Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana telah kita maklumi bersama diantara para pelajar kita atau pelajar non
arab terdapat kesan bahwa bahasa Arab itu sangat sulit, sukar, ruwet bahkan memusingkan
kepala. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi manakala pengajaran bahasa Arab disajikan
secara metodologis. Karena, Belajar Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa
ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode
(model pengajaran), materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya.
Sesungguhnya Bahasa Arab adalah bahasa yang seharusnya dipelajari oleh setiap
Muslim dan hendaknya (setiap muslim) bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya
karena hubungannya begitu erat dengan agama (Islam) dan ibadah-ibadahnya. Setiap orang
diwajibkan mempelajari bahasa Arab, terutama bagi yang mampu dan berkeinginan keras
mempelajari agama (Islam), baik itu dengan membaca atau ta’lim, sehingga tujuannya
nanti dapat tercapai.
Pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab merupakan satu hal yang tidak bisa
dihindari, karena urgensi bahasa Arab bagi masyarakat dunia saat ini, cukup tinggi. Dan
bukan hanya bagi muslim saja tetapi begitu pun bagi non arab.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembelajaran bahasa arab bagi non arab ?
2. Apa saja urgensi pembelajaran bahasa arab ?
3. Apa tujuan pembelajaran bahasa arab bagi non arab?
4. Apa saja dasar pembelajaran bahasa arab bagi non arab ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pembelajaran bahasa arab bagi non arab
2. Mengetahui urgensi pembelajaran bahasa arab
3. Mengetahui tujuan pembelajaran bahasa arab bagi non arab
4. Mengetahui dasar pembelajaran bahasa arab bagi non arab

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Orang Non-Arab


Pembelajaran Bahasa Arab adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk
belajar yang mana guru bertindak sebagai fasilitator untuk pembelajaran siswa.
Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa, disatu sisi guru melakukan
sebuah aktivitas yang membawa siswa kearah tujuan, lebih dari itu siswa dapat melakukan
serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan belajar yang terarah
pada tujuan yang ingin dicapai. Jadi pembelajaran bahasa arab dapat didefinisikan suatu
upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa arab dan guru sebagai fasilitator
dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk memperoleh tujuan yang ingin
dicapai. Menurut KBBI edisi IV (2008: 23) dikatakan bahwa pembelajaran berasal dari
kata dasar “ajar” yang ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi
“pembelajaran” yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar. Adapun kegiatan pembelajaran (al-ta’lim/ al-tadris)
yaitu proses yang identik dengan kegiatan mengajar yang dilakukan guru sebagai
arsitek kegiatan belajar agar terjadi kegiatan belajar. Bahasa merupakan fenomena sosial
yang tak terlepas dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Jadi sejak manusia ada
telah belajar bahasa secara alamiah, khususnya bahasa keluarga yang diperlukannya untuk
berkomunikasi dengan orang sekelilingnya.
Setelah belajar bahasa pertama atau bahasa ibu ada juga belajar bahasa yang bukan
bahasa pertama ini disebut “bahasa kedua” (al-lughah al-tsaniyah / second language) dan
“bahasa asing” (al-lughah al-ajnabiyah / foreign language). Bahasa kedua adalah bahasa
yang digunakan di masyarakat luas, atau bahasa yang digunakan setelah bahasa ibu.
Sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang digunakan oleh orang “asing” yaitu di luar
lingkungan masyarakat atau bangsa.
Dalam pembelajaran guru yang baik adalah pada umumnya selalu berusaha
untuk menggunakan metode mengajar yang paling efektif, dan memakai alat / media
yang terbaik tak terkecuali guru bahasa asing. Dari pengalaman yang diketahui bahwa
belajar selain bahasa pertama adalah sukar, apalagi belajar bahasa asing karena

2
pemerolehan bahasa ini bukan terjadi secara alamiyah, tetapi terjadi dengan paksaan yang
membuat para pelajar harus berada pada nuansa baru dalam berbagai aspeknya yang belum
pernah ia peroleh di dalam bahasa pertama. Dalam pembelajaran bahasa asing melibatkan
sekurang-kurangnya tiga disiplin ilmu yaitu (a) linguistic, (b) psikologi, dan (c) ilmu
pendidikan. Linguistic memberi informasi kepada kita mengenai bahasa secara umum dan
mengenai bahasa-bahasa tertentu. Psikologi menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu,
dan ilmu pendidikan atau Pedagogi memungkinkan kita untuk meramu semua keterangan
dari (a) dan (b) menjadi satu cara atau metode yang sesuai untuk dipakai di kelas untuk
memudahkan proses pembelajaran bahasa oleh pelajar.
B. Urgensi Pembelajaran Bahasa Arab
Bahasa merupakan suatu kebutuhan dasar dan penting bagi manusia, karena bahasa
adalah media penyampai ide, gagasan, dan pikiran manusia dalam bentuk ucapan atau
tulisan dengan maksud agar dipahami oleh orang lain. Seiring dengan perjalanan waktu,
kehidupan manusia ragam bahasa pun semakin banyak, diantaranya bahasa Arab, Inggris,
China, Spanyol, Korea, Jepang, dan lain-lain yang masih banyak lagi. Diantara bahasa-
bahasa dunia tersebut bahasa Arab menjadi bahasa tertua dan paling lama digunakan di
dunia ini. Sejak al-Qur’an diturunkan dan agama Islam semakin berkembang, penutur
bahasa Arab semakin bertambah hingga kini dituturkan oleh lebih dari 200.000 umat
manusia.
Pengertian “Arab” sendiri secara bahasa adalah gurun sahara, atau tanah tandus yang
di dalamnya tidak ada air dan pohon yang tumbuh di atasnya. Sedangkan “bahasa” adalah
alat komunikasi yang digunakan manusia untuk saling berinteraksi dan berhubungan
dengan berbagai motivasi dan keperluan yang mereka miliki. Secara istilah bahasa Arab
adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok manusia yang berdomisili di atas Negeri
Gurun Sahara, Jazirah Arabiyah. Bahasa Arab merupakan bahasa Semit dalam rumpun
bahasa Afro-Asiatik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami
yang telah dipergunakan di jazirah Arabia sejak berabad-abad. Bahasa Arab juga
merupakan bahasa peribadatan dalam agama Islam karena merupakan bahasa yang dipakai
oleh al-Qur’an yakni;

3
‫ِإنَّا َج َعلْنَاهُ ُق ْرآنًا َع َربِيًّا ل ََعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُو َن‬
“Sesungguhnya kami telah menjadikan al-Qur’an dalam bahasa arab, supaya kalian bisa
memahaminya” (QS. Az Zukhruf: 3).

Pembelajaran bahasa Arab dalam pendidikan Islam sangat penting, disebabkan:


pertama, bahwa sumber asli ajaran Islam Al-Quran dan Hadits ditulis dalam bahasa Arab.
Kedua, kitab-kitab karya ulama-ulama besar yang mempengaruhi alur pemikiran umat
Islam terutama di bidang tafsir, hadits, fiqih, aqidah, tasawuf ditulis dalam bahasa Arab.
Ketiga, kajian ilmu keislaman akan semakin berbobot jika mengambil rujukan dari bahasa
Arab. Dan keempat, realitas kekinian di kalangan sarjana muslim, terutama Indonesia
semakin menipis dalam mengkaji ilmu keislaman yang berbasis bahasa Arab. Setelah
Bahasa Arab dijadikan Allah SWT sebagai bahasa al-Qur’an, maka terjadi perkembangan
yang luar biasa pada bahasa ini, sehingga memunculkan berbagai peranan penting dalam
intraksi kehidupan umat manusia, khususnya dalam pendidikan Islam. Peranan-peranan
tersebut dapat diklasifikasi sebagai berikut:

 Pertama, bahasa arab berperan sebagai bahasa wahyu, sehingga menjadi bahasa
yang istimewa.
 Kedua, peranan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi umat manusia kepada
Allah SWT.
 Ketiga, bahasa Arab internasional. Bahasa Arab mempunyai peranan penting
dalam dunia internasional, digunakan dalam dunia pendidikan Islam maupun
pendidikan non Islam, bahkan menjadi kajian di universitas-universitas besar
dunia, seperti Harvard university dan Oxford University. Di samping itu Bahasa
Arab juga digunakan dalam forum beskala internasional lainnya seperti pada
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
 Keempat peranan bahasa Arab dalam kajian Islam.

Demikian bahasa Arab telah menunjukkan betapa penting kedudukannya dalam


berbagai  aspek, Sehingga mempelajari bahasa arab merupakan salah satu kunci pokok
untuk membuka pintu ilmu pengetahuan, baik agama, sosial, politik, ekonomi, dan
kebudayaan.

4
C. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Orang Non-Arab
Pendidikan bahasa arab di Indonesia sudah diajarkan mulai dari TK (sebagian)
hingga perguruan tinggi. Berbagai macam penyelenggaraan pendidikan bahasa Arab di
lembaga-lembaga pendidikan Islam setidaknya menunjukkan upaya serius untuk
memajukan mutu dan sistemnya dalam dunia pendidikan bahasa Arab. Secara teoriti
macam orientasi pendidikan bahasa Arab diantaranya:
1. Orientasi religius, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami dan
memahamkan ajaran Islam (fahm al-maqru’). Orientasi ini dapat berupa belajar
keterampilan pasif (mendengar dan membaca), dan dapat pula mempelajari keterampilan
aktif (berbicara dan menulis).
2. Orientasi akademis, yaitu belajar bahas Arab untuk tujuan memahami ilmu-ilmu
dan keterampilan bahasa Arab (istima’, kalam, qiro’ah, dan kitabah). Orientasi ini
cenderung menempatkan bahasa Arab sebagai disiplin ilmu atau obyek studi yang harus
dikuasai secara akademik. Orientasi ini biasanya identik dengan studi bahasa Arab di
Jurusan Pendidikan bahasa Arab, bahasa dan Sastra Arab, atau pada program Pascasarjana
dan lembaga ilmiah yang yang lainnya.
3. Orientasi profesional praktis dan pragmatis, yaitu belajar bahasa Arab untuk
kepentingan profesi, praktis atau prakmatis, seperti mampu berkomunikasi lisan
(muhadatsah) dalam bahasa arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagan, atau
untuk melanjutkan studi di salah satu negara Timur Tengah dsb.
4. Orintasi idiologis dan ekonomis, yaitu belajar bahasa Arab untuk memahami dan
menggunakan bahasa Arab sebagai media bagi kepentingan orientalisme, kapitalisme,
imperialisme, dan sebagainya. Orientasi ini, antara lain, terlihat dari dibukannya beberapa
lembaga kursus bahasa Arab di negara-negara Barat.
5. Intensifikasi dalam penerjemahan karya-karya berbahasa Arab, baik mengenai
keilmuan dan keislaman kedalam bahsa Indonesia dan atau sebaliknya. Profesi ini cukuo
menantang dan menjanjikan harapan, meskipun penerjemah belum mendapat apresiasi
yang sewajarnya. Menarik kita sebagai mahasiswa Pendidikan bahasa Arab yang nantinya
ingin konsentrasi penjurusan nya dibidang penerjemahan, agar bisa membantu
memepercepat kemajuan peradaban Islam adalah adanya gerakan penerjemahan besar-
besaran, sperti pada masa Harun al-Rasyid (786-809M) dan al-Ma’mun (786-833).

5
Gerakan penerjemahan ini disosialisasikan dengan ditunjang oleh adanya pusat riset dan
pendidikan seperti Bait al-Hikmah (Wisma Kebijaksanaan).
Pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab dimulai dari pertama kali pada abad ke-17,
ketika bahasa Arab diajarkan di Universitas Cambridge Inggris. Sementara di Amerika,
perhatian terhadap bahasa Arab dan pembelajarannya baru dimulai pada tahun 1947 di
sekolah-sekolah tentara Amerika. Di Mesir, terdapat banyak pusat pembelajaran bahasa
Arab, ditandai dengan banyaknya proyek pengembangan bahasa Arab yang ada, dan di
pastikan ada proyek pengembangan bahasa Arab lengkap dengan tujuan-tujuan khusus,
sejumlah perencanaan dan materi-materinya. Pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab
merupakan satu hal yang tidak bisa dihindari, karena urgensi bahasa Arab bagi masyarakat
dunia saat ini, cukup tinggi baik itu Muslim maupun non Muslim. Hal ini sudah terbukti di
zaman generasi kita saat dengan banyaknya lembaga-lembaga pembelajaran bahasa Arab
diberbagai negara antara lain Universitas Amerika yang ada di Mesir, Institut kajian
keislaman di Madrid Spanyol, Markaz Khortum di Sudan, Lipia di Jakarta, yayasan al-
Khoiry milik Saudi Arabia yang tersebar di negara kita Indonesia saat ini banyak, masing-
masing ada yang di Surabaya, Jakarta, Makassar, Malang, dan Bandung. Banyak juga alibi
serta tujuan, kenapa dan mengapa orang-orang non Arab mempelajari bahasa Arab di
antaranya:
1. Motivasi agama terutama Islam karena bahasa kitab suci kaum muslimin berbahsa
Arab menjadikan bahasa Arab harus dipelajari sebagai alat untuk memahami ajaran
agama yang bersumber dari kitab suci Al-quran, karena al-quran sebagai sumber hukum
dan pedoman hidup ummat islam se-dunia.
2. Orang non Arab akan merasa asing jika berkunjung ke Jazirah Arabia yang
biasanya menggunakan percakapan bahasa Arab baik amiyyah maupun fushah jika tidak
mengguasai bahasa Arab.
3. Banyak karya-karya para ulama’ klasik bahkan hingga yang berkembang dewasa
ini menggunakan bahasa Arab dalam kajian-kajian tentang agama dan kehidupan
keveragaman kaum muslimin di dunia. Sehingga, untuk menggali dan memahami hukum
maupun ajaran-ajaran agama yang ada di buku-buku klasik maupun modern, mutlak
menggunakan bahasa Arab.

6
4. Mereka non Arab ingin memperkaya diri mereka dengan pemahaman tentang
saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan
demikian orang-orang non Arab diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan bahasa,
dalam keragaman budaya serta berwawasan luas khususnya terhadap bahasa Arab sendiri.
5. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan
maupun tulisan, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, istima’, kalam, qiro’ah,
kitabah, untuk menggali sumber-sumber ajaran Islam.
6. Sebagian mereka non Arab ingin mengikuti sunnah nabi, dan melestarikan dan
menjaga bahasa Arab, berbagai ucapan tentang peribadahan dalam dunia Islam hanya
dapat diterima atau sah dalam peribadahan jika dilakukan dalam menggunakan bahasa
Arab. Karena dasarnya dari Nabi Muhammad SAW yang menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa keseahariannya dan peribadahanya.
Pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa masyarakat non Arab sangat berpengaruh
sekali terlihat mulai dari cara berpikir dan cara bersikap masyarakat Muslim non arab
yang ada di seluruh dunia. Sangat terlihat sekali dari kecenderungan masyarakat non arab
yang Muslim untuk memahami segala sesuatu yang Islami (sesuai dengan Islam) dengan
Arabi (sesuai dengan Arab). Menjadi Muslim yang menyeluruh (kaffah) seringkali
diwujudkan dengan menjadi orang Arab dengan berbagai atribut Arab seperti bergamis,
bersorban, berjenggot, berjubah, berjilbab, serta bernamakan Arab. Melalui ajaran Islam,
bahasa Arab secara tidak langsung terus mempengaruhi masyarakat muslim dalam cara
pandang, berpikir dan bersikap secara turun menurun. Transformasi seperti ini sering kita
jumpai dan direpakan secara sistematis di dunia madrsah, pesantren dan perguruan tinggi
Islam mealalui buku-buku berbahasa Arab yang menjadi literatur utama.
D. Dasar Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Orang Non-Arab
Secara tidak langsung, ekspansi bangsa arab terhadap bangsa lain turut memberikan
andil dalam tersebarnya bahsa arab ke dunia internasional. Dari sini bahasa arab
berkembang dan dipelajari oleh orang non-arab. Hal ini mendorong para ilmuan untuk
secara khusus mengembangkan kajian pembelajaran bahasa arab bagi orang non-Arab.
Sudah tidak asing lagi bagi kita bahwa penggagas dan penggerak Pembelajaran bahasa
arab bagi orang non-arab adalah bukan dari golongan Islam, tetapi secara umum
kebanyakan dari barat, peletak dasar metodologinya adalah para orientalis seperti

7
Broklman, Fisher, Ambrose, dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran bahasa arab untuk
orang non-arab, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Perencanaan
a. Perencanaan pembelajaran bahasa arab bukanlah perkara yang kecil, sebaliknya
merupakan hal yang besar yang tidak bisa dijalankan dan berkembang kecuali oleh
lembaga-lembaga besar milik Negara.
b. Perencanaan juga harus dilakukan secara ilmiah, menentukan maksud dan
tujuan, menentukan metodologi penelitian, dan evaluasi yang jelas.
c. Keberadaaan lembaga-lembaga serupa sangat bermanfaat karena akan ada
kompetisi yang membuat pembelajaran lebih baik.
2. Pemilihan Komponen pembelajaran
a. Permasalahan yang ada dalam pembelajaran bahasa Arab bagi orang non arab
adalah belum adanya pedoman pembelajaran, kalaupun ada masih dalam tahap penelitian.
b. Apabila tujuan pembelajaran telah ditentukan, maka komponen yang ada dalam
tujuan tersebut harus ditetapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Pemilihan Pola Pembelajaran
a. Pada umumnya, pembelajaran bahasa dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
pemula (al-mubtadi’ah), menengah (al-mutawassitah), dan Lanjut (al-Mutaqaddimah).
b. Pola pembelajaran pada tingkat pemula menggunakan Common Core pada
bahasa resmi (Fusha). Sedangkan pembelajaran bahasa Amiyah dilakukan dengan
hubungan langsung (Mubasyarah) dengan orang arab.
c. Pada tingakatan menengah dan lanjut mulai dikolaborasikan antara bahasa
fusha tekstual dan fusha modern untuk lebih mengembangkan intelektualitas pembelajar.
d. Pada tingkatan lanjut (al-Mutaqaddimah) pembelajar mulai diarahkan untuk
mempelajari bahasa arab melalui suatu disiplin ilmu sesuai dengan tujuan pembelajaran
bahasa arab.
e. Pemilihan pola pembelajaran harus didasarkan pada Analisis kontrastif Bahasa
Arab dengan Bahasa yang paling banyak digunakan oleh pembelajar.
f. Materi pembelajaran harus berdasarkan atas pentahapan periodic, sesuai dengan
kondisi masyarakat yang akan dihadapi oleh pengajar.

8
g. Penggunaan kamus monolingual (arab-arab) sangat dianjurkan, karena hal ini
akan mempercepat kemajuan pembelajaran bahasa arab bagi orang non-arab
dibandingkan dengan menggunakan kamus dwilingual.
4. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
a. Pelaksanaan pembelajaran bahasa arab bagi orang non-Arab disamakan dengan
pembelajaran Bahasa Arab bagi orang arab sebelum para ilmuan Linguistik terapan dan
Sosiolinguistik melakukan harmonisasi dan disesuaikan dengan teori dari kedua disiplin
ilmu tersebut.
b. Setelah modernisasi pendidikan, pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai
media seperti labolatorium bahasa, media audio-visual, computer, dan lain sebagainya
yang mendukung program pembelajaran dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5. Persiapan Pengajar (guru)
a. Tidak semua pengajar bahasa arab dapat mengajar bahasa arab untuk orang
non-arab, maka dari itu diperlukan persiapan khusus sebelum mengajar bahasa arab bagi
orang non-arab.
b. Pengajar harus mengetahui bahasa arab secara umum, baik sejarahnya, pola-
polanya, sumber-sumbet teksnya, dan penggunaannya dalam komunikasi.
c. Pengajar juga harus mengetahui linguistic terapan yang berhubungan dengan
metode pengajaran bahasa arab untuk orang non-arab.
d. Pengajar harus melakukan evaluasi secara berkala terhadap metode, bahan ajar,
dan media yang digunakan dalam pembelajaran.
Dalam pemerolehan bahasa terdapat beberapa tahap yang harus dipenuhi, antara lain
al-Ta’aruf (Perkenalan), al-Isti’ab (Penyerapan), dan al-Istimta’ (Penggunaan Bahasa).
Perkenalan mencakup perkenalan bahasa arab untuk orang non-arab yang mencakup
perbedaan-perbedaan yang ada dalam kedua bahasa tersebut, hal ini dianggap penting
untuk mengenalkan pembelajar terhadap bahasa yang akan dipelajari. Secara umum,
point dari perkenalan bahasa adalah sebagai berikut:
1. Hubungan-hubungan yang bersifat sama diantara kedua unsur bahasa.
2. Hubungan-hubungan yang bersifat beda antara kedua unsur bahasa.
3. Hubungan antara kedua unsur bahasa dan fungsi-fungsinya.

9
Aturan-aturan cabang dalam bahasa seperti al-Ashwat, al-Sharf, dan al-Nahw
bercampur aduk dalam hubungan antara ketiga unsur diatas, sebagian karakteristik dari
aturan tersebut bersifat sama, sebagian juga berbeda sampai tidak ada kesamaan diantara
dua unsur bahasa tersebut. Dalam perkenalan bahasa arab untuk orang non-arab hal dasar
yang harus diperhatikan adalah perkenalan Ashwat dan huruf-huruf arab sebelum
melangkah lebih jauh lagi ke al-Nahw. Tahapan kedua dalam pembelajaran bahasa arab
untuk orang non-arab yaitu al-Isti’ab (penyerapan). Dalam hal ini ada dua hal yang harus
diperhatikan.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran bahasa arab dapat didefinisikan suatu upaya membelajarkan siswa
untuk belajar bahasa arab dan guru sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai
unsur untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Pada saat ini pembelajaran bahasa
Arab sangatlah urgen, bukan hanya bagi muslim saja tetapi juga bagi non muslim. Dintara
pentingnya bahasa Arab adalah bahasa Arab sebagai bahasa wahyu, sebagai bahasa ilmiah
dan sebagai pemelopor peradaban.
Agar proses pembalajaran bahasa berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan diantaranya yaitu : perencanaan, pemilihan komponen pembelajaran,
pemilihan pola pembelajaran dan seorang pengajar atau guru harus melakukan persiapan
terlebih dahulu.
Tujuan mempelajari bahasa Arab yaitu memahami dan memahamkan ajaran Islam,
untuk memahami ilmu-ilmu dan keterampilan bahasa Arab (istima’, kalam, qiro’ah, dan
kitabah). untuk kepentingan profesi, praktis atau prakmatis, seperti mampu berkomunikasi
lisan (muhadatsah) dalam bahasa arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagan,
atau untuk melanjutkan studi di salah satu negara Timur Tengah. Dan lain-lain.
B. Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini dapat
berkembang dengan berjalannya diskusi yang akan dijalankan oleh kita semua. Kurang dan
lebihnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, untuk itu kepada para pembaca dan
penikmat makalah ini mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah kami ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Abu Bakar, Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Usaha Nasional,
Surabaya, 1981
Tarigan Henry Guntur, Pengajaran Kompetensi Bahasa, Angkasa Bandung, Bandung,
1990
http://thohir.sunan-ampel.ac.id/2012/05/12/pembelajaran-bahasa-arab-bagi-orang-non-arab-
part-2/

12

Anda mungkin juga menyukai