Anda di halaman 1dari 43

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MELALUI METODE

HIWAR PADA SISWA KELAS III SDIT AL – FATAH KOTA

BEKASI

Disusun Oleh :

KHARISMA NUR AFIFAH

NIM : 20193412029

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BANI SALEH BEKASI


2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang digunakan disebagian

dunia. Dalam perkembangannya ternyata tidak hanya dipelajari oleh

bangsa Arab,Melainkan bangsa bangsa yang lain juga ikut serta

mempelajari bahkan memakainya (Ahmad Mujadid, 2014).1

Bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih dua puluh

negara.Bahasa Arab mempunyai keistimewaan daripada bahasa-bahasa

lainnya karena sekaligus telah menjadi bahasa agama Islam, bahasa

sumber ajaran Islam, bahasa kitab suci Islam sehingga dengan demikian

sangat erat kaitannya dengan kaum muslimin.

Pendidikan bahasa Arab di Indonesia sudah di ajarkan mulai dari

Taman Kanak (TK) sampai perguruan tinggi. Mempelajari bahasa Arab

bagi orang Indonesia (kaum muslim) pada umumnya mempunyai

kepentingan ganda. Pertama, Penting bagi mereka yang ingin

memperoleh kemudahan dan kesuksesan didunia maupun diakhirat.

Kedua, penting bagi kita semua dengan keharusan untuk dapat

menjalankan perintah agama dengan sempurna, yang terakhir ini perlu

diberi penekanan khusus mengingat kenyataannya ada sejumlah

1
Ahmad Mujadid, jurnal penggunaan metode dialog (muhawaroh) dalam keterampilan
berbicara bahasa arab kelas x SMK Negeri 7 Mataram. Diakses dari
https://unu-ntb.e-journal.id/ijert/article/download/130/86/
kewajiban syariat yang hanya dapat dipenuhi secara sempurna apabila

memahami bahasa Arab.

Perkembangan bahasa Arab sangat pesat, bahkan sebagian sekolah

di Indonesia menambah mata pelajaran bahasa Arab sebagai mata

pelajaran pokok. Warga Indonesia mengakui, dengan adanya mata

pelajaran bahasa Arab dapat memberikan nilai positif dalam kehidupan

sehari-hari khususnya di Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya

memeluk agama Islam. Mempelajari bahasa Arab itu sangat penting,

sehingga kita perlu mempelajari dan mengetahui berbagai tujuan dari

pembelajaran bahasa Arab.

Tujuan pembelajaran bahasa Arab secara umum adalah agar peserta

didik mampu menguasai empat keterampilan (skills) bahasa, yaitu

keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara,

dan keterampilan menulis. Keterampilan menyimak yaitu memahami

bahasa yang didengar. Keterampilan berbicara yaitu terampil berbicara.

dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Keterampilan

membaca yaitu terampil membaca dengan memahami suatu wacana.

Keterampilan menulis yaitu terampil menulis dengan bahasa yang benar.

Kemampuan berbicara merupakan bagian dari keterampilan yang

dipelajari oleh para pembelajar, sehingga keterampilan berbicara

dianggap sebagai bagian yang sangat mendasar dalam mempelajari

bahasa asing salah satu nya ialah bahasa Arab.

Seperti dalam Hadist sudah dijelaskan, Hendaknya kaum muslimin

tidak memandang remeh bahasa Arab, dalam artian menjadikan bahasa


Arab sebagai bahasa yang tidak diperhatikan dan lebih fokus dan

menaruh perhatian ke bahasa lainnya.

Imam Asy Syafi’i berkata,

‫ ولم تزل العرب تسميهم التجار‬،ً‫سمى هللا الطالبين من فضله في الشراء والبيع تجارا‬

،‫رب‬%%‫ان الع‬%%‫ثم سماهم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم بما سمى هللا به من التجارة بلس‬

‫ إال‬،ً‫اجرا‬%%‫ فال نحب أن يسمى رجل يعرف العربية ت‬،‫والسماسرة اسم من أسماء العجم‬

‫اره هللا‬%%‫ذي أخت‬%%‫ان ال‬%%‫ك أن اللس‬%%‫ وذل‬،‫ة‬%%‫ شيئا ً بأعجمي‬%‫ وال ينطق بالعربية فيسمي‬،ً‫تاجرا‬

‫لى‬%%‫د ص‬%%‫ فأنزل به كتابه العزيز وجعله لسان خاتم أنبيائه محم‬،‫عز وجل لسان العرب‬

‫ا‬%%‫ ألنه‬،‫ا‬%%‫ ينبغي لكل أحد يقدر على تعلم العربية أن يتعلمه‬:‫ ولهذا نقول‬،‫هللا عليه وسلم‬

‫ بأن يكون مرغوبا ً فيه من غير أن يحرم على أحد أن ينطق بأعجمية‬،‫اللسان األولى‬.

“Allah  menamakan orang-orang yang mencari karunia Allah  melalui jual-

beli (berdagang) dengan nama tujjar  (para pedagang-pent), kemudian

Rasululah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  juga menamakan mereka dengan

penamaan yang Allah  telah berikan, yaitu (tujjar) dengan bahasa Arab.

Sedangkan “samaasiroh” adalah nama dari bahasa ‘ajam (selain Arab).

Maka kami tidak menyukai seseorang yang mengerti bahasa Arab

menamai para pedagang kecuali dengan nama “tujjar” dan janganlah

seseorang yang berbahasa Arab lalu ia menamakan sesuatu dengan

bahasa ‘ajam. Hal ini karena bahasa Arab adalah bahasa yang telah

dipilih oleh Allah , sehingga Allah  menurunkan kitab-Nya dengan bahasa

Arab dan menjadikan bahasa Arab menjadi bahasa penuntup para nabi,

yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, kami

katakan sepantasnya setiap orang yang mampu belajar bahasa Arab

mempelajarinya karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling pantas


dicintai tanpa harus melarang seseorang berbicara dengan bahasa yang

lain.”2

Dalam mengajarkan bahasa Arab hendaknya dimulai dengan

percakapan, meskipun dengan kata-kata yang sederhana yang mudah

dimengerti dan dipahami oleh anak didik. Selain itu diharapkan untuk

mengaktifkan semua panca indra anak didik, lidah harus dilatih dengan

percakapan, mata dan pendengaran terlatih untuk membaca dan tangan

terlatih untuk menulis dan mengarang, serta mementingkan kalimat yang

mengandung pengertian dan bermakna.

Keterampilan berbicara penting dalam memberi dan menerima

informasi serta memajukan hidup dalam peradaban dunia modern.

Keterampilan ini didasari olehkepercayaan tinggi untuk berbicara secara

wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan menghilangkan

masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat

lidah, dan lain-lain .

Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling

pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa

sebagai medianya. Berbicara adalah kegiatan komunikatif, dalam bentuk

Hiwar antara dua orang atau lebih, seorang berbicara dan lainnya

mendengarkan, demikian secara bergantian saling bertukar peran.

Pembicara menggunakan kata, kalimat, ungkapan, disamping bahasa

penunjang seperti mimik, gerak tubuh, isyarat, dan bentuk-bentuk

paralinguistis sebagai media untuk menyampaikan pesannya (Effendy

2012:149).3

2
https://muslim.or.id/51084-keutamaan-belajar-bahasa-arab-dan-ilmu-nahwu.html
3
Effendy, Ahmad Fuad. 2009a. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab.Malang: Misykat
Dengan berbicara seseorang dapat berkomunikasi dengan sesama,

menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan,

mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain

sebagainya. Namun tidak semua orang di dalam berbicara itu memiliki

kemampuan yang baik di dalam menyampaikan isi pesannya kepada

orang lain sehingga dapat dimengerti sesuai dengan keinginannya.

Dengan kata lain, tidak semua orang memiliki kemampuan yang baik

di dalam menyesuaikan dengan tepat antara apa yang ada dalam pikiran

atau perasaannya dengan apa yang diucapkannya sehingga orang lain

yang mendengarkannya dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang

sesuai dengan keinginan dari pembicara.

Pada pembelajaran bahasa Arab khususnya keterampilan berbicara

membutuhkan pendidik yang kompeten. Pendidik yang kompeten tidak

hanya memiliki penguasaan materi sesuai dengan bidangnya, akan tetapi

pendidik juga dituntut untuk menguasai kelas agar tercipta pembelajaran

yang kondusif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab telah diajarkan di

SD/MI hingga SMA/MA. Namun, pada umumnya peserta didik masih

belum bisa mengungkapkan bahasa Arab dalam proses pembelajaran di

sekolah. Mereka masih mengalami kesulitan dalam berHiwar dengan

sesamanya dalam bahasa Arab.

Demikian, keadaan peserta didik yang belum mengetahui bahasa

Arab sebelumnya memicu kesulitan peserta didik dalam mengungkapkan

bahasa Arab. Hal ini dialami juga oleh sebagian peserta didik SDIT AL –

FATAH kota Bekasi kelas 3 yang menjadi subjek penelitian.


Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SDIT AL -

FATAH dapat ditemukan hal hal sebagai berikut: (1) kurangnya minat

belajar peserta didik karena pembelajaran yang monoton. (2) Adanya

potensi peserta didik yang kurang maksimal karena belum tersedia media

pembelajaran. (3) Adanya karakteristik peserta didik yang berbeda

sehingga mempengaruhi penerimaan mata pelajaran Bahasa Arab. (4)

Adanya faktor lingkungan sekolah yang kurang mendukung dalam proses

belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Arab.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti meresa tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Peningkatan kemampuan

berbicara dalam pembelajaran bahasa Arab melalui metode Hiwar pada

siswa kelas 3 di SDIT Al Fatah Kota Bekasi ”.

B. Fokus dan Sub Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian merumuskan

1. Fokus masalah

untuk menggali lebih dalam mengenai “Peningkatan kemampuan

berbicara dalam pembelajaran bahasa Arab melalui metode Hiwar pada

siswa kelas 3 di SDIT Al Fatah Kota Bekasi ”.

2. Sub fokus masalah

Agar penelitian menjadi lebih jelas, maka peneliti menentukan sub fokus

masalah sebagai berikut:

1. Penerapan metode Hiwar dalam pembelajaran bahasa arab kelas III

sekolah dasar.
2. Pelaksanaan metode Hiwar dalam pembelajaran bahasa arab kelas III

sekolah dasar.

3. Tujuan dan manfaat metode Hiwar dalam pembelajaran bahasa arab

kelas III sekolah dasar.

4. Kelebihan dan kekurangan metode Hiwar dalam pembelajaran

bahasa arab kelas III sekolah dasar.

5. Evaluasi metode Hiwar dalam pembelajaran bahasa arab kelas III

sekolah dasar.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan di atas, masalah

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode Hiwar dalam pembelajaran bahasa

arab kelas III sekolah dasar?

2. Bagaimana pelaksanaan metode Hiwar dalam pembelajaran bahasa

arab kelas III sekolah dasar?

3. Apa tujuan dan manfaat metode Hiwar dalam pembelajaran bahasa

arab kelas III sekolah dasar?

4. Apa kelebihan dan kekurangan metode Hiwar dalam pembelajaran

bahasa arab kelas III sekolah dasar?

5. Bagaimana evaluasi metode Hiwar dalam pembelajaran bahasa arab

kelas III sekolah dasar.


D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam sebuah

penelitian. Berikut peneliti menguraikan mengenai tujuan

umum dan tujuan khusus penelitian:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum merupakan sesuatu yang ingin dicapai secara

menyeluruh. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

secara menyeluruh penerapan metode Hiwar dalam pembelajaran

bahasa arab kelas III sekolah dasar.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah sesuatu yang ingin dicapai dan mengetahui

gambaran lebih detail.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui secara rinci mengenai pelaksanaan Kemampuan

berbicara dalam pembelajaran bahasa Arab melalui metode hiwar

b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam penerapan

metode hiwar.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna dan

menambah pengetahuan tentang pengunaan metode Hiwar.


2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, menambah

wawasan lebih luas, menjadi inspirasi dan motivasi untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan

metode Hiwar.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian inidiharapkan guru dapat mengembangkan dan

mengkaji lebih dalam mengenai penerapan dalam metode Hiwar.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi

serta dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian selanjutnya akan memiliki referensi mengenai

penerapan metode Hiwar dalam pembelajaran bahasa arab.


BAB II

KAJIAN TEORETIS, KONSEPTUAL TINDAKAN DAN HIPOTESIS


PENELITIAN

A. Kajian Teoretis
1. Metode Hiwar
a. Pengertian Metode

Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya


adalah menurut Ahmad Tafsir dalam MetodelogiPengajaran Agama
Islambahwa:

“Menurut Mahmud Yunus “metode adalah jalan yang hendak


ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu,
baik dalam lingkungan perusahaan atauperniagaan, maupun
dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya.” Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan
kerja yang terencana dan sistematis guna mencapai tujuan yang
direncanakan.4

Menurut T. Raka Joni dalam Abimanyu dkk, “Mengartikan


metode sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk
mencapai tujuan tertentu”.5 Menurut Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Metode adalah cara yang telah
teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud.6 Kesimpulan dari
pengertian-pengertian tersebut bahwa metode secara umum adalah
cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu hal, seperti
menyampaikan mata pelajaran.

b. Pengertian Metode Hiwar

4
Armai Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers : 2002, hal
87.
5
Abimanyu, Soli, dkk. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.”, 2008, hal 2.5
6
Pusat Bahsa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2012, hal.910
Hiwar menurut bahasa adalah percakapan, Hiwar atau berbicara.
Percakapanmerupakan pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu
topik tertentu antara dua atau lebih. Percakapan merupakan dasar
ketrampilan berbicara baik bagi anak-anak maupun orang tua.
Pembelajaran muhawaroh merupakan pembelajaranbahasa Arab yang
pertama-tama diajarkan. Tujuannya adalah agar siswa mampubercakap-
cakap (berbicara) dalam pembicaraan sehari-hari dengan
menggunakanbahasa Arab dan dalam membaca Alquran, dalam shalat
dan berdoa.

Hiwar dalam bahasa Arab bisa berarti “ jawaban”, dan berarti,


“tanya jawab”, “percakapan” “Hiwar”, Makna-makna yang terakhir inilah
yang sering digunakan bagi nama suatu jenis metode pengajaran. Kata
Hiwar dalam bahasa Inggris ditulis dengan “Hiwarue” yang juga berarti
percakapan dwicakap.7 Sedangkan pengertian metode tanya jawab
menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah: “Cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,
tetapi dapat pula dari siswa kepada guru”.8 Nana Sudjana berpendapat
metode tanya jawab adalah : “metode mengajar yang memungkinkan
terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada
saat yang sama terjadi Hiwar antara guru dan siswa”.9

c. Tujuan dan Manfaat Metode Hiwar

Pada proses kegiatan pembelajaran, tujuan merupakan hal pokok


yang tidak boleh diabaikan oleh setiap lembaga pendidikan. Karena
dengan adanya tujuan dalam proses pembelajaran, menandakan bahwa
proses pembelajaran tersebut mempunyai arah dan target yang jelas
akan apa yang telah menjadi cita - cita yang hendak dicapai. Untuk
mencapai suatu tujuan tentunya dibutuhkan adanya hubungan yang

7
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2010, hal. 180.
8
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010, hal. 94.
9
Nana Sudjana, Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010, hal. 78.
harmonis antara komponen-komponen yang terlibat didalam
pembelajaran tersebut. seperti tujuan, metode, media pembelajaran,
siswa dan guru. Begitu juga dengan pembelajaran dengan metode
Muhawarah (Hiwar), tujuan merupakan satu hal yang menjadi prioritas
utama yang harus dicapai. Adapun tujuan yang perlu untuk dicapai
menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi ( 1950: 282-283) menyebutkan
beberapa tujuan metode hiwar, antara lain:

1. Mendorong siswa untuk mengeluarkan pendapatnya


Salah satu tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah
menciptakan suasana yang dinamis. Dengan suasana yang dinamis
tersebut, sangat dimungkinkan munculnya suasana belajar yang lebih
interakrif, dimana peserta didik memiliki jiwa yang kreatif. Salah satu jenis
kreatifitas tersebut adalah mereka para peserta didik terbiasa dengan
mengeluarkan pendapatnya. Metode hiwar sangat tepat untuk
memunculkan suasana yang dimaksud.
2. Membiasakan siswa untuk berlatih mencari dan memecahkan masalah
Kebiasaan yang ada pada peserta didik adalah kurang peka terhadap
berbagai masalah yang ada dalam kaitannya dengan materi pelajaran
yang diterimanya. Dipihak lain terkadang mereka para peserta didik
kurang mamapu jika kebetulan menemukan masalah berkaitan dengan
materi pelajaran yanmg diterimanya. Pada suasana tersebut, guru
dituntut untuk mampu memberikan contoh bagaimana mencari masalah
sekaligus memecahkannya.
3. Menghilangkan keragu-raguan pada pikiran siswa
Sifat yang biasanya ditemukan pada peserta didik adalah mereka
biasanya raguragu dalam mengilustrasikan isi pikirannya. Hal ini
disamping karena perasaan rendah diri juga dikarenakan sifat kurang
berani pada peserta didik. Padahal sifat tersebut menjadikan peserta didik
kurang terbuka pemikirannya. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk
melatih sekaligus memberikan contoh keberanian dalam mengemukakan
pemikiran. Mekanismenya diantaranya adalah melalui pemberian
stimulasi berupa pertanyaan atau sebaliknya memberikan jawaban yang
dikehendaki peserta didik ketika mereka bertanya.
4. Membimbing siswa cara berfikir yang baik
Kerancuan berfikir tidak jarang diketemukan pada para peserta didik. Hal
ini dikarenakan kurang terbiasa untuk berfikir secara baik, yakni berfikir
secara sistematis. Agar para peserta didik terbiasa berfikir secara baik
(sistematis), maka guru berkewajiban untuk memberikan contoh sekaligus
menyediakan sarana untuk terciptanya suasana dimaksud. Kebiasaan
dan suasana ini dapat diciptakan melalui pemberian stimulus oleh guru
terhadap peserta didik dalam metode hiwar.
5. Membimbing siswa cara mengambil keputusan dan menganalisa
Sifat malas berfikir pada gilirannya akan melahirkan kekurangberanian
untuk mengambil keputusan tertentu. Akibatnya peserta didik yang sudah
terbiasa dengan pola yang demikian kebingungan ketika diharuskan
mengambil keputusan pada masalah-masalah tertentu. Guru yang baik
seharusnya melatih peserta didiknya agar terbiasa dengan menganalisa
masalah untuk mengambil keputusan yang jelas. Media yang tepat dapat
diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar melalui contoh
menganalisa setiap masalah yang diberikan peserta didik untuk kemudian
disimpulkan atau diambil keputusannya yang tepat.
6. Mencari pengetahuan baru dan mengambil manfa’atnya
Metode hiwar dapat digunakan sebagai sarana untuk mencarti
pengetahuan baru sekaligus mengambil manfaatnya. Sebab dari metode
tersebut didapatkan berbagai wawasan baru. Wawasam baru tersebut
didapatkan melalui berbagai pertanyaan sekaligus jawaban guru maupun
peserta didik sebagai gambaran luasnya
pemikiran.
7. Melatih kemampuan mendengarkan
Ada berbagai metode untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
Satu diantara metode tersebut adalah melalui aktifitas mendengarkan
(hearing). Aktifitas tersebut biasanya lebih gampang termemori dalam diri
peserta didik. Metode hiwar sangat memungkinkan peserta didik untuk
lebih banyak mendengarkan pengetahuan dari yang lain, yakni melalui
pertanyaan ataupun jawaban, baik dari peserta didik yang lain maupund
dari guru yang mengajar.
8. Mendorong siswa untuk maju dan berkembang
Salah satu motivasi agar peserta didik lebih maju dan berkembang adalah
mereka diberikan keleluasaan untuk mengemukakan pendapatnya.
Dengan keleluasaan tersebut mereka akan mengembarakan pikirannya
untuk menjangkau pemikiran yang lebih jauh. Pada term ini-maka metode
hiwar sangat potensial untuk menstimulasi kemajuan dan perkembangan
peserta didik, terutama dalam hal pengetahuannya.

Metode Hiwar ini dapat menggugah kreativitas peserta didik.


Dengan memfokuskan pada topik dan memiliki kegunaan yang tinggi,
model Hiwar akan merangsang ide-ide kreatif yang dapat tumbuh seiring
dengan motivasi yang berkembang dalam diri peserta didik. Contoh:
Cara yang sudah lazim di lakukan adalah merangkaikan latihan
menyimak dengan berbicara, sebab semuanya saling berkaitan.

Apabila dilihat secara umum tujuan latihan berbicara untuk tingkat


pemula dan menengah ialah agar siswa dapat berkomunikasi lisan secara
sederhana dalam berbahasa Arab. Sedangkan tujuan akhir latihan
pengucapan adalah pengucapan ekspresi (ta’bir) yaitu mengemukakan
ide/ pikiran/ pesan kepada orang lain.

d. Langkah – Langkah Metode Hiwar

Langkah-langkah dalam melaksanakan metode hiwar adalah sebagai


berikut:

1) Mempersiapkan materi hiwar dengan matang dan menetapkan topik yang


akan di sajikan.
2) Materi hiwar hendaknya di sesuaikan dengan taraf perkebangan dan
kemampuan anak didik. Jangan memberikan percakapan dengan kata-
kata dan kalimat yang panjang yang tidak di mengerti dan di fahami anak
didik. Mulailah dengan kata-kata dan kalimat yang dikuasai anak didik.
seperti dengan memperkenalkan alat-alat tulis sekolah dan peralatan
rumah tangga, setelah bahasa arabnya agak maju, meningkat kepada
pembentukan dan perangkaian kata-kata menjadi kalimat yang
sempurna.
3) Menggunakan alat peraga sebagai alat bantu hiwar. Sebab dengan alat
peraga dapat menjelaskan persepsi anak tentang arti dan maksud yang
terkandung dalam hiwar Selain itu dapat menarik perhatian anak didik
dan tidak menjenuhkan.
4) Guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu arti kata yang terkandung
dalam hiwar. Dengan menulisnya di papan tulis. Setelah murid dianggap
mengerti, guru menyuruh murid untuk mempraktikkan di depan kelas.
Dan teman lainya menyimak dan memperhatikan sebelum ia mendapat
giliran berikutnya.
5) Pada Hiwar tingkat lebih tinggi, anak didiklah yang lebih banyak berperan,
sedangkan guru menentukan topik. Dan setelah acara dimulai, peranan
guru hanya sebagai pengatur jalannya hiwar. Agar jalanya hiwar seportif
dan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan. Setelah hiwar
selesai di lakukan, guru kemudian membuka forum soal Tanya jawab dan
hal-hal yang perlu untuk di diskusikan mengenai hiwar yang baru saja
selesai. Jika ada hal-hal yang belum di mengerti dan di fahami anak
didik,gurur mengulangi penjelasanya lagi.
6) Penguasaan bahasa secara aktif, itulah yang baik dan berhasil, bukan
hanya penguasaan yang pasif. Jika bertemu orang Arab, tak mampu
muridmurid berbahasa/berkomunikasa.alangkah janggalnya.
7) Dalam kelas, guru harus berbicara dengan bahasa Arab. Mustahil murid-
murid pandai berbahasa Arab jika gurunya tak pernah/jarang berbahasa
arab
8) Jika hiwar akan di lanjutkan kembali pada pertemuan berikutnya,guru
sebaiknya dapat menetapkan batas dan materi pelajaran yang akan di
sajikan berikutnya, agar siswa dapat lebih mempersiapkan dirinya.
9) Mengakhiri pertemuan pelajaran, dengan memberi motivasi dan
semangat pada siswa agar lebih giat belajar.

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hiwar

Nana Sudjana mengemukakan kelebihan metode ini:

I. Dapat mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran


telah dikuasai dan dipahami oleh siswa.
II. Mendorong dan merangsang siswa untuk berfikir.
III. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan masalah yang belum dipahami.10

Menurut Syaiful Bachri Djamarah yaitu :

I. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian


siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang
mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.
II. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan
daya pikir, termasuk daya ingatan.
III. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa
dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.11
B. Kemampuan Berbahasa Arab

1. Pengertian kemampuan berbahasa/berbicara Arab

“Secara bahasa kemampuan sama dengan kesanggupan atau


kecakapan. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan sesorang
12
menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa” . ”Konsep
kecakapan, sebagaimana tercermin dalam pedoman ACTFL mengorganisasi
sebagai karakteristik penutur pada berbagai macam tingkat informasi menurut
fungsi,konteks, dan keakuratan. Fungsi mengacu pada tindak komunikatif yang
siswa harus mampu melakukannya, seperti menyebutkan berbagai peristiwa
satu-persatu, mengajukan pertanyaan, dan menceritakan aktifitas-aktifitas masa
lalu atau masa yang akan datang”.13 Kecakapan berbahasa adalah kemampuan
individu untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan, mengungkapkan
diri secara lisan, memahami bahasa yang diungkapkan secara tertulis,
mengungkapkan diri secara tertulis. Dengan Kemampuan berbahasa seseorang
dapat mengungkapkan pikiran dan isi hatinya kepada orang lain yang merupakan
tujuan pokok pengajaran bahasa sebagai suatu bentuk berkomunikasi.

10
Nana Sudjana, Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2010), hal.27
11
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010)
12
Tim Penyuluhan Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007)
13
Syukur Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif
Interaktif, (Bandung, PT Refika Aditama, 2010)
“kemampuan berbahasa bersifat konkret dan mengacu kepada penggunaan
bahasa senyatanya, dalam bentuk lisan yang dapat didengar atau dalam bentuk
tertulis yang bisa dibaca. Semua itu merupakan sasaran tes bahasa yang
merupakan bagian dari kajian kebahasaan dan pendidikan

khususnya kajian kebahasaan terapan.”14

Adapun jenis-jenis keterampilan berbahasa Arab diantaranya:

Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam


bebahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari keterampilan yang
dipelajari oleh pengajar, sehingga keterampilan berbicara dianggap
sebagai bagian yang sangat mendasar dalam mempelajari bahasa
asing.15

Sedangkan maharah kalam adalah berbicara secara terus-


menerus tanpa henti tanpa mengulang kosakata yang sama dengan
menggunakan pengungkapan bunyi. Pada hakekatnya keterampilan
berbicara merupakan kemahiran menggunakan bahasa yang paling rumit,
yang dimaksud dengan kemahiran berbicara adalah kemahiran
mengutarakan buah pikiran dan perasaan dengan kata-kata dan kalimat
yang benar, ditinjau dari sistem gramatikal, tata bunyi, di samping aspek
maharah berbahasa lainnya yaitu menyimak, membaca, dan menulis.

Kemampuan berbicara didasari oleh; kemampuan mendengarkan


(reseptif), kemampuan mengucapan (produktif), dan pengetahuan
(relative) kosa-kata dan pola kalimat yang memungkinkan siswa dapat
mengkomunikasikan maksud pikirannya.16

2. Tujuan kemampuan berbahasa / berbicara Arab

Adapun tujuan berbahasa arab yaitu:

14
Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Malang.2009)
15
Abd. Wahab Rosyidi & Mamlu‟atul Ni‟mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran
Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011)
16
Ahmad Fuad Mahmud Ilyan. Al-Maharat al-Lughawiyah: Mahiyatuha wa Thara’iq Tadrisiha.
Riyadh: Dar al-Muslim Li al-Nasyr wa alTauzi‟.1992
a. Tujuan Umum
Tujuan umum yang bersifat kurikuler menurut Mulyanto Sumardi,
yaitu : agar para siswa dapat memahami Alquran, Al-Hadist, kitab-kitab
atau buku-buku lainnya yang berbahasa arab, agama dan budaya isalam,
untuk digunakan sebagai alat komunikasi, untuk digunakan sebagai alat-
alat pembantu keahlian lain, untuk membina ahli bahasa Arab, untuk
digunakan sebagai alat pembantu teknik (vocational).17

b. Tujuan Khusus

“menurut Tayar Yusuf, tujuan khusus adalah jabaran dari tujuan umum,
karena tujuan umum itu sulit dicapai tanpa dijabarkan secara oprasional
dan spesifik”.18

Pendapat diatas disimpulkan bahwa, tujuan khusus adalah tujuan masing


- masing langkah yang dijabarkan dalam kurikulum, yang merupakan
jabaran dari tujuan umum secara oprasional. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa, “berbahasa Arab bertujuan agar siswa
memiliki pengetahuan, pemahaman dan dapat menggunakan berbagai
pola kalimat dasar dalam bahasa arab sehingga dapat dipakai sebagai
alat komunikasi, memahami alqur‟an, hadist nabi, serta buku-buku agama
pada tingkatan sekolah menengah dengan perbendaharaan sejumlah
kosa kata tertentu”.

3. Indikator Kemampuan Berbahasa / Berbicara Arab

1) Bertanya jawab secara berpasangan dengan menggunakan kata


tanya yang disediakan.
2) Bertanya jawab secara berpasangan dengan menggunakan
struktur kalimat yang diprogramkan.
3) Bertanya jawab secara berpasangan dengan menggunakan
ungkapan komunikatif yang diprogramkan.

17
Sumadi Mulyanto. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Islam.(Jakarta:
Proyek Pengembangan.1999)
18
Tayar Yusuf. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 1993)
4) Bertanya jawab secara berpasangan dalam hiwar seperti contoh
yang disediakan.
5) Menjawab beberapa pertanyaan yang disediakan.
6) Mendeskripsikan gambar yang disediakan dengan menggunakan
struktur Kalimat yang diprogramkan.
C. Pembelajaran Bahasa Arab

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran menurut Depdiknas adalah proses interaksi antara


peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar baik lingkungan pendidikan formal maupun non-formal .19
Sedangkan menurut Dengeng, pembelajaran mengacu pada upaya
membelajarkan siswa. Sehingga dapat dipahami bahwa
pembelajaran merupakan upaya pendidik terhadap peserta didik
dalam interaksi belajar supaya siswa dapat mempelajari sesuatu
dengan efektif dan efisien.
Pelajaran bahasa Arab juga merupakan suatu mata pelajaran
yang di arahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan,
dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap
bahasa Arab baik reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif
yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan
memahami bacaan.
Kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan
berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut
sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam
yaitu Alquran dan hadis, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang
berkenaan dengan Islam bagi peserta didik.
Bahasa Arab di madrasah dipersiapkan untuk pencapaian
kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan

19
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.

