Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

EFEKTIVITAS METODE MANHAJI TERHADAP


KELANCARAN MEMBACA KITAB TURATS SANTRI
PONDOK PESANTREN AL-FAHMU KAMPAR

DOSEN PENGAMPU :
Dr. NOVI YANTI

DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD ALHAFIZ
NIM : 1216.20.2998

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DINIYAH (IAID)
PEKANBARU-RIAU
2023 M/1445 H
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kitab turats merupakan salah satu elemen terpenting yang menjadi
karakteristik pondok pesantren. Selain itu, menurut Rasyidin, kitab turats
berfungsi sebagai gerbang bagi pelajar muslim untuk mempelajari ilmu agama
Islam. Di Indonesia, literatur kitab kuning ini telah dipelajari tidak hanya di
madrasah sebelum kolonial, tetapi juga dipelajari dan dilestarikan di
pesantren-pesantren sampai saat ini .Sebagaimana juga, dinyatakan oleh
Saputra, Dkk. Bahwa membaca sudah menjadi aktivitas yang biasa dilakukan
dilingkungan pesantren, dan diantara siri khas bacaan di lingkungan pesantren
ialah kitab turats atau biasa disebut kitab kuning.
Lebih lanjut, Abdul Karim mengatakan bahwa kitab turats dipahami
juga oleh beberapa kalangan merupakan kitab referensi ilmu-ilmu keislaman
yang berasal dari kumpulan-kumpulan pemikiran Ulama terdahulu atau biasa
disebut dengan generasi salaf yaitu tepatnya sebelum abad ke-17 masehi.
Kitab-kitab tersebut memiliki aturan penulisan yang khusus (premodern), akan
tetapi di era sekarang ini kitab-kitab tersebut banyak dicetak dengan kertas
berwarna putih yang biasa disebut dengan kertas HVS (hout virj schrijfpapier)
bahkan banyak di antara kitab-kitab turats tersebut telah dialihberkaskan
menjadi fail-fail buku elektronik(ebook) seperti pdf (portable document
format) serta banyak juga terdapat dalam bentuk softwarecomputer seperti
maktabah syamilah yang juga populer digunakan oleh kalangan santri pondok
pesantren modern dalam kegiatan belajar mengajar.
Sementara itu, pemerintah telah memperhatikan penggunaan kitab
kuning atau kitab turats sebagai acuan dalam dunia pesantren. Khususnya,
pasal 21 ayat 1 dan pasal 22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor.
55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan, dimana pemerintah
menetapkan bahwa 1) kajian kitab kuning dilakukan dalam rangka
mempelajari ajaran-ajaran Islam dan/atau menjadi ahli dalam ilmu-ilmu
agama Islam, 2) kajian kitab kuning dapat diselenggarakan secara berjenjang
2

atau tidak berjenjang, 3) pengajian kitab turats dapat dilaksanakan di pondok


pesantren, masjid, surau atau mushallaatau tempat lain yang memenuhi syarat.
Namun sesuai dengan fakta yang ada, bahwa membaca dan mempelajari kitab
turatstidak semudah seperti membalikkan tangan atau dengan sekejap mata
dapat menguasainya, terlebih lagi dalam membaca kitab turath fiqh. Akan
tetapi membutuhkan bimbingan khusus dan berkelanjutan. Oleh karena itu,
dalam upaya memudahkan membaca dan memahamikitab turath maka
dibutuhkan persyaratan-persyaratan, diantaranya dengan memahami dan
menguasai ilmu nahwu dan Sharf.
Menurut Abu Bakar, sebagaimana di kutip oleh Siti Maryam
mengatakan bahwa ilmu nahwu, juga dikenal sebagai sintaksis, adalah bidang
ilmubahasa Arab yang mempelajari letak kata dalam kalimat dan perubahan
vokal akhir kata. Menurut terminologinya ilmu nahwu adalah kaidah-kaidah
Bahasa Arab yang berorientasi untuk mengetahui bacaan suatu kata Bahasa
arab baik ketika kata itu berdiri sendiri maupun ketika berada dalam sebuah
struktur kalimat.
Sementara itu, ilmu sharf secara etimologi berarti perubahan suatu kata
dari bentuk aslinya seperti kata jalasa menjadi yajlisu dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut terminologi, ilmu sharf berarti perubahan kata dari bentuk
asalnya ke bentuk baru. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa ilmu
sharf berarti mengubah kata fi’il madhimenjadi fi’il mudhari’, kemudian
menjadi masdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il nahi, dan sebagainyayang
tujuannya ialah untuk memperoleh arti yang berbeda-beda. Dengan demikian,
antara ilmu nahwu dan ilmu sharf memiliki keterkaitan dan peranan masing-
masing didalam memformulasi sebuah kalimat. Dimana ilmu nahwu secara
lebih spesifik berfungsi untuk menetukan kedudukan suatu kata yang terdapat
dalam sebuah kalimat dan juga menentukan perubahan baris (harakat)akhir
dari kata tersebut. Sedangkan sharf lebih spsifik membahas tentang perubahan
setiap kata dalam suatu kalimat.
Untuk mempermudah memahami kedua ilmu diatas, ada banyak
metode yang disusun oleh para ‘alim dibidang tersebut, salah satunya adalah
3

yang disusun oleh KH. Joko Nursio, Lc. Yaitu metode Manhaji. metode
manhaji merupakan sebuah metode yang sistematis, mudah, dan sederhana
dalam mengantarkan peserta didik mengerti bahasa arab dengan obyek
pembelajaran langsung al-qur’an. Muhammad Anas membagi tahapan-tahapan
metode manhaji ini menjadi empat tahap yang diringkas dalam empat jilid
buku. Pertama adalah tingkat dasar, adalah tingkatan untuk memahami arti
kata- kata dan jenisnya, obyek kajiannya al-qur’an juz ke-1. Kedua adalah
tingkat menengah, mengajarkan teknik memahami arti kata perkata, sesuai
dengan perubahan kata- katanya, dan memahamkan cara mengubahnya (ilmu
sharaf), obyek kajiannya al-qur’an juz ke-2. Ketiga adalah tingkat atas,
mengenal susunan kalimat (ilmu nahwu/ qawa’id) dengan obyek kajian juz ke
3. Keempat adalah tingkat kajian balaghah dengan objek kajian juz ke 4.
Manhaji adalah gabungan dari metode pondok pesantren salaf
(tradisional), pondok pesantren modern, dan gaya pembelajaran Timur Tengah
(Nursiyo: ). Belajar memahami al-qur’an dengan Asal usul program ini adalah
sebuah program metode kilat menguasai kitab kuning selama tiga puluh hari,
untuk mahasiswa asing yang mengenyam studi mereka di Kairo Mesir, seperti
(Indonesia, Malaysia, dan Thailand) yang digagas pertama kali oleh Ustadz
Joko Nursiyo, Lc. Pada tanggal 07 Desember 2010 di Cairo Mesir yang
bertempat di Bld. 11A No. 5 Batniyah Darb El-Ahmar Darrash, yang berlokasi
di belakang Masjid Al-Azhar dengan murid perdananya berjumlah 14 orang
yang kemudian lembaga tersebut diberi nama: Madrasah Nahwu Matholi’ul
Anwar. Kemudian di Indonesia program tersebut disempurnakan dan
disesuaikan dengan ruang lingkup masyarakat Indonesia, yang kemudian
dinamainya dengan : MANHAJI CENTER (PUSAT PEMBELAJARAN
BAHASA AL-QUR’AN) dan berkembang lagi menjadi pesantren DARUN
NUHAT berpusat di dusun Petiyin Solokuro, Lamongan, Jawa Timur.
Dikutip dari kitab pegangan manhaji yang ditulis oleh Joko Nursiyo
metodologi pembelajaran yang digunakan dalam manhaji ada 8, yaitu:
1. Menggunakan sistem talaqqi yaitu dengan tatap muka langsung (face to
face) antara siswa dan pengajar
4

2. Teoritis aplikatif, yaitu setiap teori yang diajarkan langsung


dipraktekkan dalam memahami al-qur’an dan pembacaan kitab kuning.
3. Analisis nahwiyah: setiap siswa diajarkan tahlil nahwiyah (analisa
nahwiyah) mengetahui kedudukan i’rob al-qur’an dan kitab kuning.
4. I’rob: setiap siswa diajarkan meng-i’rob teks Arab dengan baik dan
benar sesuai kaidah bahasa Arab, baik pada teks al-qur’an maupun kitab
kuning
5. Qiro’ah: semua siswa dididik menguasai pembacaan terhadap literatur
kitab klasik (turats) (kitab kuning) secara baik dan benar sesuai dengan
kaidah bahasa Arab (nahwu shorof) yang disertai dengan dzauq, tidak
hanya diajarkan membaca literatur klasik, akan tetapi para siswa juga
dibina untuk membaca tulisan-tulisan terkini seperti buku-buku
kontemporer, majalah, koran, dan novel.
6. Rumus dan kode dengan nasyid, agar pembelajaran lebih menarik dan
tidak membosankan, maka dalam memahami kaidah dirumuskan dengan
kode dan lagu.
7. Al-Kalam: dalam hal ini, siswa diajarkan aktif berbahasa Arab, baik
dalam bentuk percakapan, latihan khutbah bahasa Arab maupun debat.
8. Tarjamah: untuk melengkapi kompetensi-kompetensi diatas, siswa juga
dididik dan dilatih untuk menerjemahkan teks Arab ke dalam bahasa
Indonesia, baik terjemah perkata, terjemah bebas maupun terjemah
fauriyah (langsung).
Komplet dan umum untuk semua kalangan. Metode manhaji ini bisa
dipelajari kalangan intelektual, maupun bukan, bisa dipelajari mulai dari tingkat
SD sampai perguruan tinggi, dari yang muda, dewasa, tua pun bisa mempelajari
metode manhaji ini.
1. Enjoy dalam belajar. Dengan adanya nasyid untuk menghafal rumus-
rumus nahwu shorof dan tidak melulu menghadap kitab sehingga peserta
tidak merasa tertekan ketika belajar dan justru merasa enjoy.
2. Fokus kepada terjemah al-qur’an. Jika metode-metode lain diterapkan
dalam percakapan, langsung diterapkan pada kitab, maupun dalam hal
5

lainnya, metode manhaji ini fokus pada alqur’an sebagai media terapannya.
Justru kebanyakan orang yang ingin belajar di manhaji ini karena
termotivasi untuk memahami isi kandungan al-qur’an.
3. Mengartikan dengan disebutkan dhomirnya pada kata yang ber-dhomir.
Cara menerjemahkannya pun berbeda dengan yang lain, karena pada
metode manhaji ini mengartikan kata dengan menyebutkan dhomir-nya,
sehingga peserta akan terbiasa mengucapkan dhomir-dhomir yang
tersembunyi dan secara otomatis akan hapfal.
4. Menyeluruh (semua peserta/siswa dapat aktif). Peserta kursus juga
dipastikan akan aktif karena setiap peserta di setiap pertemuan pasti
membaca, mengartikan dan banyak pertanyaanpertanyaan yang
dilontarkan dan dijawab oleh peserta sesuai pemahaman mereka.
5. Model pembelajaran pakem, tidak ada perubahan dari sumber manhaji
center. Karena ketentuan pengajar manhaji ini adalah orang yang mumpuni
dalam bidangnya, berasal dari alumni manhaji center dan bersanad
langsung dengan penulis buku manhaji dan mendapat sertifikasi resmi dari
MC (Manhaji Center Indonesia) yang berpusat di Lamongan. Dan model
pembelajarannya pakem atau meniru model pembelajaran dari manhaji
center.
6. Ada persyaratan khusus yaitu dapat membaca al-qur’an dengan lancar,
karena manhaji adalah metode bimbingan nahwu shorof dengan mengaji,
yang mana dalam pembelajarannya lebih banyak diambilkan contoh-
contoh dari al-qur’an, maka untuk menjadi peserta di manhaji terdapat
syarat khusus yaitu dapat membaca al-qur’an dengan lancar.
Oleh karena itulah penulis ingin membahas tentang “Efektivitas Metode
Manhaji Terhadap Kelancaran Membaca Kitab Turats Santri Pondok
Pesantren Al-Fahmu Kampar-Riau”.

B. PENEGASAN ISTILAH
1. Metode Manhaji
6

Metode manhaji merupakan sebuah metode membaca kitab turats


atau kitab kuning yang disusun oleh KH. Joko Nursiyo dari pondok
pesantren Darun Nuhat Lamongan, Jawa timur. Metode ini merupakan
metode yang sistematis, mudah, dan sederhana dalam mengantarkan
peserta didik mengerti bahasa arab dengan obyek pembelajaran langsung
al-qur’an.
2. Kitab Turats
Kitab turats merupakan salah satu elemen terpenting yang menjadi
karakteristik pondok pesantren, kitab turats dipahami juga oleh beberapa
kalangan merupakan kitab referensi ilmu-ilmu keislaman yang berasal dari
kumpulan-kumpulan pemikiran Ulama terdahulu atau biasa disebut
dengan generasi salaf yaitu tepatnya sebelum abad ke-17 masehi.
3. Pondok Pesantren al-Fahmu
Pondok pesantren al-Fahmu merupakan pondok pesantren yang
didirikan oleh ustadz Arif Billah Lc. MHI. Sejak tahun 2017. pondok
pesantren ini merupakan sekolah dengan jenjang madrasan Tsanawiyah
(Mts) dan juga Madrasah Aliyah (MA), pondok ini berfokus pada tahfidz
al-Qur’an dan kitab turats untuk pemahaman santri pada bidang agama.

C. PERMASALAHAN
1. Identifikasi Masalah
a. Banyak santri yang belum lancar membaca kitab turats.
b. Kurangnya pengetahuan guru tentang metode praktis membaca
kitab turats seperti metode manhaji.
c. Kurang maksimalnya pembelajaran dan praktek membaca kitab
turats.
2. Batasan Masalah
Dari hasil identifikasi diatas dan agar penelitian ini lebih terfokus
pada inti permasalahan, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji
dalam study penelitian ini, yaitu:
7

a. Santri dalam penelitian ini adalah santri kelas 1 dan 2 mts


pondok pesantren al-Fahmu Kampar.
b. Kemampuan santri yang diteliti adalah dari kelompok membaca
kitab turats dengan metode manhaji.
c. Kemampuan membaca kitab turats yang dimaksud adalah santri
yang sudah memahami cara membaca kitab turats, paham ilmu
Nahwu maupun Sharafnya dengan metode manhaji.
3. Rumusan Masalah
Bagaimana efektivitas metode manhaji dalam kemampuan
membaca kitab turats oleh santri pondok pesantren al-Fahmu Kampar?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
Adanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
penerapan metode manhaji dalam kemampuan membaca kitab turats pada
santri pondok pesantren al-Fahmu kampar.
2. Manfaat penlitian
a. Manfaat teoritis
Adanya penelitian ini bertujuan sebagai perantara atau
tahapan untuk bisa membaca kitab turats dengan menggunakan
metode manhaji yang sesuai dengan kaidah Nahwu dan Sharafnya.
b. Manfaat praktis
Guru dapat mengajarkan ilmu secara mendalam terhadap
seluruh santri serta dapat memodifikasi sesuai dengan kebutuhan
yang ada di pesantren al-Fahmu.
8

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. KAJIAN TEORITIS
1. Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online yang
disediakan oleh Kementrian Pendidikan dan Budaya, efektif berarti ada
efeknya (konsekuensi, pengaruhnya, kesannya) atau dapat membawa hasil
yang sukses (tentang upaya, tindakan). Apabila suatu pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai dengan perencanaan, baik dari segi waktu, biaya,
maupun mutu maka hal tersebut dikatakan efektif. Efektivitas merupakan
suatu dimensi tujuan pendidikan yang berfokus pada hasil sasaran, dan
target yang diharapkan. Sekolah yang efektif adalah sekolah yang
menetapkan keberhasilan pada input, output, outcome yang ditandai
dengan berkualitasnya kompenenkomponen sistem tersebut. Dalam dunia
pendidikan, efektivitas dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek, yaitu dalam hal
efektivitas mengajar guru dan aspek efektivitas pembelajaran siswa.
Efektivitas mengajar guru dapat dilihat dari hal yang mengacu kegiatan
pengajaran dan pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan dengan
baik. Efektivitas pembelajaran siswa, terutama sehubungan dengan tujuan
pembelajaran yang diinginkan, telah dicapai melalui kegiatan pengajaran
danpembelajaran yang diambil. Untuk mencapai pembelajaran yang
efektif, perlu untuk mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Penguasaan materi pembelajaran
b. Cinta kepada yang diajarkan
c. Pengalaman pribadi dan pengalaman siswa
d. Variasi metode
e. Seorang guru harus selalu meningkatkan pengetahuannya untuk
meningkatkan keterampilan mengajarnya.
Kegiatan pembelajaran dapat mencapai ke-efektifannya apabila
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, yaitu perlu penggunaan
metode yang tepat, model pembelajaran yang inovatif, taktik dan teknik
9

pembelajaran yang terencana. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


bisa dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria atau kualifikasi, di
antaranya dapat mempengaruhi, mengubah atau membawa hasil. Semakin
banyak tujuan yang dicapai, maka semakin banyak pembelajaran yang
lebih efektif.

a. Bentuk Macam-Macam Efektivitas

Efektivitas dapat diukur dengan mengamati minat siswa dalam


kegiatan belajar. Jika siswa tidak tertarik untuk mempelajari sesuatu,
maka anda tidak dapat mengharapkannya untuk berhasil dalam
mempelajari subjek. Sebaliknya, jika siswa belajar sesuai dengan minat
mereka, maka hasilnya dapat diharapkan lebih baik.Adapun macam-
macam efektivitas dalam penelitian ini meliputi:

1) Menguasai bahan ajar, yaitu keahlian guru dalam mengetahui


dan memahami suatu materi pelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik.

2) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila


sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh
nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.

3) Model pembelajaran, dengan adanya model pembelajaran yang


kreatif dan inovatif dapat meningkatkan minat dan motivasi
siswa untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang
lebih baik.

b. Ciri-ciri Efektivitas

Dapat dikatakan bahwa pembelajaran efektif jika mencapai tujuan


pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk
mengetahui cara mendapatkan hasil yang efektif dalam proses
pembelajaran, sangat penting untuk mengetahui karakteristiknya.
10

Karakteristik efektivitas menurut Hary Firman (yang dikutif oleh Iwan


Ramadhan, dkk.pada buku Kiat Sukses PTK) mengatakan bahwa
efektivitas program pembelajaran ditandai oleh karakteristik berikut:

1) Berhasil memberikan siswa untuk mencapai tujuan instruksional


yang telah ditentukan.

2) Berikan pengalaman belajar yang menarik, secara aktif


melibatkan siswa untuk mendukung pencapaian tujuan instruksi.

3) Memiliki fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang


digambarkan di atas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya
ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula
ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.

c. Pengaruh efektivitas

Komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses pengajaran


dan pembelajaran adalah siswa, pendidik, tujuan pembelajaran, metode
pembelajaran, media dan evaluasi. Semua komponen ini sangat
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
yang diinginkan tentu saja optimal, karena ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan oleh pendidik, salah satunya adalah metode
pembelajaran. Semakin baik metodenya, maka semakin efektif
pencapaian tujuan pembelajaran. Selain faktor tujuan dan faktor peserta
didik, ada dua faktor lagi yang mempengaruhi efektif tidaknya suatu
metode, yaitu:

1) Faktor Situasi atau LingkunganPengertian situasi belajar ialah


memahami situasi pembelajaran yang mencakup suasana dan
kondisi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar serta
kondisi lingkungan di sekitar mereka. Seperti, bagaimana
kondisi para siswa, apakah mereka masih antusias atau sudah
11

lelah dalam belajar, kondisi cuaca cerah atau hujan, kondisi guru
yang sudah lelah atau menghadapi banyak masalah. Lingkungan
adalah semua situasi yang ada di sekitar kita. Lingkungan belajar
juga merupakan situasi yang ada di sekitar siswa selama belajar.
Situasi ini dapat memengaruhi efektivitas pembelajaran siswa.
Jika lingkungan diatur dengan baik, lingkungan dapat menjadi
nilai positif dalam membangun dan mempertahankan sifat
positif. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang
masuk akal, tanpa adanya tekanan dalam kondisi yang
merangsang untuk belajar.

2) Suasana Pembelajaran Suasana pembelajaran yang demokratis,


lebih kondusif untuk menciptakan pencapaian hasil
pembelajaran yang optimal dibandingkan dengan suasana
pembelajaran yang monoton dan diterapkan disiplin yang ketat
dengan otoritas yang ada pada guru. Dalam lingkungan belajar
yang bersifat demokratis, siswa mempunyai kebebasan untuk
belajar, belajar menyampaikan pendapat, dan berdialog atau
melakukan diskusi bersama teman-teman sekolah dan
lainnya.Sebaliknya, perasaan cemas dan perhatian sering kali
tidak mendorong kreativitas dalam belajar. Adanya suasana
pembelajaran yang ideal, mesti tidak bisa dilepaskan dari segala
aspek yang mendukung yaitu sarana dan prasarana yang baik
dan menunjang proses pembelajaran. Fasilitas pembelajaran dan
infrastruktur adalah sesuatu yang dapat memfasilitasi dan
memudahkan implementasi suatu usaha dalam bentuk objek
benda. Dalam hal ini, sarana pembelajaran dan infrastruktur
dapat disamakan dengan fasilitas pembelajaran. Besar
kemungkinan sarana dan prasarana belajar merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi keefektifan belajar mengajar.
12

3) Faktor Guru Faktor guru nanti yang akan mempengaruhi faktor


situasi, ini mengharuskan setiap guru untuk memiliki
kemampuan atau potensi untuk mengelola kelas, karena semakin
banyak guru yang dapat mengkondisikan kelas ke dalam kelas
yang aktif tetapi tidak berisik, maka metode apa pun yang
diajarkan akan efektif dan memberikan hasil maksimal. Sebagai
seorang guru, anda harus mempunya tingkat kesadaran bahwa
anda harus memjadikan siswa belajar, yaitu dengan terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, di mana
perubahan itu dapat didapatkan dengankemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang cukup lama dan dengan adanya usaha.

d. Fungsi dan Tujuan Efektivitas

Efektivitas pembelajaran merupakan kegiatan mengajar yang


dilakukan sesuai dengan prinsip, prosedur, dan desain sehingga tujuan
perubahan perilaku tercapai, dengan kata lain untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran yang dilaksanan dengan tepat sesuai dengan
program dan tujuan yang telah direncanakan. Adapun fungsi tujuan
efektivitas dalam pembelajaran adalah :

1) Mengukur tingkat kemajuan dan perkembangan peserta didik


dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2) Sebagai bentuk motivasi dalam mewujudkan sistem


pembelajaran yang efektif.

3) Sebagai wujud dari hasil belajar peserta didik yang mengacu


pada pengalaman langsung.

Adapun tujuan efektivitas adalah: Untuk menciptakan


perencanaan pembelajaran yang baik dan dapat melakukan proses
pengajaran yang baik, antara lain:

1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa.


13

2) Tujuan yang hendak dicapai.

3) Menciptakan strategi dan skenario yang cocok digunakan untuk


mencapai tujuan.

e. Indikator Efektivitas Pembelajaran

Ada tujuh indikator yang menunjukkan pembelajaran yang efektif.


Indikatornya adalah:

1) Mengkondisikan pembelajaran dengan baik

2) Komunikasi yang lancar dan baik

3) Domain dan antusiasme dalam belajar

4) Sikap positif terhadap siswa

5) Berikan bukti dan kualifikasi yang adil

6) Fleksibilitas dalam pendekatan pengajaran

7) Hasil pembelajaran siswa yang baik

Ada empat elemen utama dalam pengajaran yang efektif, yaitu


sebagai berikut:

1) Kualitas pengajaran atau quality of instruction, adalah tingkat


informasi dan keterampilan yang ditawarkan bagi siswa untuk
mudah dipahami.

2) Kesesuaian tingkat pengajaran atau appropriate level of


instruction, merupakan tingkat di mana guru memastikan bahwa
siswa bersedia mempelajari mata pelajaran baru.

3) Insentif atau incentive, adalah tahapan di mana guru memastikan


siswa memiliki motivasi untuk menyelesaikan tugas dan
mempelajari mata pelajaran yang diberikan.
14

4) Waktu atau time, ini adalah tahap di mana siswa menerima


cukup waktu untuk mata pelajaran yang diberikan. Cukup waktu
bagi siswa untuk belajar keterampilan.

2. Metode Manhaji
a. Pengertian metode manhaji
Menurut ustadz Joko Nursio metode Manhaji merupakan
metode praktis, aplikatif mudah dan menyenangkan. Metode ini
lebih mengedepankan praktik dari pada teori yang relevan bagi
semua kalangan. Menurut Muhammad Anas Adnan Lc, M.Ag. dalam
Metode Manhaji adalah metode pengajaran bahasa Arab yang
sistematis, lugas, dan diarahkan pada pembelajaran langsung Al-
Qur'an. Tahapan metode Manhaji dipecah oleh Muhammad Anas dan
dirangkum dalam empat buku. Pertama, Al-Qur'an juz ke-1 adalah
subjek studi di tingkat dasar, yang merupakan tingkat yang
diperlukan untuk memahami makna kata dan konsep serupa lainnya.
Tingkat kedua adalah menengah, dan subjek studi adalah Al-Qur'an
juz ke-2. Ini mengajarkan teknik memahami arti kata-kata saat
mereka berubah dan bagaimana mengubahnya. Tingkat ketiga adalah
yang tertinggi, dan itu memerlukan pemahaman bagaimana kalimat
disusun dalam kaitannya dengan topik studi untuk Al-Qur'an juz ke-3.
Keempat adalah studi balaghah berfokus pada Al-Qur'an juz ke-4,
Metode pesantren salaf (tradisional), metode pesantren modern, dan
gaya belajar Timur Tengah adalah semua komponen dari metode
manhaji.
Materi yang disajikan dalam metode ini adalah materi nahwu,
shorof dan balaghah dalam Al-Qur’an. Setiap kata yang terdapat
dalam Al-Qur’an diterjemahkan dan dijelaskan susunan qawa’id,
shorof dan balaghahnya.
b. Asal-Usul Manhaji
15

Ustadz Joko Nursiyo, LC adalah orang pertama yang


memulai metode Manhaji, yaitu program kilat yang mengajarkan
mahasiswa asing yang belajar di Kairo, Mesir, untuk menguasai kitab
kuning dalam waktu sekitar 30 hari. Pada tanggal 7 Desember 2010,
di Bld. di Kairo, Mesir 11A No. 5 Batniyah Darb El-Ahmar Darrash,
di belakang masjid Al-Azhar, dengan 14 siswa tahun pertama yang
memberi nama sekolah; Madrasah Nahwu Matholi'ul Anwar.
Program tersebut kemudian dinamakan MANHAJI CENTER (Pusat
Pembelajaran Bahasa Al-Qur'an) di Indonesia, dimana program
tersebut ditingkatkan dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
Indonesia. Kini, berkembang menjadi pondok pesantren DARUN
NUHAT di dusun Petiyin Solokuro Lamongan, Jawa Timur

3. Kemampuan membaca kitab Turats

a. Pengertian Kemampuan
Pengertian kemampuan secara umum merupakan sebuah
kesanggupan, keterampilan, ataupun kekuatan untuk melakukan
sesuatu. Kemampuan juga dapat dikatakan sebagai kompetensi.
Kompetensi sendiri merupakan kemampuan untuk melakukan atau
mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan wawasan serta didukung oleh sikap kerja yang
dituntut oleh pekerjaan tersebut. Para ilmuwan psikologi terdahulu
menyatakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda
antara satu dengan yang lain. Bebrapa kemampuam dasar yang
dimaksud antara lain merupakan kemampuan dalam mengingat,
kemampuan dalam berpikir, kemampuan dalam memberi tanggapan,
kemampuan dalam mengamati, kemampuan dalam merasakan dan
kemampuan dalam memperhatikan. Kemampuan memiliki sebuah
unsur yaitu skill (keterampilan). Keterampilan merupakan keahlian
yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekerjaan yang
16

terbentuk melalui praktek dan pengalaman. Berdasarkan pemahaman


tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan
merupakan kesanggupan atau keahlian seseorang setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran atau bimbingan yang telah dipersiapkan
secara matang.

b. Pengertian Membaca

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata membaca dapat


diartikan dengan melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis
(dengan menyebutkan secara lisan atau hanya menyebutkannya
dalam hati) Membaca adalah suatu kegiatan atau proses kognitif
yang berupaya untuk mendapatkan berbagai informasi yang terdapat
dalam sebuah tulisan. Membaca bukan hanya sebatas mengamati
kumpulan huruf yang telah menjadi sebuah kata, kelompok kata,
kalimat, paragraf dan wacana saja, tetapi membaca juga merupakan
kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/tanda/tulisan
yang memiliki makna sehingga pesan yang disampaikan penulis
dapat diterima dan dipahami oleh pembaca. Membaca adalah salah
satu sarana untuk menambah wawasan atau meningkatkan
pengetahuan. Betapa pentingnya membaca sehingga ayat yang
pertama kali turun adalah perintah membaca (iqra’) sebagaimana
yang tercantum dalam surah al- ‘Alaq ayat 1 yang Artinya :‘‘Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhan-Mu yang menciptakan’’. Perintah
membaca ini sudah semestinya melekat pada setiap pribadi Muslim.
Sebab ia adalah titah suci Tuhan kepada manusia.

c. Kitab turats

Kitab turats merupakan salah satu elemen terpenting yang


menjadi karakteristik pondok pesantren, kitab turats dipahami juga
oleh beberapa kalangan merupakan kitab referensi ilmu-ilmu
keislaman yang berasal dari kumpulan-kumpulan pemikiran Ulama
17

terdahulu atau biasa disebut dengan generasi salaf yaitu tepatnya


sebelum abad ke-17 masehi.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN


Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul
“Efektivitas Metode Manhaji Terhadap Kelancaran Membaca Kitab Turats Santri
Pondok Pesantren Al-Fahmu Kampar-Riau”, terdapat beberapa penelitian
terdahulu yang hampir serupa dengan penelitian yang akan diteliti dari segi objek
dan kajiannya, namun memiliki perbedaan yang mengharuskan peneliti tetap
melanjutkan penelitian ini, di antaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Mahma Amila Sholikha yang berjudul
“Implementasi Metode Manhaji Dalam Pembelajaran Nahwu Shorof di Manhaji
Course” Berdasarkan penelitian ini, dimungkinkan untuk menarik kesimpulan
bahwa metode Manhaji efektif untuk meningkatkan minat belajar Nahwu. Metode
Manhaji lebih menyenangkan untuk digunakan daripada metode lain, lebih
menyeluruh, dan contoh-contoh diambil langsung dari seluruh Al-Qur'an. Sangat
cocok untuk semua kalangan yang fokus pada Al-Qur'an dan terjemahan
nahwiyah dengan menyebutkan dhomirnya untuk kata berdhomir.
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Switri, Zaimuddin, dan Apriyanti
dengan judul “Metode Manhaji Pada Pembelajaran Bahasa Arab di Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya”. Berdasarkan penelitian
ini, bahwa Metode Manhaji merupakan metode yang sangatpraktis, aplikatif,
mudah dan menyenangkan dalam pembelajaran khususnya di ilmu keperawatan
Universitas Sriwijawa.
Penelitian yang dilakukan oleh Anik Faiqotun Naja dengan judul
“Pengaruh Metode Manhaji Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa
Program Keagamaan MA Matholi’ul Anwar Karanggeneng Lamongan”. Data
penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara, tes, angket, dan
dokumentasi sesuai dengan rancangan penelitian kuantitatif. Penelitian ini
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam membaca teks bahasa Arab
meningkat ketika metode Manhaji.
18

BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research),
yakni penelitian yang berbasis data-data lapangan terkait dengan subjek
penelitian ini. Metode yang penulis gunakan adalah Penelitian Kualitatif
Deskritif, adapun alasan menggunakan metode ini adalah karena ingin
menggali, mengamati, atau mencari data-data yang lebih akurat terkait
dengan penelitian tersebut,dan berdasarkan jenis datanya penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif

B. LOKASI PENELITIAN
Adapun tempat lokasi penelitian ini adalah Pondok Pesantren al-
Fahmu yang beralamatkan di jalan raya Pekanbaru-Bangkinang Km. 19,
Desa. Rimbo Panjang, Kec. Tambang, Kab. Kampar-Riau.

C. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN


Subjek dalam penelitian ini adalah para santri Pondok Pesanren al-
Fahmu, Kampar. Yang memiliki tekad yang kuat untuk dapat lancar
membaca kitab-kitab turats.
Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah metode manhaji yang
digunakan oleh santri pondok pesantren al-Fahmu agar lancar membaca
kitab turats.

D. SUMBER DATA
1. Observasi
Observasi adalah proses pemerolehan data informasi dari tangan
pertama, dengan cara melakukan pengamatan secara langsung.
2. Wawancara
19

Wawancara ini penulis lakukan guna mengumpulkan data-data dari


para santri dan ustadz di lingkungan Pondok Pesantren al-Fahmu
Kampar.
3. Dokumentasi
Peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah agar data-data
yang diperoleh dilapangan memang valid atau benar adanya.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Observasi
Observasi ini penulis lakukan dengan melihat dan meninjau secara
langsung proses pembelajaran metode manhaji kepada para santri al-
Fahmu Kampar.
2. Wawancara
Wawancara atau interview, mencakup cara yang dipergunakan
seseorang, untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang atau beberapa
responden dengan cara berdialog berhadapan dengan orang tersebut.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, dan
agar tidak berlebihan serta membingungkan dalam mengajukan
pertanyaan kepada informan, maka pertanyaan ditentukan langsung
oleh penulis ketika wawancara berlangsung dilapangan.
3. Dokementasi
Dokumentasi dalam penelitian merupakan alat bukti tentang
sesuatu baik berupa catatan, foto, yang dilakukan oleh penulis. Dalam
hal ini penulis akan mengambil data dengan cara menggunakan foto
sebagai bukti dari hasil wawancara penulis terhadap para santri dan
ustadz yang mengajarkan metode manhaji.

F. TEKNIK ANALISA DATA


1. Pengumpulan Data
20

Yaitu peneliti mengumpulkan data dari subjek sebanyak mungkin


untuk dapat di proses.
2. Pengurangan Data
Dalam teknik ini, “data yang didapat dari hasil penelitian dan
setelah dipaparkan apa adanya maka yang dianggap lemah atau kurang
valid dihilangkan atau tidak dimasukkan dalam pembahasan”.
Untuk itu penelitian akan menggunakan semua data yang didapat,
dan apabila data tersebut tidak diperlukan, maka data tersebut tidak
akan digunakan lagi. Teknik ini digunakan agar data yang didapat
adalah data yang memang diperlukan dalam penelitian.
3. Penyajian Data
Dalam teknik ini, “data yang didapat dari hasil penelitian,
dipaparkan oleh peneliti secara ilmiah dengan tidak menutupi
kekurangannya”.
Dalam menggunakan teknik ini, peneliti memaparkan semua data
yang diperoleh secara ilmiah dengan apa adanya, tidak melebihkan
atau mengurangi data tersebut. Teknik ini digunakan agar hasil
penelitiannya berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan.
4. Penarikan Kesimpulan
Dalam teknik ini, “penelitian melihat kepada pengurangan data dan
penyajian data, sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang
dari data yang dianalisis”.

Anda mungkin juga menyukai