Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

‫إتقان الطالب لتحليل األلفاظ نحويا وصرفيا في درس التركيب‬


‫وعالقته بقدرتهم‬
‫على قراءة النصوص العربية‬
– ‫( دراسة الحالة على الطالب بمعهد المفتاح الهدى المسرع شرانجانج‬
) ‫شأنجور‬
KEMAMPUAN SANTRI DALAM MENGANALISIS LAFADZ-LAFADZ DARI
SEGI NAHWU DAN SHOROF DALAM PEMBELAJARAN TARKIB
HUBUNGANNYA DENGAN KEMAMPUAN SANTRI DALAM MEMBACA
TEKS-TEKS ARAB
)Studi Kasus Di Pesantren Miftahul Huda Al-Musri Ciranjang Cianjur (
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Seminar Proposal

Disusun oleh:
N. Zakiyyatul fitriyyah
1142030056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
‫إتقان الطالب لتحليل األلفاظ نحويا وصرفيا في درس التركيب وعالقته‬
‫بقدرتهم‬
‫على قرائة النصوص العربية‬
) ‫( دراسة الحالة على الطالب بمعهد المفتاح الهدى المسرع شرانجانج – شأنجور‬

KEMAMPUAN SANTRI DALAM MENGANALISIS LAFADZ-LAFADZ DARI


SEGI NAHWU DAN SHOROF DALAM PEMBELAJARAN TARKIB
HUBUNGANNYA DENGAN KEMAMPUAN MEREKA DALAM MEMBACA
TEKS-TEKS ARAB
)Studi Kasus Di Pesantren Miftahul Huda Al-Musri Ciranjang Cianjur (

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan salah satu diantara nikmat terbesar yang Allah anugerahkan
kepada manusia, diantara tanda sempurnanya nikmat berbahasa adalah dengan adanya tata
bahasa yang mengatur suara, huruf, kata, serta kalimat-kalimatnya.. Sebagaimana
dikatakan oleh Al-Khuli (1982: 148), bahasa adalah sistem simbol-simbol bunyi
yang bersifat arbitrer (manasuka) dan digunakan untuk bertukar pikiran atau
berbagi rasa di antara anggota kelompok bahasa. Menurut ‘Abd al-Majid (1952:15)
bahasa adalah kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang-orang untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, emosi dan keinginan. Sedangkan menurut Nabil
Ali (2017: 109) bahasa adalah sistem suara yang berubah menjadi makna (simbol)
yang mencerminkan pemikiran, pengetahuan dan dipakai sebagai alat komunikasi
masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat
bahasa yaitu sistematik (bersistem), arbitrer (Manasuka), ujaran (berupa ucapan),
simbol (terdiri atas lambang-lambang), manusiawi, alat komunikasi dan dapat
mengacu pada dirinya maupun pada orang lain.

Bahasa yang digunakan setiap manusia sangat beragam, setiap daerah


mempunyai bahasa tersendiri, di Indonesia misalnya, terdapat bahasa sunda, jawa,
melayu, batak dan lain sebagainya. Begitupun di dunia ada bahasa Internasional
diantaranya, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Dalam hubungan antar bangsa,
bahasa Arab telah menjadi bahasa internasional. Bahasa Arab digunakan di lebih
dari 20 negara sebagai bahasa resmi. Melihat pernyataan tersebut, maka tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa bahasa Arab telah menempati posisi yang penting, khususnya
bagi umat Islam. Hal ini disebabkan karena sumber pokok ajaran agama Islam
menggunakan bahasa Arab yaitu Al-qur’an dan Hadits. Selain itu buku-buku ilmu
pengetahuan orang Islam ditulis menggunakan Bahasa Arab. Oleh sebab itu, di
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bahasa Arab dipelajari
baik dilembaga-lembaga formal maupun non formal. Di lembaga formal contohnya
seperti di Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah,
Universitas Islam dan lembaga-lembaga keislaman lainnya. Adapun dilembaga non
formal seperti di pesantren - pesantren, dan tempat-tempat kursus bahasa Asing.

Dalam mempelajari bahasa Arab ada dua ilmu alat yang penting untuk
dipelajari yakni ilmu nahwu dan shorof, karena pentingnya ilmu ini dalam
mempelajari bahasa Arab muncullah ungkapan :

‫الصرف ام العلوم والنحو ابوها‬


“Ilmu shorof adalah induknya segala ilmu dan ilmu nahwu bapaknya”
Ilmu shorof disebut induk segala ilmu sebab ilmu shorof itu melahirkan
bentuk setiap kalimat sedangkan kalimat itu menunjukkan bermacam-macam ilmu.
Kalau tidak ada kalimat tertentu tidak ada tulisan tanpa tulisan sukar mendapatkan
ilmu. Adapun ilmu nahwu disebut juga dengan bapak ilmu, sebab ilmu nahwu itu
untuk memperbaiki setiap kalimat dalam susunan, I’rob, bentuk, dan sebagainya.
Selain itu dalam mempelajari bahasa arab pelajar dituntut untuk bisa
mengembangkan kemampuannya dalam menggunakan bahasa baik lisan maupun
tulisan. Kemampuan menggunakan bahasa dalam dunia pengajaran Bahasa disebut
keterampilan berbahasa (maharat al-lughah). Keterampilan tersebut ada empat,
yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. ( Acep
Hermawan 2013 : 129).

Keterampilan membaca yaitu kemampuan mengenali dan memahami isi


sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau
mencernanya didalam hati. Menurut tarigan (1994/ III: 7) membaca yaitu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Dalam
makna yang yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan
melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya melibatkan
unsur kognitif dan psikomotorik, namun lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas
isi bacaan. Jadi pembaca yang baik adalah pembaca yang mampu berkomunikasi
secara intim dengan bacaan, ia bisa gembira, marah, kagum, rindu, sedih, dan
sebagainya sesuai gelombang isi bacaan.

Berdasarkan studi pendahuluan, di Pesantren Miftahul Huda Al-Musri, belajar


bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Sunda dan bahasa Indoneisa menjadi bahasa
resmi yang wajib digunakan dalam aktivitas siswa sehari-hari. Hal itu sangat
menunjang siswa untuk mendalami bahasa, khususnya dalam bahasa Arab. Selain
itu santri juga dibekali dengan pembelajaran lainnya, baik itu pembelajaran di
dalam kelas seperti pelajaran nahwu, sharaf dan balaghah maupun pembelajaran di
luar kelas seperti pembelajaran muhadatsah,kaligrafi, tadribul khitobah dan lain
sebagainya.
Setiap Jum’at malam para santri Miftahul Huda Al-Musri melakukan kegiatan
qiroatul kutub sebagai bentuk latihan untuk memperlancar kemampuan membaca
bahasa Arab. Walaupun demikian, masih saja didapati beberapa santri yang
kemampuan membaca bahasa Arab nya masih kurang, menurut qismu At-ta’lim dan
guru mata pelajaran kelas 2 ibtidaiyah salah satu penyebabnya yaitu mereka belum
bisa menganalisis kata yang akan dibacanya secara baik. Bahkan solusi dari
sesepuh pesantren dengan cara memberikan waktu khusus kepada mereka dengan
melakukan kegiatan diskusi atau yang dikenal dengan istilah “At-Tarkib” dimana
para santri dikasih lafadz seminggu sebelum kegiatan diskusi oleh qismu At-ta’lim
dan mereka wajib menulis 6 pertanyaan, 3 diantaranya dari shorof dan 3 pertanyaan
lagi dari nahwu dengan tema pelajaran nahwu, shorof yang telah mereka pelajari.
Namun realitanya, solusi itu belum mampu menjadi solusi yang baik untuk
menjawab kesulitan siswa dalam mengaplikasikan kemampuan membaca bahasa
Arab dalam aktivitasnya sehari-hari. Hal ini berdasarkan pada hasil Ujian Akhir
Tahun Ajaran 2017, nilai kelas 2 Ibtidaiyah dalam membaca teks-teks arab masih
banyak dibawah KKM.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 sisi yang berbeda,
satu sisi kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-lafadz bahasa Arab dari segi
nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib, namun disisi lain kemampuan
mereka dalam membaca teks-teks arab masih rendah.

Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan kemampuan


santri dalam pembelajaran tarkib dengan menganalisis lafadz-lafadznya baik dari
segi nahwu dan shorof dengan kemampuan mereka dalam membaca teks arab.
Untuk menganalisis permasalah tersebut, penulis akan membahasnya dalam
penelitian dengan Judul “Kemampuan Santri Dalam Menganalisis Lafadz-Lafadz
dari Segi Nahwu Dan Shorof Dalam Pembelajaran Tarkib Hubungannya
Dengan Kemampuan Santri Dalam Membaca Teks Arab (Studi Kasus Di
Pesantren Miftahul Huda Al-Musri Ciranjang Cianjur).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-lafadz dari segi
nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib di kelas 2 Ibtidaiyah Pondok
Pesantren Miftahul Huda Al-Musri ?
2. Bagaimana kemampuan santri dalam membaca teks-teks Arab di Kelas 2
Ibtidaiyah Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri ?
3. Bagaimana hubungan kemampuan santri dalam pembelajaran tarkib dengan
menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dengan kemampuan
mereka dalam membaca teks-teks Arab di Kelas Kelas 2 Ibtidaiyah Pondok
Pesantren Miftahul Huda Al-Musri ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-lafadz dari
segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib di kelas 2 Ibtidaiyah
Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri
2. Utuk mengetahui kemampuan santri dalam membaca teks-teks Arab di Kelas
2 Ibtidaiyah Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri
3. Untuk mengetahui hubungan kemampuan santri dalam pembelajaran tarkib
dengan menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dengan
kemampuan mereka dalam membaca teks-teks Arab di Kelas Kelas 2
Ibtidaiyah Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri

D. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran tata bahasa bukanlah agar santri mampu menghafal sekumpulan
kaidah semata. Akan tetapi mereka bisa memahami (reseptif) dengan baik dan bisa
memberi pemahaman (produktif dengan tepat). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan. Sedangkan menurut
Chaplin (2011 : 1) kemampuan merupakan kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan
untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan
sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik. Definisi lain mengatakan
kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan (Sthepen P. Robbins, 2006:46). Dengan kata lain kemampuan
merupakan potensi sesorang menguasai suatu keahlian dalam melakukan tugas pada
suatu pekerjaan.

Bloom dkk berpendapat (1956) bahwa taksonomi ranah tujuan kognitif meliputi
enam proses jenjang berpikir, yaitu : (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan,
(4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Maka kemampuan peserta didik dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan
tingkat rendah terdiri dari pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan
kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas (Higher
Order Thinking Skills). Dilihat dari cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir
kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah
atau mengulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu
memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Tinggi rendahnya kemampuan peserta
didik dalam berpikir tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi atau
penilaian yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui paper
and pencil test. Peserta didik tidak akan mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi
jika tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk
itu (Zainal Arifin, 2009:21-22).

Menurut A. Thomas dan G. Thorne (2010) yang mengemukakan bahwa HOTS


adalah tingkat berpikir yang lebih tinggi dari menghafal fakta-fakta atau mengatakan
kembali sesuatu yang didengar dan diketahui. HOTS menuntut peserta didik untuk
melakukan sesuatu dengan fakta. Peserta didik harus mengerti harus mengerti,
menyimpulkan, menghubungkan fakta dengan fakta lain dan konsep, mengkategorikan,
memanipulasi, menyatukan dalam bentuk baru, dan menerapkannya seperti mencari
solusi baru untuk masalah yang telah ditemui. Begitupun dengan pembelajaran bahasa
arab dipondok pesantren Miftahul Huda Al-Musri santri dituntut untuk belajar kritis dan
kreatif terutama dalam belajar tata bahasa Arab.

Dalam pembelajaran bahasa Arab tidak bisa lepas dari penguasaan kaidah bahasa
Arab, karena diantara unsur penting yang harus diajarkan oleh guru bahasa Arab adalah
tata bahasa, yaitu nahwu dan sharaf. Kata “sharaf” ً ‫صرف – يصرف – صرفا‬bermakna al-
dafu’ (menolak) atau al-radd (menentang). Dalam kamus al-Munjid halaman 402, ilmu
sharaf yaitu :
‫ التى ليست بإعراب والبناء‬t‫علم يبحث عن صيغ الكلمات العربية واحوالها‬
“Ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk kata dan keadaaannya, tidak
membahas I’rob dan binanya”.

‫ وكيفية إعرابها‬،‫ وظبط أواخر الكلمات‬،‫النحو قواعد يعرف بها وظيفة كل كلمة داخل الجملة‬
“Nahwu adalah tatacara untuk mengetahui fungsi setiap kata dalam kalimat,
dan ketepatan akhir-akhir kata serta tata cara i’robnya”.

Teori tata bahasa yang sering digunakan adalah teori tradisional yaitu teori yang
membagi kata kedalam nomina (‘ism), verba (fi’il), dan partikel (huruf). Isim terdiri dari
‘ism saraf dan jenis fungsional. Fi’il mazid dan mujarrad, sahih dan mu’tal, lazim dan
muta’addi, maadi, mudaari’, dan ‘amr, mabni dan mu’rab, marfu, mansub, dan majzum.
Sedangkan huruf terdiri dari harf Jar, harf ‘ataf, harf syarat dan sebagainya. Kalau kita
perhatikan kebanyakan buku gramatika klasik dan modern sekarang ini mengikuti teori
ini. (al-khuli, 2016 : 63). Jadi pembelajaran tarkib dipondok pesantren Miftahul Huda
Al-Musri santri tidak hanya dituntut menghafal kaidah semata tapi juga dituntut untuk
bisa memahami makna tertentu yang lahir dari struktur bahasa yang digunakan oleh
pengguna bahasa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kemampuan santri dalam
menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib
adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kaidah nahwu dan shorof
2. Mengemukakan contoh dengan kaidah nahwu dan shorof
3. Menerapkan kaidah nahwu dan shorof dalam kalimat
4. Analisis lafadz-lafadz yang relevan dengan kaidah
5. Koreksi penggunaan kaidah nahwu dan shorof

Menurut Muhammad Ali Al-Khuli (2010 : 99) membaca termasuk salah satu
keterampilan pokok dalam pembelajaran, selain keterampilan yang lain yaitu
mendengarkan, berbicara, dan menulis. Dalam pembelajaran membaca terdapat
beberapa teori dan metode yang muncul dan berkembang. Namun, masing-masing
memiliki kehilangan dan kekurangan tersendiri. Sedangkan Menurut Ahmad Izzan
(2009:155) yaitu kemampuan yang harus dikembangkan dalam diri pelajar dalam
membaca adalah kemahiran mengenal simbol-simbol alfabeth arab, mengetahui kaidah-
kaidahnya seperti nahwu dan sharaf (sintaksis dan morfologi). Setelah mengetahui
simbol-simbol alfabeth arab dan mengetahui kaidah nahwu dan sharaf maka santri akan
mudah dalam pemahaman isi atau arti yang dibaca. Dalam pemahama dan isi atau arti
yang dibaca dibutuhkan banyak mengetahui kosakata dan akan mempermudah dalam
menarik sebuah simpulan dalam bacaan.

Membaca adalah mengucapkan secara jelas kata-kata yang tertulis dalam sebuah
teks. Cara membaca seperti ini mencakup hal-hal pada bacaan dalam hati, yaitu untuk
mengetahui simbol-simbol dalam tulisan dan untuk mengetahui maksud dan maknanya.
Selain itu, ungkapan menambahkannya dengan pelafalanyang keras secara lantang.
Membaca dengan cara keras dianggap paling baik untuk melatih keterampilan alat ucap,
memberi contoh makna, khususnya pada masa awal, seperti memandu para santri dari
kesalahan pengucapan, dan juga dapat membantu siswa tingkat atas dalam merasakan
sastra, menyelaraskan nada dengan musik, agar santri yang takut menjadi lebih berani.
(Dedih Wahyudin, 2014).
Adapun indikator kemampuan santri dalam membaca teks-teks arab yang ingin
dicapai adalah :
1. Menyesuaikan simbol-simbol alfabeth Arab
2. Mengartikan kosakata
3. Menjelaskan tarkib kalimat
4. Membaca teks sesuai kaidah dan lancar
5. Menjelaskan isi bacaan
6. Menyimpulkan isi bacaan

Dari kedua variable yang hendak diteliti bahwa kemampuan santri dalam
menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib
memiliki hubungan dan pengaruh yang cukup besar pada kemampuan santri dalam
membaca teks-teks arab.

