Oleh :
Ahmad Nurul Huda Salmas (12150016)
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang selalu melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Strategi pembelajaran
Mufrodat dan Ashwat pada tingkat dasar, menengah dan atas ini
dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita
semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang
seperti saat ini yaitu dibawah naungan agama Islam.
Dalam kesempatan ini, penulis berusaha menyusun makalah
ini, agar bermanfaat bagi pembaca. Dan penulis masih sangat
menyadari akan ketidaksempurnaan makalah ini oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan.
Penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1
Latar Belakang.................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................2
1.3
Tujuan...............................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
BAB III
PENUTUP..............................................................................................14
3.1 Kesimpulan.................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu bunyi yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan ilmu
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1 Mufradat
Mufrodat (kosakata: bahasa Indonesia) dan (vocabulary: bahasa
inggris) adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang sebagai
identitas dari suatu bahasa tertentu. Adapun pengertian lain dari
kosakata adalah himpunan kata yang dimengerti oleh orang tersebut
dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun kalimat baru.
Menurut Horn, kosakata adalah sekumpulan kata yang
membentuk bahasa. Kemampuan seseorang untuk memahami empat
kemahiran berbahasa tersebut sangat bergantung pada penguasaan
kosakata yang dimiliki. Kosakata merupakan kumpulan kata-kata yang
membentuk bahasa yang diketahui seseorang untuk digunakan dalam
menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat.
Komunikasi yang dibangun dengan penggunan kosakata yang benar
dan tepat akan menunjukkan gambaran kecerdasan dan tingkat
pendidikan si pemakai bahasa4
2.1.2 Ashwat
Ilmu bunyi dalam bahasa arab diistilahkan dengan ilmu al ashwat. Ilmu alashwah adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan, perpindahan dan
penerimaan bunyi bahasa.5 Ilmu ini sangat penting untuk dipelajari oleh siapa saja
terutama bagi kaum muslimin yang ingin memperdalam bahasa arab. Karena dengan
mempelajari ilmu bunyi bahasa arab seorang muslim akan terhindar dari salahnya
penyucapan yang berujung pada kesalahan makna.
Ilmu bunyi sendiri bukanlah ilmu yang baru dan lahir di abad modern ini. Sajak
lama ilmu bunyi telah dikenalkan di berbagai Negara seperti india, yunani, roma dan
4 Syaiful Mustofa. Bahasa Arab Inovatif. Hal. 66
5 Muhammad Ali Al-Khuli, 1982, Mujam Ilmu Al-Ashwat, Riyadh:
Universitas Riyadh,Hal.114
4
arab.6 Ilmu bunyi bahasa arab sendiri telah menjadi perhatian terutama sejak islam
lahir.para ilmuan islam telah mencurahkan perhatian yang sangat besar untuk menjaga
kesucian al-quran dari distorsi bacaan ataupun makannya.
Diantara upaya yang dilakuakan ilmuan muslim dalam melestarikan al-quran
adalah mendiskribusikan makhraj dan sifat-sifat bunyi al-quran dengan sangat
mendetail. Ilmu inilah yang saat ini dikenal dengan ilmu tajwid dan ilmu qiroat. Ilmu
tajwid dan ilmu qiroat termasuk ilmu yang pertama lahir setelah datangnya islam.
Tercatat ilmu ini lahir pada abad ketiga hijriyah, saat Abu Ubaid Salam menulis sebuah
kitab yang berjudul al-qiroat.7
2.2
bundar8
Langkah-Langkah Pembelajaran Ashwat Arobiyah
Strategi pembelajaran bunyi bahasa (ashwat Arabiyah) yang harus
Cara yang paling efektif dalam mengajarkan bunyi bahasa arab yang sulit
kepada siswa adalah dengan mencontohkan pelafalan setiap bunyi yang
kemudian di ikuti oleh siswa. Selain dalam bentuk tunggal, contoh pelafalan
tersebut sebaiknya di berikan dalam bentuk kata bermakna dimana huruf yang
dicontoh berada di awal, di tengah dan akhir kata.
Contoh:
-
-
-
-
b. Pemberian latihan/Dril
Setalah memberikan contoh pelafalan, guru dapat memberikan beberapa bentuk
dril untuk membiasakan siswa melafalkan bunyi bunyi yang sudah pelafalanya
pada tahapan sebelumnya. Bentuk dril ini tentunya ditentukan berdasarkan
tingkat pembelajaran siswa, apakah tingkah dasar, menengah, atau lanjut. Di
antara bentuk drill yang bisa digunakan oleh guru adalah:
1) Latiahan membedakan bunyi bahasa Arab
Latihan membedakan bunyi bahasa Arab ini dapat di variasikan menjadi:
a) Menentukan satu dari tiga bunyi. Contoh
Tentukan apakah bunyi // diucapkan pertama,kedua atau ketiga
b) Menentukan salah satu dari dua bunyi dalam sebuah kalimat. Contoh:
Tentukan apakah bunyi// atau // yang ada dalam setiap kata
berikut.
/
/
/
c) Menyimak dan mengulangi tsunaiyyah sugra (dalam hal itu
usahakan buku dalam keadaan tertutup)
d) Membaca dan mengulangi tsunaiyyah sugra (dalam hal ini usahakan
buku dalam keadaan terbuka)
7
Kemudian dilanjutkan dengan latihan-latihan intensif dan
berulang-ulang gabungan-gabungan huruf yang membentuk
kata sampai dengan kalimat. Membaca tanpa syakal hanya
bias dilakukan oleh siswa setelah memahami bahasa Arab
dengan baik.
2) Metode Bunyi ( )
Dalam metode ini, pembelajaran tidak dimulai dengan
pengenalan nama huruf, tapi langsung pada bunyi. Dalam
hal ini ada dua cara yang lazim digunakan, yaitu cara
sintesis (merangkai) dan cara analisis (mengupas).
3) Metode Sintesis ( )
Metode ini dimulai dengan mengenalkan bunyi huruf-huruf,
kemudian dirangkai menjadi kata. Sebagai contoh:
4) Metode Analisis ( )
Dimulai dengan kata kemudian dikupas menjadi bunyi hurufhuruf. Atau dimulai dengan kalimat, kemudian dikupas
menjadi kata-kata, dan dikupas lagi menjadi huruf-huruf.
Contoh:
Yang pertama dari global lalu dikupas (dianalisis) menjadi
bagian-bagian kemudian kembali ke global lagi. Yang kedua dari
bagian-bagian lalu digabung (dirangkai) menjadi satu kesatuan
kemudian kembali ke bagian-bagian lagi.
Pada masa anak-anak, mereka cenderung bermain dan
tertarik pada sebuah lagu, karena lagu itu dapat membantu
kemampuan kognitif anak. Dalam hal ini Pembelajaran bunyi bahasa
Arab (ashwat Arabiyah) dapat dilakukan dengan sebuah lagu atau
permainan yang berisikan materi bahasa Arab. Misalnya anak-anak
diputarkan lagu makharijul huruf Arab, kemudian siswa disuruh
menirukan , atau dengan permainan kartu penyusunan huruf Arab
kemudian siswa disuruh melafalkan huruf-huruf Arab yang sudah
disusun tadi.
Penggunaan lagu dalam pembelajaran bunyi bahasa Arab
(ashwat Arabiyah) juga cukup menarik. Lagu-lagu itu sangat
membantu kemampuan kognitif anak, terutama dalam hal mengingat
symbol (rumz) huruf hijaiyah dan memperlancar artikulasi (nutq).
Dengan media TV, VCD Player,LCD, dan lain-lain anak-anak merasa
senang menyaksikan video clip yang menggambarkan proses
pembelajaran sambil bernyanyi dan bermain. Dalam waktu singkat,
anak-anak cepat menghafal teks sebuah lagu, dan mereka akan lebih
sering mendengarkan nutq asli sehingga akan membiasakan mereka
untuk meniru pelafalannya.10
b. Pembelajaran Ashwat Arabiyah Tingkat Menengah
Pada pembelajaran bahasa Arab tingkat menengah seharusnya
siswa sudah memiliki pengetahuan mengenai kosa kata (mufrodat).
Hal tersebut dikarenakan siswa dianggap telah mempelajari bahasa
Arab pada tingkat sebelumnya. Oleh karena itu, pembelajaran Ashwat
Respon siswa B
Respon siswa C
3) Latihan pengucapan vokal panjang dan pendek
Guru mengucapkan dan murid menirukan:
14 Ibid., Hal. 48
15 Ibid., Hal. 49
12
15
Beberapa contoh tes bunyi bahasa Arab yang dapat dilakukan untuk mengukur
kemampuan mengenal dan membedakan bunyi bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1) Membaca dengan suara nyaring (keras)
Siswa diminta untuk melafalkan rangkaian kalimat atau paragrap atau wacana
lengkap dengan suara jelas atau nyaring. Sebaiknya guru membatasi kalimat
tertentu yang harus dilafalkan oleh siswa untuk dapat memberikan sjor atau
penilaian dari masing-masing kalimat yang dilafalkan dengan benar, dan
mengurangi nilai dari kesalahan yang dilakukan dalam melafalkan bunyi bahasa
tersebut. Seperti contoh berikut
Bacalah ayat Al-Quran berikut dengan suara jelas! (contoh berikut bertujuan
mengukur kebenaran pengucapan huruf a).
:
(1)
( 3 -1 : )
(2)
( 3 -1 : )
( 1 : )
( 8 : )
(3)
(4)
(5)
16
( 6 : )
2) Membedakan bunyi bahasa Arab yang mirip
Siswa dapat memperhatikan kata-kata yang di ucapkan atau diperdengarkan oleh
guru atau melalui rekaman, dan guru dapat meminta siswa melafalkan satu atau
dua kalimat yang sering kali diulang pelafalannya, atau membedakan dua kalinat
yang memiliki kemiripan bunyi, misal:
/ / -
Contoh: siswa diminta untuk melafalkan huruf berikut ini
2.5
c. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengucapkan bunyibunyi bahasa Arab seperti mengucapkan bunyi huruf Mad,
syiddah, Alif lam syamsiyyah dan qomariyah dsb.
d. Untuk menentukan metode yang tepat, efektif dan
menyenangkan dalam pembelajaran ashwat Arabiyah.
e. Untuk mengukur kemampuan bunyi bahasa Arab siswa. Alat
ukur yang ukur yang digunakan adalah tes. Pelaksanaan tes
bunyi bahasa Arab bagi penutur asing dirasa sangat penting
agar pembelajar bahasa asing diharapkan mampu melafalkan
huruf-huruf Arab secara baik dan benar, seperti yang dilakukan
oleh penutur aslinya (native speaker). Penilaian tes bunyi
bahasa Arab dilakukan atas dasar ketepatan pelafalan, baik dari
segi bunyi bahasa Arab maupun sebagian dari rangkaian bunyi
bahasa Arab dalam kata-kata, frasa, kalimat, atau wacana yang
meliputi jeda bunyi (waqf), tekanan suara (nabr), dan intonasi
(tanghim).
f. Untuk membandingkannya sistem tata bunyi bahasa Arab,
bahasa Indonesia, dan sistem bunyi bahasa Daerah yang
menjadi bahasa Ibu siswa. Yaitu dengan melakukan studi antar
bahasa (studi kontrastif atau analisis kontrastif), setelah itu
pengajar diharapkan mampu mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan bunyi bahasa Arab, bahasa Indonesia, dan bahasa
Ibu siswa.
g. Agar pembelajaran bahasa Arab di Indonesia berjalan dua arah,
bukan satu arah. Yaitu pembelajaran bahasa Arab yang meliputi
pemahaman bahasa tulis dan pemahaman bahasa lisan18
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
a. Ilmu al-ashwah adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan,
perpindahan dan penerimaan bunyi bahasa.
b. Hakekat bahasa sebagai sistem bunyi dibagi menjadi tiga, yaitu suara
manusia, konsonan, dan vokal.
c. Langkah-langkah pembelajaran ashwat arobiyah ada dua yaitu penyajian
model pelafalan dan pemberian latihan/dril.
d. Strategi pembelajaran ashwat arabiyah pada ada tiga tingkatan yaitu tingkat
Dasar, Menengah dan Atas. Metode yang digunakan di tingkat Dasar ada 4
metode yaitu menggunakan metode Alphbetik, metode bunyi, metode sintetis,
metode analisis dan metode analisis sintetis. Metode yang digunakan di
tingkat Menengah yaitu metode sintetis dan metode analisis. Sedangkan
tingkat Lanjut pembelajaran Ashwat Arabiyah sudah diajarkan huruf-huruf
yang sulit pelafalannya dan guru harus memberikan drill pada siswa dalam
pelafalan bunyi-bunyi Arab.
e. Manfaat belajar Ilmu Ashwat bagi pendidik
1) Agar pengajar mampu menguasai pengucapan unsur bunyi bahasa Arab
dengan benar (fasih) sesuai dengan aturan bahasa yang telah di tetapkan,
karena pelafalan ini ditirukan oleh siswa.
2) Untuk memahami karakteristik bahasa Arab.
3) Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa Arab
4) Untuk menentukan metode yang tepat, efektif dan menyenangkan dalam
pembelajaran ashwat Arabiyah.
5) Untuk mengukur kemampuan bunyi bahasa Arab siswa.
6) Untuk membandingkannya sistem tata bunyi bahasa Arab, bahasa
Indonesia, dan sistem bunyi bahasa Daerah yang menjadi bahasa Ibu
siswa.
7) Agar pembelajaran bahasa Arab di Indonesia berjalan dua arah, bukan
3.2
satu arah.
Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan para pembuat
17
DAFTAR PUSTAKA
Ali Al-Khuli, Muhammad, Mujam Ilmu Al-Ashwat, Universitas Riyadh,
Riyadh, 1982
Fakhrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama
RI, Jakarta pusat, 2012
Hamid, Abdul, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab Untuk Studi Islam,
UIN Press, Malang, 2010
Muhammad Bisyr, Kamal, Al-Ashwat Al-Lughawiyyah, Maktabah AsySyabab, Kairo, 1990
Mustofa, Syaiful, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, UIN
Maliki Press, Malang, 2011
Nurbayan, Yayan, Metodologi Pembelaran Bahasa Arab, Zein AlBayn, Bandung, 2008
Sayuti Anshari Nasution, Ahmad, Bunyi Bahasa, Amzah, Jakarta, 2010
18