SINDROM-SINDROM AFASIA Klasifikasi Boston yg dibuat oleh Goodglass dan Kaplan (1972) mengklasifikasikan atas dasar ciri2 penamaan kata, kefasihan, meniru ucapan dan pemahaman auditif sbb :
Afasia global : afasia yang sangat berat. Pasien
tidak bisa berbicara kecuali terkadang satu kalimat otomatis, tidak dapat meniru ucapan, sulit mengerti bahasa orang lain dan tidak dapat menulis maupun membaca
Afasia broca : afasia yang berfariasi anatar
rinagn sampai berat. Pasien mengalami kesulitan menemui kata-kata yang tepat dan bicaranya ragu-ragu atau berjeda, dengan kalimat-kalimat yang tidaak lengkap. Pada umumnya , gangguan menulisnya setara dengan gangguan berbicaranya. Pemahaman bahasa lisan maupun tertulis lebih baik. Afasia wernicke : afasia yang bervariasi antara berat sampai sedang. Yang terutama terganggu adalah pemahaman bahasa lisan dan tulis. Pasien berbicara dengan lancar tapi menggunakan kata-kata yang salah. Pada umumnya, gangguan menulis seseorang penderita afasia wernicke setara dengan gangguan berbicaranya.
Afasia anomis : afasia yang ringan. Kesulitan utama adalah
menemukan kata-kata dan memahami kata-kata tertentu.
Afasia konduksi : afasia yang bervariasi antar yang sedang
dan yang ringan. Pasien dapat berbicara lancar, tetapi ragu- ragu karena mencari kata-kata. Meniru ucapan sangat terganggu. Pemahaman bahasa jauh lebih baik transkortikal motorik. Afasia transkortikal motorik : afasia yang bervariasi antara yang berat sampai ringan. Pasien sulit berbicara secara spontan dan ragu-ragu, dengan kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Meniru ucapan jauh lebih baik, tetapi sering dilakukan secara otomatis. Gangguan menulisnya biasanya setara dengan gangguan bicaranya. Pemahaman bahasa lisan dan tulis jauh lebih baik.
Afasia transkortikal sensoris : afasia yang bervariasi antara
berat sampai ringan. Yang terutama terganggu adalah pemahaman lisan dan tulis. Pasien dapat berbicara dengan lancar tetapi menggunakan kata-kata yang salah. Pasien dapat meniru ucapan kata dan kalimat dengan baik walaupun tidak memahaminya. Gangguan menulis umumnya setara dengan gangguan berbicaranya. Afasia transkortikal campuran : afasia yang bervariasi antara yang berat sampai ringan. Pemahaman maupun pengungkapan bahasa lisan dan tulis terganggu. Pasien dapat meniru ucapan dan menyelesaikan kalimat, walaupun ia tidak memahaminya. Afasia Fluent Aphasia/ Afasia Reseptif/ Afasia Sensoris/ Afasia Posterior Alexia, Agraphia, Agnosia Fluent Aphasia Fluent Aphasia dikarakterisasikan dengan kelancaran bicara yang cukup baik tetapi biasanya kurang berarti atau tidak berarti. Kemampuan berbicara biasanya mudah untuk diinisiasi, lancar, dapat diartikulasikan dengan baik dengan intonasi dan prosodi yang baik. Fluent Aphasia meliputi: Wernicke’s Aphasia Transcortical Sensory Aphasia Conduction Aphasia Anomic Aphasia Wernicke’s Aphasia Gangguan afasia fluent yang disebabkan oleh lesi di area Wernicke (bagian posterior dari girus temporal superior pada hemisfer kiri). Area Wernicke diperdarahi oleh arteri cerebri media kiri
Karakteristik dari Wernicke’s Aphasia:
Kemampuan bicara yang lancar dengan inisiasi bicara yang tidak sulit dan kelancaran yang normal atau berlebih (logorrhea) Kecepatan bicara yang tinggi dengan pola prosodi dan intonasi yang normal serta artikulasi yang baik Wernicke’s Aphasia Tatanan bahasa yang baik Kemampuan pemilihan kata yang sangat buruk Paraphasic speech – adanya semantik dan literal parafasia, suku kata yang berlebihan, dan kata-kata yang tidak berarti (neologism) Circumlocution (berbicara mengenai suatu kata yang tidak dapat disebutkan) Ungkapan-ungkapan yang tidak memiliki arti Kemampuan pemahaman auditori yang terganggu terutama untuk kalimat dan kemampuan menamai benda. Kemampuan pemahaman auditori sangat terganggu apabila ada bunyi, gerak, atau percakapan di sekitar Wernicke’s Aphasia Kemampuan turn-taking yang terganggu dalam percakapan Kemampuan repetisi yang terganggu Pemahaman bacaan yang terganggu Gangguan pada kemampuan menulis, meliputi penulisan kata yang tidak berarti dan kesulitan mengeja Kemampuan berkomunikasi yang buruk walaupun kemampuan berbicara cukup lancar Wernicke’s Aphasia Pasien dengan kondisi ini biasanya lebih tidak frustasi dengan kegagalan berkomunikasi karena tidak menyadari kondisi gangguan berbahasa mereka Pasien dapat juga mengalami paranoia, suicidal, dan depresi yang seringkali didiagnosa sebagai gangguan psikis Pasien dengan Wernicke’s aphasia biasanya tidak memiliki gangguan neurologi yang jelas. Paresis dan paralysis jarang terjadi Transcortical Sensory Aphasia Gangguan afasia fluent yang disebabkan oleh lesi di daerah temporo-patietal, terutama di bagian posterior dari girus temporal medial. Daerah ini diperdarahi oleh cabang posterior dari arteri cerebri media kiri Transcortical Sensory Aphasia Karakteristik dari Transcortical Sensory Aphasia: Bicara yang lancar dengan frase yang normal, prosodi yang baik, artikulasi yang normal, dan tatanan bahasa yang baik Bicara yang kosong (tidak berarti) Kemampuan menamai yang sangat terganggu dan jeda pada pengucapan karena kesulitan ini Kemampuan repetisi yang baik, tetapi kemampuan pemahaman yang buruk terhadap kata-kata yang diulangi Gangguan pada kemampuan menulis yang merupakan refleksi dari kemampuan bicara Transcortical Sensory Aphasia Echolalia, kemauan untuk mengulangi kata-kata yang tidak berarti, atau kata-kata bahasa lain Pemahaman auditori yang terganggu Kesulitan untuk menunjuk, mematuhi perintah, atau menjawab pertanyaan ya/tidak sederhana Automatic Speech yang normal Memiliki kecenderungan untuk melengkapi kalimat yang dimulai oleh terapis Kemampuan membaca dengan bersuara yang baik, tetapi kemampuan pemahaman yang buruk terhadap apa yang dibaca Biasanya memiliki kemampuan membaca dengan bersuara yang lebih baik dari kemampuan bahasa lainnya Transcortical Sensory Aphasia Hemiparesis yang biasa ditemukan pada awal TSA biasanya dapat membaik – menyebabkan pasien tidak memiliki gangguan neurologis yang jelas Hemi neglect sering terjadi Pasien dengan TSA memiliki gejala serupa dengan Wernicke’s Aphasia, hanya saja pasien TSA memiliki kemampuan repetisi yang baik (sementara pasien dengan Wernicke’s Aphasia memiliki kemampuan repetisi yang buruk) Conduction Aphasia Afasia fluent yang disebabkan oleh lesi di daerah antara area Broca dan Wernicke, terutama di girus supramarginal dan arcuate fasciculus. Daerah lesi dari Conduction Aphasia merupakan hal yang masih diperdebatkan berikut juga dengan tipe aphasia ini. Conduction Aphasia Karakteristik dari Conduction Aphasia: Kemampuan repetisi yang terganggu pada stimulus-stimulus tertentu – terutama kemampuan repetisi yang terganggu dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang lebih panjang Kelancaran bicara yang bervariasi pada pasien – biasanya lebih tidak lancar dibandingan pasien dengan Wernicke’s Aphasia Paraphasic speech Kemampuan word-finding yang terganggu Empy speech karena tidak adanya kata-kata inti Adanya keinginan untuk memperbaiki kesalahan berbicara, tetapi tidak selalu berhasil Conduction Aphasia Tatanan bahasa, prosodi, dan kemampuan artikulasi yang baik Kemampuan menamai yang terganggu Pemahaman auditori yang cukup baik, terutama untuk percakapan rutin Kemampuan menunjuk yang lebih baik dibandingkan menamai benda Gangguan membaca yang bervariasi, pemahaman yang lebih baik dengan membaca tanpa bersuara Gangguan menulis pada sebagian besar pasien Buccofacial apraxia pada sebagian besar pasien Conduction Aphasia Gejala dari Conduction Aphasia serupa dengan Wernicke’s Aphasia, hanya saja, perbedaan yang mencolok pada pasien dengan Conduction Aphasia adalah kemampuan pemahaman auditori yang baik Pada beberapa pasien, gejala neurologi sering tidak terlihat, tetapi pada pasien lainnya, paresis pada bagian kanan muka, apraxia tungkai dan oral, dan gangguan sensori bagian kanan sering ditemukan. Gangguan- gangguan ini seringkali membaik pada sebagian besar pasien Anomic Aphasia Kondisi afasia ini merupakan kondisi yang kontroversial yang dapat disebabkan oleh lesi di beberapa daerah berikut girus angular, girus temporal kedua, dan perbatasan lobus temporal dan parietal Anomic aphasia adalah suatu sindrom sementara anomia adalah suatu gejala dimana pasien memiliki kesulitan untuk menamai benda – keadaan yang seringkali ditemukan pada pasien dengan afasia Anomic Aphasia Karakteristik dari Anomic Aphasia: Kemampuan word-finding yang sangat terganggu, tetapi kemampuan untuk menujuk benda yang disebutkan tidak terganggu Bicara yang lancar Tatanan bahasa yang normal walaupun ada jeda yang dikarenakan kesulitan dengan “word-finding” Penggunaan dari kata-kata yang tidak spesifik dan ambigu Verbal paraphasia (seringkali berupa penggantian kata) Anomic Aphasia Circumlocution Pemahaman auditori yang baik Kemampuan repetisi yang baik Artikulasi yang tidak terganggu Kemampuan membaca yang normal dan kemampuan untuk memahami bacaan yang baik Kemampuan menulis yang normal Anomic Aphasia Karakteristik yang membedakan anomic aphasia adalah kemampuan bahasa yang lain, selain dari kemampuan untuk menamai, dalam keadaan baik Perlu diketahui bahwa gejala yang tersisa pada pasien dengan afasia adalah kesulitan menamai benda Subcortical Aphasia Afasia biasanya terjadi karena kerusakan pada bagian korteks, tetapi afasia yang terjadi karena kerusakan pada bagian subkorteks dapat terjadi Kerusakan ekstensif pada daerah subkorteks dengan kemungkinan gangguan pada bagian kiri dari korteks dapat menjadi penyebab afasia ini Lesi pada daerah sekitar basal ganglia dan thalamus seringkali dihubungkan dengan afasia subkorteks Subcortical Aphasia Karakteristik dari afasia subcortical yang disebabkan oleh lesi di daerah basal ganglia dan struktur di sekitarnya pada hemisfer kiri: Kemampuan bicara yang lancar Repetisi yang tidak terganggu Kemampuan pemahaman auditori yang normal Gangguan artikulasi (serupa dengan Broca’s Aphasia) Gangguan prosodi Kesulitan dengan “word-finding” Semantik paraphasia Kemampuan menulis yang baik Apraxia tungkai (apabila terdapat lesi di daerah substantia alba di daerah parietal) Subcortical Aphasia Disebabkan oleh lesi atau perdarahan di thalamus kiri dapat dikarakterisasikan dengan: Hemiplegia, hemisensori loss, gangguan ruang pandang kanan, coma Mutism pada fase awal – dapat membaik ke arah parafasia Kemampuan menamai yang parah Kemampuan pemahaman auditori yang baik dan kemampuan pemahaman materi complex yang buruk Kemampuan repetisi yang baik Kemampuan membaca dan menulis yang terganggu Alexia Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca yang dikarenakan adanya kerusakan pada otak. Alexia harus dibedakan dengan Dyslexia yang adalah kesulitan membaca yang biasanya kemiliki dasar genetik dan termanifestasi pada masa kanak-kanak Beberapa pasien dengan afasia memiliki alexia (Benson & Ardila, 1996; Brookshire, 2003; Hegde, 2005; Helm- Estabrooks & Albert, 2004) Agraphia Agraphia adalah hilangnya atau terganggunya kemampuan menulis yang dikarenakan lesi pada area bawah dari girus frontal kedua, seringkali disebutkan sebagai Exner’s Writing Area Berbagai macam gangguan menulis dapat ditemukan pada pasien dengan afasia Agnosia Agnosia adalah terganggunya pemahaman arti dari beberapa stimuli walaupun tidak terdapat gangguan sensori perifer Pasien dapat mendengar, merasa rabaan, dan melihat stimuli, tetapi tidak dapat mengerti arti dari stimuli tersebut Gangguan seringkali terbatas pada satu modalitas sensori, walaupun arti dari stimuli dapat ditangkap melalui modalitas yang lain Agnosia Ada beberapa bentuk agnosia: Auditory Agnosia – disebabkan oleh kerusakan bilateral pada area asosiasi auditori dan dikarakterisasikan dengan: Gangguan pemahaman dari stimulus auditori Kemampuan pendengaran perifer yang normal Kesulitan untuk menyamakan benda dengan bunyi yang dihasilkan oleh benda tersebut Kemampuan mengenali benda secara visual yang normal
Auditory Verbal Agnosia (pure word deafness) – disebabkan oleh
kerusakan bilateral pada lobus temporal yang mengisolasi area Wernicke dan dikarakterisasikan dengan: Gangguan pemahaman kata-kata yang diucapkan Kemampuan pendengaran perifer yang normal Kemampuan mengenali suara non-verbal yang normal Kemampuan mengenali tulisan Kemampuan ekspresi verbal dan membaca yang normal Agnosia Visual Agnosia – disebabkan oleh kerusakan bilateral pada lobus occipital atau lobus parietal posterior dan dikarakterisasikan dengan: Gangguan mengenali benda secara visual Kemampuan mengenali benda yang normal apabila stimulus diberikan dalam bentuk auditori ataupun tactile
Tactile Agnosia – disebabkan oleh kerusakan pada lobus parietal
dan dikarakterisasikan dengan: Gangguan pengenalan benda secara tactile apabila stimulus visual tidak diberikan Gangguan menamai benda apabila stimulus diberikan dalam bentuk tactile Gangguan kemampuan untuk mendeskripsikan benda yang dipegang