Secara sistematis kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam skema


berikut ini :

Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda


Al-Musri
kemampuan santri dalam menganalisis kemampuan santri dalam membaca teks-
lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof teks arab
dalam pembelajaran tarkib

(Variabel X) (Variabel Y)

1. Menjelaskan kaidah nahwu dan 1. Menyesuaikan simbol-simbol


shorof alfabeth Arab
2. Mengemukakan contoh dengan 2. Mengartikan kosakata
kaidah nahwu dan shorof 3. Menjelaskan tarkib kalimat
3. Menerapkan kaidah nahwu dan 4. Membaca teks sesuai kaidah dan
shorof dalam kalimat lancar
4. Analisis lafadz-lafadz yang relevan 5. Menjelaskan isi bacaan
dengan kaidah 6. Menyimpulkan isi bacaan
5. Koreksi penggunaan kaidah nahwu
dan shorof
6.

HUBUNGAN

E. Hipotesis
Langkah-langkah dalam menyusun sebuah penelitian, seorang peneliti
diantaranya harus mengungkapkan landasan teori, kerangka berfikir dan juga
hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2015:96). Jadi hipotesis ini merupakan dugaan awal
dari rumusan permasalah dan didasarkan pada teori yang sesuai, bukan pada fakta-
fakta yang ditemukan.

Penelitian ini diarahkan pada pendalaman mengenai kemampuan santri dalam


menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib
yang menjadi variabel (X) dan kemampuan santri dalam membaca teks-teks Arab
yang menjadi variabel (Y), yang berarti kebenaran yang masih perlu dibuktikan
adalah hubungan antara keduanya. Prinsip pengujian ini akan dilakukan
perbandingan harga thitung dengan ttable pada tarif signifikan 5%. Semakin baik
kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof
dalam pembelajaran tarkib maka akan semakin baik pula kemampuan santri dalam
membaca teks-teks Arab.
Setiap hipotesis mempunyai dua kemungkinan diterima atau ditolak, sesuai dengan
kerangka pemikiran diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ha : Adanya Hubungan antara kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-
lafadz dari segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib dengan
kemampuan santri dalam membaca teks-teks Arab.
Ha diterima apabila thitung ≥ttabel
Ho : Tidak adanya Hubungan antara kemampuan santri dalam menganalisis
lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib dengan
kemampuan santri dalam membaca teks-teks Arab.
Ho ditolak apabila thitung <ttabel

F. Langkah – Langkah Penelitian


1. Menentukan Jenis Data
Dalam penelitian data yang terkumpul akan diklasifikasikan ke dalam
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk
bilangan, sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan
(Mahmud, 2011:147). Dalam penelitan ini penulis menggunakan data kualitatif
yang bersumber dari hasil observasi dan wawancara. Sedangkan data
kuantitatif, diperoleh dari hasil test kepada responden yang telah ditetapkan
sebagai sampel penelitian yaitu sebagian santri Pondok Pesantren Miftahul
Huda Al-Musri kelas 2 Ibtidaiyah. Data penelitian ini akan diolah untuk
mengetahui tentang kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-lafadz dari
segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib dengan kemampuan santri
dalam membaca teks-teks Arab.

2. Menentukan Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sumber data
primer dan sumber data skunder. Yang menjadi data primer dalam penelitian ini
adalah santri kelas 2 Ibtidaiyah di pondok pesantren Miftahul Huda Al-Musri
Sedangkan data skunder dalam penelitian ini diperoleh dari Sesepuh Pesantren
dan guru bidang studi.

3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil adalah di pondok pesantren Miftahul
Huda Al-Musri yang beralamat di Kampung ciendog rt 03/07 Desa Kertajaya
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur. Penulis memilih lokasi ini sebagai
tempat penelitian mengingat penulis menemukan permasalahan, juga tersedia
data dan sumber berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Populasi dan Sample


a. Populasi
Populasi atau population menurut bahasa sama dengan penduduk atau
orang banyak, bersifat umum (universe). Dalam penelitian, populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Objek populasi dilakukan apabila peneliti
ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. (Arikunto, 2013;
173-174). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah santri kelas 2
Ibtidaiyah pondok pesantren Miftahul Huda Al-Musri Ciranjang – Cianjur
tahun ajaran 2018 yang berjumlah 246.

b. Sampel
Sampel adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian
sampel boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-
benar homogen (Arikunto, 2013: 175). Selain itu sampel bisa diambil
apabila populasi melebihi 100 orang maka boleh diambil sampel 10-15%
atau 20-25%. Tapi jika populasi kurang dari 100 maka tidak bisa diambil
sampel (Arikunto, 2006: 134).
Berdasarkan ketentuan tersebut, peneliti mengambil sampel 10%, jadi
banyaknya sampel adalah 10% x 246 = 25 maka sampel yang diambil adalah
25 santri. Adapun teknik pengambilan sampelnya adalah dengan
menggunakan teknik random sampling.

5. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


a. Metode Penelitian
Untuk membantu kelancaran seorang peneliti dalam melakukan
penelitiannya, maka sangat diperlukan sebuah metode penelitian. menurut
(Sugiyono 2015:3) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatakan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan kata lain
metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, mengantisipasi masalah dalam bidang
pendidikan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif
korelasional. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data untuk
menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan
tingkat hubungannya (Mahmud, 2011:103). Jadi metode ini ditujukan untuk
mencari hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti, apakah suatu
variabel berhubungan dengan variabel lainnya atau tidak menunjukkan
adanya hubungan.

b. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Observasi

M. Ali dalam Heri Gunawan (2016: 60) mendefinisikan observasi


atau pengamatan adalah teknik atau cara mengumpulkan data dengan
mengadakan pengamatan terhadap fenomena-fenomena atau kegiatan
yang sedang berlangsung, yang dapat dilihat di lokasi penelitian. Adapun
tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui permasalahan dan
kondisi secara langsung yang terjadi di lokasi penelitian.

Melalui kegiatan observasi ini diharapkan dapat memperoleh


gambaran yang lebih jelas dan dapat menghimpun data atau informasi
tentang kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-lafadz dari segi
nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib dengan kemampuan santri
dalam membaca teks-teks arab.
2) Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal (percakapan) yang
bertujuan memperoleh informasi. Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang aktifitas mahasiswa pembelajaran Nahwu di
pesantren bahasa (Heri Gunawan, 2016:65). Wawancara ini ditujukan
kepada sesepuh pesantren (Kyai) di pondok pesantren Miftahul Huda Al-
Musri beserta Asatidz dan Asatidzah.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pedoman wawancara
tidak terstruktur. Yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis
besar dari permasalahan yang akan ditanyakan (Mahmud, 2011; 175).

3) Test
Tes adalah rangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Mahmud, 2011 : 185).

Tes ini ditujukan untuk santri kelas 2 Ibtidaiyah pondok


pesantren Miftahul Huda AL-Musri dengan tujuan untuk mengetahui data
pokok dari variabel X yaitu mengenai kemampuan santri dalam
menganalisis lafadz-lafadz dari segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran
tarkib, soal tersebut diambil dari materi yang telah dipelajari dalam
pembelajaran nahwu dan sharaf, dan dari tadribat yang dibuat
langsung oleh guru. Dan variabel Y yaitu kemampuan santri dalam
membaca teks-teks Arab. Hasil tes ini akan diambil dari nilai tes membaca
teks-teks Arab.
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya adalah proses
pengolahan data yaitu tentang kemampuan santri dalam menganalisis lafadz-
lafadz dari segi nahwu dan shorof dalam pembelajaran tarkib (Variabel X) dan
hubungannya terhadap kemampuan santri dalam membaca teks-teks arab
(Variabel Y) pada santri pondok pesantren Miftahul Huda Al-Musri. Langkah
selanjutnya adalah mengolah data baik data kualitatif dan kuantitatif. Untuk data
kualitatif diolah dengan metode yang logis. Sedangkan untuk data kuantitatif
menggunakan statistik. Dilihat dari analisisnya secara urut akan dilakukan
langkah – langkah sebagai berikut :
a) Analisis parsial

Setelah diketahui nilai rata-rata dari tiap vaiabel, kemudian setiap

variabelnya nilai akan diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu

rangking atas ( kelompok anak didik yang tergolong pandai ) ,

rangking tengah ( kelompok anak didik yang tergolong cukup ), dan

rangkangi bawah ( kelompok anak didik yang tergolong lemah ).

Dengan rumus menurut Rahayu ( 2015 : 121 ) sebagai berikut :

Rangking atas : Mean +1 SD

Rangking tengah : ( Mean – 1 SD ) s.d ( Mean + 1 SD )

Rangking bawah : < Mean – 0,5 SD

Dengan demikian secara procedural untuk menginter-pretasikan

tinggi rendahnya variabel X dan Y akan dilihat pada sekala nilai

sebagai berikut :

Antara 80-100 = Baik sekali

Antara 70-79 = Baik

Antara 60-69 = Cukup


Antara 50-59 = Kurang

Antara 0-49 = Gagal

( Suharsimi Arikunto 2006 : 245 )

b) Uji normalitas masing masing variabel

1. Mengurutkan data hasil penelitian dari mulai yang terbesar sampai yang
terkecil.
2. Menentukan nilai rentang (R) dengan rumus :
R = data terbesar – data terkecil (Sudjana 2005:91)
3. Menentukan kelas inrterval (K) dengan rumus :
K = 1 + 3,3 log n (Sudjana 2005:47)
4. Menentukan panjang kelas interval (P) dengan rumus :
P=R:K
5. Uji tendensi sentral dengan menggunakan langkah sebagai berikut :
a. Mencari Mean /rata-rata ¿ dengan rumus :
∑ fixi
X= (Subana, 2015)
fi
b. Mencari Median (Me) dengan rumus :

( )
1
( n−F)
2 (Subana, 2015)
Me=b + p
fme
c. Mencari nilai Modus (Mo) dengan rumus :

Mo=b+ p ( b 1+b 1b 2 ) (Subana, 2015)

6. Pengukuran variasi kelompok


a. Menentukan standar deviasi (SD) dengan rumus :

SD=
√ ∑ fi ( xi−x ) ²
n
atau dengan pengkodean

S= p
√ n
− (
∑ fi . ci ² ∑ fi . ci
n
² )
b. Menentukan Zskor/Zhitung dengan rumus :
xi−x
Z= (Sudjana 1985:9)
SD
7. Membuat tabel distribusi Jfrekuensi observasi dan ekspektasi masing –
masing
8. Menentukan nilai chi kuadrat ( x ¿¿ 2)¿hitung dengan rumus
k
x =∑ ¿ ¿ ¿
2
(Subana, 2015)
i=1

9. Menentukan derajat kebebasan (Dk) dengan rumus :


Dk = K-3 (Sudjana 2005:293)
10. Menentukan nilai chi kuadrat ( x ¿¿ 2)¿tabel dengan taraf signifikansi 5%
11. Menentukan normalitas data dengan rumus :
a. Jika x 2hitung< dari pada x 2tabel maka akan dikatakan normal
b. Jika x 2hitung > dari pada x 2tabel maka akan dikatakan tidak normal

c) Analisis korelasi

1- Setelah data kedua variabel dianalisis secara terpisah, maka


selanjutnya adalah menganalisis hubungan variabel X dan variabel Y, dengan
langkah sebagai berikut :
1. Menentukan linieritas regresi dengan langkah sebagai berikut :
Menentukan persamaan regresi linier dengan rumus :
y=a+b( x)
( ∑ y ) ( ∑ x 2 )− ( ∑x ) ( xy )
a= 2
n∑ x 2−( ∑ x )

n ∑ xy −( ∑ x ) (∑ y)
b= 2 (Sudjana 2005:315)
n ∑ x −( ∑ x ) ²
2. Menguji linieritas regresi dengan langkah sebagai berikut :
a. Menghitung jumlah kuadrat total JK(T) dengan rumus:
JK (T )=∑ Y
2

b. Menghitung jumlah kuadrat koefisien a JK (a) dengan rumus


∑(Y )2
JK ( a )=
n

c. Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a (JK ( ba )) dengan


rumus : JK ( ba )=b( ∑ XY − (∑ X)(∑Y
n
)
)
d. Menghitung jumlah kuadrat sisa JK(S) dengan rumus :
JK ( S )=JK ( T )−JK ( a )−JK ( ba )
e. Menghitung jumlah kuadrat galat JK(G) dengan rumus :

( )
2
(Y )
JK (G ) =∑ ∑ Y 2−
Xi
¿
f. Menghitung kuadrat tuna cocok JK(TC) dengan rumus :
JK (TC )=JK ( S )−JK (G )
g. Menghitung derajat kebebasan kekeliruan (Dbkk) dengan rumus :
Dbkk = n – k
h. Menghitung derajat kebebasan ketidakcocokan (Dbkc) dengan rumus :
Dbtc = k – 2
Untuk menguji linieritas regresi dengan ketentuan :
Jika x 2hitung≤ dari pada x 2tabel maka berdistribusi normal
Jika x 2hitung ≥ dari pada x 2tabel maka berdistribusi tidak normal

3. Mencari kofisien korelasi


a. Jika kedua variabel berdistribusi normal dan regresinya linier, maka
digunakan rumus korelasi sebagai berikut :
N ∑ xy−(∑ x )(∑ y )
r xy =
√ {N ∑ x2−¿ ¿¿
(Arikunto 2006:274)
b. Apabilasalah satu dari kedua variabel berdistribusi tidak normal serta
regresinya tidak linier maka digunakan metode statistic non
parametric dari spearman dengan rumus :
2
6∑D
r xy =1 2 (Arikunto 2006:278)
N ( N −1)
4. Uji Hipotesis (Signifikansi koefisien korelasi)
Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi digunakan cara – cara
sebagai berikut :
a. Menghitung harga nilai t, dengan rumus :
r √n−2
t= (Sudjana 2005:337)
√1−r 2
b. Menghitung ttabel dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat
kebebasan, dengan rumus :
(Dk = n-2)
c. Membandingkan harga thitung dengan harga ttabel untuk menguji
hipotesisdengan ketentuan :
 Hipotesis diterima jika thitung ≤ ttabel
 Hipotesis ditolak jika thitung ≥ ttabel
d. Menghitung nilai ttabeldengan menerapkan taraf signifikansi 5% (0,05)
5. Menentukan tinggi rendahnya koefisien korelasi dengan ketentuan
sebagai berikut :
0,00 – 0,20 = Korelasi sangat rendah
0,21 – 0,40 = Korelasi rendah
0,41 – 0,60 = Korelasi sedang
0,61 – 0,80 = Korelasi cukup
0,81 – 1,00 = Korelasi tinggi

6. Menghitung kadar pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y


 Mencari derajat adanya korelasi dengan rumus :
K= √ 1−r
2

 Menghitung kadar pengaruh (Kd) dengan rumus :


2
Kd =r x 100
(Sudjana 2005:13)
DAFTAR PUSTAKA

- Acep Hermawan. 2013. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung :


PT REMAJA ROSDAKARYA
- Ahmad Izzan. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung :
Humaniora
- Zainal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
- Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
- Dedih wahyudin. 2014. Model-model Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung
- Syaiful Sagala. 2014. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
- Chaplin, J.P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Bumi Aksara
- Muhammad Ali Al Khuli. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.
Yogyakarta: Basan Publishing
- Fuad Ni’mah. Bt. Mulakhosh Qowa’id Al-Lughoh Al-‘Arobiyah. Surabaya
- Fu’ad Ifram Al-Bustani. 1971. Kamus Munjid Ath-Thulab. Bairut : Daarul
Masyruq
- Heri Gunawan. 2016. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung
- Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
- Subana, Moesetyo Rahadi & Sudrajat. 2015. Statistik Pendidikan. Bandung :
Pustaka Setia
- Subana. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
- Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
- Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
- Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
- Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
- Rahayu Kariadinata & Maman Abdurrahman. 2015. Dasar-dasar Statistik
Pendidikan : Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai