Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL SKRIPSI

PENERJEMAHAN CERITA ANAK DALAM KITAB 50 QISHAH


QASHIRAH LIL-ATHFAL KARYA TARIQ AL-BAKRI

Oleh:

Fitria Ningsih 11140240000050

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017
DAFTAR ISI

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya penerjemahan merupakan proses pengungkapan makna yang

dikomunikasikan dalam bahasa sumber ke dalam bahasa target sesuai dengan makna

yang dikandung dalam bahasa sumber tersebut. Penerjemahan juga dapat diartikan

sebagai upaya mengungkapkan makna dan maksud yang terdapat dalam bahasa

sumber dengan padanan yang paling akurat, jelas dan wajar di dalam bahasa target.

Penggunaan istilah dalam bahasa target dimaksudkan untuk menegaskan betapa

pentingnya aspek keakuratan dalam penerjemahan.1 Biasanya dalam menerjemahkan

juga tergantung “untuk siapa” dan “untuk tujuan apa” penerjemahan itu dilakukan. 2

Dalam menerjemahkan suatu karya, termasuk sebuah karya yang dikhususkan

untuk anak, menerjemahkan karya berbahasa arab dapat menggunakan dengan

metode semantik. Penerjemahan semantik sendiri lebih memperhitungkan unsur

estetika teks bahasa sumber dengan mengkompromikan makna selama masih dalam

batas kewajaran.3 Metode semantik juga berusaha menciptakan rasa yang tepat dan

nada yang asli: kata-kata yang ‘sakral’, bukan karena kata-kata lebih penting daripada

isi, tetapi karena bentuk dan isi adalah satu.4

1
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.
24.
2
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 7.
3
Ibid, h. 85.

4
Emzir, Teori Pengajaran Penerjemahan, (Jakarta : Rajawali Press, 2015), h. 59.

3
Alasan peneliti menerjemahkan kitab 50 Qishah Qashirah lil-Athfal ini adalah

membanjirnya sastra versi terjemahan di pasaran yang laris. Bukan tanpa sebab,

dalam sastra anak asing memiliki struktur yang apik, rupa-rupanya, menjadi daya

tarik melebihi alasan yang lain.5 Dalam kitab 50 Qishah Qashirah lil-Athfal ini berisi

tentang nilai-nilai berharga, bimbingan moral serta agama bagi anak-anak. Peneliti

akhirnya mencoba menerjemahkan cerita pendek berbahasa Arab yang diambil dari

kitab 50 Qishah Qashirah lil-Athfal.

50 Qishah Qashirah lil-Athfal merupakan salah satu karya Tariq al-Bakri. Ia

merupakan penulis buku anak-anak Arab yang paling terkenal. Ia juga telah menulis

sejumlah besar penelitian, studi media dan cerita untuk anak-anak dan orang dewasa.

Beberapa karya telah diterjemahkan ke bahasa Prancis, Inggris, Rusia, Kurdi dan

Bulgaria.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Batasan penelitian ini adalah bagian kedua dalam kitab 50 Qishah Qashirah lil-

Athfal yaitu cerita pendek. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara menerjemahkan kitab 50 Qishah Qashirah lil-Athfal karya Tariq

al-Bakri menggunakan metode semantik?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

5
Sugihastuti, Teori Apresiasi Sastra, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2002), h. 73.

4
1. Mengetahui penerjemahan kitab kitab 50 Qishah Qashirah lil-Athfal karya Tariq

al-Bakri dengan menggunakan metode semantik.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti, pembaca serta para

penerjemah dalam menerjemahkan teks-teks Arab.

2. Menambah khasanah pengetahuan bagi pembaca dalam memilih buku-buku yang

baik bagi anak.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam melaksanakan penelitian ini, ada beberapa literature yang dijadikan penulis

sebagai acuan dan tinjauan pustaka. Tinjauna pustaka untuk perbandiangan dan

melakukan penelitian mengenai penerjemahan buku.

Ade Fiermansyah (2009) , UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan Judul

“Tarjamah Kitab 'Isa 'Alaihi Al-Salam Fi Qisas Al Anbiya’ Li Hilmi 'Ali Sya’ban Wa

Musykilah Al Takafi’ Fi Al Mustawa Allafdzi Fi Ha (DIRASAH TAHLILIYAH

DALALIYAH)” yang berisi tentang biografi dan kisah perjalanan hidup seorang nabi

yakni Isa putra Maryam, yang mana kisah dan perjalanannya melukiskan model

panutan dan teladan yang ideal bagi kita dan generasi selanjutnya serta metode yang

digunakan dalam menerjemahkan adalah metode penerjemahan semi bebas yaitu

penerjemahan tengah-tengah antara penerjemahan harfiyah dan bebas.

Relevansi dalam penelitian ini adalah sama-sama menejemahkan teks Arab. Namun,

peneliti menerjemahkan cerita pendek Arab anak serta menggunakan penrjemahan

semantik.

Habib Masqudi (2011), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul “

Tarjamah Kitab Kalimah LAILAHAILLALLAH Wa Kaifa Tanfa’u Qailaha Li Doktor

Amir Sa’id A-Zaibari”. Dalam bahasa Arab ada fi'il madi, fi'il mudari, masdar, dan

isim fa'il yang artinya berubah tergantung huruf atau kata yang mengikuti. Istilah

dalam bahasa Arab adalah at-Ta'birat al-Ishtilahiyah sedang dalam bahasa Indonesia

6
adalah Idiom. Penulis membahas bagaimana penerjemahan kata idiom dalam buku

Kalimat Lailahaillallah, berupa gabungan kata kerja dan huruf saja. Idiom dari

gabungan kata kerja dan huruf mempunyai beragam penerjemahan atau arti serta

bagaimana cara menerjemahkan kata idiom yang benar dan juga sesuai dengan

kontekstual.

Relenvasi dalam penulisan ini adalah sama-sama penerjemahkan, namun objek dan

metode kajian yang akan dilakukan peneliti jauh berbeda.

Qisthina Amajida (2017) Jurusan Tarjamah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan judul “ Penerjemahan Buku al-Qirâ’ah al-Rasyîdah Karya Abul Hasan Ali

Nadwi: Sebuah Pertanggungawaban Akademik ” yang menggunakan metode

komunikatif sebagai metode penerjemahannya. Peneliti memaparkan kendala

menerjemahkan buku dengan metode komunikatif.

Kesamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menerjemahkan teks sastra Arab,

jika Qisthina Amajida menggunakan metode komunikatif maka peneliti menggunakan

metode semantik.

Anis Fida’ (2016), UIN Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul “Qissah li al-Atfal

‘Taih fi al-Qannat’ li Ya’qub al-Syaruni Tarjamatuha wa Musykilatu Tarjamati al-

Tarakib al-Idlafi” yang memfokuskan pada penerjemah susunan Idhafi yang

ditemukan dalam cerita yang ia terjemahkan. Metode penerjemahan yang ia gunakan

yaitu metode terjemah secara harfiyah dan tafsiriyah. Metode harfiyah merupakan

metode yang melingkupi terjemahan secara setia terhadap teks sumber adapun metode

tafsiriyah merujuk pada terjemahan-terjemahan yang tidak memperdulikan aturan tata

7
bahasa dari bahasa sumber. Kelebihan skripsi ini adalah peneliti menfokuskan susunan

idhafi sebagai kajian penelitiannya dan peneliti menguunakan metode harfiyah dan

harfiyah dan tafsiriyah sebagai metode terjemahannya. Kekurangan skripsi ini adalah

peneliti tidak memaparkan metode yang peneliti gunakan, karena peneliti hanya

memfokuskan kalimat idhafinya saja.

A. Kerangka Teori

Teori-teori dalam Penelitian ini adalah :

1. Teks Sastra Anak

Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan

hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada

umumnya, yang semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas.6

Menurut Davis, sastra anak adalah sastra terbaik yang mereka baca dengan

karateristik berbagai ragam, tema dan format. Dilihat dari temanya, karya sastra

anak amat beragam. Segala tema yang berkaitan dengan kehidupan anak, ada

dalam karya sastra anak.7

Isi kandungan sastra anak dibatasi oleh pengalaman dan pengetahuan

anak, pengalaman dan pengetahuan yang dapat dijangkau dan dipahami oleh

anak, pengalaman dan pengetahuan anak yang sesuai dengan dunia anaksesuai

dengan perkembangan emosi dan kejiwaaannya. Sastra anak dapat berkisah

tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal.

6
Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (yogyakarta: Gadjah MADA
University Press, 2013), h. 2.
7
Riris K. Toha-Sarumpaet, Pedoman Penelitian Sastra Anak,(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2010), h, 2.

8
Misalnya kisah binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, perpikir, dan

berperasaan layaknya manusia.8

Satu hal yan tak boleh dilupakan dalam memahami dan bergaul dengan

sastra anak adalah pertama, bahwa kita berhadapan dengan karya sastra yang

lazim seperti sudut pandang, latar, watak, alur dan konflik, tema, gaya, dan nada.

Kedua, mendapat kesan mendalam dan serta merta yang ditemukan dalam

pembacaan pertama adalah gaya kejujuran, penulisna yang sangat bersifat

langsung, serta informasi yang memperluas wawasan. Itulah sastra anak: karya

yang khas (dunia) anak, dibaca anak, serta-pada dasarnya-dibimbing orang

dewasa.9

2. Metode Penerjemahan Semantik

Metode penrjemahan adalah teknik yang dipergunakan oleh seorang

penerjemah saat hendak memutuskan menerjemahkan suatu teks sumber.

Problematika penerjemahan yang mendasar antara dua bahasa terletak

pada upaya mencari padanan kata yang sesuai dan tepat dari bahasa sumber untuk

disampaikan dalam bahasa sasaran.10

Newmark mengajukan dua kelompok metode penerjemahan. Pertama,

metode penerjemah yang memberikan tekanan pada bahasa sumber, diantaranya;

8
Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (yogyakarta: Gadjah MADA
University Press, 2013), h. 6-7.
9
Riris K. Toha-Sarumpaet, Pedoman Penelitian Sastra Anak,(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2010), h, 3.
10
Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, (akarta: Prenada Media Grup, 2016), h. 190.

9
1.) Penerjemahan kata demi kata. Penerjemahan ini dianggap sebagai

penerjemahan yang paling dekat dengan bahasa sumber.kata-kata yang

bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiyah.

2.) Peneremahan harfiyah. Dalam peneremahan harfiyah ini kontruksi gramatikal

bahwa sumber dikonversikan ke dalam padanannya dalam bahasa sasaran,

sedangkan kata-kata diteremahkan di luar konteks. Sama seperti terjemahan

kata demi kata.

3.) Penerjemahan setia. Penerjemahan setia mencoba menghasilkan kembali

makna kontekstual walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa

sumber. Penerjemahan jenis ini berpegang teguh pada tujuan dan maksud

bahasa sumber, sehingga terlihat sebagai penerjemahan yang kaku.

4.) Penerjemahan semantik. Penerjemahan ini berbeda dengan penerjemahan

setia, karena harus lebih memperhitungkana unsur estetika teks bahasa sumber

dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.

Kedua, metode penerjemahan yang diberi penekanan pada bahasa

sasaran, diantaranya adalah:

1.) Adaptasi/saduran. Penerjemahan ini adalah bentuk penerjemahan yang paling

bebas dan paling dekat ke bahasa sasaran. Penerjemahan jenis ini terutama

untuk drama dan puisi. Tema, karakter dan alurnya biasanya tetap

dipertahankan.

2.) Penerjemahan bebas. Penerjemahan ini adalah penulisan kembali tanpa

melihat bentuk aslinya. Biasanya merupakan paraphrase yang dapat lebih

pendek atau lebih panjang dari aslinya.

10
3.) Penerjemahan idiomatik. Dalam penerjemahan jenis ini pesan bahasa sumber

disampaikan kembali tetapi ada penyimpangan nuansa makna karena

mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam

bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa sasaran.

4.) Penerjemahan komunikatif. Penerjemahan ini berusaha menyampaikan makna

kontekstual dari bahasa smber sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasanya

berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca bahasa sasaran. 11

Metode penerjemahan ini harus lebih memperhitungkan unsur estetikan

teks bahasa sumber dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas

kewajaran. Selain itu, kata ynag hanya sedikit mengandung muatan budaya dapat

diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional.12

BAB III
11
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer, ( Tangerang
Selatan: Alkitabah, 2014), h. 57.
12
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 83-85.

11
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

kualitatif dengan pemdekatan deskriptif. Metode kualitatif menjadi titik-tolak penelitian

kualitatif, yang menekankan kualitas (ciri-ciri data yang alami) sesuai dengan

pemahaman deskriptif dan alamiyah itu sendiri. 13 Hal itu disebabkan oleh adanya

penerapan metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan

menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.14

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah menganalisis hasil terjemahan 50 Qishah Qashirah lil-

Athfal karya Tariq al-Bakri. Hal-hal yang diasumsikan dapat menjadi objek penelitian

dalam kitab 50 Qishah Qashirah lil-Athfal karya Tariq al-Bakri adalah mendeskripsikan

metode penerjemahan yang digunakan saat menerjemahkan kitab 50 Qishah Qashirah lil-

Athfal karya Tariq al-Bakri dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia serta menganalisis

unsur intrinsik dalam cerita-cerita tersebut.

13
Djajasudarma, T. Fatimah, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2006), h. 14.
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11

12
C. Sumber Data

Dalam memperoleh data, penulis menggunakan metode kepustakaan (library search)

yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian untuk menghasilkan

penelitian yang akurat. Agar lebih maksimal, peneliti menggunakan sumber data

sekunder yang merujuk pada kamus, buku, dan media lain yang berkaitan dengan

penelitian.

D. Rencana Analisis

Peneliti akan memaparkan rencana langkah-langkah analisis, agar penelitian ini

berjalan secara sistematis dan bertahap. Adapun rencana analisis yang digunakan, sebagai

berikut:

1. Menerjemahkan bagian kedua dalam kitab 50 Qishah Qashirah lil-Athfal

yaitu cerita pendek.

2. Mendeskripsikan penerpan metode semantik dalam kitab 50 Qishah Qashirah

lil-Athfal yaitu cerita pendek.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima Bab, yang akan dirincikan sebagai

berikut:

Bab I adalah pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab tersendiri yang

terdiri dari enam sub-bab, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

13
Bab II adalah kerangka teori. Bagian kerangka teori ini terdiri dari dua sub-bab yang

menguraikan tentang sastra anak dan metode penerjemahan.

Bab III akan memaparkan korpus penelitian. Bagian ini akan membahas tentang

sekilas tentang kitab dan penulis, mendeskripsikan tentang biografi Tariq al-Bakri.

Bab IV merupakan pokok penelitian yang akan menganalisis metode penerjemahan

kitab 50 Qishah Qashirah lil-Athfal yang merupakan salah satu karya Tariq al-Bakri.

Dengan menggunakan metode penerjemahan semantik-bebas dalam kisah-kisah di

kitab tersebut.

Bab V adalah penutup. Kesimpulan dan rekomendasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al Farisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya, 2014.

Djajasudarma, T. Fatimah. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.


Bandung: PT Refika Aditama, 2006.

Emzir. Teori dan Pengajaran Penerjemahan. Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2015.

Hidayatullah, Moch Syarif. Seluk Buluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer.


Tangerang Selatan: Alkitabah,2014.

Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. Jakarta: Prenada Media Grup,
2016.

Moleong Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,


2012.

Nurgiyantoro , Burhan. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta:


Gadjah MADA University Press, 2013.

Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:


Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Toha, Riris K. –Sarumpaet. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai