Anda di halaman 1dari 22

STRATEGI PEMBELAJARAN MUFRODAT DAN

ASHWAT PADA TINGKAT DASAR, MENENGAH


DAN ATAS

Oleh :
Ahmad Nurul Huda Salmas (12150016)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG

2014

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang selalu melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Strategi pembelajaran
Mufrodat dan Ashwat pada tingkat dasar, menengah dan atas ini
dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita
semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang
seperti saat ini yaitu dibawah naungan agama Islam.
Dalam kesempatan ini, penulis berusaha menyusun makalah
ini, agar bermanfaat bagi pembaca. Dan penulis masih sangat
menyadari akan ketidaksempurnaan makalah ini oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan.
Penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini.

Malang, 04 September 2014

Penulis,

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1

Latar Belakang.................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah............................................................................2

1.3

Tujuan...............................................................................................2

PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1

Pengertian Ashwat Arabiyah............................................................3

2.2

Hakekat Bahasa Sebagai Bunyi........................................................3

2.3

Langkah-Langkah Pembelajaran Ashwat Arobiyah.........................5

2.4

Strategi Pembelajaran Ashwat Arabiyah Pada Tingkat Dasar,


Menengah dan Atas..........................................................................6

2.5
BAB III

Manfaat Belajar Ilmu Ashwat Arobiyah Bagi Pendidik.................13

PENUTUP..............................................................................................14
3.1 Kesimpulan.................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Ilmu bunyi yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan ilmu

Al-Ashwat, yaitu ilmu yang mempelajari tentang pembentukan,


perpindahan, dan penerimaan bunyi bahasa.1 Ilmu ini pada mulanya
merupakan sebuah ilmu yang luas dan utuh yang di dalamnya
terdapat beberapa cabang yang mempunyai bidang bahasan yang
lebih fokus.
Bahasa adalah suatu sistem arbitrer pada setiap kode bunyi
yang digunakan untuk saling tukar menukar fikiran dan perasaan
antara sesama anggota masyarakat yang menggunakan bahasa yang
sama.2
Ada tiga unsur bahasa yang harus diketahui dan di perhatikan
dalam mempelajari bahasa arab yaitu ashwad, mufrodat dan tarokib.
Bahasa merupakan bunyi yang terucap, sehingga dapat dikatakan
bahwa dimana ada bahasa, disana ada sistem bunyi.
Bunyi bahasa adalah komponen bahasa yang pertama kali
dihadapi oleh pelajar bahasa baru, karena itulah bunyi bahasa harus
diajarkan dengan cara yang benar, yang memudahkan para siswa
untuk mengatasi problem bunyi bahasa yang mereka hadapi. Karena
itu pekerjaan pertama yang harus dituntaskan oleh guru bahasa Arab
adalah mengatasi kesulitan siswa dalam mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa Arab, seperti mengucapkan bunyi mad, bunyi syiddah, alif lam
syamsiyyah dan qamariyyah, bunyi-bunyi yang sifat hurufnya

1Ahmad Sayuti Anshari Nasution, 2010, Bunyi Bahasa, Jakarta:


Amzah, Hal 1
2Yayan Nurbayan, 2008, Metodologi Pembelaran Bahasa Arab,
Bandung: Zein Al-Bayn, Hal 1
1

memiliki kemiripan, bunyi-bunyi yang makhrajnya berdekatan, bunyi


tanwin, huruf mad dan layyin, dan sebagainya.3
Kesulitan-kesulitan tersebut akan dihadapi oleh siswa karena
karakter sistem bunyi bahasa Arab dalam beberapa hal memang
berbeda dengan bahasa lainnya, dan bisa juga timbul karena
pengaruh dari bahasa Ibu siswa. Dengan kenyataan demikian,
pengajaran bunyi bahasa akan menjadi bertambah penting ketika
guru berhadapan dengan beberapa bunyi yang menyulitkan siswa.
Karena itu langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru sebelum
mengajarkan bunyi adalah mengetahui dengan persis bunyi-bunyi
yang dapat menyulitkan siswa tersebut, baik berdasarkan bacaan
atau pengalaman dan penelaahan guru sendiri.
Tata bunyi (ashwat) merupakan hal yang sangat urgen (penting)
dalam bahasa arab. Oleh karena itu pembelajaran ashwat ini harus
sangat diperhatikan strategi dan metodenya, baik pada tingkat dasar,
menengah ataupun lanjut.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.

Apa pengertian Ashwat Arabiyah?


Bagaimana hakekat bahasa sebagai bunyi?
Bagaimana langkah-langkah pembelajaran Ashwat Arobiyah?
Bagaimana strategi pembelajaran Ashwat Arobiyah pada

tingkat dasar, menengah, dan atas?


5. Apa saja manfaat belajar ilmu Ashwat Arobiyah bagi pendidik?
1.3

Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini

adalah untuk mengetahui:


1. Pengertian Ashwat Arabiyah.
3Aziz Fakhrurrozi dan Erta Mahyudin. 2012. Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta
pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI. Hal 283

2. Hakekat bahasa sebagai bunyi.


3. Langkah-langkah pembelajaran Ashwat Arobiyah.
4. Strategi pembelajaran Ashwat Arobiyah pada tingkat dasar,
menengah, dan atas.
5. Manfaat belajar ilmu Ashwat Arobiyah bagi pendidik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Mufrodat dan Ashwat

2.1.1 Mufradat
Mufrodat (kosakata: bahasa Indonesia) dan (vocabulary: bahasa
inggris) adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang sebagai
identitas dari suatu bahasa tertentu. Adapun pengertian lain dari
kosakata adalah himpunan kata yang dimengerti oleh orang tersebut
dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun kalimat baru.
Menurut Horn, kosakata adalah sekumpulan kata yang
membentuk bahasa. Kemampuan seseorang untuk memahami empat
kemahiran berbahasa tersebut sangat bergantung pada penguasaan
kosakata yang dimiliki. Kosakata merupakan kumpulan kata-kata yang
membentuk bahasa yang diketahui seseorang untuk digunakan dalam
menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat.
Komunikasi yang dibangun dengan penggunan kosakata yang benar
dan tepat akan menunjukkan gambaran kecerdasan dan tingkat
pendidikan si pemakai bahasa4
2.1.2 Ashwat
Ilmu bunyi dalam bahasa arab diistilahkan dengan ilmu al ashwat. Ilmu alashwah adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan, perpindahan dan
penerimaan bunyi bahasa.5 Ilmu ini sangat penting untuk dipelajari oleh siapa saja
terutama bagi kaum muslimin yang ingin memperdalam bahasa arab. Karena dengan
mempelajari ilmu bunyi bahasa arab seorang muslim akan terhindar dari salahnya
penyucapan yang berujung pada kesalahan makna.
Ilmu bunyi sendiri bukanlah ilmu yang baru dan lahir di abad modern ini. Sajak
lama ilmu bunyi telah dikenalkan di berbagai Negara seperti india, yunani, roma dan
4 Syaiful Mustofa. Bahasa Arab Inovatif. Hal. 66
5 Muhammad Ali Al-Khuli, 1982, Mujam Ilmu Al-Ashwat, Riyadh:
Universitas Riyadh,Hal.114
4

arab.6 Ilmu bunyi bahasa arab sendiri telah menjadi perhatian terutama sejak islam
lahir.para ilmuan islam telah mencurahkan perhatian yang sangat besar untuk menjaga
kesucian al-quran dari distorsi bacaan ataupun makannya.
Diantara upaya yang dilakuakan ilmuan muslim dalam melestarikan al-quran
adalah mendiskribusikan makhraj dan sifat-sifat bunyi al-quran dengan sangat
mendetail. Ilmu inilah yang saat ini dikenal dengan ilmu tajwid dan ilmu qiroat. Ilmu
tajwid dan ilmu qiroat termasuk ilmu yang pertama lahir setelah datangnya islam.
Tercatat ilmu ini lahir pada abad ketiga hijriyah, saat Abu Ubaid Salam menulis sebuah
kitab yang berjudul al-qiroat.7

2.2

Hakekat Bahasa Sebagai Bunyi


Hakekat bahasa sebagai sistem bunyi dibagi menjadi tiga, yaitu suara manusia,

konsonan, dan vokal. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :


a. Suara manusia
Bahasa itu murni manusiawi, maksudnya adalah hanyalah
manusia yang dapat menciptakan bahasa.
b. Konsonan Bahasa Arab
Berikut ini adalah bagian-bagian konsonan bahasa arab
secara spesifik :
1) Konsonan Bilabial
Ada dua konsonan yaitu huruf dan , keduanya
diproduksi dengan mempertemukan bibir baah dan atas.
2) Konsonan Labiodental
Satu konsonan yaitu , diproduksi dengan
mempertemukan bibir bawah dengan gigi atas secara
frikatik (gesek).
3) Konsonan Interdental
Tiga huruf konsonan yaitu dan , diproduksi dengan
mempertemukan ujung lidah dengan ujung-ujung gigi
bawah dan atas.
4) Konsonan Apiko-Dentalveolar
6 Kamal Muhammad Bisyr, 1990, Al-Ashwat Al-Lughawiyyah, Kairo:
Maktabah Asy-Syabab. Hal.167
7 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, 2009, Bunyi Bahasa, Jakarta:Amzah, Hal.15

Yang termasuk konsonan ini adalah dan


dibentuk dengan mempertemukan ujung lidah dengan
ceruk gigi dan alveolum.
5) Konsonan Apiko-Alveolar
Tiga huruf konsonan yaitu dan dibentuk dengan
mempertemukan bagian depan lidah dengan alveolum.
6) Konsonan Fronto-Palatal
Yang termasuk kelompok ini adalah dan dibentuk
dengan mempertemukan bagian lidah dengan langitlangit keras.
7) Konsonan Dorso-Velar
Empat konsonan ini yaitu dan dibentuk dengan
mempertemukan lidah bagian belakang dengan langitlangit lunak.
8) Konsonan Dorso-Uvular
Huruf konsonan dibentuk dengan mempertemukan
lidah bahian belakang dengan uvula.
9) Konsonan Varingal
Huruf konsonan dan dibentuk dengan
mempertemukan faring dengan pangkal lidah.
10) Konsonan Laringal
Konsonan dan
c. Vokal Bahasa Arab
1) Fathah /a/, adalah vokal pendek rendah tak bundar
2) Alif Mad /a:/, adalah vokal panjang rendah pusat tak
bundar
3) Kasrah /i/, adalah vokal depan tinggi tak bundar
4) Ya mad /i:/, adalah vokal panjang tinggi depan tak
bundar
5) Dhomah /u/, adalah vokal pendek tinggi belakang bundar
6) Waw Mad /u:/, adalah vokal panjang tinggi belakang
2.3

bundar8
Langkah-Langkah Pembelajaran Ashwat Arobiyah
Strategi pembelajaran bunyi bahasa (ashwat Arabiyah) yang harus

dipertimbangkan penggunaanya oleh guru adalah dengan melihat kondisi riil di


kelasnya. Langkah -langkah yang harus dilakukan oleh guru adalah:
a. Penyajian Model Pelafalan

8 Syaiful Mustofa, 2011, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif,


Malang: UIN Maliki Press, Hal 31-36
6

Cara yang paling efektif dalam mengajarkan bunyi bahasa arab yang sulit
kepada siswa adalah dengan mencontohkan pelafalan setiap bunyi yang
kemudian di ikuti oleh siswa. Selain dalam bentuk tunggal, contoh pelafalan
tersebut sebaiknya di berikan dalam bentuk kata bermakna dimana huruf yang
dicontoh berada di awal, di tengah dan akhir kata.
Contoh:
-
-
-
-
b. Pemberian latihan/Dril
Setalah memberikan contoh pelafalan, guru dapat memberikan beberapa bentuk
dril untuk membiasakan siswa melafalkan bunyi bunyi yang sudah pelafalanya
pada tahapan sebelumnya. Bentuk dril ini tentunya ditentukan berdasarkan
tingkat pembelajaran siswa, apakah tingkah dasar, menengah, atau lanjut. Di
antara bentuk drill yang bisa digunakan oleh guru adalah:
1) Latiahan membedakan bunyi bahasa Arab
Latihan membedakan bunyi bahasa Arab ini dapat di variasikan menjadi:
a) Menentukan satu dari tiga bunyi. Contoh
Tentukan apakah bunyi // diucapkan pertama,kedua atau ketiga

b) Menentukan salah satu dari dua bunyi dalam sebuah kalimat. Contoh:
Tentukan apakah bunyi// atau // yang ada dalam setiap kata
berikut.
/
/
/
c) Menyimak dan mengulangi tsunaiyyah sugra (dalam hal itu
usahakan buku dalam keadaan tertutup)
d) Membaca dan mengulangi tsunaiyyah sugra (dalam hal ini usahakan
buku dalam keadaan terbuka)
7

e) Membaca bebas, artinya guru memerintahkan para siswa untuk


membaca huruf, kata atau kalimat yang mengandung bunyi yang sulit
tanpa memberikan contoh pelafalan terlebih dahulu.
2) Praktik penggunaan bahasa
Maksud dari kegiatan ini adalah guru menggunakan bunyi bunyi yang
sudah dipelajari oleh siswa dalam kegiatan berbahasa sebenarnya, baik yang
komplek maupun yang sederhana, seperti dengan cara menyebut nama siswa
dalam kelas, menyebut suatu benda yang ada di dalam atau di luar kelas,
atau menyebut nama anggota badanyang menggunakan bunyi bunyi yang
sudah dilatihkan.9
2.4

Strategi Pembelajaran Ashwat Arabiyah Pada Tingkat

Dasar, Menengah dan Atas


a. Pembelajaran Ashwat pada Tingkat Dasar
Masa-masa awal sekolah dasar, sekitar umur 6-7 tahun
merupakan fase yang mulai sulit bagi siswa untuk diajak
melafalkan bunyi bahasa asing, mereka sedikit banyak masih
terpengaruh oleh bahasa Ibu. Oleh karena itu, pada masa ini
siswa harus diberi dasar yang kuat dalam pelafalan dengan
teknik dan strategi yang sesuai.
Menurut ilmu psikologi sekitar umur 6-12 , anak-anak masih
dipengaruhi oleh bahasa Ibu. Maka pembelajran bunyi bahasa
Arab (ashwat Arabiyah) pada tingkat dasar lebih ditekankan
pada pelafalan bunyi bahasa tersebut. Oleh karena itu, pada
masa ini siswa harus diberi dasar yang kuat dalam pelafalan
bahasa Arab dengan teknik dan strategi yang sesuai. Dalam hal
ini siswa belum mempunyai pengetahuan tentang kebahasaan,
maka pembelajaran bunyi bahasa Arab (ashwat Arabiyah) yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan Metode Alphabetik ()
Dalam metode ini, pengajaran baca-tulis dimulai dengan
mengenalkan nama-nama huruf dan otografi (bentuk
tulisannya). Selanjutnya, dikenalkan bunyi huruf konsonan
9 Ibid., Hal 40-42
8

(huruf mati) setelah digabungkan dengan huruf vocal


sehingga membentuk sebuah fonem, misalnya (b-u bu-d-idi). Karena huruf Arab semuanya konsonan, maka dalam
bahasa Arab diciptakan tanda vocal berupa syakal yang
diletakkan di atas dan di bawah huruf. Maka pada tahap
pengenalan bunyi disajikan huruf-huruf yang bertanda
vocal, misalnya sebagai berikut:














Kemudian dilanjutkan dengan latihan-latihan intensif dan
berulang-ulang gabungan-gabungan huruf yang membentuk
kata sampai dengan kalimat. Membaca tanpa syakal hanya
bias dilakukan oleh siswa setelah memahami bahasa Arab
dengan baik.
2) Metode Bunyi ( )
Dalam metode ini, pembelajaran tidak dimulai dengan
pengenalan nama huruf, tapi langsung pada bunyi. Dalam
hal ini ada dua cara yang lazim digunakan, yaitu cara
sintesis (merangkai) dan cara analisis (mengupas).
3) Metode Sintesis ( )
Metode ini dimulai dengan mengenalkan bunyi huruf-huruf,
kemudian dirangkai menjadi kata. Sebagai contoh:

4) Metode Analisis ( )
Dimulai dengan kata kemudian dikupas menjadi bunyi hurufhuruf. Atau dimulai dengan kalimat, kemudian dikupas
menjadi kata-kata, dan dikupas lagi menjadi huruf-huruf.
Contoh:

Metode analisis ini biasanya dimulai dengan pengenalan kata


yang telah dikenal oleh siswa, atau untuk bahasa Asing
dengan bantuan gambar.
5) Metode Analisis-Sintesis ( )
Merupakan penggabungan kedua metode yakni metode
sintesis dan metode analisis, misalnya dalam bentuk seperti
berikut:
9


Yang pertama dari global lalu dikupas (dianalisis) menjadi
bagian-bagian kemudian kembali ke global lagi. Yang kedua dari
bagian-bagian lalu digabung (dirangkai) menjadi satu kesatuan
kemudian kembali ke bagian-bagian lagi.
Pada masa anak-anak, mereka cenderung bermain dan
tertarik pada sebuah lagu, karena lagu itu dapat membantu
kemampuan kognitif anak. Dalam hal ini Pembelajaran bunyi bahasa
Arab (ashwat Arabiyah) dapat dilakukan dengan sebuah lagu atau
permainan yang berisikan materi bahasa Arab. Misalnya anak-anak
diputarkan lagu makharijul huruf Arab, kemudian siswa disuruh
menirukan , atau dengan permainan kartu penyusunan huruf Arab
kemudian siswa disuruh melafalkan huruf-huruf Arab yang sudah
disusun tadi.
Penggunaan lagu dalam pembelajaran bunyi bahasa Arab
(ashwat Arabiyah) juga cukup menarik. Lagu-lagu itu sangat
membantu kemampuan kognitif anak, terutama dalam hal mengingat
symbol (rumz) huruf hijaiyah dan memperlancar artikulasi (nutq).
Dengan media TV, VCD Player,LCD, dan lain-lain anak-anak merasa
senang menyaksikan video clip yang menggambarkan proses
pembelajaran sambil bernyanyi dan bermain. Dalam waktu singkat,
anak-anak cepat menghafal teks sebuah lagu, dan mereka akan lebih
sering mendengarkan nutq asli sehingga akan membiasakan mereka
untuk meniru pelafalannya.10
b. Pembelajaran Ashwat Arabiyah Tingkat Menengah
Pada pembelajaran bahasa Arab tingkat menengah seharusnya
siswa sudah memiliki pengetahuan mengenai kosa kata (mufrodat).
Hal tersebut dikarenakan siswa dianggap telah mempelajari bahasa
Arab pada tingkat sebelumnya. Oleh karena itu, pembelajaran Ashwat

10 Ibid., Hal. 42-45


10

Arabiyah pada tingkat ini haruslah diintegrasikan dengan


pengetahuan siswa terhadap beberapa mufrodat.
Pengajaran Ashwat Arabiyah pada tingkat ini masih bisa
menggunakan metode sintetis dan metode analisis11. Kedua metode
ini mengintegrasikan pembelajaran Ashwat Arabiyah dengan
beberapa mufrodat sehingga kedua metode ini akan membantu
dalam pembelajaran Ashwat Arabiyah pada tingkat menengah. Selain
itu, pembelajaran bahasa Arab juga bisa dilakukan dengan latihan
menyimak (mengidentifikasi)12.
Contoh: ketika guru melafalkan lafal tersebut, maka akan ada
berbagai respon dari siswa, antara lain:




Respon siswa A

Respon siswa B

Respon siswa C

Latihan mendengarkan dan menirukan juga bisa sebagai salah


satu alternatif pembelajaran Ashwat Arabiyah. Kegiatan ini dilakukan
oleh guru ketika memperkenalkan kata-kata / pola kalimat yang baru
atau dalam waktu khusus yang disediakan untuk pelajaran
menyimak. Latihan menirukan ini difokuskan pada bunyi-bunyi
bahasa Arab yang asing bagi siswa, pengucapan vokal panjang dan
pendek, serta bertasydid dan tidak bertasydid yang tidak dikenal
dalam bahasa Indonesia13. Contoh:
1) Latihan pengucapan huruf qof ()
Guru mengucapkan dan murid menirukan:




2) Latihan pengucapan beberapa bunyi yang berdekatan ( - )
Guru mengucapkan dan murid menirukan:



3) Latihan pengucapan vokal panjang dan pendek
Guru mengucapkan dan murid menirukan:

4) Latihan pengucapan vokal bertasydid


Guru mengucapkan dan murid menirukan:




11 Ibid., Hal.45
12 Ibid, hal.47
13 Ibid, hal.47
11

c. Strategi pembelajaran Ashwat pada tingkat Lanjut


Pada tingkat lanjut ini, pembelajaran Ashwat Arabiyah harusnya sudah diajarkan
huruf-huruf yang sulit pelafalannya, supaya kemampuan siswa dalam melafalkan semua
jenis huruf dapat tercapai dengan baik. Cara yang cukup efektif dalam mengajarkan
bunyi bahasa Arab yang sulit kepada siswa adalah mencontohkan pelafalan setiap bunyi
kemudian diikuti dengan siswanya. Pelafalan dapat dilakukan dalam bentuk kata yang
bermakna.
Teknik lain yang efektif untuk mencontohkan pelafalan bunyi bahasa Arab
adalah dengan menggunakan pasangan minimal (tsunaiyyah/minimal pair), yaitu dua
kata yang berbeda maknanya karena perbedaan satu huruf saja, apakah di awal, di
tengah, atau di akhir.14
Cara melaksanakan teknik ini adalah guru melafalkan pasangan minimal
pasangan dengan jelas, sementara siswa menyimak dan memperhatikan gerak bibir dan
mulut sang guru supaya dapat melihat jelas perbedaan kedua kata yang dilafalkan oleh
guru tersebut.
Contoh kata pasangan minimal yang dapat membantu guru dalam menggunakan
teknik ini adalah / / /
Pada tingkat ini, siswa sudah memiliki pengetahuan tentang kebahasaan,
Makharijul Huruf Arabiyah, dan pengidentifikasian bunyi suara melalui beberapa
mufrodat, selanjutnya seorang pelajar setidaknya bisa menganalisis bunyi-bunyi bahasa
Arab dari beberapa kalimat atau sebuah teks, seorang pelajar dapat membedakan dan
menganalisis beberapa bunyi bahasa Arab yang hampir sama, seorang pelajar dapat
membunyikan bentuk tunggal maupun jamak. Oleh karena itu, guru harus memberikan
drill pada siswa dalam pelafalan bunyi-bunyi Arab, seperti dalam membedakan tiga atau
dua huruf yang hampir sama, kemudian dirangkai dalam kalimat, contoh: - -
kemudian disusun dalam sebuah kata, contoh:

14 Ibid., Hal. 48
15 Ibid., Hal. 49
12

15

Beberapa contoh tes bunyi bahasa Arab yang dapat dilakukan untuk mengukur
kemampuan mengenal dan membedakan bunyi bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1) Membaca dengan suara nyaring (keras)
Siswa diminta untuk melafalkan rangkaian kalimat atau paragrap atau wacana
lengkap dengan suara jelas atau nyaring. Sebaiknya guru membatasi kalimat
tertentu yang harus dilafalkan oleh siswa untuk dapat memberikan sjor atau
penilaian dari masing-masing kalimat yang dilafalkan dengan benar, dan
mengurangi nilai dari kesalahan yang dilakukan dalam melafalkan bunyi bahasa
tersebut. Seperti contoh berikut
Bacalah ayat Al-Quran berikut dengan suara jelas! (contoh berikut bertujuan
mengukur kebenaran pengucapan huruf a).
:

(1)


( 3 -1 : )

(2)

( 3 -1 : )
( 1 : )
( 8 : )

(3)
(4)
(5)

16

( 6 : )
2) Membedakan bunyi bahasa Arab yang mirip
Siswa dapat memperhatikan kata-kata yang di ucapkan atau diperdengarkan oleh
guru atau melalui rekaman, dan guru dapat meminta siswa melafalkan satu atau
dua kalimat yang sering kali diulang pelafalannya, atau membedakan dua kalinat
yang memiliki kemiripan bunyi, misal:
/ / -
Contoh: siswa diminta untuk melafalkan huruf berikut ini

16 Abdul Hamid, 2010, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab Untuk


Studi Islam, Malang: UIN Press. Hal. 31
13

3) Melafalkan Tsunaiyyah Sughra (Minimal Pairs)


Yang dimaksud dengan Tsunaiyyah Sughra (Minimal Pairs) adalah ujaran yang
salah satu unsur hurufnya berbeda, dua unsur huruf yang lain sama kecuali
dalam satu bunyi saja, seperti:
/ /
Ketiga kata tersebut memiliki dua kesamaan huruf dan hanya ada satu huruf
yang berbeda, huruf yang beda ini disebut dengan fonem. Siswa diminta untuk
melafalkan bebrapa pasangan kata yang memliki fonem, baik yang terletak
diawal, ditengah, atau diakhir, seperti pada comtoh berikut:


-

17
-
4) Melafalkan kata-kata
Siswa diminta untuk melafalakan kata-kata tertentu dengan jelas, tujuannya
untuk mengukur kemampuan siswa dalam melafalkan huruf tertentu yang
terletak diawal, ditengah, atau akhir kata, seperti:
:

2.5

Manfaat Belajar Ilmu Ashwat Arobiyah Bagi Pendidik

a. Agar pengajar mampu menguasai pengucapan unsur bunyi


bahasa Arab dengan benar (fasih) sesuai dengan aturan bahasa
yang telah di tetapkan, karena pelafalan ini ditirukan oleh
siswa.
b. Untuk memahami karakteristik bahasa Arab. Huruf Arab
memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari
huruf latin., perbedaan tersebut diantaranya adalah bahwa
huruif Arab bersifat Sillabary, dalam arti tidak mengenal huruf
vokal karena semua huruf konsonan. Akan tetapi, konsonan itu
akan menjadi vokal jika ditambah syakl (harakat).
17 Syaiful Mustofa, Op.Cit., Hal. 50-52
14

c. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengucapkan bunyibunyi bahasa Arab seperti mengucapkan bunyi huruf Mad,
syiddah, Alif lam syamsiyyah dan qomariyah dsb.
d. Untuk menentukan metode yang tepat, efektif dan
menyenangkan dalam pembelajaran ashwat Arabiyah.
e. Untuk mengukur kemampuan bunyi bahasa Arab siswa. Alat
ukur yang ukur yang digunakan adalah tes. Pelaksanaan tes
bunyi bahasa Arab bagi penutur asing dirasa sangat penting
agar pembelajar bahasa asing diharapkan mampu melafalkan
huruf-huruf Arab secara baik dan benar, seperti yang dilakukan
oleh penutur aslinya (native speaker). Penilaian tes bunyi
bahasa Arab dilakukan atas dasar ketepatan pelafalan, baik dari
segi bunyi bahasa Arab maupun sebagian dari rangkaian bunyi
bahasa Arab dalam kata-kata, frasa, kalimat, atau wacana yang
meliputi jeda bunyi (waqf), tekanan suara (nabr), dan intonasi
(tanghim).
f. Untuk membandingkannya sistem tata bunyi bahasa Arab,
bahasa Indonesia, dan sistem bunyi bahasa Daerah yang
menjadi bahasa Ibu siswa. Yaitu dengan melakukan studi antar
bahasa (studi kontrastif atau analisis kontrastif), setelah itu
pengajar diharapkan mampu mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan bunyi bahasa Arab, bahasa Indonesia, dan bahasa
Ibu siswa.
g. Agar pembelajaran bahasa Arab di Indonesia berjalan dua arah,
bukan satu arah. Yaitu pembelajaran bahasa Arab yang meliputi
pemahaman bahasa tulis dan pemahaman bahasa lisan18

18 Ibid., Hal. 55-56


15

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
a. Ilmu al-ashwah adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan,
perpindahan dan penerimaan bunyi bahasa.
b. Hakekat bahasa sebagai sistem bunyi dibagi menjadi tiga, yaitu suara
manusia, konsonan, dan vokal.
c. Langkah-langkah pembelajaran ashwat arobiyah ada dua yaitu penyajian
model pelafalan dan pemberian latihan/dril.
d. Strategi pembelajaran ashwat arabiyah pada ada tiga tingkatan yaitu tingkat
Dasar, Menengah dan Atas. Metode yang digunakan di tingkat Dasar ada 4
metode yaitu menggunakan metode Alphbetik, metode bunyi, metode sintetis,
metode analisis dan metode analisis sintetis. Metode yang digunakan di
tingkat Menengah yaitu metode sintetis dan metode analisis. Sedangkan
tingkat Lanjut pembelajaran Ashwat Arabiyah sudah diajarkan huruf-huruf
yang sulit pelafalannya dan guru harus memberikan drill pada siswa dalam
pelafalan bunyi-bunyi Arab.
e. Manfaat belajar Ilmu Ashwat bagi pendidik
1) Agar pengajar mampu menguasai pengucapan unsur bunyi bahasa Arab
dengan benar (fasih) sesuai dengan aturan bahasa yang telah di tetapkan,
karena pelafalan ini ditirukan oleh siswa.
2) Untuk memahami karakteristik bahasa Arab.
3) Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa Arab
4) Untuk menentukan metode yang tepat, efektif dan menyenangkan dalam
pembelajaran ashwat Arabiyah.
5) Untuk mengukur kemampuan bunyi bahasa Arab siswa.
6) Untuk membandingkannya sistem tata bunyi bahasa Arab, bahasa
Indonesia, dan sistem bunyi bahasa Daerah yang menjadi bahasa Ibu
siswa.
7) Agar pembelajaran bahasa Arab di Indonesia berjalan dua arah, bukan

3.2

satu arah.
Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan para pembuat

makalah dan para pembaca lebih mengerti dan memahami tentang


Strategi Pembelajaran Ashwat Arabiyah pada tingkat Dasar,
Menengah dan Atas. Dalam makalah ini banyak terjadi kekurangan
yang menyebabkan kurang sempurnanya penulisan makalah ini, oleh
16

karena itu diharapkannya saran dan kritik atau masukan untuk


memperbaiki kekurangan-kekurangan yang telah terjadi.

17

DAFTAR PUSTAKA
Ali Al-Khuli, Muhammad, Mujam Ilmu Al-Ashwat, Universitas Riyadh,
Riyadh, 1982
Fakhrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama
RI, Jakarta pusat, 2012
Hamid, Abdul, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab Untuk Studi Islam,
UIN Press, Malang, 2010
Muhammad Bisyr, Kamal, Al-Ashwat Al-Lughawiyyah, Maktabah AsySyabab, Kairo, 1990
Mustofa, Syaiful, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, UIN
Maliki Press, Malang, 2011
Nurbayan, Yayan, Metodologi Pembelaran Bahasa Arab, Zein AlBayn, Bandung, 2008
Sayuti Anshari Nasution, Ahmad, Bunyi Bahasa, Amzah, Jakarta, 2010

18

Anda mungkin juga menyukai