Pada tingkat pendidikan dasar dititikberatkan pada kecakapan


menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa, dan Pada
tingkat pendidikan menengah keempat kecakapan berbahasa
diajarkan secara seimbang adapun pada tingkat pendidikan lanjut
dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis,
sehingga peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai
referensi berbahasa Arab.20

2. Tujuan Pembelajran Bahasa Arab

a. Tujuan Umum
Abuabkar Muhamad menjelaskan bahwa tujuan umum “adalah tujuan dari
pelajaran itu sendiri dan yang bertalian dengan bahan pelajaran
tersebut”.21

Ahmad Muhtadi Anshor menjelaskan dengan mengutip tayar yusuf dan

syaiful anwar tentang tujuan pembeajaran bahasa arab, yaitu sebagai berikut:

1. Agar siswa dapat memahami Alquran dan al‟hadits sebagi hukum islam
dan ajarannya.
2. Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan islam
yang di tulis dengan bahasa arab.
3. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa arab.
4. Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain (supelementary).

b. Tujuan Khusus
20
Lampiran Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia tentang Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Nomor 2 tahun
2008.
21
Abubakar Muhamad, Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981)
Abubakar Muhammad menjelaskan bahwa tujuan khusus “adalah tujuan
yang ingin dicapai dari mata pelajaran saat itu”. Adapun beberapa materi
pelajaran yang termasuk kedalam tujuan khusus yang harus dicapai
adalah: percakapan bentuk kata dan struktur kalimat dan menulis.

3. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Arab

Ruang lingkup pelajaran Bahasa Arab di Madrasah aliyah meliputi


tema - tema tentang perkenalan, peralatan madrasah, pekerjaan,
alamat, keluarga, anggota badan, di rumah, di kebun, di madrasah, di
perpustakaan, di kantin, jam, pekerjaan, rumah, dan rekreasi.

4. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

a. Pengertian PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris,


yaitu, classroom action research, diartikan penelitian dengan tindakan
yang dilakukan di kelas. Pengertian PTK menurut para ahli:

1) Hopkins: PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif,


yang dilakukan oleh pelakuti tindakan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan - tindakannya dalam
melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap
kondisi dalam praktik pembelajaran.
2) Kemmis dan Mc. Taggart: PTK adalah studi yang dilakukan untuk
memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap
mawas diri.
3) Rocman Natawijaya: PTK adalah pengkajian terhadap
permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual,
yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam
rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki
sesuatu.
4) Suyanto: PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran
di kelas secara profesional.22 Lewin: PTK merupakan siasat guru
dalam mengaplikasikan pembelajaran dengan berkaca pada
pengalamannya sendiri atau dengan perbandingan dari guru lain.
5) John Elliot: PTK adalah peristiwa sosial dengan tujuan
meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Di mana dalam
proses tersebut mencakup kegiatan yang menimbulkan hubungan
antara evaluasi diri dengan peningkatan profesional.
6) Arikunto: PTK adalah gabungan pengertian dari kata “penelitian,
tindakan dan kelas.” Penelitian adalah kegiatan mengamati suatu
objek, dengan menggunakan kaidah metodologi tertentu untuk
mendapatkan data yang bermanfaat bagi peneliti dan orang lain
demi kepentingan bersama. Tindakan adalah suatu perlakuan
yang sengaja diterapkan kepada objek dengan tujuan tertentu
yang dalam penerapannya dirangkai menjadi beberapa periode
atau siklus. Kelas adalah tempat di mana sekelompok siswa
belajar bersama dari seorang guru yang sama dalam periode yang
sama.23

Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK di atas dapat


disimpulkan bahwa PTK adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan di
dalam kelas dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian
yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus. Berdasarkan jumlah dan
sifat perilaku para anggotanya. PTK dapat berbentuk individual dan kolaboratif.
Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK dikelasnya sendiri atau
kelas orang lain, sedang dalam PTK kolaboratif beberapa orang guru secara
sinergi melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota
melakukan kunjungan antar kelas. Penelitian tindakan sebagai suatu bentuk

22
Mansur Muslich. 2012. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
23
Ervina Maharani. 2014. Panduan Sukses Menulis Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Parasmu.
investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki
tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja,
proses, isi, kempetensi, dan situasi

b. Karakteristik PTK

1) Masalah PTK Berawal Dari Guru

PTK haruslah dipahami oleh permasalahan praktis


yang dihayati oleh guru sebagai pelaku pembelajaran di kelas.
Guru merasakan ada masalah di kelasnya ketika dia
mengajar. Guru berusaha untuk mengatasi masalah di kelas
itu dengan sebuah penelitian yang disebut PTK. PTK bukanlah
penelitian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak tahu
tentang seluk beluk yang terjadi dalam kelas. PTK bukan
penelitian yang disarankan oleh pihak lain kepada guru,
melainkan muncul dari dalam diri guru sendiri yang merasakan
adanya masalah.

2) Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki pembelajaran

Dengan PTK, guru akan berupaya untuk memperbaiki


praktik pembelajaran agar menjadi lebih efektif. Oleh karena
itu, gurur tidak boleh mengorbankan prosespembelajaran
terganggu. Guru tidak perlu mengubah jadwal rutin di kelas
yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. PTK haruslah
sejalan dengan rencana rutin anda sebagai guru. Bahkan,
PTK juga diharapkan tidak lagi memberikan beban tambahan
yang lebih berat bagi anda. PTK justru harus dikerjakan
terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di kelas.

3) PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif.

Guru tidak harus sendirian dalam upaya memperbaiki


praktik pembelajaran di kelas. Namun, dapat dilaksanakan
dengan cara berkolaborasi dengan teman sejawat (guru
pendamping).
4) PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya
tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas.

Tindakan-tindakan tertentu dapat berupa penggunaan


metode pembelajaran tertentu, penerapan strategi
pembelajaran tertentu, pemakaian media dan sumber belajar
tertentu, jenis pengolahan kelas tertentu. Atau hal-hal yanng
bersifat inovatif lainnya. Oleh karena itu, penelitian di kelas
yang tanpa memberikan tindakan apa-apa di kelas untuk
perbaikan praktik pembelajaran bukanlah PTK.

5) PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan


praktik pendidikan
Hal itu dapat terjadi karena setelah meneliti kegiatan -
kegiatan di kelas peneliti akan memperoleh balikan yang
bagus dan sistematis untuk perbaikan praktik pembelajaran.

Dengan demikian guru dapat membuktikan apakah suatu teori


pembelajaran dapat di terapkan dengan baik atau tidak. Kelas juga
akan mengadaptasi atau mengadopsi teori tersebut untuk diterapkan
di kelas agar pembelajarannya efektif dan efisien, optimal serta
fungsional.

c. Tujuan Penelitian Tindakan kelas

Suwarsih Madya mengemukakan bahwa tujuan penelitian


tindakan kelas dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama
dan tujuan sertaan. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan


profesional guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi,
kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran
alternatif, yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan
masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan,
melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.
2. Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keterampilan guru yang
bertolak dari kebutuhan untuk menggulangi berbagai persoalan aktual
yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh
tiga hal penting, (1), kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari guru sendiri,
bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, (2) proses latihan terjadi
secara hand on dan mind on, tidak dalam situasi artifisial, (3) produknya
adalah sebagai nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung
oleh lingkungan.
3. Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan
guru.24

Adapun manfaat penelitian tindakan kelas dapat memberikan manfaat


sebaga inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah karena guru adalah
ujung tombak pelaksanaan lapangan. Dengan PTK, guru menjadi lebih
mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri sehingga secara keilmuan
menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat
memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri tersebut tumbuh sebagai
akibat guru semakin banyak mengembangkan sendiri pengetahuannya
berdasarkan pengalaman praktis.

Manfaat lainnya, bahwa hasil PTK dapat dijadikan sumber masukan


dalam rangka melakukan pengembangan kurikulum. Proses pengembangan
kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan
yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan
pembelajaran yang dihayati oleh guru di lapangan. PTK dapat membantu
guru untuk dapat lebih memahami masalah yang timbul di kelas.

Menurut Cohen dan Monion penelitian tindakan mempunyai lima kategori


fungsi, yaitu:

1. Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan


diagnosis dalam situasi tertentu.
2. Sebagai alat pelatihan dalam jabatan, sehingga membekali guru yang
bersangkutan dengan keterampilan, metode dan teknik mengajar yang

24
Muhadi. 2011. Penelitian Tindakan kelas. Yogyakarta: Shira Media.
baru, mempertajam kemampuan analisisnya dan mempertinggi
kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya.
3. Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovatif
pada pengajaran.
4. Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan
dan peneliti akademis, serta memperbaiki kegagalan penelitian
tradisional.
5. Sebagai alat untuk menyediakan alternatif atau pilihan yang lebih baik
untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subjektif, impresionistik
dalam memecahkan masalah di dalam kelas.

Dari kelima fungsi diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi penelitian tindakan
yang utama sebenarnya sebagai alat untuk meningkatkan kealitas dari efisiensi
pelaksanaan kegiatan pendidikan.

d. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Terdapat empat tahapan yang biasa dilalui pada PTK, yaitu:


1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi.

Adapun perincian dari empat tahapan besar dan langkah-langkah

PTK adalah sebagai berikut:

1). Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti menentukan fokus


permasalahan yang akan diteliti, kemudian membuat perangkat
pembelajaran serta instrumen pengamatan untuk menjaring data dan
fakta yang terjadi pada waktu proses tindakan berlangsung. Secara rinci
tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah. Masalah tersebut


harus diangkat dari permasalahan lapangan, masalahnya
harus penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil
pembelajaran.
b. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan,
yang akan menjadi latar belakang PTK . merumuskan masalah
secara jelas, berupa kalimat pertanyaan.
c. Menentukan sebagai alternatif tindakan pemecahan masalah
dan memilih tindakan yang paling tepat.
d. Membuat instrumen pengumpul data dan menentukan
indikator keberhasilan tindakan.

2). Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, strategi dan rencana pembelajaran


yang telah disiapkan pada tahap perencanaan, dilaksanakan. Pada tahap
ini guru harus ingat dan mentaati apa yang harus dirumuskan dalam
rencana pembelajaran, berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.

3). Pengamatan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pencatatan semua hal


yang diperlukan dan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan format
observasi yang telah dipersiapkan, termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data dikumpulkan dapat berupa
data kuantutatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dll) atau data
kualitatif (keaktifan siswa, antusiasme siswa, mutu diskusi yang
dilakukan, kreatifitas siswa, dan lain-lain).

4). Refleksi

Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh


tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul
kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

e. Kelebihan Dan Kekurangan PTK


1). Kelebihan PTK
Shumsky menyatakan kelebihan PTK antara lain :
a. Kerja sama dalam penelitian tindakan
menimbulkanrasa memiliki. Kerja sama dlam proyek
penelitian tindakan mungkin memenuhi kebutuahan
dalam kehidupan modern. Kerja sama memberikan
kesempatan untuk menciptakan kelompok baru yang
mendorong lahirnya ras keterkaitan.
b. Kerja sama dalam PTK mendorong kreatifitas dan
pemikiran kritis. Dalam interaksi dengan orang lain,
seseorang akan mengemukakan bahwa setiap
manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan
demikian mereka menerima dirinya sendiri secara
wajar, dan melalui kelompok mereka akan memiliki
berbagai cara dalam memecahkan masalah, banyak
saran penyelesaian, banyak analisis kritis, dan situasi
terbuak yang mendorong kreatifitas dan pemikiran
kritis.
c. Kerja sama meningkatkan kemungkinan untuk berubah
mencoba sesuatu yang baru selalu mengandung
resiko, dan ketika kelompok menanggung resiko. Maka
resiko perorangan menjadi kecil. Dalam penelitian
menunjukkan dalam dinamika kelompok. Pada
hakikatnya manusia menginginkan perubahan yang
progresif sehingga melalui penelitian ini akan
mendorong individu anggota terlibat dalam perubahan
konstruksif dan progresif.
d. Kerja sama dalam penelitian meningkatkan
kesepakatan. Peneliti tidak merasa memiliki semua
fakta dan mengetahui semua jawaban. Peneliti
mencoba mengumpulkan semua fakta, dan secara
cermat menilai dan menguraikan masalahnya. Peneliti
harus peka terhadap perasaan peneliti laindan
perasaan kelompok dalam mengabil tindakan. Mereka
membantu kelompok dalam konteks yang lebih luas
dari situasi dan memungkinkan berbagai penyelesaian.
Melalui kerja sama dalam penelitian tindakan, orang
terlatih mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan
masalah.

Menurut Burns, proses penelitian tindakan kelas memperkuat


kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik pendidikan dengan cara
yang lebih substansial dan kritis. Selain itu kelebihan PTK yang
dikemukakan oleh Wallace: (1) kedalaman dan cakupan, yang artinya
makin banyak orang

terlibat dalam proyek penelitian tindakan, makin banyak data dapat


dikumpulkan, apakah dalam hal kedalaman, atau dalam hal cakupan,
atau dalam keduanya. (2) validitas dan reliabilitas, yaitu keterlibatan
orang lain akan mempermudah penyelidikan terhadap satu persoalan dari
sudut yang berbeda, dan (3) motivasi yang timbul lewat dinamika
kelompok yang benar, bekerja sebagai anggota tim membuat seseorang
lebih bersemangat daripada bekerja sama.

2). Kekurangan PTK

Menurut Suwarsih Madya, kekurangan PTK sebagai berikut:

a. Kekurangan pengetahuan dan keterampilan dalam


teknik dasar penelitian pada pihak peneliti.
b. Terbatasnya waktu penelitian.
c. Kelemahan tentang konsepsi proses kelompok.
d. Kesulitan mengajak orang untuk mengadakan
perubahan.

Disamping kelemahan diatas, PTK dapat dimanfaatkan


untuk pengesahan metode, strategi atau teknik yang selama ini
telah diterapkannya meskipun kurang efektif, sering praktisi
menganggap hasil penelitian diyakini dapat diterapkan dalam
segala situasi.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka konseptual tindakan diatas,
maka dapat diajukan suatu hipotesis tindakan yaitu: diduga terdapat
peningkatan kemampuan berbicara dalam pembelajaran bahasa
Arab melalui metode Hiwar pada siswa kelas III SDIT AL – FATAH
KOTA BEKASI.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian bertujuan untuk meningkatkan kualitas
mutu pendidikan terkait dengan inovasi terhadap media pembelajaran
diharapkan dengan inovasi media pembelajaran maka akan
meningkatkan prestasi belajar anak untuk itulah peneliti ingin
memperbaiki proses pembelajaran di kelas ke arah yang lebih baik di
kelas maupun di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang dirancang untuk mencapai tujuan
umum tersebut adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui secara rinci mengenai pelaksanaan
Kemampuan berbicara dalam pembelajaran bahasa Arab
melalui metode Hiwar
b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam
penerapan metode Hiwar

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di SDIT
(Sekolah Dasar Islam Terpadu) AL FATAH Kota Bekasi.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada kelas III yang berjumlah 20
siswa-siswi.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada semester I tahun
pelajaran 2021-2022,
C. Peran Peneliti dan Partisipan dalam Penelitian
1. Peran Peneliti
Dalam perencanaan penelitian ini, peneliti berperan sebagai
pemimpin. Sebagai pemimpin perencanaan tindakan dalam penelitian
ini, maka peneliti melakukan berbagai persiapan pra penelitian yang
meliputi penelitian, menentukan waktu membuat surat izin
permohonan penelitian dan mencari sumber penelitian menentukan
subjek data. Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan terhadap
kemampuan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Arab melalui
metode hiwar , mengidentifikasikan masalah yang ada kemudian
membuat perencanaan program pembelajaran tindakan langsung
yang akan dilaksanakan di kelas berdasarkan masalah yang dipilih
sesuai dengan hasil refleksi yang didiskusikan dengan guru
kolaborator yang terlibat dalam penelitian untuk membahas kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti berada pada posisi
partisipan aktif, yaitu turut serta dalam melakukan pelaksanaan dan
pengamatan. Pada intervensi tindakan siklus 1, peneliti berperan
sebagai pemberian tindakan. Peneliti terlibat langsung dalam kegiatan
pembelajaran dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sesuai
dengan fokus penelitian Tujuan keikutsertaan peneliti adalah untuk
mencari dan mempelajari perilaku subjek, sehingga memperoleh data
yang akurat.

2. Partisipasi dalam Penelitian


a. Guru atau Kolaborator
Proses penelitian tindakan kelas ini peneliti melibatkan satu orang
guru kelas dan satu guru bantu yang ada di kelas tersebut untuk
mengamati perkembangan kemampuan berbicara dalam
pembelajaran Bahasa Arab melalui metode hiwar di sekolah
tersebut. Pada proses ini guru merancang dan melakukan tugas
pengamatan selama penelitian berlangsung dengan membuat
catatan waktu pelaksanaan, dan penelitian berlangsung
menggunakan peralatan tambahan berupa kamera untuk foto dan
video kegiatan selama penelitian berlangsung.
Hasil tersebut akan didiskusikan dengan peneliti untuk
memperoleh data yang lebih objektif dan berdasarkan hasil
keputusan bersama guru.

b. Kepala Sekolah
Guru yang bertugas sebagai kolabolator dalam proses
penelitian tersebut akan bekerja sama juga dengan pihak kepala
sekolah. Kepala sekolah ikut terlibat dalam penelitian tindakan
kelas ini. Tugas kepala sekolah di sini adalah sebagai pemimpin
yang memberikan izin pemohonan tempat untuk penelitian, izin
pemberian profil dan administrasi sekolah juga sebagai pemantau
proses dan hasil penelitian tindakan.

D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelas III SDIT AL FATAH
Kota Bekasi yang berjumlah 20 anak. Subjek dipilih berdasarkan hasil
wawancara guru saat observasi berlangsung dan observasi kegiatan
anak. Melalui hasil rekomendasi guru kelas, wawancara dan assesment
awal , maka terjaring 20 anak dengan terdiri dari 10 laki-laki dan 10
perempuan yang masih memerlukan bimbingan dalam peningkatan
kemampuan berbicara dalam pembelajaran bahasa Arab. Anak tersebut
dipilih berdasarkan kesepakatan dan rekomendasi bersama antara
peneliti dan kolaborator.

E. Rancangan Siklus Penelitian


1. Metode penelitian
Suharsimi Arikunto menjelaskan, frasa penelitian tindakan kelas
dari unsur kata pembetukannya, yakni penelitian, tindakan dan kelas.
Penelitian mengacu pada suatu aturan metododolgi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti. Tindakan mengacu pada suatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dave Ebbut menyatakan bahwa
penelitian tindakan adalah kajian sistematik tentang upaya
meningkatakan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat
melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan melalui refleksi
atas hasil tindakan tersebut.
Sementara itu menurut Kemmis dan Mc. Taggart, penelitian
tindakan adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri,
pengalaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis,
terencana, dan dengan sikap mawas diri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas juga biasa dikenal
dengan sebutan Classroom Action Reserch(CAR). Yang mana
penelitian ini di lakukan di dalam kelas yang memiliki masalah atau
kesulitan dalam belajar pada beberapa siswa dalam suatu kelas.
Penelitian tindakan juga merupakan suatu riset yang digunakan dalam
suatu situasi sosial yang umum berdasarkan realitas nyata dengan
pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya.
Penelitian dikembangkan untuk mengidentifikasi berbagai
permasalahan terhadap siswa dan untuk menemukan solusi yang
tepat dengan merubah prosedur maupun kebijakan yang digunakan.
Pengertian tindakan kelas dalam hal ini adalah kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru kepada siswa/peserta didik yang tidak hanya
dilakukan didalam ruangan kelas tetapi dapat dilakukan juga ketika
siswa berada di luar kelas.
Bentuk penelitian tindakan ini yaitu memberikan suatu tindakan
pada subjek yang di teliti dalam mengerjakan tugas dan memberi
pengarahan dalam metode sas untuk di ketahui pengaruhnya dalam
bentuk meningkatnya kemampuan aspek-aspek perkembangan
karena adanya pemberian tindakan yang dilakukan. Penelitian ini
digolongkan sebagai penelitian kolaboratif. Sehingga pelaksanaan
penelitiannya mengupayakan adanya kerjasama yang baik antara
guru sebagai pelaksana aktifitas tindakan ini dan peneliti sebagai
pelaksanan aktifitas.
2. Desain Siklus Tindakan
Desain intervensi tindakan atau rancangan siklus penelitian
ini menggunakan model Kemmis and Taggart. Dalam
penelitiannya mereka menggunakan empat komponen
penelitian tindakan, yaitu (a) perencanaan (planning), (b)
tindakan (action), (c) Observasi (observation), (d) refleksi
(reflection) dalam suatu sistem spiral yang saling terkait. Antara
langkah satu dengan langkah berikutnya yang secara singkat
akan dapat digambarkan seperti berikut ini:

Gambar 3 Desain Penelitian Model Kemmis & Taggart

Berdasarkan gambar di atas, aspek yang di amati dalam


setiap siklus adalah kegiatan atau aktifitas anak saat
pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan
metode SAS di kelas. Untuk melihat peningkatan dalam
kemampuan membaca permulaan tersebut sampai finish.

F. Prosedur Penelitian
Dimaksud dengan prosedur penelitian adalah langkah-langkah
operasional baik terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi
atau evaluasi, maupun refleksi. Prosedur penelitian yang akan dilakukan
hendaknya mengacuh pada salah satu model penelitian25

1. . Rancangan Pra Tindakan


a. Perencanaan Awal
Pada tahap perencanaan peneliti mengidentifikasi
masalah, yaitu mendata permasalahan dalam pembelajaran
Bahasa Arab kelas III SDIT AL FATAH Kota Bekasi. kemudian
memilih masalah yang dianggap merupakan masalah pokok
yaitu tentang keberhasilan belajar mata pelajaran Bahasa
Arab. Untuk mengatasi masalah tersebut, kemudian
menetapkan solusi tindakan dengan menentukan
penggunakan metode pembelajaran dengan metode hiwar.

b. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Setelah menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), kemudian menyusun instrument, yaitu
lembar observasi yang terdiri atas lembar observasi aktivitas
siswa dan kinerja guru.

c. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan secara bertahap
yaitu melalui 2 siklus. pelaksanaan tindakan
mengimplementasikan perencanaan yang telah dipersiapkan
yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode hiwar.

d. Observasi Kegiatan

25
Sri Sulastri, Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Aplikasi (Desember Oleh UIN
Alauddin University Press)
Observasi dil aksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap siswa ketika mengikuti pelajaran Bahasa Arab.
e. Refleksi
Merupakan langkah untuk menganalisa hasil kerja santri.
Analisis dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan apakah
hipotesis tindakan tercapai atau tidak. Jika belum tercapai
maka akan dilakukan siklus selanjutnya. Akan tetapi tetap
diharapkan adanya keberhasilan pada siklus sebelumnya.
Dimana dari rujuan dilaksanakannya siklus ini adalah untuk
menigkatkan kemampuan berbahasa Arab siswa kelas III
SDIT AL FATAH Kota Bekasi.

2. Rancangan Tahap Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini berupa prosedur kerja dalam suatu
penelitian tindakan kelas yang ditempuh secara bertahap. Tahapan
penelitian ini meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan
pengamatan dan refleksi yang disusun dalam suatu siklus.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) beberapa ahli yang
mengemukakan model penelitian tindakan dengan bahan yang
berbeda namun secara garis besar terdapat empat langkah. Adapun
rancangan (desain) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model
Kemmis dan McTaggart. Menurut Kemmis dan McTaggart,
pelaksanaan tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
meliputi empat alur (langkah):
1. Perencanaan tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
Alur (langkah) pelaksanaan tindakan dimaksud dapat dilihat pada
gambar
berikut :

Gambar .2. Langkah-Langkah PTK

Dari bagan tersebut, rancangan penelitian ini juga ditempuh


secara bertahap. Tahapan penelitian ini meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan dan refleksi, yang disusun dalam
suatu siklus. Rancangan penelitian ini akan dibuat dalam 2 siklus,
yaitu :

a. Siklus I
1. Perencanaan

Pada pertemuan pertama untuk mengawali bimbingan


akan dilaksanakan, terlebih dahulu menyiapkan rencana
pembelajaran dengan menggunakan metode ‫اورة‬NNN‫حم‬serta alat
peraga.Kemudian mempersiapkan lembar tes dan lembar
observasi dalam setiap pertemuan untuk menilai pembimbingan
dalam tindakan kelas tersebut.

2. Implementasi / Tindakan
a. Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan membaca
do‟a serta menanyakan keadaan kesehatan siswa.
b. Membacakan absensi kehadiran siswa.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan
kompetensi yang harus dikuasai siswa.
d. Memotivasi siswa tentang pentingnya mempelajari Bahas Arab
agar lebih aktif dan lebih semangat dalam mengikuti
pembelajaran.
e. Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa dalam
melafalkan Hiwar.
f. Siswa menulis terlebih dahulu tentang materi yang di pelajari.
g. Guru membacakan materi percakapan Bahasa Arab.
h. siswa menirukan setiap pelafalan percakapan Bahasa Arab
yang dilakukan oleh guru.
i. Guru mengajak beberapa siswa untuk mempraktekkan
percakapan Bahasa Arab.
j. Mengadakan tanya jawab secara klasikal tentang materi yang
dipelajarai.
k. Memberikan Lembar Kerja Siswa untuk dikerjakan.
l. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk mengulang
kembali percakapannya.
m. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang
telah dipelajari dan menutup proses pembelajaran dengan
do‟a.

3. Observasi dan Evaluasi

Jalannya bimbingan, diamati oleh guru yang bertindak


sebagai observer, yaitu menilai berdasarkan poin-poin yang ada
dalam lembar pengamatan kegiatan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.

4. Refleksi Refleksi

yaitu mencatat semua temuan dalam pembelajaran baik


kelemahan maupun kelebihan yang ada pada perbaikan
pembelajaran siklus 1 untuk ditindak lanjuti pada perbaikan
pembelajaran siklus 2.

b. Siklus II
1. Perencanaan

Pembimbing mempersiapkan rencana pembelajaran tentang


materi dengan menggunakan metode pembelajaran hiwar ,lembar tes,
lembar kerja siswa dan lembar observasi dan media pembelajaran
yang sederhana. Rencana ini sebagai perencaan yang berdasarkan
pada hasil refleksi siklus 1.

2. Implementasi / Tindakan
a. Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan membaca do‟a
serta menanyakan keadaan kesehatan siswa.
b. Membacakan absensi kehadiran siswa.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi
yang harus dikuasai siswa.
d. Memotivasi siswa tentang pentingnya mempelajari Bahasa Arab
dan kegiatan yang dilakukan.
e. Guru kembali membacakan percakapan Bahasa Arab.
f. Siswa menyimak penjelasan guru setiap pelafalan Bahasa Arab
hiwar‫ ة‬dalam.
g. siswa menirukan setiap pelafalan Bahasa Arab dalam hiwar yang
dilakukan oleh guru.
h. Guru mengajak beberapa siswa untuk mempraktekkan kembali
percakapan.
i. Mengadakan tanya jawab secara klasikal tentang materi yang
dipelajarai.
j. Memberikan Lembar Kerja Siswa untuk dikerjakan.
k. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk mengulang
kembali percakapannya.
l. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
m. Guru kembali mengarahkan siswa agara tidak lupa mengulang
kembali pelajaran dirumah dan menutup proses pembelajaran
dengan do‟a.
3. Observasi dan Evaluasi

Observasi melakukan tugas sebagai pengamat selama proses


pembelajaran, memberikan penilaian terhadap jalannya kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan point-point lembar pengamatan.

4. Refleksi

Refeleksi dimaksudkan untuk mencatat semua temuan dalam


pembelajaran baik kelemahan maupun kelebihan yang ada pada perbaikan
siklus 2, apabila hasil tindakan yang kedua ini belum belum dapat memenuhi
target yang ditentukan, maka pembimbing harus melakukan langkah
selanjutnya sampai data mencapai target yang telah ditentukan.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen dalam penelitian
ini adalah Metode hiwar dan peneliti sendiri sebagai pengumpul data
utama, hal ini dilakukan karena peneliti memahami kaitan kenyataan-
kenyataan dilapangan seperti interaksi antara objek dan subjek.
Penelitian ini juga menggunakan instrument bantuan seperti buku paket,
buku catatan, teks, kamus bahasa arab, dan alat tulis.

F. Teknik Pengumpulan Data


Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Sumber data penelitian ini berupa kegiatan guru dalam
kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti


menggunakan beberapa cara, yaitu:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik atau cara mengumpulkan


data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsungmetode yang digunakan untuk
mengetahui kondisi dan situasi di SDIT AL FATAH Kota Bekasi.

2. Teknik Tes

Digunakan untuk mengukur peningkatan pemahaman


siswa terhadap materi yang telah diajarkan yaitu tes lisan dan
tulisan sehingga dapat ditentukan hasil belajar yang diperoleh oleh
setiap siswa. Tes ini dilakukan pada awal dan akhir pertemuan
setiap siklus.

3. Dokumentasi

Kegiatan mengumpulkan data dengan memanfaatkan


semua dokumen-dokumen penting yang menyangkut yayasan
tersebut secara umum. Misalnya profil yayasan, web site
perusahaan, media internal, dan lain-lain.Dokumen yang
digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data- data
mengenai sekolahSDIT AL FATAH Kota Bekasi.

Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan


semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-
foto.

Anda mungkin juga menyukai