BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah suatu sistem arbitrer pada setiap kode bunyi yang digunakan
untuk saling tukar menukar fikiran dan perasaan antara sesama anggota
Furqonul Aziz (Taufik, 2016:1) Bahasa pada prinsipnya digunakan oleh para
pemakainya sebagai pembawa pesan yang ingin di sampaikan kepada orang lain.
Kebutuhan pemakai bahasa adalah agar mampu merujuk objek ke dunia nyata,
misalnya, mampu menyebut nama, keadaan, peristiwa dan ciri-ciri benda dengan
proposisi yaitu rangkaian kata yang membentuk prediksi tentang benda, orang
atau pristiwa.
Bahasa ada dua jenis, yaitu bahasa Ibu dan bahasa Asing. Bahasa Ibu adalah
bahasa yang diterima seseorang sejak lahir di keluarga. Sedangkan bahasa Asing
adalah bahasa yang berasal dari luar negeri atau bahasa yang bukan dari negeri
kita. Bahasa Ibu disebut bahasa pertama dan bahasa Asing disebut bahasa kedua.
Bahasa Ibu contohnya adalah bahasa Indonesia, karena kita berasal dari negara
Arab dan lain-lain. Di negara Indonesia bahasa Asing yang sering dipelajari
bahkan dijadikan sebagai mata pelajaran adalah bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dalam Agama Islam dan menjadi salah
satu alat komunikasi internasional (Sukamto dan Munawari, 2007: v). Sebagai
bahasa Agama Islam, bahasa Arab sangat penting dipelajari, khususnya oleh umat
Islam. Akan tetapi bahasa Arab banyak dianggap sulit untuk dipelajari. Bahasa
Arab dianggap sulit oleh beberapa orang karena merupakan bukan bahasa Ibu
(bahasa asli di negara Indonesia), dan dianggap bahasa Asing yang sulit untuk
dibaca.
Belajar selain bahasa pertama adalah hal yang susah. Terutama bahasa Asing
yang jarang dipelajari dan didengar. Dalam proses pemerolehan bahasa Asing
dirasa cukup sukar. Terutama dalam pemerolehan bahasa Arab. Dengan huruf-
hurufnya yang san gat berbeda tulisannya dengan bahasa Indonesia, maka banyak
kesulitan yang didapat dalam mempelajarinya. Maka seperti inilah yang perlu
keterampilan yang penting. Karena sejak zaman Nabi Muhammad Saw ketika
permulaan turunnya wahyu pertama yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5. Ditandai
sumber tata bahasa dan kaidah umumnya menggunakan bahasa Arab. Sehingga
sangat penting dikuasai dan dipelajari untuk memahami kaidah bahasa Arab itu
Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur, terutama pada santri yang belajar bahasa
kesulitan dalam belajar bahasa Arab, khususnya dalam membaca tulisan bahasa
Arab serta menerjemahkannya. Menurut para santri belajar bahasa Arab itu sulit
untuk dipelajari. Hal ini disebabkan karena pelajaran bahasa Arab merupakan
bahasa asing yang jarang didengar maupun dipelajari dalam keseharian. Tulisan
bahasa Arab yang berbeda dengan tulisan bahasa Indonesia membuat santri
isi dalam bacaan maka harus bisa mengerti tulisannya. Dalam pembelajaran
maharah qira’ah khususnya, santri sulit untuk membaca bacaan bahasa arab. Hal
kitab kuning atau kitab klasik. Dalam kitab ini tulisan bahasa Arabnya tidak
memakai syakal atau harokat dan tidak ada terjemahan bahasa Indonesianya..
menerjemahkannya. Selain itu latar belakang para santri pun ikut mempengaruhi
kemampuan para santri dalam membca dan menerjemah bahasa arab. Bagi mereka
4
yang sebelum belajar di Pondok tersebut sudah mempelajari bahasa Arab, maka
akan mudah untuk membaca dan menerjemah bahasa Arab. Sedangkan bagi
mereka yang belum pernah belajar bahasa Arab, maka akan sangat merasa
kesulitan untuk membaca dan menerjemah bahasa Arab. Maka diperlukan metode
yang tepat untuk untuk memudahkan membaca bahasa Arab, terutama dalam
Dalam bahasa arab dikenal dua metode yang sangat sering digunakan untuk
memahami bahasa arab, yaitu metode tradisional (Qowā’id) dan metode modern
memudahkan memahami bahasa Arab. Namun sering kali metode yang diterapkan
tidak sesuai dengan pembelajaran bahasa Arab. Maka para pendidik pun harus
memilih dengan tepat metode apa yang harus digunakan dalam mengajarkan
bahasa Arab. Hal ini disebabkan karena bahasa Arab adalah bahasa Asing dan
hurufnya pun berbeda dengan huruf bahasa Indonesia. Maka dalam mempelajari
Guru sebagai pengajar para santri pun harus mempunyai metode yang tepat
dituntut untuk bisa mengajar bahasa Arab dengan metode yang tepat dan efektif
dengan tujuan santri bisa mengerti dan paham dengan materi yang disampaikan
serta dapat membaca teks-teks bahasa Arab lainnya dengan lancar seperti kitab
klasik. Maka diperlukan metode yang cocok untuk Guru, santri dan pembelajaran
bahasa Arab.
5
c. Bantuan dan bimbingan yang dituntut oleh metode tertentu dari seorang
bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar
bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk beluk ilmu bahasa
Nahwu dan Ilmu Sharaf; kemampuan Ilmu Nahwu dianggap sebagai syarat
mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak
memakai harakat dan tanda baca lainnya; dan bidang tersebut merupakan tradisi
turun temurun sehingga kemampuan di bidang itu memberikan rasa percaya diri
permasalahan santri dalam kesulitan membaca bahasa Arab yaitu Kyai Abdul
kalau santri merasa kesulitan dalam membaca bahasa Arab khususnya dalam
santri dalam membaca bukan hanya dari faktor santrinya saja, tetapi juga dari
gurunya. Guru yang tidak tahu harus menggunakan metode apa yang tepat dan
bagus untuk menangani permasalahan kesulitan membaca bahasa Arab santri juga
merupakan salah satu faktornya. Maka guru dituntut untuk mengajarkan bahasa
agar para santri dapat mengerti pelajaran tersebut. Sebenarnya di Pondok tersebut
qirā’ahbahasa Arab. Alasan para guru menggunakan metode ini adalah karena
sasaran (misalnya kitab-kitab kuning berbahasa Arab). Metode ini dirasa sangat
tepat untuk menangani masalah santri dalam kesulitan membaca bahasa Arab di
sasaran utama dari metode ini adalah kitab-kitab Klasik (Kuning), maka metode
ini sangat cocok untuk para santri yang hendak belajar kitab Kuning.
dengan lancar walau sudah belajar bahasa Arab dengan metode Qowā’id Wa
7
Tarjamah. Hal ini dibuktikan dengan pengamatan awal peneliti serta wawancara
awal pada santri pada tanggal 13 Januari 2019. Sebagai contoh dalam satu kelas
santri berjumlah 10 orang dan yang bisa membaca dengan lancar hanya 5 orang.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang Penggunaan
Arab Pada Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur
Tahun 2019.
Agar penelitian dilakukan lebih terfokus dan terarah maka perlu adanya
4. Sumber bahan ajar berupa kitab, buku tulis, dan beberapa sumber lain
yang relevan.
2019.
2019.
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
Arabnya.
guru.
qirā’ahbahasa Arab.
atau terjadi salah penafsiran istilah terhadap judul “Penggunaan Metode Qowā’id
Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur Tahun 2019”. Yaitu
sebagai berikut.
10
strategi yang sudah disusun dalam kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
pengajaran bahasa Arab dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: metode
(Nur,2013:53).
2.Qowā’id merupakan jama’ dari kata qaaidah yang berarti aturan, undang-
menyusun kalimat bahasa Arab, dimana cabang dari Ilmu Qowā’idini sangat
3.Metode Tarjamah adalah cara atau jalan dalam menerjemah teks bahasa Arab
4. Mahārah dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar مهرberubah menjadi
2015:85).
6.Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an dan menjadi salah satu alat
2007:V).
meningkat.
teori dan praktiknya sangat berbeda. Dalam penggunaannya guru tidak bisa
mencapai hasil yang diinginkan. Dimana dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
bahasa Arab di kelas hanya diajarkan hal-hal dasar. Dan faktor utama adalah
karena banyaknya yang lulus dari Sekolah Dasar, dimana tidak belajar bahasa
Arab.
dianalisis dengan pola pikir reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
inti dan kegiatan akhir. Dalam penerapan thariqah qawa’id wa tarjamah guru
menggunakan cara tersendiri yang dianggap cocok untuk para santri belajar al-
qur’an khususnya santri dari basic agama atau santri yang belum pernah belajar
dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamaan yang terdapat pada ketiga
skripsi tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama – sama
skripsi tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu skripsi yang
bahasa Arab dan skripsi yang ketiga meneliti penerapan metode qowā’id wa
BAB II
KAJIAN TEORI
Peserta didik diberikan pelajaran yang membuat mereka menjadi manusia yang
lebih baik.
(Taufik, 2013:1) Bahasa pada prinsipnya digunakan oleh para pemakainya sebagai
pembawa pesan yang ingin di sampaikan kepada orang lain. Kebutuhan pemakai
bahasa adalah agar mampu merujuk objek ke dunia nyata, misalnya, mampu
menyebut nama, keadaan, peristiwa dan ciri-ciri benda dengan kata-kata tersebut
Jadi bisa dikatakan bahasa adalah suatu alat untuk berkomunikasi antara
seseorang dengan orang lain ataupun dengan beberapa orang. Manusia hidup tidak
bisa tanpa adanya bahasa. Karena bahasalah yang membuat manusia saling
mengenal satu sama lain. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan satu
sama lain. Tanpa adanya bahasa maka manusia akan sulit untuk saling mengenal.
Pengertian “Arab” secara bahasa adalah gurun sahara, atau tanah tandus
yang di dalamnya tidak ada air dan pohon yang tumbuh di atasnya. Sedangkan
mereka miliki. Bahasa Arab merupakan bahasa peribadatan dalam agama Islam
karena merupakan bahasa yang dipakai oleh al-Qur’an yakni “sesungguhnya kami
telah menjadikan al-Qur’an dalam bahasa arab, supaya kalian bisa memahaminya”
Dalam mempelajari bahasa Arab, tentunya ada berbagai macam cara agar
siswa dapat dengan mudah menerima pembelajaran bahasa tersebut. Yang paling
utama dalam mengenalkan siswa terhadap bahasa Arab yaitu terlebih dulu pada
lingkungan yang terdekat dari siswa itu sendiri. Dapat dimulai dari pengenalan
bertujuan agar siswa dapat menjalin komunikasi sesuai dengan tema materi
menggunakan pendekatan yang lebih efektif agar mudah diserap dan dipahami
membelajarkan siswa untuk belajar bahasa Arab dengan guru sebagai fasilitator
dicapai. Belajar bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa Ibu, oleh
karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode
keterampilan tersebut harus ada dalam pembelajaran bahasa Arab, akan tetapi
tidak dapat di pungkiri bahwa dari keempat keterampilan tersebut terdapat dua
(maharat al-kalam).
Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Kamal Ibrahim Badry dan Mamduh
bahwa ada hal-hal yang perlu di utamakan dalam pembelajaran bahasa karena hal
adalah :
17
2013:41-43).
membaca dan menulis dianggap sulit dan memerlukan waktu yang lama.
Walaupun begitu dua keterampilan itu tidak dipelajari. Semua keterampilan wajib
harus dimiliki oleh manusia. Keterampilan dalam bahasa lain disebut juga dengan
sosial.
sebagai berikut:
18
membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau
dirinya dan spesialisasi keilmuannya kepada publik, karena dari hasil tulisannya
baik berupa buku maupun sekedar naskah opini dan makalah singkat, pembaca
keilmuannya.
keterampilan membaca, pada saat itu pula dia akan melihat dan mengingat
yang dilakukan oleh seseorang yang mulai belajar suatu bahasa tertentu, baik
yang dialami oleh seorang bayi yang baru mulai berbicara ataupun orang dewasa
yang akan mempelajari bahasa orang lain. Dengan proses menyimak, seseorang
akan dapat mengukur tingkat kesulitannya dalam belajar suatu bahasa karena
dari sana dapat di pahami dialeknya, pola pengucapannya, struktur bahasa dan
dalam bahasa dan merupakan tujuan awal seseorang yang belajar suatu bahasa.
Hanya saja, yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berbicara ini agar
memperoleh hasil yang maksimal yaitu kemampuan dari seorang guru dan
atau strategi pembelajarannya pun tentu akan terdapat perbedaan. Kedua istilah
membaca itu meliputi latihan membaca dengan benar sampai dengan taraf
160).
bacaan yang sedang dibaca saja, tetapi harus menjiwai isi dari bacaan tersebut.
Pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat merasakan secara penjiwaan
tentang apa saja yang dibacanya. Bisa gembira, kagum, marah, dan sebagainya
1) Guru menyiapkan bahan bacaan yang menarik bagi siswa, yang sesuai
الة88ك في ص88الة البن88اس الي ص88دخل الن88ة وي88 البنك يفتح بابه في الساعة الثامن,أريدأنأذهب ألي البنك الجديد
2) Lalu guru memberi contoh cara membaca yang baik sesuai dengan
bacaan tersebut.
4) Siswa diminta untuk membaca dalam hati secara individu dengan waktu
yang dibatasi.
21
5) Guru menanyakan pada siswa arti kata demi kata yang ada dalam teks
pasangan, satu siswa diminta untuk membaca teks Arab dan yang satu
(Unsi, 2016:67-68).
tujuan membacanya.
dengan yang berikutnya serta dapat menarik pokok pikiran dan tujuan
karena itu materinya lebih tinggi daripada tingkat pembelajar. Materi ini
Buku bacaan seperti ini merupakan buku utama dalam program pengajaran
(Nurbayan, 2008:).
Tujuan utama dari jenis membaca ini adalah untuk kesenangan para
2008:).
dengan nyaring, maka tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah untuk
pada intonasi bacaan suatu kata atau kalimat, dan membetulkannya apabila
2008:).
23
dilakukan oleh seorang guru untuk dijadikan sebagai contoh atau model
suara, desauan, dan gerakan lidah. Bahkan dalam membaca dalam hati
tidak ada getaran pita suara pada pangkal teggorokan pembaca. Ini berarti
ingatan pembaca tanpa melalui tahapan bunyi. Tujuan utama dari kegiatan
perantara atau mediator. Secara terminology metode adalah cara kerja yang
penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan
24
kepada anak didik mengenai bahan atau materi yang diajarkan (Azzuhri,
2009:3)
Jadi metode adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru
penggunaan suatu bahasa berupa struktur bahasa yang terpusat pada kajian
pembelajaran yang terjadi antara murid dan materi pembelajaran yaitu materi
tersebut. Dan yang paling penting mampu berkomunikasi dengan baik dan
a. Ilmu Nahwu
(i’râb dan binâ’), yaitu penentuan baris ujung sebuah kata sesuai
kata-kata bahasa Arab, baik dari segi i’râb maupun binâ’(Biek dalam
Sehri,2010:48).
51).
b.Ilmu Sharaf
adalah perubahan. Sedangkan menurut istilah ahli sharaf dari segi ‘ilmi
adalah ilmu yang membahasa bentuk-bentuk kata dalam hal selain i’rab
keadaan kalimah, dari suatu bentuk kepada bentuk yang lain, dengan
Ilmu Sharaf adalah salah satu cabang dalam ilmu bahasa atau
menurut lughah yaitu setiap mengubah sesuatu dari bentuk asalnya, seperti
mengubah bentuk rumah atau pakaian dan sebagainya, itu adalah sharaf
bentuk asal pokok pertama kepada bentuk yang lain. Ada yang
mengartikan lain, yakni sharaf adalah mengubah dari fi’il madhi kepada
fi’il mudhari’, masdhar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il nahi, isim makan, dan
Struktur kata yang dibentuk dari sebuah kata yang dirubah menurut
kegunaan kata benda, kata kerja, kata perintah, kata ganti dan lain
kata itu sendiri. Definisi itulah yang disebut dengan Sharaf (Hilmi,2012:1).
2013:112):
perintah)
larangan).
Jadi Qowā’id(Ilmu Nahwu dan Sharaf) adalah ilmu dasar yang bersifat
stategis. Dikatakan stategis, oleh karena dengan menguasai ilmu ini, baik
kitab-kitab Hadits, sekalipun kita belum pernah mempelajari dari guru, ustadz
bahasa arab. Keduanya saling berkaitan satu sama lain. Seperti dikatakan oleh
ال اِبْنُ َم ْسعُوْ ٍد اِ ْعلَ ْم َأ َّن الصَّرْ فَ ُأ ُّم ال ُعلُوْ ِم َوالنَّحْ َو أبُوْ هَا نقل من كتاب مراح األرواح
َ َق
Taqlidiyyah.
teks bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia (Setyawan, 2016:93). Metode ini
ketaataan pada penerjemahan dalam aspek tata bahasa seperti dalam urutan-
atau kalimat.
pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu”
sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk
teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat dan tanda baca
pengajaran bahasa yang dimaksud. Dengan perkataan lain bahwa metode ini
diperhatikan.
5. Dan biasanya para guru juga meminta para pembelajar untuk mengikuti hal
kuning berbahasa Arab). Untuk mampu melakukan hal itu, para siswa perlu
mempelajari aturan tata bahasa dan kosa kata dari bahasa sasaran. Metode ini
para siswa sebuah latihan mental yang baik yang mampu membantu mereka
Jadi metode ini lebih menekankan pemahaman peserta didik akan materi
yang disampaikan oleh guru. Metode ini bertujuan mengajarkan murid untuk
kalimat tersebut kedalam bahasa Ibu. Metode ini tidak bertujuan untuk
melatih peserta didik agar pintar dalam hal berbicara dan mendengarkan,
Setiap metode yang ada pasti mempunyai tujuan dan manfaat. Begitu
pula dengan metode Qowā’idwa Tarjamah. Sedari awal objek dari metode ini
adalah kaidah tata bahasa, maka dapat dipastikan metode ini memberi
manfaat yang besar dalam kaidah tata bahasa terutama bahasa Arab.
berfikir yang logis dan teratur melatih para pejabat dalam mengambil
Maka hasil yang dapat diperoleh dari pembelajaran Nahwu dan Sharaf
f. Kaidah Nahwu dan Sharaf membuat aturan dasar yang detail dalam
terkecuali sudah selesai hikayat tersebut sesuai dengan tata cara yang
2015:83-84).
33
kelebihan dan juga kekurangan. Oleh karena itu para pengajar selalu
a. Kelebihan.
dipelajari.
mampu menerjemahkannya.
menghafal.
guru yang ideal, guru yang tidak fasih pun dapat menggunakan metode ini.
dari materi tatabahasa, yang dapat dinilai dengan jawaban “benar” atau
b. Kekurangan
yang luas, dan hasil terjemahannya sering terasa tidak lazim menurut
4) Pelajar hanya mempelajari satu ragam bahasa, yaitu ragam bahasa tulis
dipelajari.
5) Kosa kata, struktur, dan ungkapan yang dipelajari oleh siswa mungkin
sudah tidak dipakai lagi atau dipakai dalam arti yang berbeda dalam
bahasa modern.
7) Tidak sesuai bagi siswa yang belum bisa membaca, misalnya anak kecil
harus memikirkan objek yang menjadi tujuan dari metode itu dilaksanakan.
harus sesuai dengan objek pembelajaran yang dituju agar tidak keluar dari
itu.
c) Selanjutnya guru meminta salah satu peserta didik untuk membaca buku
tersebut. Barulah murid membaca kembali apa yang telah dijelaskan oleh guru.
4. Murid wajib mencacat kosa kata yang telah diberikan berserta makna dan
terjemahannya;
kembali kosa kata yang telah diberikannya dengan suara yang jelas;
bacaannya;
37
10.Adanya interaksi antara guru dan murid baik dalam bahasa Indonesia
2. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi kuat dalam pembelajaran bahasa
Arab, atau latar belakang peserta didik dalam pemahaman bahasa Arab.
3. Materi ajar yang kurang relevan lagi dengan kebutuhanyang ada bagi peserta
didik.
4. Sarana dan prasarana yang kurang memadai dan mendukung dalam proses
keterampilan berbahasa.
38
6. Bahan pelajaran tidak relevan dengan kebutuhan siswa baik secara lisan
bahasa seperti: Fonologi, Morfologi, dan sintaksis, serta kurang aflikatif dalam
sosial budayanya.
9. Sistem penilaian lebih banyak menekankan asfek kognitif, dan tidak menuntut
terdapat huruf-huruf yang ada dalam tulisan akan tetapi tidak dibaca. Seperti alif
pada kata-kata ( )ذهبواatau wawu pada kata ( )عمرو. Huruf-huruf tersebut kadang-
2. Huruf-huruf yang diganti (maqlub). Ada beberapa huruf yang ada dalam
tulisan, akan tetapi tidak dibaca. Bahkan harus ditukarkan kepada huruf lain sesuai
dengan aturan yang berlaku. Seperti huruf lam sebelun huruf-huruf Syamsiah.
Huruf lam tersebut wajib ditukarkan dengan bunyi yang sama dengan huruf
seperti pada kata ()الشمس. Sebagian para pembelajar kadang-kadang membaca kata
)خ غ, bunyi-bunyi halaq ( )ق ح ع, bunyi-bunyi mufakhkhamah ( )ص ض ط ظ.
4. Arah bacaan. Kebanyakan bahasa di dunia ditulis dari arah kiri menuju arah
kanan. Sedangkan bahasa Arab ditulis dan dibaca dari arah kanan menuju arah
kiri. Apabila seorang pembelajar berbahasa Ibu dengan bahasa model pertama
maka dia akan menemukan kesulitan untuk membiasakan membaca sesuai dengan
arah yang berlaku pada bahasa kedua. Akan tetapi hal itu sebenarnya bukanlah
masalah ini dan membiasakan mata serta gerakannya sesuai dengan situasi baru
mereka membaca huruf per huruf, suku kata per suku kata, atau kata demi kata.
6. Membaca nyaring. Sebagian pembelajar ada yang tidak bisa membaca dalam
hati. Ketika diwajibkan membaca, dari mereka terdengar bisikan atau terlihat
40
ini tidak bisa dinamakan membaca dalam hati. Pembelajar yang tidak bisa
membaca dalam hati biasanya termasuk pembaca yang lambat. Dan kita ketahui
suatu kata atau maksud atau hubungannya. Hal ini bisa ditolerir selama dalam
membaca.
terlalu lama dalam memandang suatu bacaan. Mereka tidak langsung melihat pada
bacaan berikutnya dengan cepat. Hal ini dapat mengakibatkan pemborosan waktu
pandangan di sini adalah jumlah kata-kata yang dapat ditangkapnya pada sekali
10. Kosa kata . Pembaca kadang-kadang juga menemukan kesulitan lain berupa
kosa kata yang tidak biasa mereka temukan dalam teks bacaan. Hal ini dapat
membaca teks baru serta mengajarkan kosa kata baru pada mereka.
BAB III
42
METODE PENELITIAN
kajiannya. Hal ini berarti bahwa para peneliti kualitatif mempelajari benda-benda
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data yang ada, jadi ia juga
Achmadi,2007:44).
dilakukan oleh seorang peneliti secara langsung untuk mendapatkan data yang
penelitian, peneliti juga menganalisa secara bersamaan. Oleh karena itu peneliti
berbagai pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak yang bersangkutan dengan
penelitian ini.
memahami, menilai, menelaah dan tanggap dengan situasi yang ada dilapangan.
Dengan begitu peneliti bisa membedakan berbagai data yang telah diambil dengan
dikumpulkan menjadi satu menjadi data yang lengkap demi tercapainya tujuan
yang didapat haruslah dari peneliti itu sendiri. Jika data yang telah dikumpulkan
ternyata tidak sesuai dengan keadaan dilapangan, maka dapat dipastikan peneliti
tidak hadir di lapangan. Kevalidan suatu data tergantung dari hadirnya peneliti di
lapangan.
Desa Bandar Jaya Kel.Bandar Jaya Kec.Rantau Rasau Kab.Tanjung Jabung Timur
Prov.Jambi.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan pada semester genap
Subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sedangkan objek dari penelitian
ini adalah pimpinan Pondok Pesantren, Wakil Pimpinan, Guru dan Santri di
1) Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau
dalam bentuk file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam
Tahun 2019?
Tahun 2019?
46
2) Data Sekunder
penelitian ini.
tidak bersifat subjektif, oleh karena itu perlu diberi peringkat bobot
(Sukandarrumidi, 2012:44).
Adapun data yang akan diperoleh dari sumber data ini adalah data
c. Dokumen-Dokumen
Jabung Timur.
bahwa observasi merupakan suatu prose yang kompleks, suatu proses yang
berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
kuesioner. Tidak semua data dapat diperoleh dengan observasi. Oleh karena
jawab antara dua orang secara lisan dimana keduanya saling berhadapan
49
pembicaraan.
studi Bahasa Arab, dan beberapa orang santri yang memungkinkan dapat
bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang. Metode ini
peneliti gunakan untuk mencari data yang berkenaan dengan profil Pondok
Falah.
populasi. Namun pada penelitian kualitatif, ukuran sampel bukanlah hal yang
paling utama atau nomor satu dalam suatu penelitian, karena yang dipentingkan
adalah kekayaan informasi. Walau jumlah sampelnya sedikit tetapi kaya akan
populasinya adalah para santri yang belajar di bahasa Arab serta guru yang
tertentu, seseorang di ambil sebagai sampel karena menurut peneliti orang tersebut
melakukan wawancara dengan informan yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan, yaitu guru yang mengajar bahasa Arab. Guru ditetapkan sebagai
informan utama karena dianggap menguasai dan dekat dengan situasi yang
dikembangkan untuk mencari informan lain dengan teknik bola salju (Snowball
Sampling). Dalam hal ini informan lain adalah para santri yang belajar bahasa
Arab. Pertama-tama informan utama yaitu guru akan memilih satu atau dua orang
yang dianggap sesuai kriteria penelitian peneliti. Tetapi karena dengan dengan dua
orang ini peneliti belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka
51
peneliti mencari santri lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data
yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak. Teknik ini digunakan untuk mencari informan secara
terus menerus dari satu informan ke informan lain sehingga data yang diperoleh
dianggap telah jenuh atau jika data tidak berkembang lagi dan sudah valid.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
Hal yang harus kita lakukan ketika menganalisis menurut pengertian ini
data secara induktif ini digunakan karena bebrapa alasan diantaranya proses
data induktif dengan mengolah data yang ada kaitannya dengan penggunaan
langkah selanjutnya adalah menguji kredibilitas data yang tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh itu sesuai dengan keadaan lapangan
(lokasi penelitian).
keputusannya.
sebagai berikut :
3.10.1. Triangulasi
(Moleong, 2014:330)
tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah
ditemukan.
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda dalam
wawancara;
waktu;
yang berkaitan.
analisa data induktif dengan mengolah data yang ada kaitannya dengan
qirā’ah pada santri di Pondok Pesantren Hidayatul Falah. Dari sumber hasil
tersebut.
BAB IV
55
1998 oleh Kyai Maghfurin Mubaid di Palembang, di daerah Desa Cinta Damai
Sei Lilin Muba Palembang. Awalnya pondok pesantren ini hanya terdiri atas
sebuah bangunan kecil, dan santrinya hanya terbatas dari kampung sekitar.
Penamaan pesantren belum menjadi Pondok Pesantren Hidayatul Falah waktu itu,
Cinta Damai dalam rangka amar ma'ruf nahi munkar, mendorong hasrat
masyarakat untuk datang dan belajar agama padanya. Khususnya kaum remaja di
yang haus akan ilmu, terutama ilmu agama. Mereka pun mendatangi Kyai
Dalam kurun waktu yang relatif singkat, banyak santri berdatangan untuk
belajar memperdalam ilmu pada kyai, baik laki-laki maupun perempuan. Maka
bangunan pun diperluas sedikit agar mampu menampung para santri yang belajar
di sana. Dan secara resmi tempat belajar itu dinamakan Tempat Belajar Al-
Hidayat.
56
daerah orang tuanya yaitu di Desa Bandar Jaya Kecamatan Rantau Rasau
pesantren disana. Hanya saja waktu itu pondok pesantren belum dibangun di Sk
14 namun di Sk 16. Kendati demikian masih berada dalam satu desa. Sang Kyai
mengajak para santrinya yang telah belajar padanya selama dua tahun ini untuk
mengikutinya ke Jambi. Akhirnya sang kyai dan para santri pun berpindah ke
menerima sang kyai bersama para santrinya untuk mendirikan pesantren, dan
asrama putra dan Putri, dapur santri dan WC. Sedangkan untuk masjidnya sendiri
beribadah.
bukan hanya berasal dari daerah Palembang saja, tetapi masyarakat di desa
Bandar Jaya. Dan ketika sudah nyata hasil dari pembangunan pesantren tersebut,
maka pesantren itu pun berganti nama menjadi Pondok Pesantren Darul Hikam 3
(tiga) Pintu. Dinamakan 3 pintu karena pada waktu itu kamar santri hanya ada 3
saja.
tanah seluas 2 hektare kepada kyai Maghfurin untuk dibangun pesantren yang
lebih luas. Mengingat santri semakin banyak dan bangunan tidak memadai lagi
setelah tiga tahun, maka sang Kyai pun menerima tanah wakaf tersebut dan
57
pesantren tersebut dari awal lagi. Dibangunlah rumah sang kyai, 5 kamar santri
putra dan 3 kamar santri Putri, dapur santri putra dan Putri. Jadilah pesantren
tersebut berdiri di atas tanah wakaf warga, dan secara resmi pula nama pesantren
sekarang.
kurang, maka pada tahun 2004 dibangunlah Madrasah Diniyah. Adapun waktu
pembelajarannya pada malam hari setelah sholat isya. Hal ini mengingat penting
nya pendidikan, terutama ilmu agama bagi santri. Ketika itu lokasi sekolahnya
Pada tahun 2005 dibangun lagi bangunan yaitu mushola, kelas untuk santri
putra dan Putri, 2 kamar Putri dan koperasi. Adapun penambahan bangunan
tersebut. Santri yang belajar disana banyak yang berasal dari luar daerah seperti
2005 pondok pesantren Hidayatul Falah diresmikan. Akan tetapi untuk pengakuan
dari pemerintah sendiri baru terlaksana pada tahun 2015. Hal ini dibuktikan pada
58
akhirnya pada tahun 2019 sudah banyak santri yang mondok di P.P.Hidayatul
Falah sejumlah 132 orang. Pesantren tersebut masih berjalan dengan baik hingga
sekarang.
Mei 2019) Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur berada di
Barat :berbatasandengandesaHarapanMakmur
a. Identitas Pesantren
59
Tahun 2018-2019
Pengasuh
Guru Santri
Santri
Keterangan
guru putri
Putri 56 orang
a. Keadaan Guru
61
baik dan berkualitas. Hal ini dikarenakan guru-guru yang mengajar hampir
membuat perubahan pada diri santri tidak diragukan lagi. Baik untuk
sangat dominan. Oleh karena itu kualitas dan dedikasinya sangat diperlukan
agar tujuan pengajaran dapat dicapai. Proses belajar mengajar dalam suatu
pondok pesantren tidak akan berjalan lancar tanpa adanya guru. Dalam hal ini
Timur
29. Ustadzah Lasnah Khanifah P.P.Hidayatul Falah, Sifaul Jinan
Tanjung Jabung
Timur
30. Ustadzah Uswatun P.P. Al-Badriyah, Tajwid
Khasanah Meranggen
31. Ustadzah Iin Fatimah P.P. Al-Badriyah, Aqidatul Awam
Meranggen
32. Ustadzah Umi P.P. Rowosari, Tahfidz Al-qur'an
Muthomimah Meranggen
(Dokumentasi, tanggal 09 Mei 2019)
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terlibat didalam lokasi
diberi tugas mengajar mata pelajaran sebagaimana terlihat dalam tabel diatas,
namun mekanisme cara kerja mereka masih bersifat kekeluargaan. Bila salah
seorang guru tidak bisa hadir untuk mengajar di kelas maka guru lain bersedia
untuk menggantikannya pada waktu itu. Dengan begitu proses belajar mengajar
Falah pada tanggal 9 Mei 2019 yaitu Kyai Maghfurin Mubaid, beliau
Madrasah Diniyah dari tahun 2004 hingga sekarang dan tidak diganti oleh
siapapun adalah karena kemampuan ilmunya yang lebih dari guru-guru yang
65
lainnya. Dan juga beliau adalah guru yang paling tua dan dihormati di pondok
b. Keadaan Santri
Salah satu komponen penting dalam belajar mengajar selain guru adalah
tidak ada santri maka kegiatan pembelajaran tidak akan terjadi. Karena
sejatinya tujuan pembelajaran adalah untuk membantu siswa dari yang tidak
berjumlah 132 orang , dengan santri putra berjumlah 76 orang dan santri putri
Diniyah, kelas santri putra dan putri dipisah. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kelas putra dibagi menjadi 6 kelas
dan kelas putri dibagi menjadi 6 kelas pula. Adapun untuk lebih jelasnya
keadaan santri di pondok pesantren dapat dilihat dari tabel 1.3 berikut ini.
2 13 12 25
3 9 5 14
4 9 8 17
5 15 14 29
6 14 8 22
Jumlah 76 56 132
(Dokumentasi, tanggal 09 Mei 2019)
Dalam struktur organisasi santri di pondok pesantren Hidayatul Falah di
pimpin oleh ketua pondok. Adapun fungsi adanya ketua pondok adalah agar
Ketua pondok itu sendiri hanya ada satu untuk ketua santri putra maupun santri
Tahun 2000-2019
pondok pesantren Hidayatul Falah ada yang lama jabatannya dan ada yang
67
sebentar. Hal ini pun diungkapkan oleh Pimpinan pondok pesantren Hidayatul
“Bedanya masa jabatan ketua pondok disini dikarenakan santri yang telah
terpilih sebagai ketua pondok ada yang mondoknya lama dan ada yang
sebentar. Jadi tidak bisa menyamakan masa jabatan antara ketua yang
lalu dengan yang selanjutnya”(Wawancarapimpinan pondok, 9 Mei
2019).
4.1.4. Sistem dan Waktu Pembelajaran
Jabung Timur masih eksis mengikuti pola (sistem) salaf atau tradisonal
rujukan kitab-kitab klasik yang populer dengan istilah kitab kuning. Kitab
kuning adalah karya para ulama Islam yang sangat terkemuka. Kitab ini muncul
sekitar zaman pertengahan (1250-1850). Kitab yang datang dari Madzhab Syafi'i
ini berisi beberapa materi pengajaran yang meliputi tata Bahasa Arab (Nahwu),
dan konjungsinya (sharaf), seni baca Al-Qur'an (qira'ah), tafsir Al-Qur'an, ilmu
tauhid, fiqih, akhlak, mantiq, sejarah, dan tasawuf. Adapun asal mula penamaan
"Kitab Kuning" adalah penamaan secara teknis saja, karena kitab tersebut
Diniyah (Madin) untuk putra dan Putri. Madrasah ini dimulai pada
saat selesai sholat isya atau sekitar jam 20.00-22.00 WIB. Adapun
Hal ini dikarenakan pada saat jam 20.00 para guru dan santri masih
yang belum paham pelajaran yang telah dipelajari ketika dikelas, bisa
jawaban, maka para santri bisa bertanya kepada kakak kelas mereka
Hidayatul Falah. Sistem ini diikuti oleh para santri dan masyarakat
secara umum menggunakan tahun pelajaran Hijriyah dimulai bulan syawal dan
Pesantren Hidayatul Falah menggunakan jadwal yang ditetapkan oleh kyai dan
sholat jum'at, dan hari jum'at dikenal dengan hari yang pendek, sehingga pada
muhadharah atau latihan pidato ceramah agama, pencak silat, kaligrafi (seni tulis
didukung oleh sarana dan prasarana. Adapun sarana dan prasarana di pondok
Untuk mencapai tujuan dari suatu proses pembelajaran Bahasa Arab, maka
seorang guru harus bisa memilih cara ataupun metode yang tepat dalam
Arab. Metode adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam suatu
seorang guru harus pintar dalam memilih metode serta memvariasikan metode
yang digunakan agar tidak terjadi kejenuhan pada peserta didik sehingga tujuan
guru bidang studi bahasa Arab yaitu bapak Kyai Abdul Wahid yang peneliti
wawancarai bahwa:
Nahwu dan Sharaf serta Ilmu Tarjamah dalam suatu proses pembelajaran bahasa
kitab klasik atau kitab kuning. Karena pondok pesantren Hidayatul Falah masih
pembelajaran bahasa Arab. Hal ini diungkapkan pula oleh guru bahasa Arab
mahārah qirā’ah bahasa Arab pada santri di Pondok Pesantren Hidayatul Falah
73
1. Perencanaan
Adapun materi yang dibahas guru kepada santrinya diambil dari kitab
Falah baik putra maupun putri, maka kitab yang dijadikan sebagai bahan
pelajaran di bedakan. Hal ini diungkapkan oleh Kyai Abdul Wahid selakuKepala
"Untuk kelas satu menggunakan kitab Mabadil Fiqih Juz 1 (satu) Karya
Umar Abdul Jabar, kelas dua kitab Mabadil Fiqih Juz 2 (dua), kelas tiga
kitab Manadil Fiqih Juz 3 (tiga), kelas empat kitab Mabadil Fiqih Juz 4
(empat). Sedangkan untuk kelas lima dan enam menggunakan kitab
Matan At-Taqrib Karya Al-Qodhi Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin
Ahmad Al-Ashfahaniy " (Wawancara guru, 18 Mei 2019).
berikut:
74
2. Pelaksanaan
mahārah qirā’ah bahasa Arab pada tanggal 9-16 Mei 2019, peneliti
Abi Suja'. Sebagai contoh guru membahas salah satu materi tentang zakat
dalamkitabtersebut, yaitu:
و أما األثمان فشيآن الذهب و الفضة و شرائط وجوب الزكاة فيها خمسة أشياء اإلسالم و الحرية و
ان یكون مما یزرعه:فتجب الزكاة فیھا بثالثة شرائط: وأ ّما الزروع.،الملك التام و النصاب والحول
خمسة اوسق ال قشر علیھا: وھو، وان یكون نصابا، وان یكون قوتا م ّدخرا8،األدمیُّون
wawu ibtida' atau wawu untuk awalan kalimat. Wawu ini berbeda dengan
wawu athaf atau wawu penghubung kalimat. Lalu kata ُ َشرَِئطadalah kalimat
isim, dibaca i'rab rafa' ditandai dengan adanya dhommah di akhir kata.
menyuruh semua siswi untuk membaca kembali teks materi yang sudah
dibaca guru.Selain itu juga guru mengoreksi bacaan dari bacaan santri-
santri tersebut dan memberikan pertanyaan mulai dari arti kata dan definisi
guru membuka sesi tanya jawab dan mempersilahkan santri yang belum
paham untuk bertanya. Setelah tidak ada lagi pertanyaan, guru meminta
dipelajari.
3. Evaluasi
akan terlihat sekali. Harokat atau syakal yang dibaca berbeda akan
tiap akhir tahun yaitu ketika bulan puasa maka sistem evaluasinya
membaca kitab kuning atau gundul dihadapan guru dan kitab yang dibaca
qirā’ah bahasa arab, sehingga santri bisa lebih paham akan materi pembelajaran
dan bisa membaca dengan lancar. Belajar akan lebih efektif bila dimulai
lingkungan yang berpusat pada diri santri. Jika santri diberi kesempatan untuk
qirā’ah, maka mereka akan lebih cepat menguasai apa yang mereka pelajari.
Penjelasan ini juga diperkuat oleh Ahmad Mudrik Jauhari santri kelas VI putra
78
sangat dipengaruhi oleh kemampuan santri dalam memahami tata bahasa Arab
atauQowā’id. Melalui metode inilah para santri bisa secara aktif untuk
yang terdapat dalam kitab kuning ketika terlibat dalan pembelajaran mahārah
qirā’ah.
kegiatan yang membiasakan para santri untuk mahir dalam pembelajaran bahasa
Arab, terutama dalam pembelajaran mahārah qirā’ah bahasa Arab itu sendiri.
itu.
c) Selanjutnya guru meminta salah satu peserta didik untuk membaca buku
Dari beberapa langkah-langkah yang telah dipaparkan ole Jabal Nur diatas,
ada beberapa langkah penerapan yang dilakukan oleh guru bahasa Arab di
pesantren dan santri yang ada di pondok pesantren tersebut. Dalam proses
perubahan dari langkah-langkah yang telah dipaparkan oleh Jabal Nur. Langkah-
langkah yang dipaparkan oleh Jabal Nur semuanya diterapkan oleh guru bahasa
Arab. Hanya saja setelah langkah kedua guru bahasa Arab menjelaskan terlebih
dahulu tata bahasa Arab dan mempersilahkan para santri untuk bertanya jika ada
materi yang belum dipahami. Hal ini bertujuan agar santri bukan hanya bisa
membaca namun mengerti tata letak suatu kata tersebut dengan susunan yang
selanjutnya masih sama dengan langkah yang telah dipaparkan oleh Jabal Nur.
Hidayatul Falah sama dengan langkah-langkah yang dipaparkan oleh Jabal Nur
dalam jurnalnya Prinsip Dasar Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Hanya ada
tersebut.
1. AlokasiWaktu
81
mengerjakan banyak tugas di rumah karena waktu yang tidak cukup ketika
proses pembelajaran terjadi. Hal ini pun terjadi pada proses pembelajaran
waktu pembelajaran sudah habis. Hal ini hampir terjadi disetiap kelas baik
putra maupun putri. Jadi disinilah kendala yang dirasakan guru dalam
terpaksa tetap melanjutkan pelajaran sampai jam 23.00 WIB agar materi yang
disampaikan bisa selesai dengan tuntas. Tentunya hal ini sangat bisa membuat
santri tidak konsentrasi belajar. Karena sudah malam dan banyak diantara
mereka yang sudah mengantuk. Maka diperlukan solusi yang tepat bagaimana
agar materi tetap bisa tersampaikan sampai tuntas dengan waktu yang sedikit.
semua santri yang ketika hendak mondok disana sudah pernah mengenal
bacaan huruf Arab.Ada yang ketika belum mondok tetapi sudah belajar
dilembaga tertentu seperti.Tetapi ada juga yang tidak pernah di ajarkan oleh
orang tuanya huruf Arab dan tidak pula belajar di lembaga tertentu. Hal ini
83
Hal ini diperkuat dengan pernyataan para santri ketika di wawancarai oleh
peneliti. Salah seorang santri yang bernama Harun dari kelas 3 (tiga) putra
mengatakan :
perintahkanuntukmembacateksdalamKuningdanmeng'i'rabinya, merekabiasa
84
belumpernahbelajarbahasa Arab
sebelumnyaakansusahmembacadanmemahamiteksbacaandalamKitabKuning.
merupakan salah satu faktor psikis yang membantu seorang individu dalam
hasil belajar siswa. Siswa yang mempunyai rasa ketertarikan atau minat yang
Arab ternyata masih ada beberapa santri yang tidak memperhatikan materi
yang dijelaskan guru. Ketika guru membaca dan menjelaskan materi di kitab
Sehinggaketikadiperintahkanuntukmembacamerekaakankesulitan (Observasi,
terkait dengan masalah minat belajar siswa yang menjadi kendala guru dalam
dan tidak berminat dalam belajar bahasa Arab. Maka peneliti melakukan
wawancara dengan salah seorang santri putri dari kelas 3 (tiga) yang bernama
" Bahasa Arab adalah bahasa Asing bagi kami. Bahasa yang sulit untuk
dipahami. Bahasa yang jarang saya dengar. Lalu disini saya harus
membaca tulisan Arab dimana tulisannya pun jarang saya lihat.
Harokatnya juga tidak ada. Hal ini membuat saya kurang berminat dalam
belajar walaupun guru saya sudah menyampaikan dengan menggunakan
metode Qowā’id Wa Tarjamah" ( Wawancara santri, 18 Mei 2018).
86
disimpulkan bahwa kurangnya minat santri dalam belajar bahasa Arab terjadi
pada santri kelas 1-3 dimana mereka masih baru dalam belajar bahasa
muridnya dalam belajar. Tidak kalah penting guru juga harus profesional,
serta mampu memberikan contoh yang baik kepada muridnya, kreatif dalam
mencari alternatif metode agar para muridnya tidak merasa bosan ketika
belajar dan dapat menyukai pelajaran bahasa Arab. Maka seorang guru harus
aktif dalam mengajar bukan hanya menjelaskan materi bahasa Arab dengan
seadanya.
murid suka atau tidak suka pelajaran bahasa Arab, semangat atau tidak
semangat dan berhasil atau tidak berhasil murid memahami materi bahasa
Arab, keaktifan guru sangat diperlukan. Seperti yang dikatakan oleh pimpinan
Dari pernyataan pimpinan pondok diatas bahwa setiap guru harus aktif
menerapkan metodenya dengan baik dan benar. Kemampuan guru juga harus
lebih ditingkatkan agar para santri tidak merasa bosan saat belajar dan lebih
menjadi lebih baik dan mudah pasti memiliki suatu kendala ketika diterapkan
berbeda-beda. Bahkan metode yang sama pun akan memiliki kendala yang
berbeda pula jika diterapkan oleh orang berbeda danditempat yang berbeda.
88
dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra yang dijelaskan kembali oleh Nandang
Bahasa Arab mengatakan ada beberapa kendala yang terjadi dalam proses
oleh guru bahasa Arab. Seperti poin no 1,2,5 dan 7 diatas memang menjadi
kendala guru bahasa Arab di pondok pesantren Hidayatul Falah. Tidak semua
kendala yang telah dipaparkan oleh Muljianto terjadi di pondok tersebut. Hal
ini disebabkan karena adanya beberapa perbedaan baik dari segi metodenya,
pesantren tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap metode yang diterapkan oleh guru
maksudyaitu:
Penambahanwaktu jam
pelajaraninisudahdisetujuiolehpimpinanpondokHidayatulFalah yaitu
KyaiMaghfurinMubaidyang mengatakan:
dalam syawir ini. Kelas syawir mampu melatih para santri lebih aktif
kegiatan ini santri yang sudah bisa membaca akan mengajari temannya
yang belum bisa membaca. Tentu saja mereka dibantu kakak kelas
mereka yang telah lancar. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat siang
belajar merupakan hal yang sangat penting harus dicapai guru dalam
mempunyai semangat lebih dalam belajar. Hal ini tentu saja menjadi
guru dituntut agar mengetahui mana santri yang memang butuh untuk
bahasa Arab adalah santri kelas 1-3. Hal ini dikarenakan masih awal-
lebih kreatif dan aktif lagi dalam mengajar. Program ini sangat
bahasa Arab. Disini terlihat bahwa ada kemajuan yang didapat setelah
guru bahasa Arab diberikan pelatihan. Keaktifan antara guru dan santri
menjadi lebih hidup. Selain itu guru bahasa Arab juga menggunakan
pendekatan melalui game, kuis dan aktifitas fisik lainnya yang masih
siapa yang bisa membaca dengan lancar maka santri akan mendapatkan
tentang tata bahasa apa yang ada dalam suatu kalimat dan memberikan
pada santri-santri kelas 5 dan 6.Diperlukan waktu yang sedikit lama supaya
BAB V
PENUTUP
95
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam penulisan skripsi ini
berikut :
dimulai dengan tahapan perencanaan yaitu guru menyiapkan materi, kitab dan
awalnya guru membaca dan memaknai materi yang ada di kitab dan dilanjutkan
membaca kembali materi tersebut dan bila ada kesalahan maka guru membantu
evaluasi harian berupa pertanyaan seputar gramatika serta membaca teks dan
evaluasi semester dengan sistem qira'atul kutub yaitu para santri akan membaca
pesantren Hidayatul Falah tercakup dalam beberapa poin yaitu alokasi waktu yang
kurang, latar belakang santri yang berbeda-beda, minat belajar santri yang kurang
5.2. Saran
1) Kepada Santri
a. Santri jangan bermalasan untuk belajar dan menggunakan waktu dengan sebaik
mungkin.
b. Santri hendaknya lebih rajin dan telaten salam mempelajari serta memahami
2) Kepada Guru
tentang tata bahasanya agar tidak terjadi kesalahan dalam membaca lebih sering.
97
c. Hendaknya para santri diajak juga untuk membaca teks-teks Arab modern agar
DAFTAR PUSTAKA
98
Hifni,dkk. 2010. Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Darul Ulum Press.
Khalilullah,M. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif (Kemahiran
Qira’ah dan Kitabah). Jurnal Sosial Budaya Vol.8 No.1, januari-Juni
2011.
Kuraedah, Sitti. 2015. Aplikasi Maharah Kitabah Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab. Jurnal Al-Ta’dib Vol.8 No 2, Juli-Desember 2015.
Mansur. 2015. Ilmu Shorof Super Lengkap. Kediri-Jawa Timur: Al Fatih Press.
Mohammad Reda. 2018. Penerapan Metode Tata Bahasa Dan Terjemahan Dalam
Pengajaran Keterampilan Membaca Di Sekolah Persiapan Nur Al-Islam
Universitas Islam Lambong Selatan {Skripsi}. Lampung: Universitas
Lampung.
Moleong,L,J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulu,Beti. 2013. Penerapan Thariqah Al-Qawaid Wa Al-Tarjamah Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab Di Pondok Pesantren Al-Munawwarah
Wawulemo Sulawesi Tenggara. Jurnal Al-izzah Vol. 8 No.1 Juni 2013.
Narbuko,C dan Achmadi,A. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nur, Jabal. 2013. Prinsip Dasar Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Vol.6
No.1,Mei 2013.
Nurbayan,Yayan. 2008. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Zein
Al-Bayan.
Nusa,Putra. 2013. Penelitian Kualitatif IPS. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Safiuni Hati. 2017. Penggunaan Metode Qowa’id Wa Tarjamah Dalam
Pembelajaran Meterjemah Bahasa Arab Siswa Kelas XI MA Al-Hikmah
Pemenang Lombok Utara Tahun Pelajaran 2016/2017 {Skripsi}.
Mataram(): UIN Mataram.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sehri,Ahmad. 2010. Metode Pengajaran Nahwu Dalam Pengajaran Bahasa Arab.
Jurnal Hunafa Vol.7 No.1, April 2010.
100