Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH KITAB AL-AWAMIL TERHADAP PEMAHAMAN GRAMATIKA TINGKAT DASAR DI BUMI DAMAI AL-MUHIBBIN TAMBAKBERAS JOMBANG

A.

Latar Belakang Masalah

Bahasa Arab sebagai bahasa asing tetap menempati posisi penting di Indonesia, khususnya bagi umat Islam, tidak lain karena kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa agama umat Islam. Bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran dan Al-Hadist, keduanya adalah dasar agama Islam serta bahasa kebudayaan Islam seperti filsafat, ilmu kalam, ilmu hadis, tafsir dan lain sebagainya.1 Oleh karena itu, mempelajari bahasa Arab menjadi kebutuhan setiap orang khususnya umat Islam. Pembelajaran bahasa Arab diIndonesia terlaksana baik di lembaga formal maupun non formal, salah satunya adalah di pondok pesantren. Pesantren, jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenous. Pendidikan ini semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelengaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian nggon ngaji. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut pesantren2.

Sesuatu yang tidak pernah lepas dari pesantren adalah pembelajaran kitab yang lazim disebut kitab kuning. Pengertian itu sendiri menurut Martin Bruinnessen (1995) dalam bukunya "kitab kuning, pesantren dan tarekat" adalah buku-buku berhuruf Arab

Busyairi Madjidi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1994), hal.

1. Sulthon Masyhud & Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), hal.01.
2

yang dipakai di lingkungan pesantren. Disebut kitab kuning karena kertas bukunya memang berwarna kuning dan dibawa dari Timur Tengah pada awal abad enam belas3. Pembelajaran kitab kuning tersebut sebagai suatu unsur dari beberapa unsur mutlak di pesantren yang demikian pentingnya dalam proses pembentukan kecerdasan intelektual dan moralitas kesholehan pada diri santri (sholih linafsihi mushlih lighoirihi). Pendidikan yang tertumpu pada kitab kuning telah berhasil membentuk pribadi seseorang yang berilmu pengetahuan Agama serta moral beradab dengan tingkat kesholehan yang berbeda-beda. Untuk memahami isi kandungan kitab kuning, santri harus memahami ilmu kitab kuning (gramatika Arab) yang lebih dikenal dengan nama ilmu nahwu dan sharaf (Qawa'id), seperti yang termaktub dalam bait 'Imrithi yang berbunyi: Ilmu nahwu itu lebih berhak dipelajari, karena kalam Arab tanpa ilmu nahwu tidak akan difahami.4 Ilmu nahwu dan sharaf sangat diperlukan mengingat suatu kata dapat berubah makna dan memiliki arti lain disebabkan karena perubahan i'rab (cara membaca) dan perubahan asal katanya. Hasan bin Ali bin Abi Tholib pernah ditanya tentang pentingnya belajar bahasa Arab supaya seseorang dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat serta membaca dengan baik. Atas pertanyaan itu Hasan menjawab : "baik, pelajarilah ilmu itu, karena orang yang membaca al-Qur'an tetapi lemah pengetahuannya mengenai ilmu i'rab ia akan celaka". I'rab yang dimaksud di sini adalah ilmu nahwu dan sharaf.5 Ilmu Qawa'id ini dipandang memiliki arti penting bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu bahasa Arab yang lain. Sehingga ilmu ini pula yang mula mula diajarkan di pondok pesantren sebelum diajarkannya ilmu Bahasa Arab lain.

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat (Bandung: Mizan, 1995), hal.131. Yahya Syarafuddin Al-Imrithy. Al Imrithi: Gramatika Arab, Terj. Misbah Musthofa (Tuban : AlBalagh), hal. 03. 5 Ahmad Asy-Syirbashi, Sejarah Tafsir al-Qur'an. terj. (Jakarta: Pustaka Firdaus 1985), hal. 45.
4

Sebagaimana kita ketahui bahwa pondok pesantren telah menghadirkan beberapa kitab qawaid dalam tingkatannya tersendiri, yang mana dalam pembagian tersebut dipelajari secara bertahap dari tingkat yang dasar sampai dengan tingkat yang paling atas. Salah satu kitab qawaid yang sering dipakai di pondok pesantren adalah kitab Alfiyah, Imrithy, al-Ajurumiyah dan kitab-kitab lainnya. Cara penyampaiannya mempunyai model pembelajaran tersendiri, yakni, dari model bandongan, sorogan, hafalan sampai model pembelajaran baru yang merupakan inovasi dari model-model tradisional, dan lain sebagainya. Salah satu kitab dasar yang mempelajari qowaid adalah kitab awamil yang merupakan kitab dasar untuk memahami gramatika arab. Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin merupakan salah satu pondok yang berada di bawah naungan Pondok Pesantrem Bahrul Ulum Tambakberas Jombang yang diasuh oleh KH. Djamaluddin Ahmad dan KH. M. Idris Djamaluddin. Pondok Pesantren tersebut merupakan salah satu Pondok yang masih mengkaji kitab kuning. Sebelum mengkaji kitab kuning terlebih dahulu para santri diberi pembembelajaran gramatika arab mulai tingkat dasar sampai tingkat atas, guna santri mampu dan mahir dalam mememahami teks teks arab yang mana dalam hal ini adalah kitab kuning. Kitab Al-Awamil adalah salah satu kitab qawaid yang di gunakan di pondok pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin untuk tingkat pemula. Penggunaan kitab AlAwamil di Pondok Pesantren Al-Muhibbin dirasa lebih mudah dan dapat diterima oleh para santri karena dalam kitab tersebut berisi tata Bahasa Arab yang mengandung kajian kaidah struktur kalimat Bahasa Arab dengan konsekuensi perubahan irab (bunyi akhir kata) berdasarkan posisi kata pada suatu kalimat. Disiplin ilmu Bahasa Arab tentang tata bahasa semacam ini dikenal dengan sebutan Ilmu Nahwu. Irab merupakan fenomena bahasa yang hanya terdapat dalam struktur kalimat bahasa Arab dan menjelaskan pengertian dasar dari ilmu gramatika Arab, serta mudah dihafal oleh para

santri dikarnakan kemasan yang terdapat pada kitab Al-Awamil itu berupa bait-bait nadlom.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian berbentuk skripsi dengan judul Pengaruh Kitab Al-Awamil Terhadap Pemahaman Gramatika Tingkat Dasar Di Bumi Damai Al-Muhibbin Tambakberas Jombang B. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang penelitian ini maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penggunaan kitab awamil dalam pembelajaran Gramatika Bahasa Arab di Pondok Pesantren Bumi Damai Al Muhibbin Tambakberas Jombang? 2. Bagaimana pemahaman sanrti terhadap Gramatika Bahasa Arab Di Pondok Pesantren Bumi Damai Al Muhibbin Tambakberas Jombang? 3. Pengaruh kitab awamil terhadap pemahaman santri Bumi Damai Al-Muhibbin Tambakberas Jombang dalam memahami Gramatika Bahasa Arab? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengunaan kitab Al-Awamil dalam pembelajaran Gramatika Bahasa Arab Di Pondok Pesantren Bumi Damai Al Muhibbin Tambakberas Jombang. 2. Untuk mengetahui kemampuan sanrti terhadap pemahaman Gramatika Bahasa Arab Di Pondok Pesantren Bumi Damai Al Muhibbin Tambakberas Jombang. 3. Untuk mengetahui Seberapa pengaruh kitab Al-Awamil terhadap pemahaman santri Bumi Damai Al-Muhibbin Tambakberas Jombang dalam memahami gramatika Bahasa Arab ?.

D.

Hipotesis Penelitian Sebelum dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini, terlebih dahulu akan dirumuskan pengertian dari hipotesis penelitian menurut Suharsimi Arikunto. Dari arti katanya hipotesis berasal dari dua penggalan kata yaitu : hipo yang artinya di bawah dan tesis yang artinya kebenaran.6 Jadi hipotesis, berarti kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research questions. Hipotesis penelitian pada umumnya sama banyaknya dengan jumlah rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam rencana penelitian. Dengan dirumuskannya hipotesis penelitian, rumusan masalah yang telah direncanakan dapat dicakup dalam penelitian yang hendak dilakukan.7 Pengertian di atas pada hakekatnya sama, Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dirumuskan, pengujian data dan hipotesisnya menggunakan data statistik maka hipotesa yang diajukan meliputi hipotesa nihil dan hipotesa alternatif. Hipotesa nihil biasanya digunakan untuk menyatakan suatu kesamaan atau tidak adanya perbedaan yang berantai antara dua vartabel. Apabila ada penolakan dalam hipotesa nihil maka dimunculkan hipotesa alternatif yaitu untuk menyatakan adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih. Adapun hipotesa yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis alternatif (Ha) Hipotesis ini menyatakan adanya pengaruh penggunaan kitab Al-Awamil terhadap kajian dasar gramatika bahasa arab di madrasah diniyyah almuhibbin.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 64. 7 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hal. 42.

2.

Hipotesis Nihil (Ho) Hipotesis ini menyatakan tidak ada pengaruh penggunaan kitab Al-Awamil terhadap kajian dasar gramatika Bahasa Arab Di Madrasah Diniyyah Al Muhibbin. jadi hipotesis dari judul penelitian ini adalah adanya pengaruh (Ha) yang positif

dan signifikan dalam penggunaan kitab Al-Awamil terhadap tingkat pemahaman dasar dalam kajian gramatika bahasa arab ini dapat dibuktikan secara empiris dalam penelitian ini. E. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Secara teoritis Penulisan skripsi ini diharapkan sebagai sumbangan pemikiran bagi para praktis dunia pendidikan dan bagi tenaga pengajar khususnya agar lebih memperhatikan peranannya sebagi pengajar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas serta dalam memperhatikan penggunaan buku/ kitab rujukan demi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

2.

Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi penggunaan kitab Al-Awamil dalam pembelajaran gramatika Arab dasar, di Bumi Damai Al-Muhibbin, terkhusus tingkat Ula.

F.

Batasan Operasional Variabel (BOV)

1.

Variabel a. Pengaruh, yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut memberi watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang8. Yang dimaksud pengaruh di sini adalah daya yang ada atau daya yang ditimbulkan, dalam hal ini berupa interaksi edukatif guru dengan siswa di kelas terhadap nilai hasil belajar bahasa Arab b. Kitab Al-Awamil, karya Abdul Qahir al-Jurjani, merupakan kitab tatabahasa Arab yang mengandung kajian kaidah struktur kalimat bahasa Arab dengan konsekuensi perubahan irab (bunyi akhir kata) berdasarkan posisi kata pada suatu kalimat. Disiplin ilmu bahasa Arab tentang tatabahasa semacam ini dikenal dengan sebutan Ilmu Nahwu. Irab merupakan fenomena bahasa yang hanya terdapat dalam struktur kalimat bahasa Arab. Kata Awamil merupakan bentuk jama dari kata amil, yang berarti kata-kata yang memberi pengaruh/ penentu terhadap irab kata di depannya. Isi kitab ini menekankan berbagai penentu irab kata Arab dalam struktur kalimat. Jumlah awamil (kata-kata penentu irab) dalam ilmu nawu ada seratus 'amil, ada yang bersifat Lafi ada pula yang bersifat Ma'nawi. Bentuk Lafi itu terdiri dari dua jenis, yaitu Sama'i dan Qiyasi. Jenis Sama'i terdiri dari 91 'amil, dan jenis Qiyasi terdiri dari 7 'amil. Sedangkan bentuk Ma'nawi terbagi menjadi dua. c. Pemahaman, berasal dari kata paham yang berarti pengertian. Sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hal. 731.

d.

Gramatika Arab (Qawa'id), Qawa'id merupakan jamak dari kata Qaidah yang berarti aturan, undang-undang.9. Qawa'id di sini maksudnya adalah tata bahasa Arab di antaranya adalah ilmu nahwu. Jadi yang dimaksud pemahaman gramatika (Qawaid) bahasa arab dalam hal ini adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam hal ini mustahiq atau ustadz dengan para santri pada sebuah lingkungan belajar agar tercapai tujuan yang ditetapkan khususnya dalam kitab awamil yaitu santri dapat mengerti, memahami dan menguasai ilmu Qawaid. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan

variabel dependen. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi.10 Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis kerja dalam rangka untuk mengkaji dan mengetahui pengaruh kitab al-Awamil yang menjadi variabel independen dan bersifat mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman gramatika dasar siswa, terkhusus pada mata pelajaran Nahwu, yang menjadi variabel dependen dan bersaifat dipengaruhi. Adapun paradigma penelitiannya adalah sebagaimana berikut: X Pengaruh kitab AlAwamil Y Pemahaman Gramatika Dasar

Berpengaruh

Gambar 1.1. Hubungan dua variabel.

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir (Jakarta: Lentera Ilmu, 2002), hal. 1138. James A. Black & Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, cet. I (Bandung: PT. Refika Aditama, 2001), hal. 32.
10

Ditinjau dari adanya hubungan pengaruh antara dua variabel, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini bersifat kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat antara variabel independen dengan variabel dependen.11 2. Tempat Penelitian dilakukan pada Pondok Bumi Damai Al-Muhibbin, khususnya tingkat/unit Ula (dasar). Pemilihan ini dilatarbelakangi menonjolnya madrasah diniyah di Al-Muhibbin, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga diharapkan hasil penelitian dapat mewakili pengaruh kitab Al-Awamil terhadap pemahaman gramatika Arab bagi santri pemula secara umum. Lebih lanjut, pemilihan tingkat Ula dianggap representatif dalam mewakili para pemula pengkaji gramatika Arab. Sebab pada tingkat ini, ratarata santri berusia 12-13 tahun dan masih duduk dalam bangku pendidikan lanjutan tingkat pertama/ Tsanawiyah. Selain itu, kurikulum dan mata pelajaran yang terdapat di dalamnya, seluruhnya diorientasikan sebagai pendasaran, baik yang berkaitan dengan aqidah, ubudiyyah maupun disiplin ilmu alat (nahwu dan sharaf).

11

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, t.th.), hal.

37.

Anda mungkin juga menyukai