Anda di halaman 1dari 14

METODE PEMBELAJARAN UNSUR

BAHASA: METODE PEMBELAJARAN


BUNYI (TA’LIM AL-ASHWAT) DAN KATA
(TA’LIM AL-MUFRADAT)
Mata Kuliah : Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab

Dosen Pengampu : Abdul Basith, M.Pd

Nur Bagus Fahmi 2022112011

Fina Niswati Izza 2022112028

Mis Rokha 2022112044

Sustia Rina Wiyanti 2022113011

KELAS PBA A

JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN BAHASA ARAB


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
TAHUN 2014

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat beberapa unsur bahasa
yakni tata bunyi (fonology/ ‘ilm al-ashwat ), tata tulis (ortography / kitabat
al-huruf), tata kata (al-sharf), tata kalimat (al-nahwu), dan kosakata (al-
mufradat). Sedangkan keterampilan berbahasa terdiri atas : membaca (al-
qira’ah), menulis (al-kitabah), berbicara (al-qalam), dan menyimak (al-
istima). Untuk melatih dan mengajarkan unsur-unsur keterampilan
1
tersebut, telah dikembangkan berbagai cara atau teknik. Ada beberapa
teknik atau bisa juga bisa disebut metode untuk mengajarkan baca-tulis
huruf Arab, atau mengenalkan bunyi dan ortografi bahasa. 2 Pada makalah
ini tidak akan memaparkan cara untuk mengajarkan semua unsur -unsur
keterampilan tersebut, tetapi lebih fokus untuk memaparkan teknik
pengajaran unsur bahasa tata bunyi (fonology/ ‘ilm al-ashwat )dan
kosakata (al-mufradat).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana teknik pengajaran unsur bahasa tata bunyi (fonology/ ‘ilm
al-ashwat )?
2. Bagaimana teknik pengajaran unsur bahasa kosakata (al-mufradat) ?

1
Wa Muna , Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Yogyakarta: Suksees Offset,2011).hlm:
135-136
2
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. (malang: Misykat, 2012), hlm. 109

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-Ashwat)

Tujuan utama pengajaran bahasa asing manapun adalah pebelajar dapat


berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain (penutur asli) , dan seperti
diketahui bahasa adalah kemahiran, fungsi utamanya adalah media komunikasi
sebelum fungsi lain apapun, karena itu seyogyanya bahasa Arab diajarkan sesuai
asas dan fungsi tersebut.3

Mempelajari bunyi suara memiliki pengaruh besar terhadap pembelajaran


bahasa asing mana pun, bunyi suara merupakan bentuk utama bahasa, walaupun
bukan satu-satunya . Belajar bunyi suara juga memepermudah pembelajar
mengerti bagaimana cara mngucapkan kosakata dengan tepat, juga mengantar
mereka mendapatkan banyak cabang pengetahuan lainnya, terutama ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam utamanya Al-qur’an, hadits, fiqih, tauhid dan
seterusnya.

Mempelajari bunyi suara mendatangkan banyak manfaat bagi pelajar, antara


lain:

1. Membantu melafalkan kata dengan benar, terutama ketika membaca Al-


Qur’an al-Karim, karena salah membaca al-qur’an dianggap sebagai
kesalahan besar.
2. Memantapkan penguasaan berbagai cabang pengetahuan, terutama
kebudayaan Islam.
3. Mengenalkan pola-pola kalimat yang estetis ketika mempelajari ilmu
Balaghah.
4. Mengenalkan letak persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan
bahasa arab melalui ilmu al-lughah al-Taqabuli.

3
Abdullah al-Ghali dan Abdul Hamid Abdullah, Menyusun Buku Ajar Bahasa
Arab.(Padang:Akademia Permata,2012).hlm:23.

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 3
5. Menganalkan kesulitan-kesulitan bunyi suara dalam bahasa Arab sebagai
konsekuensi dari perbedaan dua bahasa (asal dan sasaran).4

Dalam teknik ini, pembelajaran tidak dimulai dengan pengenalan nama huruf,
tapi langsung pada bunyi. Ada dua cara yang lazim digunakan , yaitu cara sintesis
(merangkai) dan cara analitis (mengupas). Yang pertama berangkat dari bagian-
bagian (suku kata dalam bahasa Indonesia atau bunyi huruf syakal dalam bahsa
Arab ) menuju keutuhan (kata) , sedangkan yang kedua berangkat dari keutuhan
(kata) menuju bagian-bagian.

1. Metode Sintesis ( tarkibiyah)

Metode ini dimulai dengan menganalkan bunyi huruf-huruf, kemudian


dirangkai menjadi kata . Contoh :

‫ﺳﻌﻞ‬ ‫سعل‬ ‫ع –ل‬-‫س‬

‫ﻟﻌﺐ‬ ‫لعب‬ ‫ب‬-‫ل –ع‬

‫ض ر ب ﺿﺮب‬ ‫ب‬-‫ر‬-‫ض‬

2. Metode Analisis

Metode ini dalam pembelajaran bunyi huruf Arab dimulai dengan kata,
kemudian dilanjutkan menjadi bunyi huruf-huruf. Atau dimulai dari kata,
kemudian dilanjutkan menjadi kata-kata dan kata-kata itu dipisah-pisah lagi
menjadi huruf-huruf. Contoh :

‫ج‬-‫ل‬-‫س‬ ‫سلج‬ ‫ﺟﻠﺲ‬


‫م‬-‫س‬-‫ح‬ ‫حسم‬ ‫ﻣﺴﺢ‬
‫ل‬-‫ع‬-‫ب‬ ‫بعل‬ ‫ﻟﻌﺐ‬

Metode analisis ini biasanya dimulai dengan penyajian kata yang telah dikenal
oleh sisiwa atau untuk bhasa asing dengan bantuan gambar.

4
Ibid.,hlm:20-22

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 4
3. Metode Analisis Sintesis

Metode ini merupakan penggabungan metode, sintesis dan metode analisis


seperti dalam bentuk berikut:

‫ف‬-‫ر‬-‫ح‬ ‫ﻓﺮ ح‬
‫رحف‬ ‫رحف‬
‫ﻓﺮ ح‬ ‫ح‬-‫ر‬-‫ف‬
‫حرف‬ ‫فرح‬
‫ح‬-‫ر‬-‫ف‬ ‫ﻓﺮ ح‬
Dimulai dari yang utuh (satu kesatuan) lalu dianalisis menjadi bagian-bagian
kemudian kembali menjadi utuh (satu kesatuan) lagi. Yang kedua dimulai
daribagian-bagian kemudian digabung (berangkai) menjadi satu kesatuan
kemudian kembali ke bagian-bagian lagi. 5

B. Teknik pengajaran Kosa Kata (mufrodat)

Kosa kata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus di kuasai oleh
pembelajar bahasa asing untuk dapat memperoleh kemahiran berkomuikasi
dengan bahasa tersebut.

Tapi mempelajari bahasa tidak identik dengan mempelajari kosa kata.


Artinya untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya dengan
menghafal kosa kata saja. Savier (dalam fries, 1970) menyatakan: “para
pembelajar bahasa tidak bisa mengenal bahasa melalui kamus”.

Makna sebuah kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu makna denotatif
(ashli) dan makna konotatif (idhai). Makna denotatif adalah makna yang terdapat
dalam kamus. Ada dua macam makna denotatif yaitu makna hakiki dan makna
kiasan. Kata al-Umm makna hakikinya “ibu yang melahirkan”. Sedangkan kata al-
Umm dalam “umul al-kitab” mengandung makna kiasan. Makna denotatif juga
bisa didekatkan antara makna asal dan makna istilah kata al-Hatif, makna asalnya
adalah “orang yang berbisik”, sedang makna istilahnya adalah “telepon”.

5
Wa Muna .op.cit.,hlm: 135-136

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 5
Adapun makna konotatif, adalah makna tambahan yang terkandung
didalamnya nuansa atau kesan khusus sebagai akibat dari pengalaman para
pemakai bahasa, sebagai contoh, al-umm makna konotatifnya adalah kasih sayang
dan perlindungan.

Dari segi fungsi, kosa kata dibedakan menjadi dua: mufrodat mu’jamiyah
dan mufrodat wazhifiyah. Yang pertama adalah kosa kata yang mempunyai makna
dalam kamus seperti bayt, qalam, sayyarah (rumah, pena, mobil). Sedangkan
yang kedua adalah kosa kata yang mengemban suatu fungsi, misalnya huruf al-
jar, asma, al-maushul, dhomir, dan sejenisnya.

Perlu diingat bahwa diantara mufrodat mu’jamiyah terdapat, satu:


beberapa kata yang memiliki kemiripan makna, seperti kata ra’a, nazhara,
lahazha, syahada yang kurang lebih dapat dipandankan dengan kata-kata bahasa
indonesia “melihat, memandang, memperhatikan, menyaksikan “. Dua: beberapa
kata yang mempunyai makna denotatifyang sama tapi mengandung makna
konotatif yang berbeda atau berbeda dalam konteks pemakaiannya, seperti kata
mata dan tuwuffiya, atau dalam bahasa indonesia antara “mati, meninggal, tewas,
wafat, mampus”. Tiga: kata yang memiliki beberapa makna yang berbeda, seperti
kata fashl yang bisa bermakna “kelas” dan “musim”. Hal-hal tersebut perlu
dipahami oleh para pengajar bahasa.6

1. Hal-hal penting dalam pengajaran mufrodat


a) Pengajar mufrodat tidak berdiri sendiri.
Mufrodat tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri melainkan terkait dengan pelajaran muthala’ah, istima’, insya’ dan
muhadatsah.
b) Pembahasan makna.
Satu kata dapat mempunyai beberapa makna. Hal ini merupakan
kesulitan tersendiri bagi para pembelajar bahasa asing. Dalam hubungan,
untuk para pemula, sebaiknya guru hanya mengajarkan makna yang sesuai
dengan konteks saja, agar tidak memecah perhatian dan ingatan siswa.

6
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. (malang: Misykat, 2012), hlm. 126-
127

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 6
Untuk tingkat lanjut, penjelasan makna bisa dikembangkan, dengan
memerikan contoh dalam kalimat-kalimat, agar para siswa memiliki
wawasan yang luas mengenai makna kata tersebut.
c) Kosa kata dalam konteks.
Banyak kosa kata yang tidak bisa dipahami secara tepat tanpa
mengetahui pemakainya dalam kalimat. Kosa kata semacam ini haruslah
diajarkan dalam konteks agar tidak mengacaukan pemahaman siswa.
d) Terjemah dalam pengajaran kosa kata.
Mengajarkan kata dengan cara menerjemahkannya kedalam bahasa
ibu adalah cara yang paling mudah, tetapi mengandung beberapa
kelemhan, antara lain bisa mengurangi spontanitas siswa ketika
menggunakan dalam ungkapan lemah daya lekatmya dalam ingatan siswa,
dan tidak semua kosa kata dalamh bahasa asing terdapat padanya yng
terdapat dalam bahasa ibu. Oleh karena itu penerjemahannya
direkomendasikan sebagai cara terakhir, kecuali untuk kata-kata yang
abstrak atau sulit dipergerakkan. Didalam pengajaran bahasa arab
tradisional, digunakan nazham untuk penguatan daya ingat siswa terhadap
makna kata.
e) Tingkat kesukaran.
Perlu disadari bahwa kosa kata bahasa Arab bagi siswa Indonesia
dapat dibedakan menjadi tiga, ditinjau dari tingkat kesukarannya:
a. Kata-kata yang mudah, karena dpat persamaanya dengan kata-kata
dalam bahasa Indonesia.
b. Kata-kata yang tidak sukar meskipun tidak ada persamaanya dalam
bahasa Indonesia.
c. Kata-kata yang sukar baik karena bentuknya maupun pengucapannya.
2. Teknik-teknik pengajaran mufrodat
Adapun tahapan dan teknik pengajaran mufrodat atau pengalaman
belajar siswa dalam mengenal dan memperoleh makna mufrodat
dipaparkan sebagai berikut.
1) Mendengarkan kata

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 7
Ini adalah tahap yang pertama. Berikan kesempatan kepada siswa
untuk mendengarkan kata yang diucapkan guru. Baik bendiri
sendiri maupun didalam kalimat.apabila unsur bunyi dari kata itu
sudah di kuasai oleh siswa, maka dalam dua atau tiga kali
pengulangan, siswa telah mampu mendengarkan secara benar.
2) Mengucapkan kata
Tahap berikutnya adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengucapkan kata yang telah didengarnya. Mengucapkan kata
baru membantu siswa mengingatnya dalam waktu yang lebih lama.
3) Mendapatkan makna kata
Berikan arti kata kepada siswa dengan sedapat mungki
menghindari terjemahan, kecuali kalau tidak ada jalan lain. Saran
ini dikemukakan, karena kalau guru setiap kali selalu
menggunakan bahasa ibu siswa, maka tidak akan terjadi
komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari ,
sementara itu makna kata akan cepat dilupakan oleh siswa.

Ada berbagai teknik yang dapat digunakan oleh guru untuk


menghindari terjemahan dalam menerangkan arti suatu kata, antara lain:
konteks (al-siyaq), definisi (ta’rif), sinonim (muradif), antonim (dhid),
benda asli atau tiruannya, gambar, peragaan, penerjemahan.7

a) Konteks (al-siyaq)
Kata-kata bisa juga dijelaskan dengan cara menempatkannya
pada konteks kalimat yang tepat. Konteks tersebut dapat
mengungkap makna yang terkandung pada kata-kata tersebut.
Seperti dalam menjelaskan kata-kata : ‫ ﺣﻠﻢ‬,‫ ﻛﺮﯾﻢ‬,‫ﺻﺒﺮ‬
b) Definisi (ta’rif)
Definisi bisa juga digunakan sebagai cara untuk menjelaskan
suatu kata, seperti kata “ ‫ “ ﺣﻮت‬dijelaskan sebagai binatang yang
paling besar dan hidup di laut. “ ‫ “ طﯿﺮ‬dijelaskan sebagai hewan
yang mempunyai sayap dua yang digunakan untuk terbang.

7
Ibid., hlm: 128-132

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 8
c) Sinonim (muradif)
Dalam menjelaskan kata-kata bisa juga dengan cara
mengemukakan sinonimnya dan memberi contohnya melalui
fungsinya dalam qawa‟id. Cara ini digunakan dengan syarat
bahwa kata-kata muradif yang diberikan tersebut harus sudah
biasa dipakai oleh para pembelajar. Tidak diperkenankan kita
menjelaskan kata-kata baru dengan kata-kata baru pula. Dan
sebaiknya di dalam memberikan penjelasan makna dengan
muradif harus sesuai, seperti fi‟l dengan fi‟l, ism dengan ism,
dan harf dengan harf.
d) Antonim (dhid)
Kata-kata yang berlawanan dengan kata-kata yang akan
dijelaskan bisa dijadikan cara untuk menjelaskan makna kata-
kata tersebut. Dengan syarat lawan kata-kata tersebut harus
sudah diketahui oleh para siswa. Seperti :‫ ﺣﺎر‬, ‫ ﺑﺨﯿﻞ‬,‫ ﻛﺮﯾﻢ‬,‫ ﺑﺎرد‬,, .
e) Benda asli atau tiruannya
Cara ini digunakan dengan jalan menunjukkan barang atau
benda yang ditunjuk oleh kata tersebut. Cara ini digunakan
untuk menjelaskan makna kata dari suatu benda yang
ditunjukinya ada di kelas atau bisa didatangkan ke kelas. Seperti
mengajarkan kata-kata : ‫ ﻗﻠﻢ‬, ‫ ﻛﺘﺎب‬, ‫ ﺑﺎب‬, ‫ﻛﺮﺳﻲ‬
f) Gambar
Seandainya benda-benda yang dimaksud tidak ada atau sulit
untuk didatangkan, cukuplah bagi seorang guru menggunakan
media gambar untuk menjelaskan makna kata-kata tersebut.
Gambar tersebut bisa berupa gambar bersinar, atau hanya
gambar yang menyerupai benda tertentu, atau gambar bergerak,
atau juga benda yang diam. Seandainya kita ingin menjelaskan
kata “‫ ﻓﯿﻞ‬/ gajah atau ‫ﺣﻮت‬/ ikan paus “ kita tidak akan bisa
mendatangkan kedua binatang tersebut ke dalam kelas.
Cukuplah bagi seorang guru dengan mendatangkan gambar dari
kedua binatang tersebut ke depan kelas.

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 9
g) Peragaan
Sebagian kata-kata ada yang sebaiknya dijelaskan dengan
gerakan dan langsung, terutama kata-kata yang berkaitan dengan
pekerjaan. Seperti : berjalan, tersenyum, tertawa, berbicara,
duduk, berhenti. Kata-kata tersebut akan mudah dijelaskan
dengan cara memberikan contoh langsung berupa gerakan.
h) Penerjemahan
Suatu kata bisa dijelaskan dengan cara memberikan
terjemahannya pada bahasa ibu yang telah dikuasai oleh para
pembelajar. Cara ini digunakan terutama untuk menjelaskan
kata-kata yang sulit dijelaskan dengan cara- cara lainnya.8
4) Membaca kata
Setelah siswa mendengar, mengucapkan dan memahami makna
kata-kata baru, guru menulisnya dipapan tulis. Setelah siswa diberi
kesmpatan untuk membacanya dengan suara keras. Disini untuk
kesekian kalinya guru perlu mengecek keakuratan bacaan siswa,
agar tidak terjadi kesalahan pengucapan.
5) Menulis kata
Akan sangat membantu penguasaan kosa kata, kalau siswa diminta
menulis kata-kata yang baru dipelajarinya pada saat makna kata-
kata itu masih segar dalam ingatan siswa. Siswa menulis di
bukunya masing-masing dengan mencontoh apa yang ditulis guru
dipapan tulis.
6) Membuat kalimat
Tahap terakhir dari kegiatan pengajaran pengajaran kosa
kataadalah dengan menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah
kalimat yang sempurna, secara lisab maupn tertulis. Guru
memberikan cotoh kalimat kemudian meminta siswa membuat
kalimat serupa. Latihan seperti ini sangat membantu memantapkan
pengertian siswa terhadap makna kata.9

8
Yayan Nurbayan, Metodologi Pembelaran Bahasa Arab.( bandung: Zein Al- Bayân, 2008) hlm:
85-87
9
Ahmad Fuad Efendy, op.cit.,hlm: 132-133

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 10
3. CD interaktif untuk pengajaran mufrodat
Dewasa ini, diera kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
penguuanaan multi media untuk pengajaran bahasa merupakan suatu
keniscaydalahaan. Salah satu produk TIK yang relatif baru adalah CD
pembelajaran interaktif. Era teknologi kaset tape recorder, slide, OHP
(over head projector), dan VCD (videocompact disk) sebgi media
pembelajaran mungkin telah berlalu meskipun masih tetap berguna dan
masih banyak juga yang memakainya dan kini digantikan oleh produk TIK
terbaru yaitu CD interaktif. Media ini dikatakan interaktif karena
penggunaannya tidak hanya dapat melihat dan mendengar tapi juga
memberikan respon secara aktif.10

Langkah-langkah Pengajaran Kosa Kata Apabila seorang guru ingin


mengajarkan kata-kata baru kepada para pembelajar hendaklah dia mengikuti
beberapa langkah. Langkah berikut ini mungkin bisa diterapkan dalam pengajaran
kosa kata.

1. Guru mengucapkan kata-kata dan para pembelajar mendengarkannya. Lebih


baik lagi seandainya dia mengulanginya dua atau tiga kali.

2. Guru menulis kata-kata pada papan tulis dengan tulisan yang jelas dan
sempurna.
3. Guru menjelaskan makna kata dengan cara yang dia anggap cocok.
4. Guru menggunakan kata pada sebuah kalimat atau lebih untuk memberikan
kejelasan fungsi kata tersebut pada struktur kalimat.
5. Para pembelajar mengulangi salah satu kalimat yang mengandung kata tertentu
secara bersama-sama, kemudian per kelompok, dan kemudian secara
perorangan.
6. Guru mengarahkan perhatian para pembelajar untuk mencoba cara menulis kata
apabila mengandung kesulitan dalam penulisannya.
7. Guru menulis makna kata pada papan tulis, sebagaimana dia menulis kalimat
yang menjelaskan penggunaan suatu kata.

10
Fuad Efendy,op.cit., hlm:129-134

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 11
8. Para pembelajar membaca kosa kata baru yang tertulis di atas papan tulis yang
ada di depannya.
9. Para pembelajar menulis kata-kata dan maknanya serta kalimat-kalimat yang
menjelaskan peran kata-kata tersebut.11

11
Yayan Nurbayan, Metodologi Pembelaran Bahasa Arab.( bandung: Zein Al- Bayân, 2008) hlm:
95

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 12
BAB III
KESIMPULAN

Metode pembelajran bunyi yaitu ada dua cara sintesis (merangkai) dan cara
analitis (mengupas). Yang pertama berangkat dari bagian-bagian (suku kata dalam
bahasa Indonesia atau bunyi huruf syakal dalam bahsa Arab ) menuju keutuhan
(kata) , sedangkan yang kedua ber angkat dari keutuhan (kata) menuju bagian-
bagian.

Metode pembelajaran kosakata ada enam cara yaitu mendengarkan kata,


mengucapkan kata, mendapatkan makna kata, membaca kata, menulis kata,
membuat kalimat.

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghali, Abdullah dan Abdullah, Abdul Hamid. 2012. Menyusun Buku Ajar

Bahasa Arab. Padang:Akademia Permata.

Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:

Misykat .

Muna, Wa. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Suksees

Offset.

Nurbayan ,Yayan. 2008. Metodologi Pembelaran Bahasa Arab. Bandung: Zein

Al- Bayân.

Metode Pembelajaran Unsur Bahasa: Metode Pembelajaran Bunyi (Ta’lim al-


Ashwat) dan Kata (Ta’lim al-Mufradat) Page 14

Anda mungkin juga menyukai