Anda di halaman 1dari 14

METODOLOGI PEMBELAJARAN ILMU NAHWU

PADA MATA PELAJARAN BAHASA ARAB

(Studi Kasus Di Ma Daarul Falah, Ciloang Serang Banten)

Proposal Ini Diajukan Untuk

Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah

Bimbingan Penulisan Skripsi

Penulis :

Ade Gilang Gunawan ( 201220016)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

TAHUN 2023/2024 M

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….... 3

A. Latar Belakang Masalah...............................................................3


B. Identifikasi Masalah.....................................................................5
C. Pembatasan Masalah....................................................................5
D. Rumusan Masalah........................................................................6
E. Tujuan Penelitian..........................................................................6
F. Manfaat Penelitian........................................................................6

BAB II LANDASAN KAJIAN TEORETIK……………………………...7

A. Landasan Berpikir........................................................................7
B. Landasan Teori.............................................................................9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………….11

A. Pendekatan Penelitian..................................................................11
B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................12
C. Metode Penelitian.........................................................................12
D. Teknik Pengumpulan Data...........................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Arab memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan bangsa Indonesia
sejak agama Islam masuk ke negeri ini. Bahasa Arab digunakan untuk berdoa, beribadah
dan memperdalam pengetahuan mereka tentang Islam. Terlebih lagi ketika mereka
membaca Al-Qur’an, tidak ada bahasa lain yang dapat digunakan melainkan hanya
satusatunya yaitu bahasa Arab. Pengaruh bahasa Arab demikian kentalnya dengan bangsa
Indonesia, ia digunakan untuk dapat memahami dan menguasai ajaran Agama Islam,
mengingat bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan dalam teks-teks primer umat
Islam yaitu Alqur'an dan hadits maupun teks-teks skunder seperti fiqh, akhlaq dan
sebagainya serta ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu mempelajari bahasa Arab dan
mengajarkannya di berbagai lembaga pendidikan di Indonesia tetap terus dipertahankan
keberadaannya.1
Berjalannya dan berkembangnya zaman pada saat ini menunjukan bahwa semakin
membuat inovasi terbaru baru para manusia di muka bumi ini, terutama dalam hal
pendidikan. Mengapa sedemikian rupa ? karena, pendidikan merupakan salah satu tolak
ukur bagi manusia yang berilmu dan tidak berilmunya. Manusia dapat terlihat
mempunyai ilmu, karena ia mempunyai pendidikan yang cukup. Hal tersebut pula
berkaitan dengan metode pembelajaran yang dipakainya. Karena sebagus apapun sebuah
pendidikan, jika metode yang dipakainya kurang tepat. Maka hal itu pun sama tidak ada
hasilnya atau nihil. Akan tetapi tidak mentup kemungkinan pula, jika sebuah lembaga
pendidikan itu ternama dan bagus. Maka kemungkinan besar juga metode pembelajaran
yang dipakai didalamnya pun bagus. Karena lembaga tersebut akan malu sendiri
nantinya, jika dia tidak bisa menciptakan murid-murid yang mempunyai kompetensi.

1
Ahmad Mualif, Motodologi Pembelajaran Ilmu Nahwu Dalam Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Kuantan
Singingi, vol 1 No 1 (2019) ; Al-Hikmah (Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Islam, 30 April 2019.

3
Namun sangat disayangkan, kendala yang relatif berat dihadapi pembelajar
bahasa Arab adalah dari sisi bahwa bahasa Arab hanya memiliki huruf konsonan saja,
sedang huruf vocal tidak berupa huruf tetapi berupa syakl. Untuk dapat membaca teks-
teks bahasa Arab dengan baik, si pembaca harus menentukan syakl (fathah,
kasroh,dhomah atau sukun). Hal ini membutuhkan kemampuan untuk mengetahui
kedudukan kata dalam kalimat tersebut (Ilmu Nahwu) dan kemampuan untuk dapat
menentukan bentuk kata tersebut (Ilmu Sharf). Untuk dapat menentukan bentuk kata
tersebut juga harus dibantu dengan pemahaman terhadap teks yang dibaca (fahm
almaqru’) dan ia tidak dapat diperoleh tanpa penguasaan mufrodat.2
Dengan demikian untuk dapat membaca dan memahami literatur bahasa Arab
setidaknya harus menguasai ilmu-ilmu yang mendukung yaitu Ilmu Nahwu dan Sharaf,
dan juga menguasai mufrodat sehingga ada sedikit gambaran tentang isi teks yang sedang
dibacanya. Hal ini agaknya selaras dengan ungkapan orang Barat yang mengatakan
bahwa “Orang Eropa, dengan membaca dapat memahami teks tetapi orang Arab harus
faham dulu baru dapat membaca teks dengan benar” ( Taufik Burj ;129 ). Artinya untuk
dapat memahami sebuah kalimat ataupun memaknai dari suatu kitab. Maka kita harus
menguasai ilmu nahwu dan sharaf. Mengapa harus ilmu nahwu dan sharaf ? karena
melihat dari suatu perkataan bahwa “As-Sharfu Ummul ‘Ulum, Wannahwu Abuha”
bahwa ilmu sharaf merupakan ibu dari para ilmu, sedangkan ilmu nahwu bapak dari para
ilmu. Maka dapat disimpulkan, bahwa ilmu-ilmu yang lain itu yang ada pada saat ini
terlahir dari ilmu nahwu dan sharaf. Maka siapa orang yang mentabahhur mendalami
atau menyelami ilmu nahwu dan sharaf. Maka dia akan dapat mengerti atau paham akan
ilmu-ilmu yang lainnya. Oleh karena itu, betapa pentingnya ilmu nahwu dan sharaf dalam
pembelajaran bahasa Arab.

2
Ahmad Mualif, Motodologi Pembelajaran Ilmu Nahwu Dalam Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Kuantan
Singingi, vol 1 No 1 (2019) ; Al-Hikmah (Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Islam, 30 April 2019.

4
B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran yang menggunakan suatu metode adakalanya mempunyai masalah
tersendiri yang harus diketahui dan ditangani serta dicari sebuah solusinya. Pada
penelitian kali ini terdapat sebuah identifikasi masalah dari metodologi pembelajaran
ilmu nahwu dan sharaf dala pendidikan bahasa Arab. Sebagaimana yang terdapat pada
latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa kendala yang relatif berat dihadapi
pembelajar bahasa Arab adalah dari sisi bahwa bahasa Arab hanya memiliki huruf
konsonan saja, sedang huruf vocal tidak berupa huruf tetapi berupa syakl. Untuk dapat
membaca teks-teks bahasa Arab dengan baik, si pembaca harus menentukan syakl
(fathah, kasroh,dhomah atau sukun). Hal ini membutuhkan kemampuan untuk
mengetahui kedudukan kata dalam kalimat tersebut (Ilmu Nahwu) dan kemampuan untuk
dapat menentukan bentuk kata tersebut (Ilmu Sharf). Untuk dapat menentukan bentuk
kata tersebut juga harus dibantu dengan pemahaman terhadap teks yang dibaca (fahm
almaqru’) dan ia tidak dapat diperoleh tanpa penguasaan mufrodat.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan sebuah masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting adanaya.
Karena dengan hal tersebut pembaca dapat mengetahui masalah apa yang paling
menonjol dalam problem tersebut. Pembatasan masalah pada judul diatas bahwa, bahasa
Arab hanya memiliki huruf konsosnan saja, sedangkan huruf vokal tidak berupa huruf
tetapi berupa syakl. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa kesulitan peserta didik
kesulitan dala hal memberikan harakat pada mata pelajaran bahasa Arab. Terkhusus pada
pelajaran yang memang masih menggunakan bahasa Arab tanpa harakat, atau yang sering
kita sebut sebagai huruf gundul. Disamping anak kesulian dalam mengharakati, anak juga
kesulitan dala hal membaca suaut kata yang biasa kita sebut sebagai ilmu sharaf. Apakah
kata ini masuk kepada kalimat isim, ataukah huruf, atau fi’il. Jika fi’il masuknya kepada
fi’il madhi, atau fi’il mudhori’ atau fi’il amr ? karenanya permasalaham antara
mengharakati dan memcata satu kalimat itu ada, karena ilmu nahwu dan sharaf itu saling
berkesinambungan satu sama lainnya.

5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan oleh penulis. Maka penulis
dapat merumuskan masalah menjadi beberapa :
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu Nahwu ?
2. Bagaimana metodologi pembelajaran ilmu Nahwu pada mata pelajaran bahasa
Arab ?
3. Metode apa saja yang dapat diterapkan dalam pembelajaran ilmu Nahwu pada
mata pelajaran bahasa Arab ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, maka disini penulis dapat menemukan dana
menentukan tujuan penelitian. Bahwa penilitian yang dilakukan penulis ini nertujuan
untuk mengetahui seberapa banyak dari peserta didik yang mempunyai bakat dalam ilmu
nahwu pada mata pelajaran bahasa Arab. selain itu juga tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui seberapakah eksistensi ilmu nahwu saat ini pada mata pelajaran bahasa Arab.
Karena saat ini ilmu nahwu sangat sedikit sekali dilirik oleh lembaga-lembaga
pendidikan, terkhusu yang berbasis islami. Entah penyebabnya apa, yang jelas hal
tersebut membuat saya untuk melakukan penelitian seperti ini.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian metode pembelajaran bahasa Arab pada mata pelajaran pendidikan
bahasa Arab ada beberapa manfaatnya, yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas pembelajaran.
2. Pengembangan materi pembelajaran yang lebih baik.
3. Penyempurnaan pendekatan pembelajaran.
4. Peningkatan kemapuan pengajar.
5. Dan kontribusi terhadap pengambangan ilmu.

6
BAB II

LANDASAN KAJIAN TEORETIK

A. Landasan Berpikir
Dalam dunia metodologi pembelajaran sangat diperlukan keberadaan guru
sebagai tenaga pendidik yang merupakan bagian terpenting dalam melaksanakan proses
belajar mengajar didalam pendidikan formal seperti halnya didalam pedidikan. Guru
merupakan motor penggerak dalam menerapkan metodologi pembelajaran kepada anak
didik. Oleh karena itu guru yang mengajar harus memahami dan mengerti tentang
metodologi pembelajaran sehingga guru yang mengajar benar-benar memberikan didikan
dan pembelajaran pada anak didik sesuai dengan aturan yang berlaku terhadap
kempotensi guru yang dimiliki.
Metodologi secara etimologi dari kata Method, dan Logos yang artinya ilmu
pengetahuan tentang metode. Metode adalah cara atau sistem mengerjakan sesuatu.
Dimaksudkan dengan metodologi disini adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan
metode-metode ilmiah dalam rangka research3.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metode adalah cara yang teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (tujuan). Sehingga dapat dipahami bahwa
metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk (dalam hal ini) menyajikan bahan
pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran4
Metodologi berarti ilmu tentang metode, sementara metode berarti cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru dalam mencapai tujuan5.
Maka dapat disimpulkan bahwa metodologi adalah sebuah cara yanag teratur dan
sistematis atau jalan khusus untuk mencapai suatu tujuan yang jelas, terlebih dalam
bidang pendidikan.

3
Safari Amam Asyari, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, t.th.), hlm. 66.
4
H. M. Ilyas, Abd Syahid, Pentingnya Metodologi Pembelajaran Bagi Guru, Jurnal Al-Aulia, Vol 04 No 01,
Januari- Juini 2018.
5
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (t.p., 2002), hlm. 87.

7
Pembelajaran merupakan sebuah proses yang dilakukan seorang pendidik agar
peserta didik dapat melaksanakan proses belajar, dan peserta didik dapat melaksanakan
proses belajar dimana saja, kapan saja, dan dengan apa dia belajar. Menurut Gagne,
Briggs dan Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik.
Pembelajaran menurut Sikun Pribadi Guru Besar IKIP Bandung berpendapat
bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak segi
kognitif, psikomotor semata-mata yaitu supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih
cakap berpikir kritis, sistematis dan objektif serta terampil dalam mengerjakan sesuatu6.
Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang membahas cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran Agama Islam guna mencapai tujuan yang
ditentukan.Dalam pengertian ini Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
merupakan suatu cabang ilmu tentang mengajar.7
Suatu metode pengajaran agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat
dalam mengajarkan agama Islam. Kata “tepat dan cepat” inilah yang sering diungkapkan
dalam ungkapan “efektif dan efesien”. Kalau begitu metode pengajaran agama Islam
ialah cara yang paling efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara
sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang tepat
adalah pengajaran yang berfungsi pada urid. “berfungsi” artinya menjadi milik murid.
Pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi pribadinya. Adapun pengajaran yang
cepat ialah pengajaran yang tidak memerlukan waktu lama.8
Maka dapat disumpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara, langkah,
tujuan yang tertentu dala hal menentukan pembelajaran yang baik dan benar, serta
menentukan tujuan pembelajaran serta capaian target atau bahkan metode yang
dipakainya pada saat proses belajar mengajar.

B. Landasan Teori
6
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 1.
7
Armai Arief., Op. Cit. hlm. 87.
8
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008), hlm. 9-10.

8
Dalam pandangan lama tentang metode pengajaran nahwu, para pelajar
diwajibkan menghafal kaidah, walaupun mereka tidak memahaminya. Akibatnya, mereka
tidak berhasil menerapkannya dalam dunia nyata, kaidah-kaidaha yang telah mereka
hafal. Hal ini banyak terjadi di pesantren di Indonesia, juga di beberapa negara Arab.
Dari sinilah timbul pemikiran untuk mencari solusi bagaimana cara mengatasi problema
ini, tentu di antara cara mengatasinya adalah mencari metode terbaik dan termudah untuk
menyampaikan pesanpesan ilmu nahwu ke pada pelajar. dapat dikemukkan bahwa
metode-metode tersebut dapat dikelompokkani ke dalam dua metode ‫ القياسية‬metode yaitu
,pokok metode dan‫تقرائية‬RR‫ األس‬analogis( (induktif), yang masing-masing akan diuraikan
berikut ini :
a. Metode ‫( القياسية‬Analogi)
Metode ini terkadang disebut metode kaidah lalu contoh, adalah metode tertua
diterapkan dalam pengajaran ilmu nahwu. Walaupun metode ini adalah yang tertua,
namun hingga sekarang masih banyak dipakai di berbagai yayasan pendidikan baik di
Arab maupun di Indonesia, khususnya pesantren. Dalam metode ini, pengajaran
dititikberatkan pada penyajian kaidah, pembebanan hafalan kaidah itu atas pelajar,
kemudian pemberian contoh-contoh untuk memperjelas maksud dari kaidah tersebut;
ini berarti bahwa proses pembelajaran berlangsung dari yang bersifat umum kepada
yang bersifat khusus.
b. Metode ‫( استقرائية‬Induksi)
Metode ini adalah kebalikan metode karena , ‫ قياسية‬metode dari ini didasarkan
pada penyajian contohcontoh terlebih dahulu lalu contohcontoh itu didiskusikan
dengan para pelajar, dibanding-bandingkan, da dirumuskan kaidahnya kemudian
diberikan latihan kepada para pelajar. Metode ini dimulai dari yang khusus untuk
mencapai kaidah yang bersifat yang dari ‫ قياسية‬sementara ,umum umum kepada yang
khusus. Para pendukung metode ini berpandangan bahwa metode semacam ini adalah
metode yang alami karena para pelajar melalui contoh-contoh, dapat untuk mencapai
suatu ilmu, menyingkap ketidak tahuan, memberikan pencerahan pada yang tidak
jelas dengan cara mengenal unsureunsurnya, mengumpulkan kosakata dan
menggabungkan sesuatu dengan sejenisnya; hal ini dilakukan secara bertahap hingga

9
sampai pada suatu rumusan kaidah yang bersifat umum atau aturan yang
komprehensif.
Metode ‫تقرائية‬RR‫ اس‬ini dibagi dalam dua bagian, yaitu: (1) metode contoh, yaitu
contoh-contoh yang tidak punya kaitan dengan yang lain, lalu kaidah; dan (2) metode
teks utuh, yaitu suatu teks yang mempunyai makna komplit, contoh, dan kaidah.
A. Metode Contoh ( Al-Amtsilati )
Disebut juga metode contoh buatan, mandiri, terserak atau terpotong; penamaan
ini timbul karena contohcontoh itu terserak dan terpotongpotong; terpotong-
potong diambil dari berbagai sumber yang tidak satu arah. Kelebihan metode
contoh Para pendukung metode ini berpendapat bahwa metode ini memberikan
peluang bagi seorang guru untuk memilih contoh-contoh secara leluasa, juga
dapat membantu guru beserta para pelajar untuk mempercepat jalannya
pembelajaran.

B. Metode Teks Utuh ( Al-Nushuh )


Metode ini sering disebut metode konteks bersambung, teks sempurna atau
metode resafel, karena metode ini adalah hasil dari perubahan metode pengajaran
sebelumnya. Metode ini berkonsentrasi pada penyajian sebuah teks atau karangan
utuh yang diambil dari buku-buku bacaan, teks-teks sastra, materi sejarah, surat
kabar harian atau majalah mingguan atau sejenisnya, diutamakan teks-teks yang
memuat peristiwa-peristiwa yang masih hangat dalam benak para pelajar.9

BAB III

METODE PENELITIAN

9
Ahmad Mualif, Motodologi Pembelajaran Ilmu Nahwu Dalam Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Kuantan
Singingi, vol 1 No 1 (2019) ; Al-Hikmah (Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Islam, 30 April 2019.

10
A. Pendekatan Penelitian
Bagi seorang pengemban ilmu pelajaran atau pendidik tidak semuanya itu
mempunyai kemapuan intelektual atau berpikir yang sama, dan seorang pengajar atau
guru juga tidak boleh memuku rata bahwa dalam satu ruangan atau satu kelas itu
mempunyai kemapuan atau potensi yang sama. Mereka berbeda setiap individunya. Oleh
karena itu seorang guru harus bisa memilah dan memilih mana pendekatan yang tepat
dengan metode yang dipakainya.
Bagi seorang tenaga pendidik, mengemban tanggung jawab yang besar dalam
melakukan pekerjaannya untuk mencerdaskan bangsa bukan perkara mudah. Maka dari
itu, proses pengajaran juga membutuhkan persiapan baik dan matang untuk memastikan
bahwa materi atau pengetahuan dapat tersampaikan dengan baik. teori belajar humanistik
– Setiap orang memiliki kemampuan belajar yang berbeda, oleh karena itu bagi para
tenaga pengajar tidak dapat memukul rata satu pendekatan belajar yang sama untuk
semua muridnya. Ada sejumlah teori belajar yang bisa disesuaikan dengan karakter dan
kemampuan murid, salah satunya yakni teori belajar humanistik.10
Humanistik adalah salah satu pendekatan atau aliran dari psikologi yang
menekankan kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan untuk
pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta keberhasilan dalam
merealisasikan potensi manusia. Tujuan humanistik adalah membantu manusia
mengekspresikan dirinya secara kreatif dan merealisasikan potensinya secara utuh. Salah
satu pencetus psikologi humanistik adalah Abraham Maslow.11

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini bertepandia Yayasan Pondok Pesantren
Daarul Falah, yang mana didalam lemabaga yayasan tersebut terdapat sekolah yang
bernama MA Daarul Falah. Bertepatan dikota kampung ciloang, serang Banten. Saya
pun melakukan penelitian dilembaga tersebut pada hari Senin, 15 Juni 2023. Penelitian

10
https://www.gramedia.com/literasi/teori-belajar-humanistik/
11
https://id.wikipedia.org/wiki/Humanistik

11
tersebut secara langsung memberikan kemudahan bagi saya sendiri, artinya yayasan
tersebut sekaligus menjadi tempat berdiamnya saya Muqim.

C. Metode Penelitian
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, maka saya menggunakan metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci.12
Perbedaannya dengan penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan diakhiri dengan sebuah
teori. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan
sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula, yang
menunjukkan betapa dalamnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti. Pada
penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan tergali suatu data yang diperoleh,
maka bisa diartikan pula bahwa semakin baik kualitas penelitian tersebut. Maka dari segi
besarnya responden atau objek penelitian, metode penelitian kualitatif memiliki objek
yang lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, sebab lebih membenamkan
kedalaman data, bukan kuantitas data.13
Maka dapat disumpulkan bahwa penelitian kualitatif yaitu penelitian yang lebih
memfokuskan terhadap objek yang ditelitinya. Dan lebih membenamkan kedalaman data
atau valid tidaknya data tersebut, bukan kuantitas data.

D. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data atau instrumen pengumpulan data yang saya
pakai pada penelitian kali ini yaitu dengan teknik wawancara. Dimana seorang peneliti
yaitu saya sendiri, mewawancarai guru mata pelajaran bahasa Arab. dengan
mewawancarai guru bahasa Arab mengenai metodologi pembelajaran ilmu Nahwu dalam

12
Sugiyono, (2005).
13
Binus Universitiy, Penelitian Kualitatif, Manfaat dan Alasan Penggunaan,

12
mata pelajaran bahasa Arab. Maka dapat saya temukan beberapa informasi dari hasil
wawancara saya mengenai metodologi pembelajaran ilmu Nahwu dala mata pelajaran
bahasa arab sebagai berikut :
1. Seorang guru bahasa Arab mengajar mata pelajaran bahasa Arab, dengan
menggunakan metode Tarkib. Dimana seorang murid harus mampu menyusun
kata dan mapu menentukan kedudukan kata.
2. Seorang murid lebih senang mengikuti pelajaran ilmu Nahwu, bila didalam
proses belajar mengajarnya diberikan sebuah game. Tujuannya, agar para
murid tidak terlalu bosan dengan materi yang guru berikan.
3. Jumlah murid yang terdapat pada 1 kelas tersebut didapatkan berjumlah 25
orang. Terdiri dari 15 perempuan, dan 10 anak laki-laki.
4. Jumlah pengajar yang mengajar bahasa Arab berjumlah 2 orang guru.
5. Mata pelajaran bahasa Arab pada Yayasan MA Daarul Falah merupakan mata
pelajaran pokok atau bisa disebut wajib.
6. Para peserta didik atau murid menggunakan pakaian yag rapih dan sopan.
7. Pada mata pelajaran berlangsung peserta didik tidak diwajibkan harus
menggunakan bahasa Arab selama pelajaran berlangsung.

Demikian beberapa informasi yang bisa saya dapat dari hasil wawancara kepada
guru bahasa arab di Yayasan Madrasah Aliyah Daarul Falah. Maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara
lebih mendapatkan hasil terhadap permasalahan internal saja, artinya peneliti sedikit
mendapatkan informasi mengenai permasalahan tersebut yang bersumber dari luar.
Berbeda dengan studi pustaka, studi banding dan yang lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mualif, Motodologi Pembelajaran Ilmu Nahwu Dalam Pendidikan Bahasa Arab,
Universitas Kuantan Singingi, vol 1 No 1 (2019) ; Al-Hikmah (Jurnal Pendidikan dan
Pendidikan Islam, 30 April 2019.

13
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008),
hlm. 9-10.
H. M. Ilyas, Abd Syahid, Pentingnya Metodologi Pembelajaran Bagi Guru, Jurnal Al-Aulia, Vol
04 No 01, Januari- Juini 2018.
Sugiyono, (2005).
Binus Universitiy, Penelitian Kualitatif, Manfaat dan Alasan Penggunaan,
https://www.gramedia.com/literasi/teori-belajar-humanistik/
https://id.wikipedia.org/wiki/Humanistik
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 1.
Armai Arief., Op. Cit. hlm. 87.
Safari Amam Asyari, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, t.th.), hlm. 66.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (t.p., 2002), hlm. 87.

14

Anda mungkin juga menyukai