Anda di halaman 1dari 33

AFASIA

Daniel Setiawan Lay


Ronald Sugianto
Shakthy Thewi Pillai
Bagus Ananta Tunggadewa Sutarga

Pemimbing: dr. Ni Putu Witari, Sp.S


Penguji: Dr.dr. Putu Eka Widyadharma, Sp.S(K)
Pendahuluan
Latar Belakang
Afasia

Penyakit Saraf 03 Manifestasi atau sequelae dari penyakit-


penyakit saraf seperti;
• Stroke
01 Menyumbang porsi yang besar
sebagai penyebab penurunan • Trauma pada otak
kualitas hidup seseorang. • Penyakit degeneratif
• Tumor
21% hingga 38% penderita stroke
mengalami afasia.
Disabilitas oleh Penyakit Saraf
Kelemahan anggota gerak, Kualitas Hidup Penderita Afasia
02 gangguan panca indera, nyeri,
• Diketahui menurun secara
gangguan fungsi otonom, gangguan 04 signifikan. Mobilitas, kognitif, dan
kognitif dan psikiatri, dan
kegiatan sehari-hari jadi
sebagainya.
terganggu.
• Pada pasien stroke di rumah sakit,
waktu rawat inap dan risiko
komplikasi
Definisi

“ Afasia adalah kondisi ketika penderita kehilangan daya untuk


mengubah suatu faham menjadi kata-kata (baik lisan atau tertulis)
atau kehilangan daya untuk mengubah kata-kata (lisan atau
tertulis) menjadi suatu faham.

Afasia sering dikaitkan dengan kelainan di pusat berbahasa yang berada di hemisfer otak
sebelah kiri. Penderita afasia memiliki kesulitan atau kehilangan kemampuan untuk
membentuk atau menangkap arti kata-kata, sehingga percakapan tidak dapat
berlangsung dengan baik. Dengan kata lain, kondisi ini merupakan
Hilangnya kemampuan penderita untuk berbahasa secara aktif maupun pasif.
Etiologi
Afasia

Stroke Trauma Degenerasi Space occupying


lesion
Trauma pada kepala Cukup prevalen,
Lebih dari 50% Kurang prevalen
yang menyebabkan terutama pada
penderita stroke di
defek pada area otak penderita Demensia
atas 65 tahun
yang mendukung frontotemporal atau
menderita afasia.
fungsi bicara. penyakit Alzheimer
Neuroanatomi
DOMINANSI HEMISFER
Walaupun terdapat persamaan
secara anatomis dan hubungan
antara dua hemisfer cerebri, tetapi Kecekatan, persepsi bahasa, dan
aktivitas saraf tertentu sebagian ucapan adalah area fungsional
besar dilakukan oleh salah satu perilaku yang dikendalikan oleh
dari dua hemisfer otak hemisfer otak dominan pada
A B sebagian besar individu

Ada banyak cara untuk menentukan bahwa


C D sisi kiri otak dominan. Contohnya;
Hemisfer dominan memiliki fungsi
berbahasa • Hilangnya kemampuan bicara pada
penyakit di bagian-bagian tertentu dari
hemisfer kiri
➢ Serta pelestariannya dengan lesi
yang melibatkan bagian-bagian
yang sesuai dari hemisfer kanan
PERBEDAAN ANATOMIS KEDUA
HEMISFER
Planum temporal, daerah di permukaan
superior lobus temporal posterior gyri Heschl
yang meluas ke ujung posterior fisura sylvian,
berukuran sedikit lebih besar di sebelah kiri
pada 65 persen otak.

Fisura sylvian kiri lebih panjang dan lebih


horizontal daripada kanan dan massa
jaringan serebral di daerah persimpangan
temporoparietal kiri berukuran lebih besar
01 Hampir semua (sekitar 95%) subjek
kinan dominan di belahan kiri untuk
berbicara

02 Sebagian besar subjek kidal atau


ambidextrous (sekitar 70%) juga 05
dominan belahan kiri untuk berbicara.

03 Kerusakan hemisfer kiri dini dapat


menyebabkan hemisfer kanan menjadi
06
dominan untuk bicara dan tangan kiri
lebih dipilih
.
Pusat Bahasa
01 Reseptif (Central Language Zone)
• Persepsi Bahasa yang Dibicarakan:
Temporal posterior-posterosuperior (bagian posterior area
22) Wernicke’s Area dan Gyri Heschl (area 41 dan 42).

• Persepsi Bahasa Tertulis:


Gyri Angular (Area 39) Lobus Parietal Inferior. Gyrus supramarginal,
yang terletak di antara "pusat" pendengaran dan visual ini dan daerah
temporal yang lebih rendah, mungkin juga bagian dari zona bahasa pusat
ini.

02 Eksekutif (Output)
• Motorik Bicara
Ujung posterior convolusi frontal inferior (area Br
odmann 44 dan 45) Broca’s Area

• Belakang konvolusi frontal kedua - Area penulisa


n Exner
Exner’s Area
Angular Gyrus

Broca’s Area
Heschl Gyrus

Wernicke’s Area
Primary Auditory Primary Visual
Cortex Cortex

Angular Gyrus

Wernicke’s Area

Arcuate Fasciculus

Broca’s Area

Primary Motor Cortex


1. Orbitofrontal
2. Preroldanik
3. Roldanik
4. Parietal Anterior
5. Posterior Arteri Parietal
6. Arteri Angular Gyrus
7. Temporooccipital, Arteri Temporal Posterior
8. Anterior Temporal
Klasifikasi Afasia
Jenis Afasia
AFASIA GLOBAL AFASIA KONDUKSI
gangguan parah pada banyak aspek
01 bahasa karena berdampak pada 03 Orang dengan afasia konduksi biasanya
memiliki pemahaman bahasa yang baik,
bahasa ekspresif dan reseptif, tetapi pengulangan bicara yang
membaca, dan menulis buruk dan kesulitan ringan dengan
pengambilan kata dan produksi bicara.
AFASIA BROCA Orang dengan afasia konduksi biasanya
menyadari kesalahan mereka
Pasien dapat memahami
pembicaraan dengan baik dan dapat
02 membaca tetapi keluaran ANOMIC
ucapan sangat berkurang 04 Ketidakmampuan untuk
dan terbatas terutama pada memasok kata-kata untuk hal-hal
ucapan pendek kurang dari empat yang ingin mereka bicarakan - terutama
kata kata benda dan kata kerja yang penting.
Jenis Afasia
AFASIA TRANSKORTIKAL
termasuk afasia motor transkortikal, afasia sensorik transkortikal, dan afasia transkortikal campuran.
05 Orang dengan afasia motor transkortikal biasanya memiliki pemahaman yang utuh dan
kesadaran akan kesalahan mereka, tetapi penemuan kata yang buruk dan
produksi ucapan.Orang-orang dengan sensor transkortikal dan afasia transkortikal campuran
memiliki pemahaman yang buruk dan ketidaktahuan tentang kesalahan mereka

AFASIA WERNICKE
06 Dalam bentuk afasia ini, kemampuan untuk memahami makna kata-kata yang diucapkan
terganggu, sementara kemudahan menghasilkan ucapan yang terhubung tidak terpengaruh. Karena
itu, afasia Wernicke disebut sebagai 'afasia yang lancar.' Namun, bicara jauh dari normal. Kalimat
tidak saling menggantung dan kata-kata yang tidak relevan. Membaca dan menulis sering sangat
terganggu.
PERBEDAAN JENIS AFASIA
Daerah temporo-oksipital posterior yang dipasok darah dari arteri seberi media
dan posterior

Lesi di sepanjang fasciculus arkuatus

Add Contents TitleLesi di daerah temporo-oksipital posterior yang dipasok darah dari arteri seberi
media dan posterior
Lesi di lobus temporoparietal

Add Contents Title Add Contents Title

Lesi di inferior frontal gyrus, frontal-posterior, inferior, roldanik inferior, temporal


anterior, atau parietalAdd
lobe. Contents Title

Lesi luas yang mengenai daerah Broca dan Wernicke


Diagnosis
Diagnosis
01 Anamnesis
Tanda-tanda awal yang mencirikan lesi atau defisit yang berasal
dari area korteks atau jaras yang berdekatan dengan posisi area
berbahasa. Onset, Other Symptoms, History of Headache, Dem-
entia, and Congenital abnormalities.

02 Pemeriksaan Kemampuan Bicara Spontan


Yang dinilai ialah apakah bicaranya pelo, cadel, tertegun,
diprosodik (irama, ritme, intonasi terganggu) dan apakah ada
afasia, kesalahan sintaks, salah menggunakan kata, dan
perseverasi. Ada atau tidaknya parafasia juga sangat perlu
untuk dievaluasi.

03 Pemeriksaan Kelancaran Bicara


Seseorang disebut lancar berbicara bila bicara spontannya
lancar, tanpa terbata-bata.
Diagnosis
04 Pemeriksaan Komprehensi Bahasa Lisan
Konversasi
Suruhan
Close Questions (Ya/Tidak)
Menunjuk

05 Pemeriksaan Repetisi
Bila kemampuan mengulang terpelihara, maka kelainan
patologis sangat mungkin tidak berada di area perisylvii.
Daerah ekstrasylvian yang terkena umumnya adalah
Watershed area.

06 Pemeriksaan Menamai dan Menemukan Kata


Penilaian harus mencakup kemampuan pasien menyebutkan
nama objek, bagian dari objek, bagian tubuh, warna, dan bila
perlu gambar geometrik, simbol matematik, atau nama dari
suatu tindakan
Diagnosis

07 Pemeriksaan Sistem Bahasa


Perhatikan bagaimana pasien berbicara spontan, komprehensi,
repetisi, maupun menamai. Selain itu kemampuan membaca
dan menulis harus dinilai pula. Evaluasi pula dominansi hemisfer
otak.

08 Pemeriksaan Penggunaan Tangan


Penggunaan tangan dan sisi otak yang dominan mempunyai
kaitan yang erat. Perhatikan apakah pasien kidal atau kinan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Afasia
Speech and Language
Therapy (SALT)
Transcranial
Terapi Bicara Farmakologi Brain
dan Bahasa Stimulation

Obat-obatan
Pasien diajak Diberikan obat- Menggunakan
obatan secara metode
untuk Afasia
berdiskusi, dan
diberikan berkala seperti Stimulasi listrik terus diteliti dan
berbagai tes katekolaminergik, atau magnetik dikembangkan.
lisan atau nootropik, pada otak untuk
instruksi untuk asetilkolinesteras membantu
berbicara e inhibitor, dan menstimulasi
secara spesifik. neuroprotektor. kemampuan
berbicara dan
berbahasa
Tatap Muka dengan Terapis E-Terapi
Penderita diwawancara Merupakan tren terkini, terapi bicara
Terapi
menggunakan pertanyaan- dan bahasa dapat dilakukan melalui
pertanyaan terbuka, untuk melatih perangkat lunak komputer tanpa Bicara
fluency, repetition, dan harus bertemu dengan tenaga
comprehension. kesehatan. dan
Penderita kemudian diminta untuk
menebak gambar-gambar untuk
Contohnya adalah peranti lunak
StepByStep© dan iReadMore.
Bahasa
melatih repetition dan naming.

Serangkaian instruksi untuk menulis,


membaca, menggambar, dan
menebak gambar juga diberikan
untuk melatih reading, writing, dan
naming.
Seberapa sering Kombinasi Terapi Bicara dan
diperlukannya terapi bicara
dan bahasa?
Bahasa dengan Terapi
Lainnya.
Terapi
Dosis terapi bicara dan bahasa yang Kombinasi dengan terapi obat-obatan Bicara
diperlukan sejatinya berbeda pada seperti donepezil dan/atau terapi
setiap penderita, bergantung pada
penyebab dan kondisi penderita saat
stimulasi fisik juga menunjukkan
peningkatan yang signifikan
dan
hendak diterapi dibanding terapi SALT saja.
Bahasa
Diperlukan intensitas yang diperlukan
agar terapi bicara dan bahasa pada
pasien afasia.

Pada penelitian Breitenstein dkk.


pada tahun 2017, terbukti bahwa
terapi bicara dan bahasa selama 31
jam dalam tiga minggu mengalami
peningkatan fungsi bicara yang lebih
baik secara signifikan dibandingkan
dengan sesi terapi selama 4,5 jam
dalam tiga minggu.
Indikasi
Digunakan saat; Donepezil:
Terapi
- Menetapnya gangguan fluency Untuk dilatasi pembuluh darah
- Pemulihan yang tidak sempurna arteriol parenkim otak melalui aktivasi Obat-
- Adanya gangguan comprehension enzim nitrit oksida neuronal.

Obat-obatan Memantin:
obatan
Katekolaminergik:
Neuroprotektor (Farmakologi)
- Bromokriptin (10-20 mg per hari) Fluvoksamin:
- Levodopa Penghambat reuptake serotonin yang
- Amantadin selektif. Meningkatkan kemampuan
- Deksamfetamin naming pada pasien yang fluency-
nya baik
Nootropik
- Piracetam Cerebrolysin:
- Piracetam-like drugs Memiliki atribut neurotropik endogen
↑ Aliran darah ke lobus
frontotemporal kiri
Transcranial Direct-Current Repetitive Transcranial
Stimulation Magnetic Stimulation
Memicu neuromodulasi secara non- Trans-
invasif pada otak. rTMS disalurkan secara transkranial
pula untuk meregulasi arus listrik Cranial
Kombinasi dengan terapi verbal. pada susunan saraf pusat.
Penderita diberi berbagai tugas; Brain
pengulangan suku kata maupun kata- Ketika tDCS hanya efektif pada
kata, sehingga mampu meningkatkan penderita dengan afasia kronis, rTMS Stimulation
akurasi dalam pembentukan efektif meningkatkan kemampuan
kemampuan berbicara berbahasa pada pasien subakut
maupun kronis
Sambil tugas diberikan, bagian
inferior frontal gyrus kanan dan kiri
pasien distimulasi dengan tDCS,
yakni bagian tempat beradanya area
Broca dan Wernicke.

Terapi dilakukan selama 10 hingga 30


menit, dengan kuat arus listrik 1-2 mA
Efektif untuk stroke fase kronis, tetapi
tidak memiliki dampak bagi stroke
fase akut maupun subakut
Kesimpulan

Definisi Anatomi
Afasia adalah kondisi ketika penderita Pemahaman mengenai anatomi otak dan
kehilangan daya untuk mengubah suatu gejala klinisnya penting untuk mengetahui
faham menjadi kata-kata atau kehilangan topis dari lesi yang menyebabkan afasia.
daya untuk mengubah kata-kata
Klasifikasi
Etiologi
Lesi di topis yang berbeda menimbulkan
Paling sering disebabkan oleh stroke, trauma, gejala klinis yang berbeda.
degenerasi otak, dan tumor.
Kesimpulan

Diagnosis Penatalaksanaan
Anamnesis yang lengkap dan terarah Terapi bicara dan bahasa merupakan
merupakan komponen utama dan yang komponen yang penting dalam pemulhan
terpenting dalam menentukan diagnosis afasia.
afasia. Apabila terapi bicara yang adekuat masih
Pemeriksaan kemampuan bicara spontan, belum cukup, dapat dikombinasikan dengan
kelancaran bicara, komprehensi bahasa lisan, terapi farmakologi.
repetisi, menamai dan menemukan kata, Apabila kombinasi speech and language
sistem bahasa, dan penggunaan tangan juga therapy dan terapi farmakologi belum cukup,
dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis. dapat dikombinasikan lagi dengan stimulasi
otak transkranial.
Terima Kasih
Matur Suksma

Anda mungkin juga menyukai