Disusun oleh:
N. Zakiyyatul fitriyyah
1142030056
Dalam mempelajari bahasa Arab ada dua ilmu alat yang penting untuk
dipelajari yakni ilmu nahwu dan shorof, karena pentingnya ilmu ini dalam
mempelajari bahasa Arab muncullah ungkapan :
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 sisi yang berbeda,
satu sisi kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-lafadz bahasa Arab dari segi
nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib, namun disisi lain kemampuan
mereka dalam membaca teks-teks arab masih rendah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-lafadz dari segi
nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib di kelas 2 Ibtidaiyah Pondok
Pesantren Miftahul Huda Al-Musri ?
2. Bagaimana kemampuan santri dalam membaca teks-teks Arab di Kelas 2
Ibtidaiyah Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri ?
3. Bagaimana hubungan kemampuan santri dalam pembelajaran tarkib dengan
menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dengan kemampuan
mereka dalam membaca teks-teks Arab di Kelas Kelas 2 Ibtidaiyah Pondok
Pesantren Miftahul Huda Al-Musri ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-lafadz dari
segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib di kelas 2 Ibtidaiyah
Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri
2. Utuk mengetahui kemampuan santri dalam membaca teks-teks Arab di Kelas
2 Ibtidaiyah Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri
3. Untuk mengetahui hubungan kemampuan santri dalam pembelajaran tarkib
dengan menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dengan
kemampuan mereka dalam membaca teks-teks Arab di Kelas Kelas 2
Ibtidaiyah Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri
D. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran tata bahasa bukanlah agar santri mampu menghafal sekumpulan
kaidah semata. Akan tetapi mereka bisa memahami (reseptif) dengan baik dan bisa
memberi pemahaman (produktif dengan tepat). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan. Sedangkan menurut
Chaplin (2011 : 1) kemampuan merupakan kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan
untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan
sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik. Definisi lain mengatakan
kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan (Sthepen P. Robbins, 2006:46). Dengan kata lain kemampuan
merupakan potensi sesorang menguasai suatu keahlian dalam melakukan tugas pada
suatu pekerjaan.
Bloom dkk berpendapat (1956) bahwa taksonomi ranah tujuan kognitif meliputi
enam proses jenjang berpikir, yaitu : (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan,
(4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Maka kemampuan peserta didik dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan
tingkat rendah terdiri dari pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan
kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas (Higher
Order Thinking Skills). Dilihat dari cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir
kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah
atau mengulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu
memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Tinggi rendahnya kemampuan peserta
didik dalam berpikir tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi atau
penilaian yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui paper
and pencil test. Peserta didik tidak akan mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi
jika tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk
itu (Zainal Arifin, 2009:21-22).
Dalam pembelajaran bahasa Arab tidak bisa lepas dari penguasaan kaidah bahasa
Arab, karena diantara unsur penting yang harus diajarkan oleh guru bahasa Arab adalah
tata bahasa, yaitu nahwu dan sharaf. Kata “sharaf” ً صرف – يصرف – صرفاbermakna al-
dafu’ (menolak) atau al-radd (menentang). Dalam kamus al-Munjid halaman 402, ilmu
sharaf yaitu :
التى ليست بإعراب والبناءtعلم يبحث عن صيغ الكلمات العربية واحوالها
“Ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk kata dan keadaaannya, tidak
membahas I’rob dan binanya”.
وكيفية إعرابها، وظبط أواخر الكلمات،النحو قواعد يعرف بها وظيفة كل كلمة داخل الجملة
“Nahwu adalah tatacara untuk mengetahui fungsi setiap kata dalam kalimat,
dan ketepatan akhir-akhir kata serta tata cara i’robnya”.
Teori tata bahasa yang sering digunakan adalah teori tradisional yaitu teori yang
membagi kata kedalam nomina (‘ism), verba (fi’il), dan partikel (huruf). Isim terdiri dari
‘ism saraf dan jenis fungsional. Fi’il mazid dan mujarrad, sahih dan mu’tal, lazim dan
muta’addi, maadi, mudaari’, dan ‘amr, mabni dan mu’rab, marfu, mansub, dan majzum.
Sedangkan huruf terdiri dari harf Jar, harf ‘ataf, harf syarat dan sebagainya. Kalau kita
perhatikan kebanyakan buku gramatika klasik dan modern sekarang ini mengikuti teori
ini. (al-khuli, 2016 : 63). Jadi pembelajaran tarkib dipondok pesantren Miftahul Huda
Al-Musri santri tidak hanya dituntut menghafal kaidah semata tapi juga dituntut untuk
bisa memahami makna tertentu yang lahir dari struktur bahasa yang digunakan oleh
pengguna bahasa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kemampuan santri dalam
menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib
adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kaidah nahwu dan shorof
2. Mengemukakan contoh dengan kaidah nahwu dan shorof
3. Menerapkan kaidah nahwu dan shorof dalam kalimat
4. Analisis lafadz-lafadz yang relevan dengan kaidah
5. Koreksi penggunaan kaidah nahwu dan shorof
Menurut Muhammad Ali Al-Khuli (2010 : 99) membaca termasuk salah satu
keterampilan pokok dalam pembelajaran, selain keterampilan yang lain yaitu
mendengarkan, berbicara, dan menulis. Dalam pembelajaran membaca terdapat
beberapa teori dan metode yang muncul dan berkembang. Namun, masing-masing
memiliki kehilangan dan kekurangan tersendiri. Sedangkan Menurut Ahmad Izzan
(2009:155) yaitu kemampuan yang harus dikembangkan dalam diri pelajar dalam
membaca adalah kemahiran mengenal simbol-simbol alfabeth arab, mengetahui kaidah-
kaidahnya seperti nahwu dan sharaf (sintaksis dan morfologi). Setelah mengetahui
simbol-simbol alfabeth arab dan mengetahui kaidah nahwu dan sharaf maka santri akan
mudah dalam pemahaman isi atau arti yang dibaca. Dalam pemahama dan isi atau arti
yang dibaca dibutuhkan banyak mengetahui kosakata dan akan mempermudah dalam
menarik sebuah simpulan dalam bacaan.
Membaca adalah mengucapkan secara jelas kata-kata yang tertulis dalam sebuah
teks. Cara membaca seperti ini mencakup hal-hal pada bacaan dalam hati, yaitu untuk
mengetahui simbol-simbol dalam tulisan dan untuk mengetahui maksud dan maknanya.
Selain itu, ungkapan menambahkannya dengan pelafalanyang keras secara lantang.
Membaca dengan cara keras dianggap paling baik untuk melatih keterampilan alat ucap,
memberi contoh makna, khususnya pada masa awal, seperti memandu para santri dari
kesalahan pengucapan, dan juga dapat membantu siswa tingkat atas dalam merasakan
sastra, menyelaraskan nada dengan musik, agar santri yang takut menjadi lebih berani.
(Dedih Wahyudin, 2014).
Adapun indikator kemampuan santri dalam membaca teks-teks arab yang ingin
dicapai adalah :
1. Menyesuaikan simbol-simbol alfabeth Arab
2. Mengartikan kosakata
3. Menjelaskan tarkib kalimat
4. Membaca teks sesuai kaidah dan lancar
5. Menjelaskan isi bacaan
6. Menyimpulkan isi bacaan
Dari kedua variable yang hendak diteliti bahwa kemampuan santri dalam
menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib
memiliki hubungan dan pengaruh yang cukup besar pada kemampuan santri dalam
membaca teks-teks arab.
(Variabel X) (Variabel Y)
HUBUNGAN
E. Hipotesis
Langkah-langkah dalam menyusun sebuah penelitian, seorang peneliti
diantaranya harus mengungkapkan landasan teori, kerangka berfikir dan juga
hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2015:96). Jadi hipotesis ini merupakan dugaan awal
dari rumusan permasalah dan didasarkan pada teori yang sesuai, bukan pada fakta-
fakta yang ditemukan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil adalah di pondok pesantren Miftahul
Huda Al-Musri yang beralamat di Kampung ciendog rt 03/07 Desa Kertajaya
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur. Penulis memilih lokasi ini sebagai
tempat penelitian mengingat penulis menemukan permasalahan, juga tersedia
data dan sumber berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b. Sampel
Sampel adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian
sampel boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-
benar homogen (Arikunto, 2013: 175). Selain itu sampel bisa diambil
apabila populasi melebihi 100 orang maka boleh diambil sampel 10-15%
atau 20-25%. Tapi jika populasi kurang dari 100 maka tidak bisa diambil
sampel (Arikunto, 2006: 134).
Berdasarkan ketentuan tersebut, peneliti mengambil sampel 10%, jadi
banyaknya sampel adalah 10% x 246 = 25 maka sampel yang diambil adalah
25 santri. Adapun teknik pengambilan sampelnya adalah dengan
menggunakan teknik random sampling.
3) Test
Tes adalah rangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Mahmud, 2011 : 185).
sebagai berikut :
1. Mengurutkan data hasil penelitian dari mulai yang terbesar sampai yang
terkecil.
2. Menentukan nilai rentang (R) dengan rumus :
R = data terbesar – data terkecil (Sudjana 2005:91)
3. Menentukan kelas inrterval (K) dengan rumus :
K = 1 + 3,3 log n (Sudjana 2005:47)
4. Menentukan panjang kelas interval (P) dengan rumus :
P=R:K
5. Uji tendensi sentral dengan menggunakan langkah sebagai berikut :
a. Mencari Mean /rata-rata ¿ dengan rumus :
∑ fixi
X= (Subana, 2015)
fi
b. Mencari Median (Me) dengan rumus :
( )
1
( n−F)
2 (Subana, 2015)
Me=b + p
fme
c. Mencari nilai Modus (Mo) dengan rumus :
SD=
√ ∑ fi ( xi−x ) ²
n
atau dengan pengkodean
S= p
√ n
− (
∑ fi . ci ² ∑ fi . ci
n
² )
b. Menentukan Zskor/Zhitung dengan rumus :
xi−x
Z= (Sudjana 1985:9)
SD
7. Membuat tabel distribusi Jfrekuensi observasi dan ekspektasi masing –
masing
8. Menentukan nilai chi kuadrat ( x ¿¿ 2)¿hitung dengan rumus
k
x =∑ ¿ ¿ ¿
2
(Subana, 2015)
i=1
c) Analisis korelasi
n ∑ xy −( ∑ x ) (∑ y)
b= 2 (Sudjana 2005:315)
n ∑ x −( ∑ x ) ²
2. Menguji linieritas regresi dengan langkah sebagai berikut :
a. Menghitung jumlah kuadrat total JK(T) dengan rumus:
JK (T )=∑ Y
2
( )
2
(Y )
JK (G ) =∑ ∑ Y 2−
Xi
¿
f. Menghitung kuadrat tuna cocok JK(TC) dengan rumus :
JK (TC )=JK ( S )−JK (G )
g. Menghitung derajat kebebasan kekeliruan (Dbkk) dengan rumus :
Dbkk = n – k
h. Menghitung derajat kebebasan ketidakcocokan (Dbkc) dengan rumus :
Dbtc = k – 2
Untuk menguji linieritas regresi dengan ketentuan :
Jika x 2hitung≤ dari pada x 2tabel maka berdistribusi normal
Jika x 2hitung ≥ dari pada x 2tabel maka berdistribusi tidak normal