Anda di halaman 1dari 32

AFASIA

Pembimbing: dr.Gotot Sumantri, Sp.S

Disusun oleh : Fitriano Haniwieko

Pendahuluan
Bahasa merupakan sesuatu yang paling
kompleks dari perilaku yang ditunjukkan
oleh manusia, karena bahasa melibatkan
memori, belajar, keterampilan penerimaan
pesan, proses, dan ekspres.
Pemahaman
bicara dan bahasa adalah
tugas yang melibatkan sebagian besar
korteks serebri

Permasalahan bahasa dapat tampak dalam


bentuk language delay atau gangguan
dalam berbahasa
language delay perkembangan bahasa
secara normal yang terhambat
Afasia gangguan cara berbahasa

Anatomi

Area cerebrum yang mengintegrasi semua


stimulus ini menjadi kemampuan berbahasa
area Wernicke ujung posterosuperior girus
temporalis superior.

Hubungan antara area pendengaran + area


wernick interpretasi bahasa terhadap apa
yg didengar
Area asosiasi penglihatan + area wernick
pemahaman bahasa melalui apa yang
dibaca

MEKANISME BERBICARA

DEFINISI
Afasia adalah gangguan atau ketidakmampuan
dalam berbahasa yang disebabkan oleh gangguan
pada otak, dimana gangguan tersebut bukan
merupakan penyakit yang herediter, tidak
disebabkan oleh gangguan pendengaran, gangguan
pengleihatan, atau kelemahan motorik.
Afasia tidak meliputi kelainan perkembangan
berbahasa atau disfasia, gangguan motorik
berbahasa seperti gagap, apraksia berbahasa, atau
disartria, dan bukan gangguan berbahasa yang
diakibatkan oleh gangguan berpikir seperti pada
pasien skizofrenia.

ETIOLOGI

Dapat timbul akibat cedera otak atau


proses patologik pada area lobus frontal,
temporal atau parietal yang mengatur
kemampuan berbahasa, yaitu area Broca,
area
Wernicke,
dan
jalur
yang
menghubungkan antara keduanya.

PATOFISIOLOGI
Afasia terjadi akibat kerusakan pada area
pengaturan bahasa di otak area Broca dan
area Wernick
Area Broca (area 44 dan 45 Broadmann)
pelaksanaan motorik berbicara Lesi pada area
ini kesulitan dalam artikulasi tetapi penderita
bisa memahami bahasa dan tulisan
Area Wernicke (area 41 dan 42 Broadmann)
area sensorik penerima untuk impuls
pendengaran Lesi pada area ini penurunan
hebat kemampuan memahami serta mengerti
suatu bahasa
lesi pada area disekitarnya afasia transkortikal

KLASIFIKASI AFASIA

Berdasarkan manifestasi klinis

Afasia

tidak lancar (Non fluent)


output atau keluaran bicara terbatas

Afasia

lancar (fluent)
penderita bicara lancar, tapi isi bicara
tidak dimengerti

Afasia yang lancar (fluent)


Penderita bicara lancar, artikulasi dan
irama baik, tetapi isi bicara tidak
bermakna dan tidak dapat dimengerti
artinya.
Gambaran klinisnya ialah
Keluaran bicara yang lancar
Panjang kalimat normal
Artikulasi dan irama bicara baik
Terdapat parafasia
Kemampuan memahami pendengaran
dan membaca buruk
Repetisis terganggu

Afasia Tidak Lancar


Penderita menggunakan kalimat pendek dan bicara
dalam bentuk sederhana.
Gambaran klinisnya ialah
Pasien tampak sulit memulai bicara
Panjang kalimat sedikit (5 kata atau kurang per
kalimat)
Gramatika bahasa berkurang dan tidak kompleks
Artikulasi umumnya terganggu
Irama bicara terganggu
Pemahaman cukup baik, tapi sulit memahami
kalimat yang lebih kompleks
Pengulanan (repetisi) buruk
Kemampuan menamai, menyebut nama benda
buruk

KLASIFIKASI AFASIA

Berdasarkan lesi anatomik, afasia dapat


dibedakan berdasarkan:

Sindrom afasia peri-silvian

Afasia Broca (motorik, ekspresif)


Afasia Wernicke (sensorik, reseptif)
Afasia konduksi

Afasia Brocca

lesi di bagian posterior daerah girus ketiga frontal dari


hemisfer kiri (dominan) yaitu sekitar area Brocca
(area 44)

Ciri klinik afasia Broca:

bicara tidak lancar


tampak sulit memulai bicara
Kalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat)
pengulangan (repetisi) buruk
kemampuan menamai buruk
Kesalahan parafasia
Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan
memahami kalimat yang sintaktis kompleks)
Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks
Irama kalimat dan irama bicara terganggu

Afasia Wernicke
lesi di daerah antara bagian belakang lobus
temporalis, lobus oksipitalis dan lobus parietalis
dari hemisfer kiri (dominan) yaitu area
Wernicke.
Gambaran klinik afasia Wernicke .

Keluaran afasik yang lancar


Panjang kalimat normal
Artikulasi baik
Prosodi baik
Anomia (tidak dapat menamai)
Parafasia fonemik dan semantik
Komprehensi auditif dan membaca buruk
Repetisi terganggu
Menulis lancar tapi isinya "kosong

Afasia Konduksi
Merupakan ketidakmampuan mengulangi
kata atau kalimat lawan bicara terutama
yang multisilabis (bersuku kata banyak).
Afasia konduksi kerusakan pada fasikulus
arcuata transmisi informasi dari daerah
Wernicke ke daerah Brocca
ditandai oleh gangguan berat pada repetisi,
kesulitan
dalam
membaca
kuat-kuat
(namun pemahaman dalam membaca baik),
gangguan dalam menulis, parafasia yang
jelas, namun umumnya pemahaman bahasa
lisan terpelihara.

KLASIFIKASI AFASIA

Berdasarkan lesi anatomik, afasia dapat


dibedakan berdasarkan:

Sindrom afasia daerah perbatasan


(borderzone)

Afasia transkortikal motorik


Afasia transkortikal sensorik
Afasia transkortikal campuran

Afasia Transkortikal

Afasia transkortikal motorik (masuk afasia


non-fluent)
lesi di anterior atau superior dari area broca
Gambaran
klinik
afasia
motorik
transkortikal.
Keluaran tidak lancar (non fluent)
Pemahaman (komprehensi) baik
Repetisi baik
Inisiasi terlambat
Ungkapan-ungkapan singkat
Parafasia semantik
Ekholalia

Afasia transkortikal sensorik


lesi di area informasi dari nonbahasa area
ke cerebrum tidak bisa di transfer ke area
wernickes untuk diubah menjadi suatu
bentuk bahasa.
Gambaran
klinik
afasia
sensorik
transkortikal
Keluaran (output) lancar (fluent)
Pemahaman buruk
Repetisi baik
Ekholalia
Komprehensi
auditif
dan
membaca
terganggu
Defisit motorik dan sensorik jarang
dijumpai

Afasia transkortikal campuran


Penyebab anoksia sekunder terhadap
sirkulasi darah yang menurun henti
jantung, oklusi atau stenosis berat arteri
karotis, anoksia oleh keracunan karbon
monoksida dan demensia
Gambaran klinik afasia transkortikal
campuran
Tidak lancar (nonfluent)
Komprehensi buruk
Repetisi baik
Ekholalia mencolok

KLASIFIKASI AFASIA

Berdasarkan lesi anatomik, afasia dapat


dibedakan berdasarkan:

Sindrom afasia non-lokalisasi

Afasian anomik
Afasia global

Afasia Anomik
Afasia jenis ini membuat penderita tidak
mampu menyebut nama benda yang dilihat,
angka, huruf, bentuk benda dan kata kerja
dari gambar yang dilihat
Letak lesinya tidak tentu tapi bisa di girus
angular dan temporal superior posterior
atau berada antara daerah Brocca dan
Wernicke
Gambaran klinik alasia anomik.

Keluaran lancar
Komprehensi baik
Repetisi baik
Gangguan (defisit) dalam menemukan kata.

Afasia Global
ditandai oleh tidak adanya lagi bahasa
spontan atau berkurang sekali dan menjadi
beberapa patah kata yang diucapkan secara
stereotipe
lesi luas yang merusak sebagian besar atau
semua daerah bahasa oklusi arteri
karotis interna atau arteri serebri media
pada pangkalnya.

Bentuk
Afasia

Ekspresi

Komprehe
nsi verbal

Repetisi

Menamai

Ekspresi
(Broca)

Tak lancar

Relatif

Terganggu

Terganggu

Komprehe
nsi
membaca
Bervariasi

Komprehe
nsi
membaca
Terganggu

terpelihara

Lesi

Frontal
Inferior
posterior

Reseptif
(Wermicke)

Lancar

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Temporal
Superior
Posterior
(Area
Wernicke)

Global

Tak lancar

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Fronto
temporal

Konduksi

Lancar

Relatif

Terganggu

Terganggu

Bervariasi

Terganggu

terpelihara

Fasikulus
arkualtus,
girus
supramargin
al

Nominal

Lancar

Relatif

Terpelihara

Terganggu

Bervariasi

Bervariasi

terpelihara

Girus
angular,
temporal
superior
posterior

Transkortikal

Tak lancar

motor
Transkortikal

Relatif

Terpelihara

Terganggu

Bervariasi

Terganggu

terpelihara
Lancar

Terganggu

Peri

sylvian

anterior
Terpelihara

Terganggu

Terganggu

Terganggu

PerisylvianPo

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis afasia tanda dan gejala klinis
yang ditemukan pada pemeriksaan fisik dan
kejiwaan
pemeriksaan
tambahan
lainnya

mengetahui penyebab kerusakan otaknya.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pemahaman (komprehensi)


bahasa lisan
Konversasi. Dengan mengajak pasien bercakapcakap dapat dinilai kemampuannya memahami
pertanyaan dan suruhan yang diberikan oleh
pemeriksa
Suruhan. Serentetan suruhan, mulai dari yang
sederhana (Satu langkah) sampai pada yang
sulit (banyak langkah)
Tanpa afasia menunjukkan 4 atau lebih
objek pada suruhan yang beruntun.
Pasien dengan Afasia menunjuk sampai 1
atau 2 objek saja.
Pilihan (ya atau tidak)

Repetisi
Mengulang kata sederhana banyak kata
Orang normal umumnya mampu mengulang
kalimat yang mengandung 19 suku-kata.
Afasia gangguan repetisi daerah perisylvian

Pemeriksaan menamai dan


menemukan kata
Kesulitan menemukan kata erat kaitannya dengan
kemampuan menyebut nama (menamai)
anomia.

Pemeriksaan sistem berbahasa


Bicara spontan, komprehensi (pemahaman),
repetisi, menamai, otak yang dominan (kidal atau
tidak)

Pemeriksaan menggunakan tangan


(kidal atau tidak)
Pemeriksaan berbicara spontan

Apakah bicaranya pelo, cadel, tertegun-tegun,


disprosodik (irama, ritme,intonasi bicara
terganggu). Pada afasia sering ada gangguan
ritme dan irama (disprosodi).

TERAPI
Atasi penyebab (stroke, perdarahan
akut, tumor otak)
Rehabilitasi (terapi bicara)
Tujuan melatih sel-sel yang tidak
rusak menggantikan sel-sel yang telah
rusak
Dimulai 24 jam pasien stroke masuk
rumah
sakit
lalu
dilakukan
berkelanjutan 1-2 tahun post stroke
Yang diperlukan : motivasi, memberi
stimulasi, melakukan repetisi yang
kontinu

Terapi bicara

Dimulai seawal mungkin.


Dikatakan bahwa bina wicara yang diberikan pada
bulan pertama sejak mula sakit mempunyai hasil
yang paling baik.
Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik
(seperti isyarat).
Program terapi yang dibuat oleh terapis sangat
individual dan tergantung dari latar belakang
pendidikan, status sosial dan kebiasaan pasien.
Program terapi berlandaskan pada penumbuhan
motivasi pasien untuk mau belajar (re-learning)
bahasanya yang hilang.
Terapi dapat diberikan secara pribadi dan diseling
dengan terapi kelompok dengan pasien afasi yang
lain.
Penyertaan keluarga dalam terapi sangat mutlak.

KESIMPULAN

Afasia adalah suatu gangguan berbahasa


yang diakibatkan oleh kerusakan otak.
Afasia dapat timbul akibat cedera otak atau
proses patologik pada area lobus frontal,
temporal atau parietal yang mengatur
kemampuan berbahasa
Afasia diklasifikasikan berdasarkan
manifestasi klinis, Distribusi anatomi dari lesi
yang bertanggung jawab bagi defek,
Gabungan pendekatan manifestasi klinik
dengan lesi anatomik

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai