Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BAHASA INDONESIA

BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

Disusun Oleh:
Rati Tukloy

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AS-SALAMA TUAL


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “ Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Bangsa” ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah ini yang telah membimbing kami membuat
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi Bahasa maupun
susunan penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan untuk langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah terkait. Semoga segala, bimbingan dan arahan yang
diberikan mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1. Definisi Teori .............................................................................................3
2.2. Fungsi Bahasa..............................................................................................5
2.3. Sifat Bahasa.................................................................................................6
2.4. Analisa Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa................................................8
BAB III PENUTUP
............................................................................................................................
11
3.1. Kesimpulan
............................................................................................................................
11
3.2. Saran
............................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................................
13
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak dahulu, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
multicultural dan sekaligus juga multilingual. Hal ini berarti bahwa setiap suku
atau kelompok etnik mempunyai tradisi dan kebudayaan sendiri, termasuk
keanekaan bahasanya. Bahasa- bahasa kelompok etnik tersebut, atau lebih
dikenal sebagai bahasa daerah, selain dituturkan dan didukung oleh jumlah
kelompok penutur yang sangat variatif, juga memiliki wilayah yang tersebar
luas. Tersebarnya bahasa daerah tertentu ke wilayah lain di Nusantara tentunya
memungkinkan terjadinya persaingan antarbahasa daerah tersebut. Hal ini perlu
disikapi secara serius oleh para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah.
Bila dibiarkan pergesekan antarbahasa daerah tersebut dikhawatirkan akan
menjadi pemicu disintegrasi bangsa. Apalagi wilayah Indonesia memiliki
banyak pulau dan memiliki banyak ragam budaya, hal ini tentunya akan
berimbas kepada persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mempersatukan bangsa
yang berbeda-beda budaya, salah satunya adalah dengan bahsa nasional bahasa
Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak dapat dilepaskan dari
masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia pada umumnya adalah masyarakat
yang bilingualisme. Mereka pada umumnya di samping menguasai bahasa
Indonesia, juga menguasai bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Dengan demikian,
situasi kebahasaan di Indonesia sangat kompleks karena bahasa Indonesia dan
700-an bahasa daerah digunakan oleh masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia
adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh segenap bangsa Indonesia. Hal ini
tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi, “Kami putra
dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan (bahasa nasional)”, bahasa
Indonesia juga sebagai satu-satunya bahsa resmi secara nasional di Indonesia.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Dalam makalah ini
akan difokuskan pada pembahasan Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu
Bangsa.
Apapun bidang yang akan diterjuni seseorang, pastilah dia tidak bisa
menghindar untuk tidak berkomunikasi.
Untuk memastikan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan budaya, yaitu:
1. Bahasa adalah bagian dari budaya.

2. Bahasa adalah indeks budaya.


3. Bahasa menjadi symbol budaya.
Oleh karena itu, para antropolog budaya menilai terjadinya pergeseran makna
budaya dapat menimbulkan pergeseran focus, dari konsepsi-konsepsi yang
mementingkan peran bahasa sebagai sistem formal abstraksikategori- kategori
budaya ke strategi-strategi linguistic yang dipakai membangun status, identitas,
dan hubungan-hubungan sosial. Kenyataan, setiap bangsa memiliki jati diri
budayanya yang khas yang antara lain tampil dalam bahasa yang digunakannya.
Jati diri budaya sebuah bangsa terbentuk melalui berbagai proses kejadian yang
menimpa bangsa tersebut dalam waktu yang relative panjang. Jari diri budaya
tidak bisa terbentuk dalam waktu singkat dan tiba-tiba, selalu ada proses
panjang yang mengiringinya, sehingga sebuah budaya dapat begitu mengakar di
setiap jiwa masyarakat sebuah bangsa.
Alasan penulis memilih topik “Bahasa sebagai Pemersatu Bangsa”
adalah karena salah satu manfaat terbesar mempelajari bahasa Indonesia adalah
sebagai alat berkomunikasi sesama pengguna bahasa Indonesia. Karena di
Indonesia bahasa utamanya adalah bahasa Indonesia, maka untuk
berkomunikasi antar warna Negara Indonesia harus menguasai menggunakan
bahasa Indonesia, meskipun tidak hanya warga Indonesia yang mampu mengerti
dan menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, memperlajari bahasa Indonesia
juga agar kita tahu apa saja aturan yang ditetapkan pada penggunaan bahasa itu
sendiri. Seperti, penggunaan kosa kata, kata kiasan, perumpamaan, dan lainnya.
Kehidupan manusia tidak mungkin dilepaskan dari kegiatan berkomunikasi.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah mengapa Bahasa Indonesia menjadi
Bahasa nasional bangsa Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi dari bahasa.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab bahasa Indonesia menjadi bahasa
nasional bangsa Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Teori


Sebelum dibahas, definisi bahasa, ada baiknya diperiksa lebih dahulu
pengertian bahasa menurut rumusan di dalam kamus, baik kamus dalam Bahasa
Indonesia maupun kamus dalam bahasa asing. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdikbud: 1993:77), bahasa adalah;
1) sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
diri;
2) percakapan atau perkataan yang baik, tingkah laku yang baik dan sopan
santun”.
Menurut Hornby, dkk (1961:699) dirumuskan language is (i) human
speech in general, (ii) the expression of thoughts and feelings in words, (iii) the
speech of a nation or race, (iv) The manner of expression, (v) words, pharases,
expression, etc used by among person of a certain class of profession, (vi) a
method of expression by symbols or gestures. Selanjutnya, definisi bahasa
menurut pakar alisjahbana, bahasa adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia
dengan teratur dengan memakai alat bunyi”. Berdasarkan definisi ini, bahasa
dibagi atas dua bagian, yakni bagian madi atau isi berupa pikiran dan perasaan,
dan bagian lahir, berupa bentuk yang berwujud bunyi jika bahasa itu diujarkan,
dan berwujud huruf-huruf jika bahasa tersebut tertulis.
Alisjahbana mengatakan bahwa komponen substansi manusia hanya
pikiran dan perasaan, padahal substansi manusia terdiri dari tiga kognisi;
pikiran, konasi ‘kehendak’, dan emosi ‘perasaan’. Alisjahbana berpendapat
bahwa yang berbahasa hanyalah manusia, dan bahwa bahasa manusia itu
bersistem, ada normanya. Secara faktual bahasa itu berwujud tiga dimensi,
yakni dimensi bahasa lisan, dimensi bahsa tertulis, dan dimensi bahasa isyarat.
Di antara ketiga dimensi bahasa ini, bahasa lisanlah yang terpenting. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa setiap hari orang berinteraksi dengan
menggunakan bahsa lisan. Lihat saja orang yang berbelanja di pasar atau toko,
proses belajar mengajar, sopir dengan penumpang, dokter dengan pasien,
semuanya menggunakan bahsa lisan. Bahasa tertulis akan terjadi jika situasi
mempersyaratkan orang harus menggunakan bahsa tertulis, misalnya mengirim
surat. Sedangkan bahasa isyarat akan terjadi jika kedua bentuk bahasa yang baru
disebutkan tidak dapat digunakan, misalnya padaa waktu perang.
Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah,
atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun
tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pila ini dilanggar, maka komunikasi dapat
terganggu. Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi,
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang
digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah
bahasa yang diucakan, yaitu yang sering disebut bahasa lisan. Karena itu pula
bahasa tulisan, yang walaupun dalam dunia modern sangat penting, hanyalah
bersifat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak lain adalah rekanan visual,
dalam bentuk huruf-huruf dan tanda-tanda baca daru bahsa lisan. Dalam dunia
modern, penguasaan terhadap bahsa lisan dan bahasa tulisan sama pentingnya.
Jadi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari dengan sungguh-
sungguh.
Pemersatu berasal dari kata dasar ‘satu’. Pemersatu adalah sebuah
homonim karena arti- artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi
maknanya berbeda. Pemersatu juga memiliki arti dalam kelas nomina atau kata
benda sehingga pemersatu dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau
semua benda dan segala yang dibendakan.
Bangsa dalam arti etnis dapat disamakan dengan bangsa dalam arti rasial
atau keturunan. Dalam arti kulturan, bangsa merupakan sekelompok manusia
yang menganut kebudayaan yang sama. Karena kebudayaan mempunyai cabang
dan unsur yang banyak sekali, pengertian di sini merupakan pengertian bangsa
yang didukung dan dikuasai oleh lebih banyak kebudayaan yang diberlakukan
daripada yang tidak diberlakukan. Misalnya, kelompok bangsa-bangsa yang
menggunakan bahasa dan aksara, serta adat istiadat yang sama.
Menurut pada ahli, ada beberapa pendapat para pakar mengani
pengertian bangsa, yaitu sebagai berikut:
a. Ernest Renan (Perancis)
Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama (hasrat bersatu)
dengan perasaan setia kawan yang agung.
b. Otto Bauer (Jerman)
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan
karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib.
c. F, Ratzel (Jerman)
Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena
adanya rasa kesatuan anatara manusia dan tempat tinggal (paham geopolitik).
d. Hans Kohn (Jerman)
Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu
bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan
secara pasti. Kebanyakan bangsa memiliki faktor-faktor obyektif tertentu yang
membedakannya dengan bangsa lain.
e. Jalobsen dan Lipman
Bangsa adalah kesatuan budaya (cultural unity) dan suatu kesatuan politik
(political unity)
Kesimpulan yang penulis dapat adalah, bangsa merupakan sekumpulan
orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarah. Serta
berpemeritahan sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat
karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi. Misalnya saja bangsa
Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama
dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu
wilayah Indonesia.

2.2 Fungsi Bahasa


Fungsi bahasa yang utama adalah fungsi komunikasi dan ini berlaku bagi
semua bahasa. Fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa, sedangkan
kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lambang sosial
budaya di tengah masyarakat. Ini mencerminkan bahwa fungsi dan kedudukan
bahasa saling berkaitan dan saling mennjang. Secara umum fungsi bahasa dibagi
menjadi tiga bagian utama, yakni:
1) Fungsi ideasional, yaitu funsi bahsa untuk membentuk, mempertahankan, dan
menjelaskan hubungan di antara anggota masyarakat.
2) Fungsi interpersonal, yaitu menyampakan informasi di antara anggota masyarakat.
3) Fungsi tekstual, yaitu untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian wacana
yang relevan dengan situasi,
4) Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia dibagi menjadi bahasa persatuan,
bahasa negara, bahasa standar IPTEKS dan bahasa dalam pembangunan nasional.

2.3 Sifat-sifat Bahasa


Babdul Chaer memaparkan beberapa sifat bahasa, yaitu sebagai berikut
(Chaer, 2003);
a) Bahasa adalah sebuah sistem
Tiap bahasa memiliki pola pengunaan yang sistematis, pola ini membentuk
aturan-aturan penggunaan bahasa secara fungsional dan struktural. Berdasarkan
pola ini bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang berupa gagasan
manusia. Lebih lanjut lagi, bahasa juga bersifat sistemis. Artinya adalah bahasa
merupakan sekelompok sistem pola penggunaan yang saling mempengaruhi satu
dan lainnya. Bahasa dapat digunakan jika pola-pola tersebut saling berpadu
menurut aturan tertentu
b) Bahasa berwujud lambang
Bahasa sebagai lambang adalah ide-ide yang disampaikan melalui bahasa
diwakili oleh berbagai lambang. Lambang-lambang tersebut membentuk makna
jika digunakan dalam pola tertentu. Selain itu, makna yang menyertai lambang-
lambang tersebut dibentuk oleh aspek sosialogis penggunanya. Hal ini bermakna
bahwa manusia sebagai pengguna lambang adalah pihak yang menentukan makna
dari lambang-lambang tersebut.
c) Bahasa berupa bunyi
Pada awalnya, bahasa yang dikenal manusia adalah bahasa lisan. Meskipun
demkian, tidak semua bunyi dapat dikategorikan sebagai bahasa. Bahasa adalah
sistem bunyi yang teratur; memiliki pola dan aturan tertentu.
d) Bermakna
Sistem bunyi dapat dianggap sebagai bahasa jika memiliki makna. Lambang-
lambang yang digunakan pada sebuah bahasa ditujukan untuk
menyampaikan makna tertentu. Sehingga pengguna lambang yang tidak
bermakna bukan termasuk sebagai bahasa.
e) Konvensional
Sistematika yang terdapat pada sebuah bahasa; baik penggunaan lambang,
pembentukkan makna serta aturan penggunaannya adalah kesepakatan kelompok
pengguna bahasa tersebut. Hal ini bermakna bahwa bahasa merupakan sebuah
sistem konvensi suatu masyarakat tertentu dan seluruh anggotanya harus
mematuhinya dalam penggunaan sebuah bahasa.
f) Unik
Terdapat beragam bahsa di dunia. Tiap bahasa tersebut memiliki aturan dan
sistematika penggunaan tertentu. Perbedaan tersebut membuat tiap bahasa unik
dan memiliki ciri spesifik yang membedakannya dari bahasa lain.
g) Universal
Konsep bahasa sebagai sistem universal dapat dipahami dari pengertian bahwa
bahasa adalah sistem bunyi. Tiap bahasa memiliki sistem bunyi yang dapat
dikelompokkan menjadi bunyi konsonan dan vokal. Konsep universalitas ini
menjadi kajian linguistik, terutama linguistik deskriptif yang mebahas sistem
bahasa sebagai sebuah sistem yang universal dari tatanan bunyi, pembentukan
kata serta pembentukan kalimat.
h) Produktif
Tiap bahasa memiliki keterbatasan di tingkat fonologi dan morfologi. Namun
demikian, dalam keterbatasan tersebut tiap bahasa masih mampu menyampaikan
gagasan penggunaanya. Hal inilah yang dimaksud dengan bahasa produktif.
i) Dinamis
Perkembangan bahasa sering dengan dinamika sosial penggunaannya. Seiring
dengan perkembangan kemanusiaan, bahasa juga berkembang. Perubahan bahasa;
termasuk peringkat maupun kemunduran bahasa dapat terjadi bergantung pada
penggunanya; manusia.
j) Bervariasi
Perbedaan yang timbul dari sisi kemanusiaan tentu berpengaruh pada bahasa yang
digunakannya. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai ragam bahasa; bahkan
sebuah bahasa memiliki beberapa ragam penggunaan. Sedangkan perbedaan
kelompok dan waktu menimbulkan dialek; perbedaan bahasa disebabkan oleh
kelompok penutur waktu penggunaannya. Lebih lanjut lagi, perbedaan bahasa
dapat dipengaruhi konteks penggunaan; yang memunculkan ragam bahasa.

2.4 Analisa Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa


Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks.
Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan symbol
atau pelambang. Indonesia adalah bangsa yang besar beraneka ragam suku bangsa
ada di sini mulai dari sabang Sampai merauke. 748 bahasa dari bermacam-macam
daerah juga ada di Negara ini, setiap orang yang berasal dari setiap suku memiliki
karakternya masing- masing mulai dari adat, kebiasaan dan bahasa. Dalam
bersosialisasi dibutuhkan peran bahasa untuk memberi pengertian terhadap apa
yang kita ucapkan. Karena bangsa kita memiliki ratusan bahasa harus ada bahasa
Negara yang berperan sebagai alat pemersatu dan sebagai sarana percakapan
yang digunakan oleh orang dari berbagai macam suku bangsa untuk
berkomunikasi. Sebagai contoh orang medan yang berasal dari suku batak ingin
bertanya kepada orang Madura karena tak tau bahasa Madura digunakanlah
bahasa Indonesia dan terjadilah komunikasi yang saling mengerti terhadap apa
yang dibicarakan. Disitulah fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang pemersatu.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (bahasa nasioanl) adalah untuk
alat pemersatu bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, ras dan antar golongan
(SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi
pemersatu ini (kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928 yang merupakan unsur ketiga bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, rasa
kesatuan dan persatuan bangsa berbagai etnis terpuruk. Kehadiran bahasa
Indonesia di tengah-tengah raturan bahasa daerah tidak menimbulkan sentimen
negatif bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran bahasa
Indonesia dianggap sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai
penengah ego kesukuan. Dalam hubungannya sebagai alat unutk menyatukan
berbagai suku mempunyai latar belakang budaya dan bahasa masing-masing.
Bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu
tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial-
budaya serta latar belakang bahasa etnik yang bersangkutan. Bahkan, lebih dari
itu, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Bahasa adalah identitas bangsa. Bangsa Indonesia memiliki bahasa
persatuan yang dipakai oleh seluruh masyarakatnya untuk berkomunikasi. Sebuah
bangsa yang besar memerlukan bahasa sebagai pemersatu agar komunikasi
semakin mudah dan menumbuhkan rasa nasionalisme pada setiap daerah yang
dilingkupinya. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh
segenap bangsa Indonesia. Hal ini tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda
1928 yang berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan (bahasa nasional), Bahasa Indonesia”, bahasa Indonesia juga sebagai
satu-satunya bahasa resmi secara nasional di Indonesia. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Dalam makalah ini akan difokuskan pada
pembahasan Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu Bangsa. Pemakaian Bahasa
Indonesia yang tertib dan teratur perlu dibina terus agar Bahasa Indonesia
menjadi Bahasa yang diperhitungkan dunia.
Sejalan dengan berlakunya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, sebagian masyarakat menuntut menuntut pengutamaan
penggunaan Bahasa daerah. Walaupun begitu, tuntutan agar Bahasa daerah
digunakan untuk komunikasi baik dalam situasi formal dan non formal
mengalami banyak kendala. Kendala itu berkaitan dengan kedudukan dan fungsi
Bahasa Indonesia. Pada bagian ini akan dipaparkan tuntutan pengutamaan
penggunaan Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai Bahasa nasional dan
sebagai Bahasa Negara. Yang dimaksud dengan kedudukan Bahasa Indonesia
adalah status Bahasa Indonesia sebagai sistem nilai budyaa yang dirumuskan atas
dasar nilai sosial. Yang dimaksud dengan fungsi Bahasa Indonesia adalah Bahasa
Indonesia pada masyarakat Indonesia.
Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Negara, Bahasa Indonesia
mempunyai fungsi; 1) Bahasa resmi kenegaraan, 2) Bahasa pengantar dalam
dunia Pendidikan, 3) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selanjutnya dalam rumusan masalah Seminar Politik Bahasa Tahun
1989 dijelaskan bahwa fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara masih
ditambah lagi dengan tiga fungsi, yaitu:
1) Bahasa media massa.
2) Pendukung sastra Indonesia.
3) Pemerkaya Bahasa dan sastra daerah.
Tujuan utama pembinaan Bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan
membina sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap
positif ini dapat dilakukan dengan suka memakai Bahasa Indonesia daripada
Bahasa asing dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan.
Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap Bahasa Indonesia ini tidak
berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Bangsa Indonesia tidak mungkin
menuntut kemurnian Bahasa Indonesia (sebagaimana aliran purisme) dan
menutup diri saling pengaruh dengan Bahasa daerah dan Bahasa asing. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang positif
dan mana pengaruh negatif terhadap perkembangan Bahasa Indonesia. Sikap
positif seperti inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa Indonesia bahwa
Bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya dengan Bahasa asing lain.
BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh segenap
bangsa Indonesia. Hal ini tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928
yang berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan
(bahasa nasional), Bahasa Indonesia”, bahasa Indonesia juga sebagai satu-
satunya bahasa resmi se`cara nasional di Indonesia. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36.
Indonesia adalah bangsa yang besar beraneka ragam suku bangsa ada di
sini mulai dari sabang Sampai merauke. 748 bahasa dari bermacam-macam
daerah juga ada di Negara ini, setiap orang yang berasal dari setiap suku
memiliki karakternya masing- masing mulai dari adat, kebiasaan dan bahasa.
Dalam bersosialisasi dibutuhkan peran bahasa untuk memberi pengertian
terhadap apa yang kita ucapkan. Karena bangsa kita memiliki ratusan bahasa
harus ada bahasa Negara yang berperan sebagai alat pemersatu sebagai sarana
percakapan yang digunakan oleh orang dari berbagai macam suku bangsa untuk
berkomunikasi. Sebagai contoh orang medan yang berasal dari suku batak ingin
bertanya kepada orang Madura karena tak tau bahasa Madura digunakanlah
bahasa Indonesia dan terjadilah komunikasi yang saling mengerti terhadap apa
yang dibicarakan. Disitulah fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang
pemersatu.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada
makalah penelitian yang penulis buat dan jauh sekali dari kata sempurna karena
keterbatasan waktu dan pengalaman. Namun ada beberapa saran untuk
penulisan makalah selanjutnya:
1. Penjelasan bisa lebih dikembangkan lagi mengingat banyak detail- detail
yang masih kurang pada penjelasan.
2. Analisa yang kurang lengkap.
Untuk ke depannya, semoga penulisan berikutnya bisa tertuang dengan lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rinneka Cipta.


Chandra, C. Crysta. 2013. Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu Bangsa.
Bandung: Universitar Padjajaran.
Laba, I Nengah dan Rinayanthi, Ni Made. 2018. Buku Ajar Bahasa Indonesia
Berbasis Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish.
Soebanyo Toer, Koesalah dan Soesman Monique. 2008. Sastra Indonesia
Modern, Kritik Postkolonial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tarigan, H.G. 1991. Metologi Pengajaran Bahasa 2. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai