Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pengembangan Metode Pengajaran Bahasa

Diajukan sebagai tugas mata kuliah metodologi pengajaran bahasa arab

Dosen pengampu : Dr. Khoirurrijal M.A

Disusun Oleh :

Khafidatul mukarromah (23711030039)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TRBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur tercurah pada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada
kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Harapan kami semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, khususnya kami yang membuat. Dan untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih


banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki
makalah ini.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4

A. Latar belakang...............................................................................4
B. Rumusan masalah..........................................................................5
C. Tujuan ............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................6

A. Hakikat Makna Bahasa ......................................................................6


B. Upaya membentuk kemahiran bahasa dan kebiasaan ......................7
C. Mulai dengan mengajarkan kemahiran berbahasa............................9
D. Perkembangan Pengajaran Bahasa Arab Di Indonesia.....................10

BAB III PENUTUP.......................................................................................14

A. Kesimpulan ...................................................................................14
B. Saran ..............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat


cepat. Oleh sebab itu, hal tersebut harus dibarengi dengan pengembangan pola
berpikir dan sarana yang digunakannya. Bahasa merupakan salah satu sarana
utama untuk berpikir dan juga untuk mengkomunikasikan ide secara ilmiah.
Hakikatnya, berpikir ilmiah itu diwujudkan dalam bentuk pengungkapan
pikiran secara rasional, sistematis, jelas, padat, dan efektif. Untuk melakukan
kegiatan berpikir ilmiah diperlukan sarana berpikir, di antaranya adalah
bahasa, logika, matematika, dan statistika. Di antara keempat sarana tersebut,
bahasa menduduki peringkat pertama dan paling vital karena dapat digunakan
manusia dalam berbagai keperluan dan bidang ilmu. Berdasarkan persepsi
tersebut, dapat diasumsikan bahwa seseorang dapat mengungkapkan
pikirannya secara ilmiah apabila ia menguasai bahasa yang dipakainya.

Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang digunakan oleh


manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Sistem tersebut terdiri
atas tiga sub sistem yaitu bunyi, kaidah, dan makna. Hal ini tampak dengan
jelas dalam bahasa tulis yang di dalamnya tercermin hubungan yang erat
antara sistem lambang bunyi, sistem kaidah, dan sistem makna. Dalam
kaitannya dengan kehidupan manusia, bahasa merupakan fenomena sosial
yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain, bahkan
dengan lingkungannya. Namun, tidaklah berarti manusia itu bersifat instingtif,
melainkan bersifat produktif dan kreatif. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan membuat kalimat-
kalimat yang belum pernah didengar sebelumnya.

4
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, masalah yang yang akan dibahas oleh penulis adalah :
“Bagaimana perkembangan metode pengajaran bahasa arab?”
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana kah perkembangan metode pengajaran bahasa
arab

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Makna Bahasa


Salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah
yang lain adalah bahasa. Dengan adanya kemampuan berbahasa yang dimiliki
manusia, maka manusia disebut dengan hayawatun natiq (hewan yang dapat
berbicara). Dengan bahasa manusia dapat berfikir, menganalisa, dan
mengkomunikasikan bahasa, sehingga semua manusia di dunia dapat
berkomunikasi dengan sesamanya baik individu dengan individu, individu
dengan masyarakat menggunakan bahasa, begitu juga ilmu pengetahuan,
peradaban, kebudayaan dan al-Qur‟an dan al-Hadits yang merupakan kitab
otentik bagi kaum muslimin pada dasarnya dipelajari dengan menggunakan
bahasa.
Bahasa merupakan salah satu kebesaran dan keagungan Allah. 1 Hal ini al-
Qur’an Dalam surat ar-Ruum ayat 22 telah menegaskan:
‫ِم آ اِتِه ْل الَّس ا اِت اَأْل ِض ا ِتاَل ُف َأْلِس َنِتُك َأْل اِنُك ۚ ِإَّن يِف َٰذ ِلَك آَل اٍت‬
‫َي‬ ‫ْم َو َو ْم‬ ‫َو ْن َي َخ ُق َم َو َو ْر َو ْخ‬
‫ِل ِلِم‬
‫ْلَعا َني‬
Artinya : “ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit
dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya
pada yang demikan Itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang mengetahui”.
Ayat di atas menunjukkan bahwa istinbath (inti) dari alsinatikum
(bahasa) adalah Unsur suara (speech acts) dan alat ucap. Dalam hal ini

1
Syuhadak. Pengajaran Bahasa arab bagi muslim Indonesia, (Malang, UIN Malang press, 2006) h.4

6
Syuhadak dalam bukunya Pengajaran Bahasa Arab Bagi Muslim Indonesia
mengatakan bahwa kata alsinatikum Mengandung beberapa kriteria:2
Pertama, bahasa itu merupakan ciri khas manusia, sehingga sering
disebutkan Bahwa manusia adalah makhluk hidup yang berbahasa, berkata,
berucap dan bertutur. Kedua, bahwa bahasa berbentuk rumus atau tanda yang
berupa kata-kata yang Memiliki pengertian yang telah sama-sama dimengerti
oleh masyarakat tertentu. Seperti Tatkala mengatakan: “Dia itu sudah
beristeri” maka semua orang Indonesia akan Memahami bahwa dia sudah
diikat oleh sebuah perjanjian/akad nikah.
Ketiga, bahasa artinya bunyi-bunyian khusus. Dari beberapa unsur
bahasa yang Ada, bunyi/suara adalah unsur terpenting dan dominan. Ibnu
Jinny mengatakan bahwa Bahasa adalah suara/bunyi yang diucapkan oleh
sebuah komunitas untuk menyampaikan Isi hati mereka.
Keempat, bahasa adalah kebiasaan tentang ujaran yang sudah disepakati
oleh Sebuah komunitas. Karena aturan yang berlaku dalam bahasa adalah
kebiasaan, maka Tidak diisyaratkan ujaran/bahasa yang muncul itu benar
menurut nalar akal.
Kelima, bahasa adalah aturan yang harus dipenuhi saat berbahasa,
seperti: Urutan Huruf, susunan kalimat dan kesinambungan bunyi suara.
Keenam, bahasa adalah komunikasi itu sendiri, walaupun kita menyadari
bahwa Bahasa adalah sarana komunikasi, sehingga para ahli mengatakan
bahwa sarana adalah Risalah. Hal ini mengingat begitu besar peranan bahasa
sebagai komunikasi dalam Kehidupa sosial.3
B. Upaya membentuk kemahiran bahasa dan membentuk kebiasaan
berbahasa.
bahasa sekarang tidak lagi seperti abad XIX atau awal abad XX yang
menekankan pada hafalan kosa kata tertentu, dan sejumlah kaidah-kaidah
bahasa. Pengajaran bahasa modern bertujuan untuk mencapai kernahiran-
2
Ibid, h.5
3
Tayar Yusuf dan Syifaul Anwar. Metodologi pengajaran Bahasa agama dan Bahasa arab, ( Jakarta,
raja grafindo persada, 1995) h.187

7
kemahiran berbahasa dan bukan lagi menitik beratkan pada hafalan dan upaya
memperdengarkan bahasa kepada anak didik. Mengajarkan bahasa
berdasarkan sendi-sendi ilmiyah tidak cukup dengan membentuk satu
kemahiran saja tapi harus mencakup semua bentuk kemahiran dalam
berbahasa.
Di antara upaya untuk mendukung perolehan kemahiran berbahasa
adalah dengan cara latihan menggunakan bahasa dan mengulang-ulanginya
dalam berbagai situasi dinamis dan dalam bentuk alarni. Latihan ini harus
didasari oleh pemahaman, rnengetahui hubungan-hubungan dan hasilnya.
Sebab, bila tidak dernikian kernahiran yang dicapai hanylah rnekanistis yang
tidak bisa membantu pernbicaranya untuk rnenghadapi berbagai situasi baru.
Oleh sebab itu arahan, teladan yang baik serta dukungan (reinforcement)
rnerniliki peranan besar dalarn memperoleh kemahiran-kemahiran berbahasa.4
Bila pengajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh ernpat rnacam
kemahiran berbahasa yang tercermin pada kemahiran rnendengar, kernahiran
berbicara, kemahiran rnembaca dan kernhiran menulis, berarti setiap
kernahiran mebutuhkan latihan terns menerus sehingga terkuasai secara baik.
Sebagai contoh, kemahiran mendengarkan terealisir dengan mengetahui
tujuan pembicaraan yang didengamya, rnemahami rnakna-rnakna kosa kata,
rnemahami pernikiran yang dikandungnya, mengetahui hubungan-hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, mampu menyusunnya, rnemilih
informasi-informasi yang penting, rnampu menyirnpulkan apa-apa yang
diinginkan pembicara, rnenganalisa ucap-annya dan mengintisarikan
pemikiran-pemikiran yang dilontarkan.5
Sedangkan kemahiran membaca (sebagai contoh lain) tercermin dalam
dua aspek yaitu: Pertarna, aspek fisiologis yang mencakup pengenalan huruf-
huruf dan kosa kata, kernampuan mengucapkannya secara benar, kecepatan

4
Dr. damirdasy abd majid sarhan, al-manahij al-muasyiroh, penerbit dar al falaah, Kuwait, 1978 hal
102.
5
Dr. Muh. Sholahuddin Ali Mujawir, Tadris Al-Lughoh Bil Marhalah Al Ibtidiyah, dar al qolam,
kuwait, 1974, juz 1, hal 226

8
mernbaca, gerakan mata saat membaca dan posisi pembaca. Kedua, aspek
intelektual yang mencakup kekayaan kosa kata, pemahaman rnakna yang
dekat dan makna yang jauh, kernampuan mengintisarikan isi, berinteraksi
dengan bacaannya serta mampu memberikan kritikan.6
Perkembangan di bidang ini tidaklah terhenti pada pembentukan
kemahiran-kemahiran berbahasa akan tetapi telah melebar kepada
pembentukan kebiasaan-kebiasaan berbahasa. Kemahiran berbahasa berbeda
dengan kebiasaan berbahasa. Yang pertama bercirikan kesadaran sedangkan
yang kedua atau kebiasaan berbahasa adalah perbuatan yang dilakukan
seseorang tanpa penuh kesadaran dalarn melakukannya. Artinya dilakukan
secara rnekanistis karena orang itu telah terbiasa melakukannya berulang-
ulang pada waktu sebelumnya. Kebiasan terbentuk oleh pengulangan
kemahiran secara terus menerus. Melatih kemahiran merupakan langkah
penting untuk membentuk kebiasaan berbahasa.

C. Mulai dengan mengajarkan kemahiran berbahasa


Kemahiran-kemahiran berbahasa bisa dipilah menjadi dua; yaitu
pertama, kemahiran Menyampaikan pesan dan kedua, kemahiran menerima
pesan. Kemahiran yang pertama mencakup kemahiran berbicara, kemahiran
menulis dan kemahiran membaca secara keras yang diarahkan kepada orang
lain. Sedangkan kemahiran menerima pesan mencakup kemahiran mendengar
dan kemahiran membaca pelan dan membaca keras yang ditujukan untuk
dirinya sendiri.
Dahulu, pengajaran bahasa dalam pendidikan tradisional dimulai dengan
mengajarkan huruf ab1ad atau alfabet pada anak-anak didik sejak mereka
masuk sekolah tanpa ada persiapan terlebih dahulu. Akan tetapi
perkembangan mutakhir di bidang ini pengajaran bahasa tidak dimulai dengan
mengajarkan membaca dan menulis tapi dimulai dengan pengajaran
muhadatsah pada beberapa bulan pertama untuk membiasan pelatihan telinga

6
Dr. Mahmd Ahmad Assayed, Fii Thorooiqi Tadris Al Lughoh Al Arobiyah, Op.Cit.P. 297

9
dalam mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan membedakan antara bunyi-
bunyi tersebut sekaligus untuk memperbaiki berbagai kesulitan pengucapan
yang dialami murid.7
Di antara hakekat pertumbuhan bahasa pada anak adalah bahwa
kemahiran berbicara dan mendengar lebih dahulu dari pada kemahiran
membaca dan menulis. Pada umumnya terdapat keterlamabatan umur bahasa
anak antara enam tahun sampai delapan tahun dari umur kalender anak,
karena bahasa tulisan berbeda dengan bahasa ucapan. Vigotski, seorang ahli
ilmu jiwa dari Rusia mengemukakan alasan hal ini dengan menyatakan bahwa
membaca dan menulis merupakan abstraksi. Hubungan antara bahasa tulisan
dengan bahasa lisan seperti hubungan al jabar dengan ilmu pasti.8
D. Perkembangan Pengajaran Bahasa Arab Di Indonesia
Berbicara mengenai perkembangan pengajaran bahasa Arab di
Indonesia, tidak semudah apa yang kita lihat pada saat ini atau seperti
membalikkan telapak tangan begitu saja. Hal ini dikarenakan adanya
perubahan zaman yang semakin dahsyat sehingga metode yang digunakan pun
dalam pengajaran setiap waktu selalu berubah. Dalam hal ini Effendy
mengklasifikasikan ada empat fase dalam perkembangan pengajaran bahasa
Arab di Indonesia, yaitu:9
1. Fase Pertama (metode abjadiyah)
Bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci al-Qur‟an. Bagi umat
Islam al-Qur‟an adalah petunjuk (hudan) dalam kehidupan. Maka
pengajaran bahasa Arab yang pertama di Indonesia pada tahap ini ketika
masuknya bahasa Arab yang bersamaan dengan masuknya Islam adalah
untuk memenuhi kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah,
khususnya ibadah shalat. Sesuai dengan kebutuhan tersebut, materi yang
diajarkan pada fase pertama berupa doa-doa shalat dan surat-surat pendek
7
R.L, Lyman, Summary Of Investigations Relation To Grammar, Language And Composition
Supplementary Educational, Monographs, Chicago, Linois
8
L Vigotski, At Tafkir Wal Lughoh, ( Terjemah Dr. Tol’at Manssur, Penerbit Maktabah Anglo Al
Misriyyah, Thn 1975, Hal 80-82
9
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, ( Malang, Misykat:2005)H.22-25

10
al-Qur‟an atau yang dikenal sekarang dengan sebutan hapalan juz „Amma
atau juga dengan sebutan “Turutan”.
Turutan ini memuat materi pelajaran tentang membaca huruf al-
Qur‟an dengan merode abjadiyah (Alphabetic Method). Akan tetapi
pengajaran bahasa Arab verbalistik ini dirasa tidak cukup, karena al-Qur‟an
tidak hanya untuk dibaca sebagai sarana peribadatan, melainkan pedoman
hidup yang harus dipahami maknanya secara mendalam dan diamalkan
ajaran-ajarannya. Demikian pula halnya dengan bacaan-bacaan atau doa
dalam ibadah shalat harus dipahami, agar apa yang kita kerjakan dalam
ibadah shalat.
2. Fase Kedua (metode qawaid-terjemah).
Begitu penting mendalami ajaran agama Islam, maka tumbuhlah dan
berkembanglah cara kedua dengan tujuan pendalaman ajaran agama Islam
tersebut. Fase kedua ini sering digunakan di pondok pesantren.Adapun
materi yang diajarkan dalam pengajaran bahasa Arab pada fase kedua ini
berupa fikh, aqaid, hadits, tafsir, dan ilmu-ilmu bahasa Arab seperti nahwu,
shorof, balaghah dan lain-lain. Adapun kitab yang biasanya digunakan
berupa kitab Fath al-Mu‟in, Fath Qariib, Bulugh al-Maraam, Tafsir al-
Jalalain, Al-Jurumiyyah, al-Fiyah Ibni Malik, dan masih banyak
lagi.Metode yang digunakan dalam pembalajaran bahasa Arab pada fase ini
adalah metode gramatika-terjemah (Qawaid wa Terjemah). Metode ini
pertama kali digunakan di benua Eropa pada abad ke-18.10 penamaan
metode klasik ini dengan “Grammar Translation Method” baru dikenal
pada abad ke-19, yang banyak digunakan oleh di negeri-negeri Arab
maupun di negeri-negeri Islam lainnya termasuk Indonesia.11

10
Rusydi Ahmad Thu’amiyah. Al Marja’ Fie Ta’lim Al-Lughoh Al-Arobiyah Linnathiqina Bil
Lughaatin Ukhra, (Mekkah Al-Mukarramah, Jami’ah Ummu Al-Qurra’; Ma’had Al-Lughah Al-
Arabiyyah: 1986)H. 348
11
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, H.30

11
3. Fase Ketiga (metode mubasyarah)
Fase ketiga metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa Arab
adalah metode langsung (Thariqah Mubasyarah). Metode ini muncul
sebagai reaksi dari metode qawaid terjemah yang menjadikan bahasa
seperti benda mati yang tidak hidup…, maka sejak 1850 muncullah
berbagai panggilan-panggilan (dakwah) banyak yang mengajak untuk
menjadikan pembelajaran bahasa asing sebagai bahasa yang hidup,
aplikatif, dan mengadakan perubahan yang dalam terhadap metode
pembelajaran bahasa asing.12 Adapun kelebihan dari metode langsung
adalah:
a. Santri akan lebih terampil dalam berbicara.
b. Santri akan dapat menguasai pengucapan lafadz atau kosakata dengan
baik seperti Penutur asli.
c. Santri akan banyak memperoleh kosakata dan terbiasa dalam
pemakaiannya dalam Kalimat.
d. Santri menguasai tatabahasa secara fungsional tidak sekadar teoritis,
artinya Berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya.
Adapun kekurangan metode ini adalah:
a. Santri kurang mampu dalam kemampuan membaca pemahaman,
karena materi dan Latihan ditekankan pada bahasa lisan.
b. Memerlukan guru yang ideal dari segi keterampilan berbahasa dan
kelincahan dan Pelajarann
c. Dalam pengajaran tidak dibolehkannya penggunaan bahasa ibu dalam
pengajaran Sehingga dalam menjelaskan makna satu kata terjadi
kesalahan persepsi.
4 Fase keempat (metode eklektik)
keempat merupakan penggabungan antara fase kedua dan ketiga.
Pada fase ini Terdapat lembaga pendidikan formal (madrasah dan

12
Rusydi Ahmad Tu’aimah. Al-Marja’ Fie Ta’lim Al-Lughah Al-‘Arobiyyah Linnaathiqina Bilughaatin
Ukhra. H. 359

12
sekolah umum). Akan tetapi Wajiz Anwar mengemukakan dengan “bentuk
yang tidak menentu”. Ketidakbmenentuan Ini bisa dilihat dari beberapa
segi. Pertama, dari segi tujuan, terdapat kerancuan antara Mempelajari
bahasa Arab sebagai tujuan (menguasai kemahiran berbahasa) atau
sebagai Alat untuk menguasai pengetahuan lain yang menggunakan
wahana bahasa Arab. Kedua, Dari segi jenis bahasa yang dipelajari,
terdapat ketidakmenentuan, apakah bahasa Arab Klasik, bahasa Arab
Modern, atau bahasa Arab sehari-sehari. Ketiga, dari segi metode,
Terdapat kegamangan antara mempertahankan yang lama dan
menggunakan yang baru.
Metode eklektif bisa menjadi metode yang ideal apabila, didukung
oleh penguasaan Guru secara memadai terhadap berbagai macam metode,
sehingga dapat mengambil Secara tepat segi-segi kekuatan (kelebihan)
dari setiap metode dan menyesuaikannya Dengan kebutuhan program
pengajaran yang diinginkannya, kemudian menerapkannya Secara
operasional. Sebaliknya apabila metode ini dijadikan sebagai metode
“selera guru” Artinya “mana yang paling enak dan paling mudah” yang
tidak disesuaikan dengan Materi, maka yang akan terjadi adalah
ketidakmenentuan, yang menyebabkan pengajaran menjadi tidak sukses
dan berhasil.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang digunakan
oleh manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Sistem
tersebut terdiri atas tiga sub sistem yaitu bunyi, kaidah, dan makna.
Pengajaran bahasa modern bertujuan untuk mencapai kernahiran-
kemahiran berbahasa dan bukan lagi menitik beratkan pada hafalan
dan upaya memperdengarkan bahasa kepada anak didik. Mengajarkan
bahasa berdasarkan sendi-sendi ilmiyah tidak cukup dengan
membentuk satu kemahiran saja tapi harus mencakup semua bentuk
kemahiran dalam berbahasa.
Kemahiran-kemahiran berbahasa bisa dipilah menjadi dua; yaitu
pertama, kemahiran Menyampaikan pesan dan kedua, kemahiran
menerima pesan. Kemahiran yang pertama mencakup kemahiran
berbicara, kemahiran menulis dan kemahiran membaca secara keras
yang diarahkan kepada orang lain. Sedangkan kemahiran menerima
pesan mencakup kemahiran mendengar dan kemahiran membaca
pelan dan membaca keras yang ditujukan untuk dirinya sendiri.
Perkembangan pengajaran bahasa arab di indonesia mengalami
empat fase: 1) fase pertama dalam pembelajarannya menggunakan
metode abjadiyah, 2) fase kedua menggunakan metode qowaid
tarjamah, 3) fase ketiga menggunakan metode thariqah mubasyiroh 4)
fase ke empat menggunakan metode eklektik.
B. Saran

Demikian tugas pembuatan makalah ini meskipun jauh dari


kesempurnaan, harapan kami dengan adanya makalah ini kita dapat

14
mengetahui tentang perkembangan metode pengajaran bahasa tersebut.
Dan semoga dengan adanya pembuatan makalah ini kita dapat
mengambil manfaatnya khususnya bagi para pembaca. Makalah ini
sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis mengharapkan
masukan, baik kritik maupun saran dari pembaca sekiranya agar dapat
lebih sempurna

15
DAFTAR PUSTAKA

Damirdasy abd majid sarhan, al-manahij al-muasyiroh, penerbit dar al falaah, Kuwait,
1978

Fuad Effendy, Ahmad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, ( MalangMisykat:2005)

L Vigotski, At Tafkir Wal Lughoh, ( Terjemah Dr. Tol’at Manssur, Penerbit Maktabah Anglo
Al Misriyyah, Thn 1975

Muh. Sholahuddin Ali Mujawir, Tadris Al-Lughoh Bil Marhalah Al Ibtidiyah, dar al qolam,
kuwait, 1974

Rusydi Ahmad Tu’aimah. Al-Marja’ Fie Ta’lim Al-Lughah Al-‘Arobiyyah Linnaathiqina


Bilughaatin Ukhra (Mekkah Al-Mukarramah, Jami’ah Ummu Al-Qurra’; Ma’had Al-
Lughah Al-Arabiyyah: 1986)

R.L, Lyman, Summary Of Investigations Relation To Grammar, Language And Composition


Supplementary Educational, Monographs, Chicago, Linois

Syuhadak. Pengajaran Bahasa arab bagi muslim Indonesia, (Malang, UIN Malang
press, 2006)

Yusuf Tayar, Anwar Syifaul. Metodologi pengajaran Bahasa agama dan Bahasa arab,
( Jakarta, raja grafindo persada, 1995)

16

Anda mungkin juga menyukai