani (112018077)

Pembimbing : dr. Anastasia Maria Loho, Sp.S


Definisi
Kesulitan dalam memahami dan/atau memproduksi bahasa yang disebabkan
oleh gangguan (kelainan, penyakit) yang melibatkan hemisfer otak.

Pada afasia, modalitas berbahasa sedikit-banyak terganggu, yaitu bicara


spontan, mengulang (repetisi), namai (naming), pemahaman bahasa, membaca
dan menulis
◉ Terdapat 3 area utama pusat bahasa yaitu, area Broca, area Wernicke dan area
konduksi:
◎ Area Broca - area motorik untuk berbicara. Area Broca terletak di
posterior gyrus frontal. Secara neuroanatomi, daerah ini digambarkan
sebagai daerah Brodman 44 dan 45.
◎ Area Wernicke - dimana pusat pemprosesan kata kata yang
diucapkan terletak di posterior gyrus temporal superior. Secara
neuroanatomi, daerah ini digambarkan sebagai daerah Brodmann 22.
◎ Area konduksi- terdiri daripada fasikulus arkuata yang merupakan
satu bundel saraf yang melengkung dan menguhubungkan antara area
Broca dan area Wernicke. Kerusakan fasikulus arkuata menyebabkan:
timbul defisit unutk mengulang kata kata.
Epidemiologi
◉ Prevalensi afasia mengacu pada jumlah orang yang hidup dengan afasia dalam
jangka waktu tertentu. The National Institute of Neurological Disorders and Stroke
(NINDS) memperkirakan bahwa sekitar 1 juta orang, atau 1 dari 250 di Amerika
Serikat saat ini, menderita afasia

◉ Lima belas persen dari individu-individu di bawah usia 65 menderita afasia;


Persentase ini meningkat menjadi 43% bagi individu usia 85 tahun dan lebih tua.

◉ Afasia merupakan dampak post strok. Strok merupakan empat penyebab utama
kematian di ASEAN sejak 1992 – yang pertama di Indonesia, tempat ketiga di
Filipina dan Singapura, tempat keempat di Brunei, Malaysia dan Thailand
Etiologi
◎ Stroke – iskemik strok dan hemoragik strok
◎ Trauma kepala
◎ Tumor otak (Space Occupying lesion)
◎ Penyakit degeneratif seperti dementia.
◎ Infeksi pada otak – meningitis dan meningioencephalitis
Patofisiologi
◉ Area motorik disuplai oleh arteri serebri anterior dan arteri serebri media yang bercabang
dari arteri karotis interna. Arteri serebri anterior menyuplai korteks lobus frontalis dan
lobus parietalis, manakala arteri serebri media menyuplai korteks bagian lateral.

◉ Apabila terjadi kerusakan pada arteri serebri media yang menyuplai area Wernicke,
Broca dan area fasikulus arkuata akan menyebabkan gangguan untuk memahami kata-
kata, berbicara dengan lancar dan juga mengulang kata kata
Gejala klinis
1. Ketidakmampuan berbicara spontan
2. Ketidakmampuan membentuk kata-kata
3. Ketidakmampuan menyebut nama suatu benda/objek
4. Ketidakmampuan mengulang suatu frase
5. Parafasia (mengganti huruf atau kata)
6. Agramatisme (ketidakmampuan berbicara dengan bahasa yang baik
dan baku)
7. Produksi kalimat yang tidak lengkap
8. Ketidakmampuan membaca dan menulis
9. Ketidakmampuan untuk memahami bahasa
Klasifikasi afasia
Dasar untuk mengklasifikasi afasia:
1) Berdasarkan manifestasi klinik
◉ Afasia yang lancar (fluent)
◉ Afasia tidak lancar

2) Berdasarkan distribusi lesi anatomik


◉ Sindrom afasia peri-silvian: ◉ Sindrom afasia subkortikal:
Afasia Broca (ekspresif) Afasia talamik
Afasia Wernicke (reseptif) Afasia striatal
Afasia konduksi
◉ Sindrom afasia daerah perbatasan (border zone) ◉ Sindrom afasia non-lokalisasi:
Afasia transkortikal motorik Afasia anomik
Afasia transkortikal sensorik Afasia global
Afasia transkortikal campuran
Afasia Lancar
◉ Didapatkan bicara yang lancar,artikulasi baik, irama dan prosodi baik, namun sering isi
bicara tidak bermakna dan tanpa isi (kalimat yang diucapkan tidak tahu maksud dan
maknanya)

◉ Kata-kata yang digunakan sering salah dan sering didapatkan parafasia

◉ Afasia yang lancar (fluent) mencakup:


Men-substitusi kata
• Afasia reseptif (Wernicke)
• Afasia konduksi
Parafasia semantik (verbal)  mensubtitusi
• Afasia amnestik (anomik) satu kata dengan kata yang lain
• Afasia transkortikal
Parafasia fonemik (literal) mensubtitusi
suatu bunyi dengan bunyi yang lain
Afasia Wernicke
◉ Afasia sensoris, afasia reseptif, afasia akustis
Gejala klinis:
◉ Pemahaman bahasa terganggu
 Bicara lancar
◉ Gejala utama: bicara lancar, repetisi dan komprehensi
buruk  Panjang kalimat normal
◉ Topis → bagian posterior girus temporal atas di  Repetisi buruk
hemisfer kiri
 Kemampuan menamai buruk
◉ Gx penyerta→ hemianopsia,depresif.
(anomia)
 Komprehensi auditif dan
membaca buruk
Afasia Konduksi
◉ afasia aferen motoris, afasia sentral
◉ Gangguan yang berat pada repetisi Gejala klinis:
◉ Gejala utama: bicara lancar (sedikit tersendat),  Bicara lancar
repetisi buruk, komprehensi baik  Pemahaman bagus
◉ Topis : bagian posterior fasikulus arkuatus di
 Gangguan berat pada repetisi
hemisfer kiri
◉ Gx penyerta: apraksia verbal, apraksia bukofasial,
apraksia ideomotoris
Afasia Anomik
◉ afasia nominal/ amnestik
◉ kesulitan menemukan kata (word-finding difficulty)
◉ Gejala: bicara lancar, repetisi komprehensi baik, gangguan (defisit) dalam
menemukan kata
◉ Topis: daerah temporal, temporo-parietal atau temporo-oksipital di hemisfer kiri.
Afasia Transkortikal Motorik
◉ afasia dinamis, sindrom isolasi anterior
◉ Topis: daerah frontal hemisfer kiri atau di daerah yang berbatasan langsung dengan
daerah broca (di depan atau di belakangnya) atau di dalam daerah premotoris
medial atau superior.
◉ Gejala; bicara tidak lancar (gagap), repetisi komprehensi baik, ekholalia
◉ Gx penyerta: Kebanyakan px hemiplegia kanan
Afasia Transkortikal Sensorik
◉ Topis: daerah temporo-parieto-oksipital di hemisfer kiri
◉ Gejala: bicara lancar, komprehensi buruk, repetisi baik, komprehensi auditif dan
membaca terganggu, ekholalia (mengulang apa yang didengar)
◉ Didapatkan defisit lapangan pandang di sebelah kanan
Afasia Transkortikal Campuran
◉ isolasi daerah bicara
◉ Topis: daerah – daerah besar korteks asosiasi anterior dan posterior, tetapi daerah
perisylvis tidak terkena.
◉ Gejala: Bicara spontan hampir tidak ada, repetisi baik, komprehensi buruk
◉ Gangguan lain: hemiplegia dan hemianopsia
Afasia tidak lancar
◉ Output (keluaran) bicara terbatas, menggunakan kalimat pendek (kurang dari 5
kata)
◉ Gramatika kurang baik, bicara dalam bentuk yang sederhana
◉ Mempunyai defisit dalam artikulasi dan juga dalam prosodi (irama bicara)

◉ Afasia yang tidak lancar (non-fluent) mencakup:


• Afasia ekspresif (Broca)
• Afasia global
Afasia Broca
◉ paling sering dijumpai
◉ afasia motoris, afasia ekspresif, afasia motoris eferen Gejala klinis:
◉ gejala utamanya → bicara tidak lancaran, repetisi buruk, Bicara tidak lancar
komprehensi baik
Tampak sulit memulai bicara
◉ Topis → daerah fronto-parietal di hemisfer kiri (daerah
suprasylvis,operkulum maupun insula). Kalimatnya pendek
◉ Gx penyerta: apraksia bukofasial, apraksia ideomotoris, Repetisi buruk
hemiplegia anggota tubuh bagian kanan.
Kemampuan menamai buruk
(anomia)
Pemahaman lumayan
Gramatika bahasa kurang, tidak
kompleks
Afasia Global
◉ semua aspek bahasa sangat terganggu.
◉ Topis : sebagian besar daerah fronto-temporo-parietal perisylvis di hemisfer kiri.
◉ Gx penyerta: hemiplegia anggota tubuh bagian kanan, hemianopsia, hemianestesia.
◉ Prognosis paling buruk
Diagnosis
◉ Boston Diagnostic Aphasia Examination (1972) digunakan untuk memenuhi tiga
kriteria
◉ a) mendiagnosis dan mengenal sindrom afasia, yang mengarah ke lokalisasi otak
◉ b) pengukuran tingkat kinerja, baik untuk penentuan awal dan deteksi perubahan
dari waktu ke waktu
◉ c) assesment komprehensif dari aset dan kemampuan penderita di semua bidang
sebagai panduan untuk terapi.

◉  Diselenggarakan kepada lima bagian utama: Percakapan dan ekspositori


berbicara, pemahaman pendengaran, ekspresi lisan, tertulis pemahaman bahasa,
dan menulis.
Penatalaksanaan
◉ Impairment based therapies bertujuan untuk meningkatkan fungsi bahasa yang
terdiri dari prosedur dimana dokter langsung merangsang penderita afasia dengan
mendengar sesuatu, berbicara, membaca dan menulis.
◉  
◎ Contstraint-induced therapy (CIT): Terapi ini merupakan suatu terapi fisik
untuk penderita yang lumpuh di mana penderita "dipaksa", misalnya, untuk
menggunakan sisi tubuh yang terganggu, karena sisi yang sehat telah dibatasi.
Dalam menerapkan prinsip ini untuk fungsi komunikasi, pederita afasia dapat
dibatasi dalam menggunakan isyarat utuh untuk mengarahkan individu untuk
menggunakan gangguan bahasa lisan.
◉  
◎ Melodic Intonation Therapy (MIT): Dikembangkan oleh Robert Sparks di
Boston, MIT didasarkan pada pengamatan bahwa beberapa orang dengan
afasia "bernyanyi lebih baik daripada berkata-kata." Metode ini adalah langkah
di mana seorang penderita memproduksi kata-kata artifisial bermelodi. Telah
direkomendasikan untuk orang-orang dengan tipe ekspresif afasia dengan
pemahaman yang baik.
◉ Specific Communication Based Therapies
◎ Terapi PACE (Promoting Aphasics' Communicative Effectiveness): Prosedur ini
adalah variasi kecil dari dasar menggambar-menamakan, penyesuaian dan
memperkenalkan unsur percakapan dalam interaksi. Penyesuaian ini termasuk
penderita afasia serta terapis bergantian menyampaikan pesan, gambar dengan
pesan tersembunyi dari pendengar, dan pilihan bebas modalitas untuk
menyampaikan pesan. Dikembangkan oleh Jeanne Wilcox dan Albyn Davis di
Memphis, tampaknya telah populer di Eropa di mana sebagian besar penelitian
telah dilakukan.

◎ Conversional Coaching: Dikembangkan oleh Audrey Holland di Arizona,


strategi ini bertujuan meningkatkan kepercayaan diri melalui praktek percakapan
yang diatur. Dengan bantuan dari Leora Cherney di Chicago, metode ini
diintegrasikan ke dalam program komputer. Disebut "Aphasia Scripts" yaitu
terapi secara virtual untuk memberikan bantuan penderita aphasia.

◎ Supported Conversation: Berasal oleh Aura Kagan di Toronto, Kanada, adalah


strategi tertentu untuk meningkatkan kepercayaan komunikasi yang umum
ditemukan dalam kelompok masyarakat. Relawan dilatih untuk terlibat dalam
percakapan dengan orang-orang yang memiliki afasia
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai