AGNOSIA
Is the failure to perceive the nature and meaning of a sensory stimulus
when the sensory pathway conveying it are intact.
Jaras system sensorik baik!
Beberapa jenis agnosia :
1. Agnosia Visual
ketidakmampuan mengenali benda yang dilihat
o.k. lesi pada area asosiasi visual di korteks serebri
sering disertai gangguan fungsi mental dan fungsi kognitif
lainnya termasuk prosopagnosia dan heminanopsia
area penglihatan primer baik ; jika rusak cortical blindness
yang rusak : area asosiasi
2. Agnosia Auditorik (Pure Word Deafness)
ketidakmampuan mengenali bunyi yang didengar
o.k. lesi yang melibatkan korteks auditorik primer bilateral
dan/atau hubungannya dengan talamus
3. Agnosia Taktil (Astereognosia)
tidak dapat mengenali benda dengan cara meraba (benda yang
biasa dikenali)
o.k. lesi di lobus parietalis non dominan
4. Autotopagnosia
tidak mengenali bagian tubuhnya
o.k. lesi di lobus parietalis non dominan
2 tipe :
Verbal explicit denial of illness
Lack of concern about the deficit
5. Anosognosia
menyangkal adanya ggn fungsi anggota tubuh
o.k. lesi lobus frontalis posterior dan lobus parietalis, terutama pada hemisfer
non dominan
6. Agnosia Jari-Jari
tidak mampu mengenali jari sendiri
o.k. lesi pada girus angularis di hemisfer non dominan
Afasia (Disfasia)
Gejala Aphasia
1. Gangguan ekspresi lisan
Irama yang abnormal.
Hambatan berbicara atau mutisme
Stereotip (mengulang-ulang kata) , Disprosodi (gangguan lagu
berbicara)
Klasifikasi Boston
1. Dengan kemampuan pengulangan abnormal
Afasia Broca
1.) Non-fluency
2.) Effortful initiation of speech production
3.) Poor repetition
4.) Poor ability to name
5.) Paraphasic error (semantic or phonemic)
6.) Moderately good comprehension but difficulty with understanding
syntactically complex sentences
Afasia Wernicke
1.) Fluent aphasic output
2.) Normal sentence lenght
3.) Good articulation
4.) Good (sometimes exaggerated) prosody
5.) Anomia
6.) Phonemic and semantic paraphasia
7.) Poor auditory and reading comprehension
8.) Impaired repetition
9.) Fluent and empty writing
Afasia konduksi
Afasia global
4. Afasia subkortikal
TADIR
Dharmaperwira-Prins dan Maas TADIR (Test
Afasia untuk Diagnosis, Informasi dan Rehabilitasi) dan bertujuan untuk 27 :
Membuat diagnosa afasia atau bukan afasia.
Membuat diagnosa sindrom afasia yang mana.
Memberi informasi kepada penderita dan
keluarganya.
Menjadi titik tolak untuk penanganan logopedi.
TADIR telah distandarisasi dan dinormalisasi di
Indonesia
Terapi
Tujuan : memperbaiki
kemampuan komunikasi bukan hanya kemampuan berbahasa
Terapi Standar : Speech Therapy
Modalitas terapi tertentu untuk gejala
afasia spesifik yang menjadi target
Terapi Farmakologis : ???? Ajuvan
therapy
5. Sindrom Afasia
Afasia global dan afasia Wernicke memiliki prognosa paling jelek,
Afasia Broca, afasia konduksi atau afasia anomik memiliki peluang
yang lebih besar untuk pulih
6. Umur
Tidak dijumpai bukti yang menyatakan bahwa umur berkaitan
dengan pemulihan.
Kesadaran bergelombang
Gejala :
Kacau mental
Gangguan ingatan baru
Gangguan perhatian
Gangguan berpikir
Ilusi, halusinasi
Gelisah motorik
Demensia
Penyebab :
Clinical Course :
Kemunduran intelektual secara kronik dan progresif
slow motion
Gejala :
MUDAH LUPA : lupa taruh benda, lupa janji, lupa nama atau wajah
orang, lupa nama benda, lupa nama peristiwa, dll.
KHAS : on the tip of the tongue, absentmindedness, failure to pay
attention
tidak mempengaruhi aktifitas hidup sehari-hari dan pekerjaan
(Normal) (AD)
Cell Death
Prosedur Diagnostik
Skrining :
Anamnesa riwayat perjalanan penyakit
Test psikometrik/neuropsikologis
Diagnostik :
Konfirmasi (neurolog, psikiater, geriatrist)
Pemeriksaan penunjang
Rencana penatalakasanaan
Classification :
Probable AD : a clinical diagnosis based on
the NIH criteria
Possible AD : atypical features or patients
with a concurrent disorder that may cause cognitive impairment, but it is not
believed to be the only factor.
Definite AD : biopsy or autopsy proved AD
Penatalaksanaan :
1. Pengaturan Diet : Makanan harus adekuat dengan supplemen
vitamin
2. Perawatan Yang Adekuat :Libatkan keluarga dan lingkungan
penderita
3. Diskusikan Dengan Keluarga :Institusi perawatan khusus,
pekerja sosial, aspek legal
4. Sedasi : Sebagian penderita membutuhkan sedative
Thioridazine, temazepam
5. Atasi Depresi fluoxetine, sertraline, paroxetine
6. Terapi Obat-Obatan :
Tacrine (Ach esterase inhibitor) toksik
Donepezil HCl
Rivastigmine
Galanthamine
The effectiveness of the medication for a longer period than 30 weeks has not been
established