Anda di halaman 1dari 12

ISU-ISU KONTEMPORER PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

DI LIPIA II

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Isu-Isu Kontemporer
dalam PBA

Dosen Pengampu: Dr. Khoirul Basyar, M.S.I.

Disusun oleh:

ARIEF MAULANA MUTAQIN


50522012

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS PASCASARJANA

UIN KH. ABDURRAHMAN WAHID

PEKALONGAN
ISU-ISU KONTEMPORER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
DI LIPIA II
(Pembelajaran Bahasa Arab di LIPIA II)

A. Pendahuluan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) didirikan pada tahun
1980 untuk memberikan pendidikan dengan konsentrasi dalam bahasa Arab
dan agama Islam untuk siswa Indonesia dengan keputusan dari Mahkamah
Kerajaan, No. 5/n/26710, tertanggal 21 Dzul Hijjah 1398 H. Nama perguruan
tinggi tersebut adalah Lembaga Pendidikan Bahasa Arab sampai tahun 1986.
Perguruan tinggi tersebut adalah cabang daripada kampus Universitas Islam
Imam Muhammad bin Saud di Riyadh, Arab Saudi. LIPIA saat ini berlokasi di
4 (empat) tempat: Kampus LIPIA Jakarta, Kampus LIPIA Banda Aceh,
Kampus LIPIA Medan dan Kampus LIPIA Surabaya.
Visi berdirinya LIPIA adalah menjadi yang terdepan dalam pembelajaran
kreatif, pengajaran dan penelitian dalam ilmu Islam dan Arab. Semua
perkuliahan yang diajarkan di LIPIA disampaikan dalam bahasa Arab dan
sekitar 80–90 persen pengajarnya berasal dari Arab Saudi. Lembaga ini
memiliki standar penerimaan yang sangat tinggi, di mana hanya 200 siswa
yang diterima dari 4000 lebih pelamar. Begitu mereka diterima, mereka tidak
perlu membayar uang sekolah, bahkan mereka diberi tunjangan bulanan.
Sekitar 200 siswa lulus dari perguruan tinggi ini setiap tahun.
Program yang terdapat di LIPIA ada dua bagian, yaitu Dirasah Ulya atau
jenjang Bachelor atau Strata 1 Jurusan Syariah, Ekonomi Islam, Sastra Arab,
dan D2 atau bagian I'dad Lughowi (Persiapan Bahasa). Jurusan syariah ini
mulai dibuka pada tahun 1407 H./1987 M. Bertujuan menyiapkan mahasiswa
untuk menjadi pakar di bidang Ilmu Syariah, bahasa arab, dan pendidikan agar
kelak mampu menunaikan tugas sebagai pemberi fatwa, dakwah dan
pendidikan di tengah masyarakat Indonesia. Jurusan ini memberikan gelar
sarjana Bachelor Ilmu Syariah. Lama pendidikan 8 level ditempuh selama
empat tahun. Jurusan Syariah juga mengadakan Halaqah Ilmiah untuk

1
mahasiswa LIPIA, dengan tema-tema ilmiah berkenaan dengan spesialisasi
mereka. Mata pelajaran yang dipelajari di Kuliyah Syariah : Al- Qur'an, Tafsir,
Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqh, Qowaid Fiqhiah, Faraidh, Nahwu & Shorof, Teks
Sastra, Balaghah, Ushul tarbiyah, Tarbiah Islamiah, Metodologi mengajar,
Ilmu Nafs, Riset (Bahts).
Adapun jurusan diploma mulai dibuka pada tahun 1405 H./1985 M,
memberikan ijazah Diploma Umum di bidang Metodologi Pengajaran Bahasa
Arab bagi Non Arab. Lama pendidikan 2 semester (1 tahun). Pada bagian D2
terdapat dua golongan, yaitu golongan I’dad Lughawi (persiapan bahasa) yang
ditempuh selama empat semester selama dua tahun. Sedangkan golongan
kedua yaitu Takmili yang mulai dibuka pada tahun 1404 H/1984 M. dalam
rangka menyelenggarakan Pendidikan Pra Universitas yang ditempuh selama 2
semester. Mata kuliah yang dipelajari pada dua semester ini adalah : Alquran,
Tafsir Ushul Tafsir, Hadits & Mushthalah Hadits, Tauhid, Fiqh, Ushul Fiqh,
Tarikh Islam, Kultur Islam, Nahwu & Sharf, Balaghah, Sastra & Teks Pilihan,
Ketrampilan Bhs Arab. LIPIA juga mempunyai sebuah program pembelajaran
bahasa Arab kepada masyarakat umum di setiap hari Sabtu dan Ahad.
Keunggulan LIPIA dibandingkan dengan lembaga lain adalah memberi
kesempatan dalam mempelajari ilmu agama, tenaga pendidik yang
berkompeten baik dari dalam negeri maupun luar negeri, biaya kuliah gratis,
buku-buku pelajaran gratis, mendapat uang saku bulanan, Gedung yang
kondusif dalam menunjang proses belajar mengajar, serta perpustakaan yang
memadai.
Sebagian besar siswa yang ada di LIPIA memiliki latar belakang
pendidikan berasal dari sekolah atau pondok pesantren yang notabene sudah
mengenal bahasa Arab sebelumnya, sehingga kemampuan mereka sangat diuji
ketika mengikuti seleksi penerimaan siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari
persaingan yang sangat ketat dalam proses seleksi siswa, yang mana dari
ribuan peserta hanya akan terpilih sekitar seratus hingga dua ratus siswa saja.
Oleh karena itu, isu-isu terkait pembelajaran bahasa Arab tersebut akan penulis

2
bahas dalam makalah yang berjudul “Isu-Isu Kontemporer dalam Pembelajaran
Bahasa Arab di LIPIA II.

B. Pembahasan
1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab di LIPIA
Mata pelajaran bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang diarahkan
untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina
kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik
reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk
memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Sedangkan
kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi baik secara lisan maupun tertulis.
Adapun pembelajaran bahasa Arab di LIPIA memiliki tujuan sebagai
berikut:
a. Menyebarluaskan bahasa Arab dan pengajarannya.
b. Mempersiapkan tenaga pengajar yang ahli dalam bidang
pengajaran bahasa Arab bagi non-Arab, dan membekali mereka
dengan ilmu pengetahuan agama Islam.
c. Mengembangkan kurikulum bahasa Arab di perguruan tinggi-
perguruan tinggi Islam.
d. Memberikan bantuan kepada perguruan tinggi dan sekolah-sekolah
berupa text-book, kitab-kitab dan alat bantu/peraga.
e. Menyusun tulisan-tulisan ilmiah tentang bahasa praktis dalam
bidang pengajaran bahasa Arab.
f. Menyelenggarakan penataran bagi para tenaga pengajar bahasa
Arab.
g. Menjaga kemurnian bahasa arab dari segi literatur dan dari segi
seninya sendiri
Adapun pembelajaran bahasa Arab di LIPIA diarahkan agar siswanya
mampu berkomunikasi mengunakan bahasa Arab secara lisan dengan baik,
serta bisa menjadi penataran bagi para tenaga pengajar bahasa Arab. Oleh

3
karena itu, seluruh siswa atau mahasiswanya berupaya menggunakan
bahasa Arab setiap saat.
Keberadaan LIPIA cukup memberikan kontribusi positif bagi
pendidikan bahasa Arab di Indonesia, namun belum cukup menjangkau
dan memenuhi animo pelajar Muslim di Indonesia karena keterbatasan
daya tampung dan lainnya. Ke depan, lembaga semacam LIPIA ini
diharapkan dapat didirikan di Indonesia atas biaya beberapa negara Arab
tersebut; atau setidak-tidaknya dapat dibuka Kuwait Corner, Qatar Corner,
Emirat Corner, dan sebagainya, sehingga tercipta al-tabadul al-ilmi wa al-
tsaqafi (pertukaran ilmu dan budaya).1
2. Materi Bahasa Arab yang Diajarkan di LIPIA.
Ruang lingkup pembelajaran bahasa Arab meliputi unsur
kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan aspek budaya. Dimana unsur
kebahasaan sendiri terdiri atas tata bahasa (qawa’idu al-lughah), kosa kata
(mufradat), serta pelafalan dan ejaan (ashwat arabiyyah). Sedang
ketrampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak (maharatu al-
istima’), keterampilan berbicara (maharatu al-kalam), keterampilan
membaca (maharatu al-qira`ah), dan keterampilan menulis (maharatu al-
kitabah). Aspek budaya merupakan makna yang terkandung dalam teks
lisan dan tulisan.2
Ruang lingkup yang ada dalam pembelajaran bahasa Arab di
LIPIA secara umum adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran keterampilan menyimak (maharatu al-istima’)
Istima’ mempunyai peranan penting dalam hidup kita, karena
istima’ adalah sarana pertama yang digunakan manusia untuk
berhubungan dengan sesama dalam tahap-tahap kehidupan.
b. Pembelajaran keterampilan berbicara (maharatu al- kalam)

1
Hamd ibn Nashir al-Dakhil, Maqalat wa Ara’ fi al-Lughah al-Arabiyyah, (Riyadh:
Maktabah al-Malik Fahd al-Wathaniyyah, 1994), Cet. IV, h. 83.
2
Wakhidati Nurrohmah Putri, “Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar
Bahasa Arab Siswa Madrasah Tsanawiyah”, Lisania: Journal of Arabic Education and Literature,
No.1 (Vol I, 2017), hlm. 2.

4
Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar
yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran berbahasa.
Sebagaimana bicara adalah sarana untuk berkomunikasi dengan orang
lain.
c. Pembelajaran keterampilan membaca (maharatu al-qira’ah)
Membaca merupakan teori terpenting diantara materi-materi
pelajaran. Siswa yang unggul dalam pelajaran membaca biasanya
unggul dalam pelajaran yang lain.
d. Pembelajaran keterampilan menulis (maharatu al-kitabah)
Keterampilan menulis adalah keterampilan tertinggi dari
keempat keterampilan berbahasa. Menulis merupakan sarana
berkomunikasi dengan bahasa yang tidak terbatas oleh tempat dan
waktu.
e. Pembelajaran Mufradat (Kosa Kata)
Dalam pembelajaran mufradat siswa tidak hanya hafal kosa
kata tanpa mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Tetapi siswa
juga dituntut untuk bisa menggunakannya baik dalam bentuk ucapan
maupun tulisan.
f. Pembelajaran Nahwu (Tata Bahasa)
Nahwu bukan merupakan tujuan pembelajaran bahasa,
melainkan hanya merupakan sarana untuk membantu para siswa agar
mampu berbicara, membaca serta menulis dengan benar.3
Pelajaran Bahasa Arab di LIPIA tergantung dari jenjang
jurusan yang diambil. Apabila dalam golongan I’dad Lughowi (latihan
bahasa), maka siswa akan diajarkan Alquran & Tafsir, Hadits, Tauhid,
Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh Islam, Kultur Islam, Phonologi &
Keterampilan Menyimak, Ketrampilan Membaca, Language Drill,

3
Darwati Nalole, “Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Maharah kalam) melalui
Metode Muhadatsah dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, Al-Minhaj: Jurnal Pendidikan Islam,
No.1 (Desember, I, 2018), hlm. 132-133.

5
Imla & Khat, Mengarang, Tata Bahasa, Teks Pilihan, Sastra Arab,
Balaghah dan Ketrampilan Berbicara.4
Sedangkan pada tingkat pra Universitas yang ditempuh selama
2 semester, mata kuliah yang dipelajari pada dua semester ini adalah :
Alquran, Tafsir Ushul Tafsir, Hadits & Mushthalah Hadits, Tauhid,
Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh Islam, Kultur Islam, Nahwu & Sharf,
Balaghah, Sastra & Teks Pilihan, Ketrampilan Bhs Arab.

3. Isu-isu Kontemporer Pembelajaran Bahasa Arab yang Ada di LIPIA


Secara garis besar, beberapa isu problem yang ada dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Kategori Linguistik
Problem pertama yaitu berkaitan dengan penguasaan bahasa Arab.
Realitanya problem ini sangat signifikan bagi banyak kalangan siswa
dalam belajar dan menguasai bahasa Arab. Beberapa siswa yang diterima
di LIPIA adalah siswa yang mempunyai latar belakang lulusan pondok
pesantren modern yang sebelumnya sudah dibekali keterampilan bahasa
Arab. Sedangkan banyak sekali siswa yang lulusan sekolah umum atau
hanya di pondok pesantren salaf yang ingin belajar bahasa Arab, akan
tetapi harus gugur dalam proses seleksi tes yang diadakan oleh pihak
LIPIA dalam penerimaan siswa baru. Hal ini bisa dilihat dari persyaratan
yang ada, yang mana disana tertulis diwajibkan bagi peserta sudah
memiliki keterampilan menulis, membaca dan berkomunikasi
menggunakan bahasa Arab. Dalam hal ini, masih banyak pendaftar yang
hanya mengandalkan ijazahnya saja, padahal syarat utama adalah mampu
lolos tahap tes dari pihak LIPIA.
Berikut ini Syarat Pendaftaran Program Studi S1 (Syariah, Lughoh
dan Idariyah Al Maliyah) mengutip dari laman LIPIA, persyaratannya
sebagai berikut:

4
Hamd ibn Nashir al-Dakhil, Maqalat wa Ara’………., h. 77

6
1. Pendaftaran merupakan WNI (dibuktikan dengan KTP) atau WN Arab
Saudi yang memiliki Izin Tinggal di Indonesia.
2. Jika pendaftar lulusan SMA/sederajat yang ingin langsung mendaftar
jenjang Sarjana (S1) tanpa mengikuti program persiapan bahasa (I'dad
Lughowy), atau pendaftar merupakan alumni l'dad Lughowy yang
ingin mendaftar S1, maka disyaratkan nilai ijazah SMA atau I'dad
Lughowy minimal 90 untuk mendaftar prodi Syariah dan Lughoh, dan
minimal nilai 85 untuk mendaftar Idary.
3. Bagi alumni SMA yang ingin langsung daftar S1 tanpa l'dad, pernah
menyelesaikan pendidikan SMA/sederajat selama 3 tahun. 
4. Usia ijazah SMA/sederajat tidak lebih dari 5 tahun.
5. Memiliki kemampuan yang baik dalam membaca, menulis,
dan berbicara dengan bahasa Arab.
6. Lulus dalam tes yang dilaksanakan LIPIA.
7. Hafal 5 juz Al-Qur'an (syarat untuk Syariah dan diutamakan hafal
untuk pendaftar Lughoh).
8. Berkelakuan dan berpenampilan baik.
9. Sehat Jasmani.
10. Fokus mendedikasikan waktunya untuk belajar.
11. Belum pernah dikeluarkan/ diberhentikan/ Drop Out (DO) dari LIPIA
cabang manapun.
12. Memiliki dasar bahasa Inggris dan matematika bagi pendaftar Idary.
Akan tetapi hal tersebut tidak bisa dipungkiri, sebab dilakukan agar
lebih memudahkan dalam mencetak generasi lughowi yang bertalenta dan
mampu menjadi promotor bahasa Arab dikemudian hari yang berkualitas
sesuai dengan tujuan dari LIPIA.
Solusi bagi kita sebagai guru pengajar bahasa arab, kita perlu
menekankan pengenalan bahasa Arab sedini mungkin, minimal terkait
dengan percakapan bahasa Arab dasar, gramatika dasar serta
menumbuhkan kecintaan siswa terhadap bahasa Arab agar semakin terpatri
dihati sanubari. Selain itu, menjadikan LIPIA sebagai pedoman bagi

7
lembaga lain dalam menekankan proses pembelajaran bahasa Arab, baik
dari segi kurikulum, proses pembelajaran, metode maupun strategi
pembelajarannya.
b. Kategori Non Linguistik
Pada kategori ini, baik peserta didik maupun pendidik sama-sama
memiliki kendala. Kendala yang dialami berkaitan dengan faktor
psikologis, edukatif dan sosial.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamsuri Muhammad
Syamsuddin dan Mahdi Mas’ud terhadap 30 mahasiswa Ilmu Politik
(Humaniora) pada International Islamic University Malaysia mengenai
kesulitan belajar bahasa Arab menunjukkan bahwa penyebab kesulitan
belajar bahasa Arab ternyata bukan sepenuhnya pada substansi atau materi
bahasa Arab, melainkan pada ketiadaan minat (100%), tidak memiliki latar
belakang belajar bahasa Arab (87%), materi/kurikulum perguruan tinggi
(83%), kesulitan memahami materi bahasa Arab (57%), dan lingkungan
kelas yang tidak kondusif (50%). Lebih dari itu, ditemukan bahwa 80%
penyebab kesulitan belajar bahasa Arab adalah faktor psikologis. 77% di
antara mereka memiliki kesan negatif terhadap bahasa Arab; dan 33% her
regristasi mata kuliah bahasa Arab dianggap mempengaruhi belajar bahasa
Arab mereka di kampus.5
Jadi, faktor penyebab kesulitan belajar bahasa Arab bukan
sepenuhnya bersumber dari bahasa Arab itu sendiri (faktor internal sistem
bahasa Arab), melainkan lebih disebabkan oleh faktor psikologis (minat,
motivasi, tidak percaya diri), edukatif, dan sosial. Karena itu, pendekatan
dan metode yang dipilih dalam pembelajaran bahasa Arab seharusnya
mempertimbangkan faktorfaktor psikologis, edukatif, dan sosial kultural.
Sumber-sumber dan literatur kebahasaaraban di lembaga
pendidikan kita juga masih relatif kurang, jika tidak dikatakan terbatas.
Hal ini, antara lain, disebabkan oleh minimnya perhatian pimpinan
5
Muhbib Abdul Wahab, “Tantangan dan Prospek Pembelajaran Bahasa Arab di
Indonesia”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Jurnal Afaq Arabiyyah, Vol. 2, No. 1 (Juni, 2007),
hlm. 10-11.

8
fakultas dan universitas untuk mengembangkan pendidikan bahasa Arab;
dan juga disebabkan oleh kurangnya hubungan lintas universitas atau
lembaga pendidikan dalam bentuk kerjasama ilmiah kita dengan perguruan
tinggi di Timur Tengah, sehingga kita tidak banyak mendapat pasokan
sumber-sumber dan hasil-hasil penelitian kebahasaaraban. Selain itu,
penting juga ditegaskan, bahwa perhatian negara-negara Arab dalam
bentuk penyediaan sumber belajar, termasuk referensi dan literatur yang
memadai, untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, relatif
masih kurang, jika dibandingkan dengan negara-negara Barat, seperti
Amerika dengan Amcor (American Corner)-nya.
Diakui bahwa Universitas Islam al-Imam Muhammad Ibn Sa‘ûd
yang berpusat di Riyadh telah membuka Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam
dan Arab/LIPIA (Ma’had al-Ulum al-Islamiyyah wa al-Arabiyyah) di
beberapa negara seperti: Jepang, Indonesia, Mauritania, Jibouti, dan
Amerika Serikat atas biaya Saudi. Lembaga ini, antara lain bertujuan untuk
menyebarluaskan pendidikan bahasa Arab. Lembaga ini juga menyediakan
perpustakaan yang relatif memadai. Namun, program semacam ini tidak
diikuti oleh negara-negara teluk lainnya yang kaya minyak bumi seperti
Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Keberadaan LIPIA di Jakarta cukup memberikan kontribusi positif
bagi pendidikan bahasa Arab di Indonesia, namun belum cukup
menjangkau dan memenuhi animo pelajar Muslim di Indonesia karena
keterbatasan daya tampung dan lainnya. Ke depan, lembaga semacam
LIPIA ini diharapkan dapat didirikan di Indonesia atas biaya beberapa
negara Arab tersebut; atau setidak-tidaknya dapat dibuka Kuwait Corner,
Qatar Corner, Emirat Corner, dan sebagainya, sehingga tercipta al-tabâdul
al-‘ilmî wa al-tsaqâfî (pertukaran ilmu dan budaya).

9
C. Penutup
Kesimpulan
1. Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
bahasa arab di LIPIA adalah menyebarluaskan bahasa Arab dan
pengajarannya, mempersiapkan tenaga pengajar yang ahli dalam bidang
pengajaran bahasa Arab bagi non-Arab, dan membekali mereka dengan
ilmu pengetahuan agama Islam, mengembangkan kurikulum bahasa
Arab di perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam.
2. Adapun keunggulan LIPIA dibandingkan dengan lembaga lain adalah
memberi kesempatan dalam mempelajari ilmu agama, tenaga pendidik
yang berkompeten baik dari dalam negeri maupun luar negeri, biaya
kuliah gratis, buku-buku pelajaran gratis, mendapat uang saku bulanan,
gedung yang kondusif dalam menunjang proses belajar mengajar, serta
perpustakaan yang memadai.
3. Berbagai isu problem yang ada dipilah menjadi dua, yakni linguistik
dan non linguistik. Di antara kategori linguistik adalah mengenai
penguasaan bahasa siswa atau calon pendaftar sangat menentukan lulus
atau tidaknya dalam proses seleksi. Di antara kategori non linguistik
adalah keterbatasan daya tampung untuk menjangkau dan memenuhi
animo pelajar Muslim di Indonesia, dan ke depan, lembaga semacam
LIPIA ini diharapkan dapat didirikan di Indonesia

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Muhbib. 2007. “Tantangan dan Prospek Pembelajaran Bahasa


Arab di Indonesia”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Jurnal Afaq
Arabiyyah. (Juni: Vol. 2. No. 1).
Ibn Nashir al-Dakhil, Hamd. 1994. “Maqalat wa Ara’ fi al-Lughah al-Arabiyyah”.
(Riyadh: Maktabah al-Malik Fahd al-Wathaniyyah). Cet. IV.
Nalole, Darwati. 2018. “Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Mahârah kalâm)
melalui Metode Muhadatsah dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. Al-
Minhaj: Jurnal Pendidikan Islam. (Desember: Vol. I. No.1).
Putri, Wakhidati Nurrohmah. 2017. “Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap
Motivasi Belajar Bahasa Arab Siswa Madrasah Tsanawiah”. Lisania:
Journal of Arabic Education and Literature. (Vol I. No. 1).

11

Anda mungkin juga menyukai