Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PEMBELAJARAN NAHWU DI PONDOK PESANTREN API MIFTAHUL HUDA

SUMBER BAKTI SINAR REJEKI

A. Latar belakang masalah


Bahasa Arab sebagai bahasa yang religius saat ini merupakan bahasa yang

digunakan oleh sekitar satu milyar muslim di seluruh dunia. Ia digunakan dalam

ibadah sehari-hari . bahasa Arab diajarkan pada lembaga diluar Dunia Arab.

Bahasa Arab di gunakan sebagai bahasa pengajaran, kesusatraan, sejarah, etika,

fiqih, teologi dan kajian kitab.1 Sebagai bahasa yang sangat berkaitan dengan

religiusitas maka bahasa arab menjadi salah satu mata pelajaran dasar yang

diajarkan di lembaga pendidikan berbasis keagamaan seperti pondok pesantren,

Madrasah-madrasah, dan sekolah islam terpadu.

Dalam mempelajari bahasa Arab terdapat empat kompetensi yang harus

di kuasai, keempat kompetensiitu meliputi kompetensi membaca, mendengar,

berbicara dan menulis. Untuk mencapai keempat kompetensi itu secara

komprehensif siswa atau santri perlu memahami terlebih dahulu unsur bahasa

terkhusus bahasa arab, yaitu Mufrodat atau kosa kata sebagai dasar memahami

bahasa arab, lalu gramatikal atau qowa’id sebagai dasar ketata bahasaan ketika

pembelajar sudah mampu menuturkan, menerjemahkan dan menuliskan kalimat

berbahasa arab.

Sesorang tidak akan memahami bahasa ini dengan baik manakala ia tidak

menguasai dua kaidah, yaitu kaidah nahwu dan kaidah sharaf. Pertama, kaidah

ilmu nahwu, ilmu ini mempelajari kaidah bahasa Arab yang terkait dengan

1
Bahri and Gorontalo, “PEMBELAJARAN BAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA ASING (SEBUAH TINJAUAN HISTORIS).”
perubahan setiap huruf dan harakat pengucapan. Kedua kaidah sharaf, kaidah ini

berhubungan dengan perubahan didalam kalimat itu sendiri, utamanya

berhubugan dengan kata kerja dan bentuk waktu (tenses).2

Kaidah ilmu nahwu merupakan sarana untuk memahami teks-teks

berbahasa arab, seperti al-Qur’an, hadis, atsar dan aqwal ulama, meskipun nahwu

bukan pokok ilmu syariat tetapi alat untuk memahami ilmu syariat hal ini

dikarenakan untuk memahami suatu kalimat agar tidak mengalami kesalahan

pemahaman penerjemahan perlu dipahami gramatikal yang terdapat dalam tulisan

tersebut.. Tidak mungkin santri memahami syariat dengan sesungguhnya jika

tidak memahami nahwu yang ada dalam tatanaan bahasa Arab. Santri

mendapatkan pembelajaran ilmu nahwu dan kaidah-kaidah yang lainnya itu ketika

mereka masih berada dalam pondok pesantren, baik itu yang modern atau yang

salafi. Pendidikan yang terjadi di pondok pesantren baik yang berbasis formal

ataupun non formal. Ketika dalam pondok pesantren siswa atau santri

mendapatkan hasil belajar nahwu atau bahasa arab lebih maksimal daripada ketika

di madrasah, hal ini karenakan metode dan bahan pengajaran yang ada di pondok

pesantren berbeda dengan yang ada di madrasah. Pendidikan yang ada di

madrasah semua di buat menjadi satu, sementara di pondik pesantren di pisah

kaidah nahwu dan shrorof serta mufradat merupakan pembelajaran yang terjadwal

berbeda.

Pembelajaran yang terjadi di pondok pesantren Pesantren sangat unik,

Karena kultur, metode dan jaringan yang di tetapkan. Karena keunikannya

C.Geetz menyebutnya sebagai sub kultur masyarakat indonsesia ( khususnya


2
Ismail baharuddin,pesantren dan bahasa Arab, 2014
jawa) .3 demikian juga abdurahman wahid menyebutkan sebagai subkultur

masyarakat indonesia ( khususnya jawa). Pada zaman penjajahan pesantren


4
dijadika basis perjuangan kaum nasionalis-pribumi. pendidikan pesantren

memiliki kultur khas yang berbeda dengan budaya di sekitarnya, sehingga disebut

dengan sebuah kultur yang bersifat idiosyncratic. Ada beberapa elemen yang

membedakan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu 1),

pondok tempat menginap para santri 2), santri, : peserta didik 3), masjid, : sarana

ibadah dan pusat kegiatan pondok pesantren, 4), kyai,: adalah tokoh atau sebutan

untuk seseorang yang memiliki kelebihan dari sisi agama dan kharisma yang

dimilikinya, 5), kitab kuning : sebagai referensi pokok dalam setiap kajian agama.

(Dhofier, 1982) 5Akar historis kultural pondok pesantrren tidak terlepas dari

masuk dan perkembangnya di Indonesia yang bercorak sufistik dan mistik.

Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan memeiliki kuriklum pendidikan

yang khas, islanya dalam kajian kitab kuning. Isi kandungan kitab kunig itu

diantaranya adalah masalah fiqih ( perauran syariat ibadah ) aqidah ilmu bahasa

Arab ilmu hadistiilmu tafsir serta ilmu hikayat atau dongeng. Khazanah keilmuan
6
yang beradadi pondok pesantren begitu kompleks. Pembelajaran di pondok

pesntren cenderung menekan dan memaksa santri untuk bisa baik nahwu shorof

ataupun kitab kuning, dengan adanya penekanan yang seperti ini justru membuat

santri semakin bisa dan mampu memahami ilmu nahwu. Ilmu nahwu bukanlah

sasaran pembelajaran melainkan sarana pembelajaran untuk membantu kita

3
Ibid
4
Imam syafe’i, pondok pesantren: lembaga pembentukan karakter, universitas negeri raden intan lampung,2017
5
Ibid
6
Rani rakhmawati “ syawir pesantren sebagai metode pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren manbaul
hikam desa putat, kecamatan tunggulangin,kabupaten sidoarjo jawa timur” (universitas Airlangga,2016)
menulis dan membaca dengan benar serta menjaga dan meluruskan lidah kita dari

kesalahan. Ada beberapa tujusn mengajarkan ilmu nahwu dan shorof :

1. Menjaga dan menghindarkan lisan serta tulisan dari kesalahan

berbahasa, disamping menciptakan kebiasaan berbahasa yang fasih.

inilah yang menjadi alasan kenapa ulama Arab terdahulu berupaya

keras merusmuskan ilmu nahwu dan shorof disamping untuk menjaga

bahasa Alquran dan hadist Nabi Muhammad SAW.

2. Membiasakan pelajar bahasa Arab untuk selalau melakkan

penfgamatan, berfkir logis dan terartur serta kegunaan lain yang dapat

membantu mereka untuk melakukan pengkajian terhadap tata bahasa

secara kritis.7

3. Membantu para pelajar untuk memahami ungkapan-ungkapan bahasa

arab sehingga mempercepat pemahaman terhadap maksud pembiaraan

dalam bahasa arab.

4. Mengasah otak, mencerahkan perasaan serta mengembangkan

khazanah kebahasaan pelajar.

5. Memberikan kemampuan kepada para pelajar untuk menggunakan

kaidah dari berbagai suasana kebahasaan.

6. Qawaid dapat memberikan kontrol yang cermat kepada pelajar saat

mengarang sebuah karangan.

Kemampuan ini pula didasari atas beberapa buku (kitab) nahwu yang

mereka pelajari secara bergantian. Pada dasarnya pembelajaranbahasa Arab di

7
Dewi vivinurjanah, “efektifitas pembelajaran nahwu dengan mengggunakan kitab nahwu langkah I dan II di
pondok pesantren fadlun minanalloh wonokromo bantul “ (jogyakarta, 2014) hal.2
pondok pesantren bertujuan untuk memahami kitab-kitab kuning yang

notabene ,memuat ajaran-ajaran islam, sehingga dapat dikatakan bahwa

pembelajaran bahasa Arab sebagaistudi islam.

Pembelajaran nahwu di pondok pesantren di mulai dari tahap paling dasar

dengan menghafal kaidah-kaidah dasar nahwu shorof , kemudian di lanjutkan

dengan memahami teks-teks dalam kitab – kitab dasar ataupun kitab kuning

seperti fiqih, tafsir, hadis dan tarikh. Pondok pesantren miftahul huda adalah

pondok pesantren salafi yang terletak di dusun sumber bakti desan Sinar Rejeki

jati Agung lampung selatan, yang di asuh oleh Kyai Muhammad Izhar dan Nyai

Suwanti, pondok pesantren miftahul huda ini di dirikan pada tahun 2000 dengan

tujuan awal yakni menjadi wadah bagi masyarakat sekitar untuk mengaji. Seiring

berjalnnya waktu pondok pesantren mifathul huda mulai membenahi diri dengan

mengkaji kitab-kitab kuning atau pun fiqih dasar. Untuk pembelajaran bahasa

Arab ada beberapa metode pembelajaran nahwu dan shorof, yang di lakukan di

pondok pesantren seperti metode sorogan dan bandungan. Namun ada satu

metode yang di gunakan di pondok ini yang namanya sedikit asing yakni metode

“ takror” ( mengulas kembali ). Metode takror yakni metode pembelajaran

dimana peran kyai/ustad sangat sedikit di libatkan, sebab santri mulai aktif

mencoba dan menjawab isi pembelajaran. Para santri bahkan seakan menjadi

utadz/guru yang mengajar di kelas, dengan demikian ada ustadz ataupun tidak,

pembelajaran akan tetap berjalan secara kondusif. Salah satu acuan dilakukannya

metode ini adalah , mengingat kebanyakan para santri yang mengaji di sana

merupakan santri kalong ( santri yang hanya mengaji di malam hari kemudian
pulang saat pagi hari ) dimna para santri kebanyakan setelah mengaji mereka

pulang tanpa mengulas kembali apa yang telah di pelajari. inilah yang menjadi

alasan dilaksanakannya metode takror. Dengan diadakannya metode ini membuat

santri menjadi lebih aktif dan mempunyai keinginan yang lebih tinggi untuk

belajar dan mengulas kembali apa yang telah mereka pelajarai. Fokus dari metode

ini adalah pembelajaraan nahwu, meskipun sesekali pada suatu pertemuan

pembahsaanya bukan nahwu. Nahwu diajarakan pada kelas dasar secara utuh dan

terus mnerus, kemudian untuk tahap selanjutnya pembelajaran nahwu

dikolaborasikan dengan kitab-kitab baik itu kitab kuning atau kitab fiqih dasar,

pada tahap inilah para santri mulai menerapkan dan mempraktekan nahwu dan

shorof yang mereka pelajarai. Aspek yang ditekankan adalah pada praktik dan

pemahamannya. Pembelajaran di pondok pesantren miftahul huda di mulai dari

dasar seperti kitab ‘awamil dan al-jurumiyaah jawan. Kedua kitab ini merupakan

awal atau dasar pembelajaran nahwu yang wajib di pelajari oleh para santri diluar

pembelajaran akhlak dan fikih sebelum memasuki pembelajaran kitab kitab kuing.

Setelah mereke khatam dan paham akan kedua kitab nahwu dsar ini barulah

mereka di perbolehkan untuk ke jenjang berikutnya, pada saat hendak memasuki

pembelajaran nahwu pada tingkat berikutnya mereka di kenakan syarat berupa

menghafal terlebih dahulu nadzoman/bet yang akan mereka hadapi minimal 50

nadzom. Setiap santri yang ingin mengaji nahwu lebih lanjut harus

menyelesaikan dulu kedua kitab nahwu dasar ini.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih

jauh bagaimna pembelajarn nahwu di pondok pesantren Miftahul Huda.


B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis angkat ialah

1. Bagaiman pembelajaran nahwu di pondok pesantren Miftahul Huda

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah yang ingin di cari, sesuai

dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ialah :

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran nahwu di pondok pesantren Miftahul Huda


‫‪ .١‬خليفة البحث‬

‫قواعد علم النحو هي وسيلة لفهم النصوص باللغة العربية ‪ ،‬القرآن ‪ ،‬الحديث ‪ ،‬اثار و اقوال العلماء ‪ ،‬على الرغم من النح‪QQ‬و ليس‬
‫موضوع علم الشريعة ولكن أداة لفهم علم الشريعة‪ .‬يستحيل على ط‪QQ‬الب أن يفهم الش‪QQ‬ريعة حقً‪QQ‬ا إذا لم يفهم‪QQ‬وا لغ‪QQ‬ة النح‪QQ‬و باللغ‪QQ‬ة‬
‫العربية‪ .‬تعرف س‪QQ‬انتري على علم النح‪QQ‬و والقواع‪QQ‬د األخ‪QQ‬رى عن‪QQ‬دما ك‪QQ‬انوا ال يزال‪QQ‬ون في الم‪QQ‬دارس الداخلي‪QQ‬ة ‪ ،‬س‪QQ‬واء الحديث‪QQ‬ة أو‬
‫السلفية‪ .‬لن يفهم شخص ما هذه اللغة جيدًا عندما ال يتقن القاعدتين ‪ ،‬وهما قواعد النحو وقواعد شرف‪ .‬أوالً ‪ ،‬قواعد علم النحو ‪،‬‬
‫يدرس هذا العلم قواعد اللغة العربية المرتبطة بالتغييرات في كل حرف ونطق النطق‪ .‬تتعل‪QQ‬ق قاع‪QQ‬دتان من ش‪QQ‬رف ‪ ،‬ه‪QQ‬ذه القاع‪QQ‬دة‬
‫‪8‬‬
‫بالتغييرات في الجملة نفسها ‪ ،‬والتي تتعلق أساسًا الفعل وشكل الزمن (األزمنة)‪.‬‬
‫التعليم الذي يحدث في المدارس الداخلية اإلسالمية ‪ ،‬الرسمية وغير الرسمية‪.‬‬
‫عندما يحصل طالب المدارس الداخلية اإلسالمية أو الس‪QQ‬انتري على أقص‪QQ‬ى ق‪QQ‬در من نت‪QQ‬ائج تعلم اللغ‪QQ‬ة العربي‪QQ‬ة أو اللغ‪QQ‬ة العربي‪QQ‬ة‬
‫عندما يكونون في المدرسة ‪ ،‬فذلك ألن أساليب التدريس والمواد في المدرسة الداخلي‪Q‬ة اإلس‪Q‬المية تختل‪Q‬ف عن تل‪Q‬ك الموج‪Q‬ودة في‬
‫المدرسة‪ .‬يتم تحويل التعليم في المدرسة إلى مدرسة واحدة ‪ ،‬بينما في المدرسة الداخلية قواعد النحو و الصرف والمف‪QQ‬ردات هي‬
‫تعلم مجدولة مختلف‪.‬‬

‫‪8‬‬
‫التعلم الذي يحدث في المدارس الداخلية اإلسالمية فريد من نوع‪QQ‬ه بس‪QQ‬بب الثقاف‪QQ‬ة واألس‪QQ‬اليب والش‪QQ‬بكات ال‪QQ‬تي تم إع‪QQ‬دادها‪ .‬بس‪QQ‬بب‬
‫تفرده ‪ ،‬يطلق عليه ‪ C.Geetz‬ثقافة فرعية لمجتمع اندونيسيا (خاصة في الج‪Q‬وى ) ‪ .‬وبالمث‪QQ‬ل ‪ ،‬ق‪Q‬ال المس‪Q‬ؤول األول إنه‪QQ‬ا ك‪Q‬انت‬
‫ثقافة فرعية للمجتمع اإلندونيسي (وخاصة جافا)‪.‬‬
‫في الحقبة االستعمارية ‪ ،‬استند‪ Q‬البيزانترين على أساس النضال القومي األصلي‪ .‬يتميز التعليم المدرسي اإلسالمي الداخلي بثقاف‪QQ‬ة‬
‫مميزة تختلف عن الثقافة المحيطة ‪ ،‬ل‪Q‬ذلك يطل‪Q‬ق عليه‪Q‬ا ثقاف‪Q‬ة خاص‪Q‬ة‪ .‬هن‪Q‬اك العدي‪Q‬د من العناص‪Q‬ر ال‪Q‬تي تم‪Q‬يز الم‪Q‬دارس الداخلي‪Q‬ة‬
‫اإلسالمية عن غيرها من المؤسسات التعليمية ‪ ،‬وهي ‪ ، )1‬السكن الذي يقيم فيه الطالب ‪ ، )2‬الطالب ‪ ،‬الطالب ‪ ، )3‬المس‪QQ‬اجد ‪،‬‬
‫مرافق العبادة ومراكز المدارس الداخلية اإلسالمية ‪ )4 ،‬هو شخصية أو تسمية لشخص يتمت‪Q‬ع‪ Q‬بمزاي‪QQ‬ا من حيث ال‪QQ‬دين والجاذبي‪QQ‬ة‬
‫لديه ‪ ، )5 ،‬كتاب التراث ‪ :‬كمرجع رئيسي في كل دراسة دينية‪)Dhofier, 1982( .‬‬
‫يمكن فصل الجذور التاريخية الثقافية للمدارس الداخلية اإلسالمية عن دخولها وتطويرها في إندونيسيا الصوفية والصوفية‪ .‬يميل‬
‫التعلم في المدرسة إلى الضغط وإجب‪Q‬ار الس‪Q‬انتري على أن يك‪QQ‬ون إم‪Q‬ا النح‪Q‬و الص‪Q‬رف أو كت‪QQ‬اب ت‪QQ‬راث‪ ،‬م‪QQ‬ع ه‪QQ‬ذا الترك‪Q‬يز يجع‪QQ‬ل‬
‫السانتري أكثر انحيا ًزا وقدرة على فهم النحو‪ .‬تعتمد هذه القدرة أي ً‬
‫ضا على العديد‪ Q‬من كتب النحو (الكتب) التي يتعلمونها بدورها‬
‫يبدأ تعلم النحو في المدارس الداخلية اإلسالمية عادة من المراحل األساسية مثل ‘عوامل والجرومية كال هذين الكتابين ه‪QQ‬و بداي‪QQ‬ة‬
‫أو أساس تعلم النحو الذي تمت دراسته في مدرسةمفتاح الهدى اإلسالمية الداخلية‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai