Anda di halaman 1dari 27

Pembaharuan Nahwu dan Penyederhanaannya dalam Pengajaran Kaidah

Nahwu; Studi Komparatif antara Pemikiran Pembaharuan Nahwu Syauqy


dhaif dan Ibrahim Mustafa

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
DAFIT MUHAMMAT KHOLIQ
NIM : 2021040027

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN


PENDIDIKAN BAHASA ARAB UNIVERSITAS SAINS AL
QUR’AN (UNSIQ) JAWA TENGAH DI WONOSOBO
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
B. Identifikasi dan Batasan Masalah................................................................
C. Rumusan Masalah..........................................................................................
D. Tujuan Penelitian.........................................................................
E. Manfaat Penelitian.......................................................................
F. Tinjauan Pustaka..........................................................................
G. Sistematika Penulisan Skripsi.....................................................
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................
1. Asal Muasal Ilmu Nahwu.............................................................
2. Tahapan Munculnya Tata Bahasa Arab.....................................
3. Tata Bahasa Antara Kuno dan Modern.....................................
4. Memperbarui Tata Bahasa Arab.................................................
5. Pembaruan Istilah Dalam Tata Bahasa Arab............................
6. Identifikasi Linguistik...................................................................
BAB III Metode Penelitian...............................................................
A. Jenis Penelitian.............................................................................
B. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................
C. Alat Pencari...................................................................................
D. Sumber Data.................................................................................
E. Metode Pengumpulan Data.........................................................
F. Metode Analisis Data....................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................

ii
iii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu nahwu pada umumnya merupakan bagian utama dari pengajaran
bahasa dan dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang paling kompleks
dan berfluktuasi dalam pengajaran bahasa Arab. Meskipun terdapat integrasi
tata bahasa Arab, kematangan pembelajaran dan kesempurnaan aturan-
aturan, namun demikian bukan berarti tidak ada kerumitan besar yang
menjadi hambatan bagi para pelajar. Kesulitan-kesulitan ini menemani
pengajaran tata bahasa pada awal terbentuknya ilmu nahwu, sehingga siapa
pun yang ingin membaca kitab Sibawaih ditanya, “Apakah kamu
mengarungi laut?” sebagai sebuah pertanyaan metafora atas usaha dan
kesulitan yang diperlukan dalam mempelajari ilmu ini, oleh karena itu,
banyak buku yang bertujuan untuk memperjelas dan merangkumnya.
Pembelajaran ilmu nahwu pada bagian penyusunan kalimat menyajikan
kepada kita dengan berbagai kaidah dan ketentuan yang menentukan pola
kalimat dalam bahasa Arab. Tidak ada keraguan bahwa ada banyak alasan
yang menyebabkan sulitnya peraturan tata bahasa ini di bidang pengajaran.
Dan diantara kesulitan-kesulitan tersebut adalah kurang mendukungnya
kurikulum, kesalahpahaman tentang tujuan pengajaran tata bahasa dan
ketidakmampuan guru dan pendidik untuk mengajarkan tata bahasa ini
secara efektif.

Oleh karena itu, menyederhanakan materi ini bagi pembelajar adalah suatu
kewajiban yang tidak dapat dihindari, dan kewajiban ini akan terus ada di
masa kini dan masa depan, seperti yang ada di masa lalu. Namun
penyederhanaan permasalahan serius ini adalah upaya yang sia-sia atau
merupakan jalan menyesatkan yang tidak mengenal batas dan tidak memiliki
tujuan yang jelas.

1
Jika diolah jauh dari fakta-fakta yang dibuktikan oleh para ilmuwan dan
pakar di bidang pengajaran bahasa. Saat ini, pengajaran dan pembelajaran
bahasa Arab semakin penting bagi para sarjana dan pendidik di dunia Arab
dan Islam. Tidak ada keraguan bahwa tumbuhnya minat di antara mereka di
bidang ini disebabkan oleh berbagai alasan peradaban, budaya, sosial, ilmu
pengetahuan, ekonomi, dll. Namun, bidang ini menghadapi permasalahan
pendidikan yang serius, dan isu ini masih menjadi isu kontroversial dalam
pengajaran bahasa Arab secara umum, dan tidak akan surut sampai isu ini
kembali mengemuka. Buktinya adalah ketika kita melihat sejarah aturan tata
bahasa dalam kurikulum pengajaran bahasa Arab sejak awal munculnya ilmu
nahwu, kita menemukan perbedaan besar mengenai cara terbaik untuk
menyederhanakan pengajaran nahwu.
Dalam pengantarnya, Ibnu Khaldun melihat ilmu tata bahasa sebagai bagian
integral dari seluruh pilar bahasa arab yang terdiri dari empat cabang yaitu
linguistik, tata bahasa, retorika, dan sastra. Namun, ilmu nahwu pada masa
pembentukannya sangatlah kompleks dan terapan. Ilmu nahwu dimaksudkan
untuk memperbaiki bacaan pada teks arab, serta ayat-ayat Alquran yang
dianggap anomali menurut kaidah kebahasaan. Kesalahan dalam membaca
teks-teksnya dikenal dalam bidang seni bahasa Arab dengan makna
gramatikal kata, yaitu ditemukannya kesalahan di dalamnya dan kurangnya
kefasihan dalam membaca. Namun, dari sudut pandang pembelajar bahasa
Arab, tata bahasa Arab dianggap sulit dan rumit untuk dipelajari. Seperti
adanya infleksi pada setiap kata, predikat pergerakan di dalamnya, dan teori
faktor yang kesemuanya merupakan kesulitan yang terdapat dalam tata
bahasa. Tidak jarang siswa yang belajar bahasa Arab bertahun-tahun di
sekolah-sekolah Islam bahkan di lembaga-lembaga Islam masih terbebas dari
kesalahan tata bahasa ketika berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini dapat
dilihat dari mahasiswa di tingkat universitas bahkan dari mereka yang lulus
dalam bahasa Arab itu sendiri, yang dituntut untuk menerapkan kaidah tata
bahasa dalam keterampilan linguistiknya. Kesulitan-kesulitan ini tidak hanya

2
terjadi di negara kita, di mana bahasa Arab adalah bahasa kedua, namun juga
di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang bahasa Arab adalah
bahasa ibu mereka dan bahasa kedua bagi masyarakat mereka.
Kesulitan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada zaman kita, ketika sebagian
besar masyarakat lebih memilih bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi
dalam hubungan internasional, namun juga terjadi pada zaman dahulu kala
ketika negara Islam meraih kepemimpinan peradaban dunia. Pada era
tersebut tata bahasa dipelajari secara mendalam, seperti halnya ilmu-ilmu
agama lainnya, seperti fiqih, hadis, tafsir, dan lain-lain. Rumitnya isi kaidah-
kaidah tata bahasa yang dikemukakan oleh para ulama zaman dahulu
merupakan akibat dari banyaknya kaidah tata bahasa yang kompleks dengan
perbedaan pendapat yang paling besar di kalangan ahli tata bahasa, hingga
muncul kelompok yang berbeda dari mereka, seperti Najat Kufah dan ahli
tata bahasa. Basra, yang menyebabkan kesulitan bagi siswa dalam
mempelajari tata bahasa. Sebaliknya, metode yang digunakan dalam buku-
buku tata bahasa kuno adalah metode deduktif dengan contoh-contoh kasar
yang jauh dari kehidupan nyata siswa. Pada awal abad ke-20, banyak
cendekiawan dan intelektual Muslim Mesir yang pernah belajar dari berbagai
universitas di Eropa kembali ke negaranya.
Mereka mengusung metode pendidikan modern dan mulai mengeluarkan
seruan untuk memudahkan belajar dan mengajar ilmu nahwu.
Pada abad kedua puluh, upaya untuk memperbarui tata bahasa semakin kuat
dan melimpah. Berbagai upaya telah digunakan untuk menyederhanakan
pengajaran ilmu nahwu. Para pemimpin di bidang bahasa Arab berupaya
keras untuk dapat melestarikan bahasa Al-Qur'an. Mereka yakin sepenuhnya
bahwa usahanya mulia, penting dan dapat dimanfaatkan oleh banyak
generasi pembelajar dan pengagum bahasa ini. Pembelajar bahasa Arab telah
berinvestasi pada buah ilmu pengetahuan dengan memperbarui tata bahasa
yang telah mereka kerjakan, dan upaya mereka memperbaiki masalah dan
kekurangan yang muncul.

3
Salah satu ahli bahasa abad 20 adalah Ibrahim Mustafa. Beliau merupakan
salah satu ahli tata bahasa, terbukti dari keikutsertaannya di sekolah bahasa
Arab Mesir. Beliau juga menyebutkan bahwa telah mempelajari tata bahasa
secara mendalam sekitar tujuh tahun yang lalu. Hasil penelitiannya
dituangkan dalam sebuah buku yang ditulis dan diberi nama The Book of the
Revival of Grammar. Dalam mempelajari bidang tata bahasa modern,
namanya tidak kalah dengan ahli tata bahasa lainnya karena mampu
mengaktifkan pemikiran-pemikiran ulama tata bahasa sebelumnya, seperti
Ibnu Muda’ al-Qurtubi 6 H dan Ibnu Hitti 392 H.
Mereka adalah dua orang ulama yang tidak sepakat mengenai teori tata
bahasa secara umum. Adapun tujuan dari tulisan Ibrahim Mustafa dalam
bukunya The Revival of Grammar adalah untuk mengubah cara belajar dan
mengajar bahasa Arab karena kesulitan besar yang dirasakan siswa, dan
mengubahnya agar lebih mudah, guna mendekatkan bahasa ini pada
pemahaman dengan melapisi bahasa arab. Dengan narasi tentang dirinya
tersebut, peneliti menghadirkan kepribadian Ibrahim Mustafa dan segala
pemikirannya dalam memperbaharui dan menyederhanakan ilmu nahwu.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berangkat dari permasalahan yang disebutkan, peneliti mencoba
menyajikan hal-hal yang diteliti sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaharui tata bahasa dan
memfasilitasinya secara ilmiah dan mendidik. peneliti akan fokus Isi
aturan tata bahasa.
2. Terdapat permasalahan dalam peran tata bahasa yang dirasa rumit oleh
pembelajar, seperti yang saya sebutkan baru-baru ini, oleh karena itu
peneliti mencoba menyajikan penelitian terkait upaya memperbarui dan
memfasilitasi tata bahasa Menurut beberapa orang tertentu.
3. Berdasarkan permasalahan yang ada tersebut, peneliti dianggap mencari
pembaharuan dan fasilitasi tata bahasa menurut kedua ulama tersebut di
atas, maksudnya Ibrahim Mustafa dan Shawqi Dhaif, dan bukan yang
lain, karena penafsiran, alasan, dan saran yang berkaitan dengan mereka,

4
sebagai mereka dipengaruhi oleh satu orang dalam memperbaharui teori-
teori tata bahasa yaitu Ibnu Muda' al-Qurtubi.Namun berkembang
Semua teori yang diambil darinya dikembangkan oleh Ibrahim Mustafa
dan Shawqi Dhaif dalam bentuk dan metode yang berbeda-beda dengan
alasan dan tujuan yang berbeda pula. Peneliti mengumpulkan seluruh
pendapat keduanya untuk menunjukkan aspek koalisi dan
perbedaannya.Oleh karena itu, penelitian ini perlu memiliki batasan
masalah. Maka batasan masalah dari penelitian ini adalah peneliti hanya
fokus pada hafalan surah al-Mulk santri sebelum dan sesudah
diterapkannya murottal al-Qur’an.
C. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diangkat sebagai berikut:
1. Bagaimana kerangka pembaharuan tata bahasa dan penyederhanaanya
menurut Shawqi Deif?
2. Bagaimana kerangka pembaharuan tata bahasa dan penyederhanaanya
menurut Ibrahim Mustafa?
3. Bagaimana teori mereka dalam mendefinisikan dan memfasilitasi tata
bahasa berbenturan dalam pengajaran tata bahasa Arab?
4. Dalam hal apa pendapat mereka berbeda mengenai pembaharuan dan
penyederhanaan tata bahasa?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ditujukan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut:
1. Analisis kerangka pembaharuan tata bahasa dan penyederhanaanya
menurut Ibrahim Mustafa
2. Analisis kerangka pembaharuan tata bahasa dan penyederhanaanya
menurut Shawqi Deif
3. Mengungkap benturan teori mereka mengenai pembaharuan tata bahasa
dan penyederhanaanya dalam pengajaran tata bahasa Arab.

E. Manfaat Penelitian

5
Dari penelitian ini diharapkan oleh penulis dapat memberikan beberapa
manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu karya tulis ilmiah
yang mampu memperkaya wawasan dan menambah pengetahuan
mengenai pembaharuan dan penyederhanaan pengajaran ilmu nahwu
memudahkan generasi sekarang untuk mempelajarinya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bahan ajar bagi
guru-guru untuk lebih efektif lagi dalam pengajaran ilmu nahwu.
b. Pagi Peneliti
Dapat menambah wawasan pengetahuan dan keberkahan ilmu
dari semua pihak, dalam adanya penelitian mengenai pengaruh
murottal al-Qur’an terhadap hafalan al-Qur’an surah al-Mulk santri
TPQ Al-Hidayah Plobangan.
c. Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan pengetahuan dan membuka
pemikiran yang tajam dan kritis mengenai topik pembaharuan dan
penyederhanaan ilmu nahwu.
F. Tinjauan Pustaka
Diantara publikasi-publikasi terdahulu yang berkaitan dengan apa yang
peneliti usulkan dalam penelitian ini adalah jurnal-jurnal linguistik sebagai
berikut: Jurnal pertama berjudul “The Personal Attempt to Renew Grammar
in the Twentieth Century” yang ditulis dengan cermat oleh Asif Muhammad
Tammam, narasumber Sultan Universitas Islam Kunung Jati Bandung. Pers
ini menyatakan bahwa Ibrahim Mustafa mengandalkan ide-ide kritisnya
dalam menyederhanakan tata bahasa dan ahli tata bahasa modern lainya.
Peneliti bersandar pada makalah pers kedua yang ditulis oleh Lalu Turjuman
Ahmad (2011), guru bahasa Arab dari Jurusan Bahasa Arab Universitas
Islam Negeri Sultan Maulana Hasan al-Din Bantin yang berjudul

6
“Memperbarui Tata Bahasa di Abad Kedua Puluh, Teorinya dan Aspek.”
Pertama, penulis media tersebut memperkenalkan sejarah tata bahasa di
Mesir, dan munculnya Akademi Bahasa Arab di sana, serta banyak kajian
kritisnya yang sesuai dengan keberlanjutan bahasa Arab.
Peneliti menemukan pers ketiga berjudul “Facilitating Grammar
Teaching in the Twentieth Century” yang ditulis oleh Arif Rahman Hakim
(2013). Ia memaparkan apa yang ia masukkan dalam penelitiannya tentang
koreksi penyederhanaan tata bahasa di kalangan ahli tata bahasa kuno
sebelumnya.
Pers keempat oleh Profesor Dr. Saeed Rabie Al-Ghamdi, berjudul
“Memperbarui Tata Bahasa Arab.” Dia hanya menyatakan dalam
penelitiannya apa yang berkaitan dengan pembaharuan tata bahasa,
permasalahan pembelajarannya, asal muasal pembaharuannya, dan teori-
teori sederhana.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika ini sebagai gambaran umum dari urutan pembahasan dalam
skripsi. Untuk mempermudah memahami skripsi, maka sistematika
penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian utama dan dijabarkan
sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian ini memuat sampul luar (cover), sampul dalam, nota
persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, pernyataan keaslian
skripsi, halaman motto, halaman persembahan, pedoman transliterasi,
abstrak, kata pengantar, daftar isi.
2. Bagian Inti
Bagian ini merupakan isi dari skripsi yang terbagi dalam bab-bab
sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,


: identifikasi masalah, penegasan istilah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

7
penulisan skripsi.
BAB Landasan teori yang terdiri dari kajian pustaka dan kajian
II : teori. Kajian teori mencakup pembahasan tentang asal mula
tata bahasa, tahapan munculnya tata bahasa, tata bahasa kuno
dan modern, memperbarui tata bahasa arab, dan identifikasi
linguistik.
BAB Metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, tempat,
III : dan waktu penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian,
desain penelitian, metode dan instrumen penelitian, validitas
dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.
BAB Hasil dan analisis penelitian yang terdiri dari profil objek
IV : penelitian, deskripsi data, analisis data, dan interpretasi data.
BAB Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
V :
3. Bagian Akhir
Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, serta
daftar riwayat hidup peneliti.

8
BAB II

KAJIAN TEORI
1. Asal muasal ilmu nahwu
Status tata bahasa pada era Islam pertama di Irak setelah perluasan
Negara Islam dan pembaurannya Orang-orang Arab dan bangsa-bangsa
lain menghuni tanah terbuka, sehingga bahasa bertambah banyak,
bercampur, lahn dan kerusakan lidah telah menyebar. Abu al-Tayyib
berkata, “Ketahuilah, bahwa yang pertama kali terdistorsi dalam ucapan
adalah orang Arab dan yang paling perlu mempelajari bahasa arab adalah
orang Arab, karena lahn muncul dalam ucapan pengikut dan orang-orang
arab dari zaman Nabi (SAW).
Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang menggunakan lahn di
hadapan nabi dan nabi bersabda: Bimbinglah saudaramu, karena dia
sesat. Kemudian Abu Bakar berkata: "sungguh aku membaca dan
bingung lebih kusukai daripada aku membaca dan melakukan". Ibnu
Qutaybah berkata: Seorang Arab Badui memasuki pasar. Lalu dia
mendengar orang-orang melakukan Lahn. Maka dia berkomentar:
Subhanallah! Mereka melakukan Lahn dan mendapat untung sementara
kami tidak melakukan Lahn dan tidak mendapat untung
Para sejarawan berbeda pendapat mengenai siapa yang pertama kali
membuat bab tentang tata bahasa atau membicarakannya, dan banyak
narasi bermunculan mengenai topik ini, dapat diringkas sebagai berikut:
Narasi pertama: Penulisnya meyakini bahwa Imam Ali bin Abi Thalib
adalah pencipta pertama ilmu tata bahasa.

9
Narasi kedua: Penulisnya percaya bahwa Abu Al-Aswad Al-Dawli
adalah pencipta pertama ilmu tata bahasa, dengan partisipasi Nasr Bin
Asim Al-Laithi dan Abdul Rahman bin Hormuz.
Narasi ketiga: Penulisnya meyakini bahwa Abu Al-Aswad Al-Dawli
sendirilah yang merupakan pencipta pertama ilmu tata bahasa. Adapun
riwayat yang pertama disebutkan dalam kitab-kitab ulama abad 4 H, dan
diulangi oleh sumber-sumber setelah tanggal tersebut.
2. Tahapan munculnya tata bahasa Arab
Tata bahasa awalnya tampak sederhana, jadi Abu Al-Aswad
mengumpulkan apa yang dipahami pikirannya dan apa yang dicapai
pemikirannya, lalu Ali bin Abi Thalib menyetujui apa yang dia katakan,
dan menasihatinya untuk mengikuti apa yang dia bacakan kepadanya,
karena kebutuhan masyarakat akan hal ini dengan tujuan untuk
meluruskan bahasa mereka dan membersihkannya dari bahasa asing.
Kemudian pengetahuan ini tumbuh dan berkembang selama
bertahun-tahun dan dibutuhkan. Ia berjalan dengan langkah yang mantap
hingga dewasa dan mendekati kematangannya. Ketika zaman Abbasiyah
tiba, tata bahasa Arab dipelajari secara luas. Di Basra, Kufah, dan
Bagdad, artinya pembelajaran tata bahasa melalui tiga tahapan: tahap
situasi, dan tahap-tahap ini murni visual yang dirangkum oleh pencipta
tata bahasa pertama, Abu Al-Aswad Al-Dawli, yang dilanjutkan dengan
dua lapisan ahli tata bahasa, saya ambil darinya dan menyimpulkan
banyak keputusannya dan menyebarkannya di kalangan para siswa,
termasuk Anbasa Ibnu Al-Feel, Nasr Ibn Asim Al-Laithi, Abd al-
Rahman Ibn Hormuz, dan Yahya Ibn Ya`mar al-Adwani, dan mereka ini
termasuk golongan
Yang pertama. Mereka yang mengandalkan narasi-narasi yang telah
mereka hafal di dalam dada, sehingga mereka meletakkan landasan
pertama bagi pengetahuan tata bahasa dan beberapa ilmu lainn tentang
aturan dan ketentuan. Adapun ulama golongan kedua, mereka
menyaksikan sejumlah pengaruh kebahasaan yang mendorong mereka

10
untuk menambahkan banyak aturan dan penggalian kontrol, dan gagasan
analogi muncul di antara mereka, sehingga beberapa buku ditulis, dan
oleh para ulama golongan tersebut adalah Abdullah bin Ishaq Al-
Hadrami, Issa bin Omar Al-Thaqafi, dan Abu Amr bin Al-Alaa.
Tahap kedua adalah tahap pertumbuhan, yaitu tahap visual Kufi
yang diawali dengan Al-Khalil Ibnu Ahmed Al-Farahidi.
Dan Abu Jaafar Al-Rawasi, sebagai dua orang Mesir yang turut serta
mengembangkan kajian tata bahasa dan morfologi, serta mengumpulkan
asal usul, serta cabang.
Mereka menyampaikan penafsirannya dan memberikan bukti serta
alasan atas putusan tersebut, hingga tata bahasa telah berkembang pesat
dan banyak karya yang berlipat ganda di dalamnya. Dan dari Ulama yang
paling terkenal dari golongan ini adalah Al-Khalil Ibnu Ahmad Al-
Farahidi, Sibawayh, dan Yunus Ibn Habib dari masyarakat Basra, serta
Abu Jaafar Al-Rawasi, Al-Kisa'i, Muaz Al-Baraa, dan Al- Farra' dari
penduduk Kufah. Kitab Sibawaih dianggap sebagai kitab paling terkenal
pada masa ini, dan merupakan gambaran yang mencerminkan sifat
penulisannya.Pendekatannya membuat para ulama terkesan, sehingga
mereka terus mengikutinya dari waktu ke waktu.
Adapun tahap ketiga, yaitu tahap kematangan, menyaksikan tata
bahasa sebagai ilmu yang lengkap dan matang, mereka sibuk berdebat
dan menyelesaikan apa yang terlewatkan oleh dua tahap pertama, dan
mereka mulai menjelaskan apa yang telah dirangkum dan diperluas oleh
tahap pertama. apa yang layak untuk diperluas. Mereka
menyempurnakan definisi, melengkapi beberapa terminologi, dan
memisahkan studi morfologi dari studi tata bahasa. Al-Mazni menulis
buku tentang morfologi saja. Di antara ulama tahap ini dari Basran
adalah Abu Utsman al-Mazni, Abu Omar al-Jarmi, Abu Muhammad al-
Tawzi, Abu Hatim al-Sijistani, al-Riyashi dan al-Mubarrad, dan dari
kaum Kufah Ibn al-Sakit, Muhammad ibn Sa`dan, dan Tha`lab. Tahap ini

11
menjadi saksi munculnya banyak karya, termasuk yang mengkhususkan
diri pada morfologi.
Ada yang dikhususkan untuk tata bahasa saja, dan ada pula yang
menggabungkan kedua ilmu tersebut.
3. Tata bahasa antara kuno dan modern
Dalam mendefinisikan konsep tata bahasa dan terminologinya, kami
menemukan pernyataan yang berbeda-beda dan pendapat yang berbeda-
beda antara orang dahulu dan orang modern
Setiap orang melihatnya dari sudut yang semakin jauh atau semakin
dekat dengan sudut pandang orang lain dalam pemikiran evolusioner
yang berurutan untuk mendeskripsikan hakikat tata bahasa,
mendefinisikan istilah-istilahnya, dan memantau pengaruhnya terhadap
lidah, kami akan menyederhanakan pendapat-pendapat ini secara singkat.
Abu Ali Al-Farsi berpendapat bahwa tata bahasa adalah ilmu yang
didasarkan pada standar yang disimpulkan dari ekstrapolasi ucapan orang
Arab, namun terbagi menjadi dua bagian, yang satu merupakan
perubahan yang terjadi pada akhir kata, dan yang lainnya merupakan
perubahan yang mempengaruhi hakikat kata dan dirinya sendiri.
Menurut Ali Al-Jurjani, ia memiliki pengetahuan tentang hukum-
hukum yang menentukan kondisi struktur Arab, termasuk penguraian dan
konstruksi. Dan yang lain-lain, dikatakan: Tata bahasa adalah ilmu yang
dengannya syarat-syarat berbicara dapat diketahui dari segi
penalarannya, dan dikatakan: Ilmu tentang dasar-dasar apa. Dia tahu apa
yang benar dan apa yang salah pada dirinya.
Di antara ulama kontemporer Lisan al-Arab adalah Mahdi al-
Makhzoumi, yang melihat istilah tata bahasa sebagai ungkapan dan
konsep komprehensif yang membahas bangunan bahasa Arab, dan
didasarkan pada studi terpadu tingkatan bahasa seperti morfologi
Struktur, gaya, semantik, dll, serta mempelajari berbagai metode tata
bahasa tradisional.

12
Tata bahasa dalam pengertian modern mencakup dua subsistem
secara bersamaan yaitu morfologi dan tata bahasa yang masing-masing
mempunyai kelebihan dan peranan tersendiri dalam kerangka umum
fungsi yang telah dijelaskan sebelumnya. Hubungan antara dua sistem
dan sistem reguler merupakan suatu integrasi, dan keduanya menjadi
dasar konstruksi dasar komponen struktural tata bahasa. Oleh karena itu,
tata bahasa, sebagai gambaran bahasa secara keseluruhan.
Dasar-dasar sistem bahasa, antara lain:
Morfologi ada yang menyebutnya derivasi atau pembentukan fonetik,
dan dasar kegiatannya adalah
Ilmu yang mempelajari tentang perubahan formal kata, yang
meliputi mempelajari asal usul kata, sifat hurufnya, dan segala
perubahan yang terjadi pada struktur, bobot, bentuk, serta fungsi
semantik dan gramatikal yang bersangkutan dalam kerangka aturan
untuk setiap bahasa tertentu yang dipelajari.
Sistem atau struktur, dan dalam kajian linguistik modern
dibedakan sebagai bagian dari ilmu tata bahasa umum dan bersifat
himpunan Dasar kegiatannya adalah mempelajari hubungan
fungsional antar kata, dan pengaruhnya menjadi jelas dalam
perlakuan bagian-bagian kalimat dari segi status, susunannya,
hubungan antar unsurnya, sifat fungsinya, dan lain-lain.
4. Memperbarui tata bahasa Arab
Dimensi historis dari istilah-istilah tersebut terwakili dalam hubungan
bahasa Arab itu sendiri dan hubungannya dengan sejarah, yang
menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana kemampuan bahasa Arab
dalam beradaptasi dengan tuntutan zaman, dan tentang aspek-aspek di
dalamnya. cocok untuk mengenali inovasi dan mana yang tidak. Ada
banyak pendekatan terhadap topik ini: masalah tata bahasa dibahas di
bawah judul “lahn.”
Para ulama hadits memulainya dengan upaya yang jelas, seperti yang
dilakukan Ibrahim Mustafa dalam karyanya “Revival of Grammar.”

13
Kemudian Taha Hussein sangat antusias dengan proyek tersebut, dan
Mahdi Al-Makhzoumi merumuskan visi inovatifnya: “Dalam tata bahasa
Arab ada kritik dan bimbingan.” Kemudian Tammam Hassan
menyampaikan visi dalam karyanya “Bahasa Arab, maknanya dan
strukturnya, diwakili oleh Dengan gagasan pembuktian di samping apa
yang disampaikan dalam konferensi dnan seminar diadakan di Timur dan
Barat untuk menyederhanakan tata bahasa Arab.
5. Pembaharuan istilah dalam tata bahasa Arab
Adapun terminologi yang menyertai upaya memperbaharui tata bahasa
dan memfasilitasinya, diluncurkan secara khusus sejak awal abad kedua
puluh, yaitu sebagai berikut:
Pada pertengahan abad kedua puluh, itu menjadi judul sejumlah buku,
termasuk buku Shawqi, The Guest of Renewal tata bahasa. Pemilik pelita
pencerahan berkata, “Sesuatu yang baru, bila rusak, maka ia baru, dan
berbeda dengan yang lama.
Para peneliti meyakini bahwa pembaruan linguistik merupakan topik
yang komprehensif dengan seluruh aspek bahasa, semua tingkatan,
bahkan semua manifestasi sastra dantidak terbatas pada seni dan bukan
seni, melainkan berusaha memajukan seluruh ilmu pengetahuan Arab.
6. Identifikasi Linguistik
Kebaruan adalah kebalikan dari keausan, dikatakan sesuatu itu baru,
dan bentuk jamaknya adalah satu dan baru dan baru, dan memperbaharui
dan memperbaharui, yaitu menjadikannya baru. Apa yang baru adalah
apa yang tidak anda kenal, dan itulah sebabnya kematian digambarkan
sebagai sesuatu yang baru. Dan dalam Al-Misbah: Yang dimaksud
dengan sesuatu adalah baru apabila dipecah, maka ia baru dan berbeda
dengan yang lama, dan si fulan memperbaharui materi itu dan
menjadikannya baru, jika ia menciptakannya, maka ia baru. , dan dia
mungkin menggunakan intransitif baru. Dilihat dari makna kebahasaan
tulisan ini (diperbaharui), kita melihat tidak menyimpang dari apa yang

14
terjadi dari materi, apa yang baru darinya, dan apa yang menjadi baru
setelah dipakai.
Renewal adalah sumber kata kerja (renew), dikatakan untuk
mendefinisikan sesuatu: menjadikannya baru. Pembaruan, seperti yang
dilihat oleh anak-anak, adalah mematahkan kepungan terhadap warisan
tata bahasa sehingga ia kembali bebas setelah ditawan, dan
menghidupkan pendekatan tata bahasa sehingga ia kembali sebagai buah
segar setelah kekeringan, dalam upaya untuk mereformasi dan
memperbaruinya. mengingat kontrol bawaannya tanpa perlakuan verbal
dan pembagian logis yang berpegang pada batasan dan gambar dalam
penguraian dan tanda-tandanya serta menjauh dari tata bahasa dalam
maknanya, dan tujuan-tujuannya yang lain.
Kita perhatikan bahwa realitas istilah pembaharuan secara teoritis
dikaitkan dengan penghapusan, singkatan, dan pembatalan, dengan upaya
Ibnu Muda’ al-Qurtubi dalam bukunya “Respon terhadap Tata Bahasa.”
Upaya ini dianggap sebagai seruan keras dalam menuntut agar tata
bahasa direformasi, atau disederhanakan di lain waktu, atau diperbarui
sebaliknya, karena sebagian besar usahanya terfokus pada melemahkan
teori faktor tata bahasa. Ia melihat penghapusannya, penggantian
komentar dengan karya, dan perlunya meninggalkan konsep ahli tata
bahasa tradisional. Oleh karena itu, ia membuka pintu yang mendorong
orang-orang setelahnya yang mengikuti gerakan kritis untuk mendekati
tata bahasa dengan kritik dan pengawasan, dan menyerukan inovasi dan
pengembangan meskipun emperbarui tata bahasa dan
menyederhanakannya dalam pengajaran tata bahasa Arab Pendapat dan
kritik yang dikemukakan mengenai buku tersebut.
Istilah “pembaruan” juga diasosiasikan dengan penyimpangan dari
teori faktor, pengkoordinasian ulang bab-bab tata bahasa, penetapan
kontrol dan definisi yang tepat dan baru, dan penambahan bab-bab baru,
selain menghapus banyak redundansi dalam tata bahasa Arab, dan
mencegah penafsiran dan apresiasi rumusan dan ekspresi, dan hal ini

15
terwakili secara teoritis dalam buku “Renewing Grammar.” Al-Shawqi
Dhaif 4, yang dipersiapkan untuknya bertahun-tahun yang lalu selama
karyanya mengedit buku “The Response to Grammarians” karya Ibnu
Muda' al-Qurtubi, setelah ia terinspirasi oleh perlunya mengembangkan
kajian tata bahasa dan metodenya, serta menyerukan untuk
menyingkirkan teori tata bahasa.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan laporan permasalahan yang dikembangkan, maka pendekatan
penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian deskriptif kualitatif kritis
analitis. Bogdan dan Taylor mengartikan pengertian metode penelitian kualitatif
seperti yang disampaikan oleh Molong, yaitu melakukan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Atau seperti yang dikatakan Imran, mereka tahu
bahwa hakikat metode penelitian kualitatif adalah mengamati urusan orang,
berkomunikasi dengan mereka dan berusaha memahami bahasa mereka. Yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif (seperti yang kita pelajari dari apa yang
dikatakan Quinn Button dan Michael Cochran (2002) adalah penelitian ini
berkaitan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab
dengan data kuantitatif. Peneliti jenis ini tertarik untuk mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti: “Apa?, Bagaimana?, Mengapa?”. Namun
penelitian ini bukanlah penelitian kualitatif biasa yang banyak bergantung pada
dialog antara peneliti dan orang-orang yang menjadi sumber datanya.

16
Sebaliknya, penelitian ini termasuk dalam penelitian yang mengandalkan buku
dan artikel, yang oleh masyarakat Barat disebut sebagai “Library reaserch.”
Beberapa orang mengatakan bahwa jenis penelitian ini disebut “penelitian
pustaka.”
Adapun pengertian deskriptif adalah suatu penelitian yang menggambarkan
sifat-sifat masyarakat bahkan sifat-sifat individu, termasuk keadaan dan
gejalanya. Penelitian kualitatif ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu, melainkan untuk menggambarkan perubahan hal, gejala, dan kondisi
seperti semula. Setelah menguraikan variabel, gejala, dan kondisi, peneliti
menganalisisnya secara kritis dengan melakukan studi komparatif atau sesuai
terhadap permasalahan yang diteliti. Peneliti menggunakan pendekatan tersebut
karena data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan karena tujuan penelitian
ini tidak mencakup pengujian hipotesis, maka penelitian ini mendeskripsikan
permasalahan yang diteliti dan menganalisisnya secara kritis serta memfasilitasi
dan memperbaharui tata bahasa sebagai studi perbandingan antara. Pendapat
Ibrahim Mustafa dan Shawqi Dhaif.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitiannya di Universitas Sains dan Al-Qur’an di
Wonosobo, Jawa Tengah, dan berbagai tempat seperti perpustakaan
universitas dan kantor lain di sekitar pondok peneliti. Peneliti puas membaca
sumber dan referensi terkait untuk melakukan penelitian, selain diskusi
ilmiah dengan beberapa dosen dari badan penguji, guru, dan pembimbing.
Penelitian ini ditulis antara priode tangga 13 januari 2024 sampai 21 maret
2024.

C. Alat pencari
Salah satu alat penelitian kualitatif adalah manusia, sebagaimana disebutkan
oleh Moulou’ yang mengatakan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif sangatlah kompleks, dan peneliti di dalamnya ibarat perencana,
pengumpul data, analis, dan seorang juru bahasa, dan pada akhirnya ia
menjadi seperti pemberi informasi hasil penelitiannya. Imran Arifeen

17
mengatakan manusia adalah alat dan peneliti adalah alat utama untuk
memahami makna.
D. Sumber data
Berdasarkan penggunaan metode yang disebutkan dalam penelitian ini,
peneliti mengambil data dan menyusunnya dari buku-buku, majalah,
disertasi, surat kabar, bahkan karya ilmiah, yang kesemuanya berkaitan
dengan memperlancar tata bahasa dan memperbaharuinya, berdasarkan
pendapat para dua pemikir inovatif di bidang tata bahasa yaitu Ibrahim
Mustafa dan Shawqi Dhaif. Oleh karena itu, sumber data yang diperlukan
adalah Persyaratan referensi adalah sebagai berikut:
(1) Kebutuhan data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dua buku
atau lebih. Yang pertama adalah buku Revival of Grammar karya
Ibrahim Mustafa, dan yang kedua adalah buku Investigation of the
Response to Grammarians dan buku Renewal of Grammar karya Shawqi
Deif.

(2) Kebutuhan data


Sumber yang diperlukan yang digunakan adalah karya ilmiah dari buku,
jurnal, dan tesis Surat kabar dan hasil penelitian, termasuk studi master
atau doktoral yang ditulis oleh ahli tata bahasa.Hal ini terkait dengan
fasilitasi dan pembaharuan tata bahasa.
Artikel-artikel yang sesuai dengan topik penelitian ini adalah sebagai
berikut:
(1) Cetakan pertama berjudul “The Personal Attempt to Renew
Grammar in the Twentieth Century” yang ditulis dengan cermat oleh
Asif Muhammad Tammam, narasumber Universitas Islam Negeri Sultan
Kunung Jati Bandung, dan pers ini menyatakan bahwa Ibrahim Mustafa
mengandalkan ide-ide kritisnya dalam memfasilitasi tata bahasa dan ahli
tata bahasa modern lainnya. Dengan masing-masing dikoreksi dalam
fasilitasinya.

18
(2) Peneliti mengandalkan cetakan kedua yang ditulis Lalu Turjuman
Ahmed (2011), guru bahasa Arab dari Jurusan Bahasa Arab Universitas
Sultan Maulana Hasan al-Din al-Islamiyya al-Hakimiya Bintin dengan
judul “Memperbarui Tata Bahasa di Abad Kedua Puluh, Teori dan
Aspeknya.” Pertama, penulis publikasi ini menyajikan sejarah tata bahasa
di Mesir, munculnya Akademi Bahasa Arab di sana, dan banyak kajian
kritisnya yang selaras dengan kelestarian bahasa Arab.
(3) Peneliti menemukan pers ketiga berjudul “Memfasilitasi Pengajaran
Tata Bahasa di Abad Kedua Puluh”Ditulis oleh Arif Rahman Hakim
(2013). Ia memaparkan isi penelitiannya tentang memperbaiki fasilitasi
tata bahasa di kalangan ahli tata bahasa kuno sebelum abad kedua puluh.
(4) Pers keempat oleh Profesor Dr. Saeed Rabie Al-Ghamdi bertajuk
“Renewing Grammar Al-Arabi”. Dalam penelitiannya, ia hanya
memaparkan permasalahan pembelajaran tata bahasa yang berkaitan
dengan pembaharuan tata bahasa

E. Metode pengumpulan pengumpulan data


Penelitian ini didasarkan pada studi pustaka, oleh karena itu metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
(1) Mencari karya terkait fasilitasi dan pembaharuan tata bahasa oleh
Ibrahim Mustafa dan Shawqi Deif.
(2) Mencari, mengidentifikasi, dan melestarikan karya tersebut
(3) Mengumpulkan kata-kata teoritis dan terminologi yang berkaitan dengan
teori pembaharuan dan penyederhanaan dalam tata bahasa. Perpaduan ini
sangat penting karena pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan teori
pembaharuan dan peyederhanaan dalam tata bahasa.

F. Metode Analisis Data

19
Analisis data merupakan tahapan yang paling penting dalam penelitian
dan data yang dianalisis mengandung data kualitatif, karena dalam penelitian
ada kemungkinan untuk dilakukan dan dimanfaatkan dengan baik sehingga
diperoleh penyampaian yang dapat digunakan untuk menjawab
permasalahan yang ada. Menurut definisinya, analisis data adalah proses
pengorganisasian data dan menyusunnya menjadi pola-pola utama yang
sederhana hingga dapat dipahami proses itu adalah subjek dan hipotesisnya .
Metode analisis pada tahap ini adalah mengembangkan pendekatan
analitis kritis untuk memperbaharui tata bahasa dan penyederhanaanya
Shawqi Deif dan Ibrahim Mustafa. Metode analisis penelitian ini adalah
menganalisis isi buku Renewal of Grammar Untuk mencapai tanggapan para
ahli tata bahasa karya Shawqi Dhaif dan buku Reviving Grammar karya
Ibrahim Mustafa berarti mengolah data secara mandiri sesuai dengan pokok
bahasan penelitian ini dan isinya, termasuk gagasan para inovator bidang tata
bahasa yang dideskripsikan, diteliti. , dan dikritik. Apalagi data-data tersebut
dikumpulkan dengan data-data yang sejenis, dan isinya dianalisis untuk
memperoleh rumusan yang cukup spesifik sehingga pada akhirnya analisis
tersebut dapat dijadikan sebagai langkah untuk sampai pada kesimpulan data
sebagai jawaban atas laporan permasalahan dalam penelitian ini. Dari sini
peneliti mencari data yang sesuai dengan memusatkan perhatian pada
permasalahan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim Moustafa. Kebangkitan tata bahasa. Kairo, Dar Al-Kitab Al-Islami.
(1992) edisi. 2
Ibnu Khaldun. Muqadimah. Maktabah syamilah. nomer 20101.

Ibnu Muda’ al-Qurtubi, Tanggapan terhadap Para Ahli Tata Bahasa, Dar al-
Fikr al-Arabi, 1947 M, Abu al-Tayyib Abd al-Wahid ibn Ali al-Lughai, Maratib
al-Nahwāyan, wafat 351 H, diedit oleh: Muhammad Abu al-Fadl.
Ibrahim, Mesir, 1955 M. Abu Al-Fath Othman Ibn Jinni Al-Khasais, diedit oleh
Muhammad Ali Al-Najjar, Perpustakaan Ilmiah, Beirut.
Abu Al-Faraj Muhammad Ibnu Ishaq Al-Nadim, Indeks: Beirut: 1978 M

21
Abu Bakar Al-Zubaidi, Muhammad bin Al-Hasan, Kelas Ahli Tata Bahasa dan
Ahli Bahasa (w. 379 H), diedit oleh: Muhammad Abu Al-Fadl Ibrahim, Mesir,
1973 M.
Abu Abdullah Muhammad Ibn Ahmad Al-Dhahabi, Biografi Tokoh Mulia,
diedit oleh Shuaib, Yayasan Al-Resala, Beirut.
Abu Mansour Muhammad Ibnu Ahmad Al-Azhari, Penyempurnaan Bahasa,
diedit oleh Abdel Salam Muhammad Haroun: Al-Dar Al-Misriyah
Untuk kepengarangan dan terjemahan, Kairo, 1384 H / 1964 M, vol.5.
Ahmed bin Muhammad bin Ali Al-Fayoumi Al-Muqri Al-Misbah Al-Munir,
Mesir, Kairo, Dar Al-Hadith, ed.,( 1429 H / 2008 M)
Ahmed Abdel Sattar Al-Jawari, Menuju fasilitasi, studi sistematis dan kritik,
Irak, Irak Scientific Academy Press , 1984 M
Amin Abdullah Salem, Pembaharuan Tata Bahasa dan Pandangan Umum,
Kairo, Al-Amana Press, edisi pertama, 1982 M.

22
23

Anda mungkin juga menyukai