Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA, TATA PILIHAN KATA DAN


PENALARAN

Disusun oleh : Askar saputra

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan
kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “kedudukan bahasa indonesia, tata pilihan
kata dan penalaran’’’’

Shalawat dan salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariat agama Islam yang
sempurna dimana merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selain itu saya juga sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya benar-benar menanti kritik
dan saran untuk kemudian dapat saya revisi dan saya tulis di masa yang selanjutnya, sebab
sekali kali lagi saya menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran
yang konstruktif.

Di akhir saya berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. saya pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah terdapat
perkataan yang tidak berkenan di hati.

Jeneponto, 25 Januari 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1. Latar Belakang Masalah........................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
3. Tujuan penulisan………………………........................................……............................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
1.Kedudukan bahasa indonesia ............................................................................................... 3
2. Pengertian dan jenis-jenis diksi........ ……….…......……................................................. ....5
3.Pengertian dan jenis-jenis penalaran…….............................................................................. 9

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................... 15
1. .Kesimpulan .........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi manusia, baik secara terlisan maupun
tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai
sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada
nilainilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia
sehari-hari, baik sebagai manusia, anggota, suku, maupun anggota bangsa. Karena kondisi
dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi „label‟ secara eksplisit oleh pemakainya yang
berupa kedudukan dan fungsi tertentu.

Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai.
Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi baut yang
Saudara pasang pada mesin ini?”, dan sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah
itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak
pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya
pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang pernah kita
pakai?

Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakat bahasa) perlu
dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan „label‟ yang diberikan akan mempengaruhi
masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas
terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan “label” yang dikenakan
padanya. Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat „memilah-
milahkan‟ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka tidak
akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa mengetahui kapan dan dalam situasi apa
bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai.
Dengan demikian perkembangan bahasa itu akan menjadi terarah. Pemakainya akan berusaha
mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan, antara lain,
menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang „masuk‟ ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap
menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsurunsur yang dianggap merugikannya akan
ditolak.

Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan, misalnya,
suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan seharusnya ditolak.
Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan. Di
negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu kebijaksanaan nasional yang berisi
perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi
pemecahan keseluruhan masalah bahasa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kedudukan Bahasa Indonesia?

2. Apa pengertian dan jenis-jenis diksi ?

3. pengertian penalaran dan jenis-jenis penalaran?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui Bagaimana Kedudukan Bahasa Indonesia.

2. Mengetahui apa itu tata pilihan kata.

3. Mengetahui apa itu penalaran


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya.

Menurut Kridalaksana Djokok Kentjono yang sejalan dengan barber, bahasa yaitu sumber
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

a. Kedudukan Bahasa Indonesia

1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia digunakan sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Hal ini merupakan
suatu terobosan yang sangat besar yang dilakukan oleh persatuan pemuda-pemuda Indonesia.
Mereka menjadikan Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional bangsa Indonesia. Kita tahu
bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa melayu dipakai sebagi lingua
franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu sudah terjadi berabad-abad sebelumnya.
Dengan adanya kondisi semacam itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa
daerahnya disaingi. Sebalikanya, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak
mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi
juga mempunyai bahasa daerah tersendiri.

Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan
mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan
tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khususnya pemuda-pemuda
yang mendukung lancarnya inspirasi tersebut. "Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa
Nasional" yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain
menegaskan bahwa dalam kedudukannya bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :

a. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai Lambang kebanggaan kebangsaan.

Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa


kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan ini, Bahasa Indonesia harus kita pelihara dan kita
kembangkan. Serta harus senantiasa kita bina rasa bangga dalam menggunakan Bahasa
Indonesia.

b. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang identitas nasional.


Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya apabila masyarakat pemakainya yang
menggunakannya membina dan mengembangkannya sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa
lain.

c. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah dan antar
budaya.

Dengan adanya Bahasa Indonesia, kita dapat menggunakannya sebagai alat


komunikasi dalam berinteraksi/berkomunikasi dengan masyarakat-masyarakat di daerah
(sebagai bahasa penghubung antar warga, daerah, dan budaya). d. Bahasa Indonesia berfungsi
sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang
sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

Dengan Bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa mencapai keserasian hidup
sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang
bersangkutan.

2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Pada awalnya yaitu pada zaman penjajahan Belanda, bahasa yang digunakan untuk
bahasa negara adalah bahasa melayu. Selain itu, bahasa melayu merupakan bahasa negara
(resmi) kedua yang dipakai untuk golongan-golongan rendah. Bahasa Indonesia belum bisa
tersebar bebas pada saat itu. Hanya segelintir orang yang berjiwa nasionalis yang
menggunakan Bahasa Indonesia.

Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia diangkat pula Bahasa Indonesia


menjadi bahasa negara. Hal ini tercantum dalam UUD 1945, Bab XV, pasal 36.
Pengangkatan Bahasa Indonesia menjadi bahasa negara bukanlah hal mudah, banyak hal
yang harus dipertimbangkan. Karena bila terjadi kesalahan dapat berakibat ketidak-stabilan
suatu negara. Dalam "Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional" yang
diselenggarakan di Jakarta tanggal 25 sampai dengan 28 Febuari 1975 dikemukakan bahwa di
dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia sebagai berikut :

a. Bahasa resmi kenegaraan.

Pembuktian bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan ialah


digunakannya Bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat
itu dipakailah Bahasa indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan
baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

b. Bahasa pengantar resmi di dunia pendidikan.

Bahasa Indonesia digunakan dalam penyampaian pendidikan di Indonesia dari taman


kanak-kanak hingga perguruan tinggi, walaupun ada beberapa lembaga pendidikan dengan
dasar kepraktisan menggunakan bahasa daerah untuk penyampaiannya. Hal itu pun hanya
sampai kelas tiga sekolah dasar. Oleh karena itu sebaiknya buku-buku yang digunakan juga
menggunakan Bahasa Indonesia sehingga membantu pelajar dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia.

c. Bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antar badan pemerintah dan penyebarluasan
informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman
sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan
peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat
diterima oleh masyarakat.

d. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.

Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan, ilmu, dan teknologi, Bahasa Indonesia


sangat terasa sekali manfaatnya. Karena Bahasa Indonesia digunakan dalam penyebarannya
di negara kita. Misalkan seorang pengajar tari Bali tidak mungkin mengajarkan tari Bali
kepada orang Jawa, Aceh, ataupun orang suku lain menggunakan bahasa Bali. Karena
mereka belum tentu mengerti bahasa Bali. Oleh karena itu digunakan Bahasa Indonesia untuk
menjebatani hal tersebut. Sehingga informasi yang berisi ilmu, kebudayaan, ataupun
teknologi bisa dimengerti oleh orang lain. Hal ini juga berlaku dalam penyebaran ilmu
modern.

2. Pengertian Diksi dan jenis-jenis diksi atau tata pilihan kata

a. Pengertian diksi

Diksi adalah sebuah pilihan kata yang tepat atau selaras didalamnya penggunaannya
untuk dapat mengungkapkan gagasan sehingga didapatkan hasil tertentu seperti apa yang
diinginkan atau diharapkan. Tidak hanya itu, diksi juga diartikan sebagai suatu pernyataan
yang digunakan untuk dapat mengungkapkan sebuah gagasan ataupun mengungkapkan suatu
cerita dengan meliputi persoalan seperti gaya bahasa, ungkapan gagasan serta lain
sebagainya. Dengan diksi ini maka tiap-tiap kata dapat dibaca serta dipahami pembaca
maupun pendengar. Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih dari apa yang di pantulkan
oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata
mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi
persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata
dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus
berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan
ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang
tinggi.[1]
Pengertian Diksi Menurut Para Ahli Berikut ini beberapa pendapat dari para ahli
mengenai pengertian diksi, antara lain sebagai berikut: • Menurut Susilo Mansurudin, diksi
merupakan sebuah pemilihan kata yang sesuai serta tepat yang dapat memberi suatu nilai
pada kata untuk para pembaca. Pilihan kata yang tepat ini berguna untuk mencegah kesalahan
dalam menafsirkan kata-kata yang berbeda. • Menurut Keraf, diksi merupakan pemakain kata
yang digunakan untuk dapat menginformasikan sebuah gagasan dalam bentuk kelompok kata
yang sesuai serta tepat dalam situasi. • Menurut KBBI, diksi merupakan penggunaan kata
yang tepat dalam penggunaan didalam sebuah gagasan pokok pembicaraan pada pilihan kata.
• Menurut Enre, diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam mewakili
perasaan yang nyata dalam pola sebuah kalimat.

b. Jenis-jenis Diksi

Dibawah ini merupakan jenis-jenis diksi yang dibedakan menjadi , Jenis Diksi
Berdasarkan Maknanya dan Jenis Diksi Berdasarkan Leksikal, penjelasannya dibawah ini :

1) Jenis Diksi Berdasarkan Maknanya Dalam Jenis Diksi dengan berdasarkan maknanya
dibedakan menjadi 2 yakni makna denotatif dan makna konotatif, dibawah ini merupakan
penjelasannya.

a. Makna Denotatif Denotatif tersebut berarti makna asli, makna asal, atau juga
makna yang sebenarnya dari suatu kalimat ataupun kata. Dibawah ini merupakan beberapa
contohnya:

• Anita sangat “gemar membaca”, maka tidak kaget jika dia pintar dan memiliki
pengetahuan yang luas.

• Anita terlihat sangat gimbar, mungkin dia sedang lagi berada di “keuntungan yang
melimpah”.

• Badan Anita sangat kurus (Kata kurus,tersebut memiliki makna denotatif keadaan
tubuhnya yang lebih kecil dari ukuran badan normal)

b. Makna Konotatif Konotatif, adalah menyatakan makna yang memiliki arti bukan
yang sebenarnya dari sebuah kalimat atau kata. Berikut ini adalah contohnya :

• Budiyanto “banting tulang”, bekerja dari pagi sampai pada sore untuk dapat
memenuhi kebutuhan keluarganya. (kata “banting tulang” tersebut diartikan bahwa Anita
bekerja keras). Budiyanto merupakan murid yang “kutu buku” jadi tidak kaget kalau dia
pintar dan memiliki pengetahuan yang luas. (kata “kutu buku” tersebut diartikan bahwa
Budiyanto itu sangat suka membaca buku).

• Budiyanto sangat bahagia, mungkin karena dia sedang mendapat “durian runtuh”.
(kata “durian runtuh” tersebut diartikan bahwa Budiyanto sedang mendapat banyak
keuntungan).
2) Jenis Diksi Berdasarkan Leksikal Dalam Jenis Diksi dengan berdasarkan leksikal akan
dijelaskan dibawah ini :

a) Sinonim Sinonim merupakan kata yang mempunyai makna yang sama. Dengan kata lain,
sinonim merupakan sebuah persamaan kata. Dibawah ini merupakan beberapa contoh
sinonim:

Bahagia = Senang

Matahari = Mentari

Cantik = Elok

Lezat = Enak

Pintar = Pandai

b) Antonim Antonim merupakan kata yang mempunyai makna yang berlawanan. Artinya
dalam kata lain, antonim ini merupakan lawan kata. Dibawah ini merupakan beberapa
contoh antonim:

Naik = Turun

Besar = Kecil

Banyak = Sediki

Tinggi = Pendek

Gelap = Terang

Cepat = Lambat

Ganteng = Cantik

Mahal = Murah

c) Homonim Homonim merupakan kata yang mempunyai makna berbeda, namun pada lafal
atau ejaannya itu sama. Dibawah ini merupakan contoh homonim :

• Pada pertengahan Bulan, ibu selalu menerima upah kerja.

• Bulan purnama tersebut terlihat sangat jelas dan banyak bintang yang menemaninya.

Kata “Bulan” pada contoh kalimat diatas memiliki lafal dan ejaan yang sama tetapi
mempunyai arti atau makna yang berbeda. Apabila pada kalimat 1 kata bulan menunjukan
tanggal, sedangkan pada kalimat 2 itu menunjukan bulan yang ada di langit.

d) Homofon Homofon merupakan kata yang mempunyai makna serta ejaan berbeda, namun
mempunyai lafal yang sama. Dibawah ini merupakan contoh homofon:
• Anita sedang mentrasfer uang di Bank.

• Bang Dimas merupakan kakak Anita

Kata “Bank” serta “Bang”, mempunyai lafal yang sama namun mempunyai ejaan serta juga
makna yang berbeda. Pada kalimat 1 itu menunjukan tempat, sedangkan kalimat 2 itu
menunjukan arti saudara.

e) Homograf Homograf merupakan kata yang mempunyai makna serta lafal yang berbeda,
namun mempunyai cara ejaan yang sama. Dibawah ini merupakan contohnya:

• Anita suka makan Tahu goreng di ujung jalan.

• Anita tidak Tahu bahwa kalau hari ini hari rabu

Kata “Tahu” pada kedua kalimat yang dituliskan diatas memiliki cara ejaannya sama. Pada
kalimat 1 menunjukan ke arah makanan sedangkan pada kalimat 2 menunjukan lupa pada
hari.

f) Polisemi Polisemi merupakan kata yang mempunyai banyak arti atau juga pengertian.
Dibawah ini merupakan beberapa contoh polisemi:

• Menabung di bank, maka kita akan mendapatkan Bunga.

• Anita merupakan bunga desa di kampung ini.

• Bunga mawar putih itu sangat indah.

• Nama sahabatku adalah Bunga.

Pada kalimat 1 kata “bunga” itu menunjukan bahwa keuntungan dalam menabung di bank,
pada kalimat 2 itu mengarah pada perempuan paling cantik yang ada dikampung, dan kalimat
3 itu menunjukan bunga mengarah padatanaman, dan yang ke 4 itu menunjukan bunga
sebagai nama manusia.

g) Hipernim dan Hiponim Hipernim merupakan kata yang mewakili banyak dari kata lain.
Jadi sebuah kata hipernim tersebut bisa menjadi kata umum dari penyebutan kata lainnya.
Sedangkan untuk Hiponim merupakan kata yang terwakili artinya oleh suatu kata hipernim.
Dibawah ini merupakan contoh kalimat yang mengandung kata hipernim serta hiponim:

• Di hutan itu banyak segala jenis binatang buas, misalnya seperti harimau, beruang, ular,dan
lain sebagainya Untuk Kata hipernim : Binatang buas. Sedangkan untuk kata hiponim :
harimau, beruang, ular,dan lain sebagainya.

• Budiyanto ke supermarket membeli sayur-sayuran, seperti sayur bayam, sawi, lobak dan
lain sebagainya

Kata hipernim : sayur-sayuran. Sedangkan kata hiponim: bayam, sawi, lobak dan lain
sebagainya.
3. Pengertian dan jenis-jenis penalaran

a. Pengertian penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

1. Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:

umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan
sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui

berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan

menghubunghubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
2. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia

akan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan


pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis

perasaan atau pengalaman

Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran adalah suatu
proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju
suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses
berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Sebuah penalaran terdiri atas premis
dan kesimpulan. Premis (antesedens) adalah proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan, dan
hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

b. Jenis-jenis penalaran

Terdapat dua jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif dan induktif.

a. Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Atau menerapkan hal-hal umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus
Menurut Aristoteles penalaran deduktif merupakan penalaran yang beralur dari
pernyataanpernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus.

Contoh 1 :

Premis 1 : Semua hewan punya mata

Premis 2: Kucing termasuk hewan

Kesimpulan : Kucing punya mata

Contoh 2 :

Premis 1 : Barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi

Premis 2 : Laptop adalah barang elektronik

Kesimpulan : Laptop membutuhkan daya listrik untuk beroperasi

Contoh 3 :

Premis 1 : Semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran Sosiologi

Premis 2 : Andi adalah siswa kelas X SMA

Kesimpulan : Andi wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.

b. Penalaran Induktif

Penalaran Induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang


khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Atau dengan bertolak dari hal-
hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang bersifat umum.

Menurut Smart, Penalaran induktif adalah penalaran yang memberlakukan atribut-


atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum.

Penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat


ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data
dan statistic. Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empirik.
Contoh 1 :

Premis 1 : Ani bersekolah dengan memakai seragam merah putih karena masih SD

Premis 2 : Anton bersekolah dengan memakain seragam merah putih karena masih SD

Kesimpulan: Semua siswa yang masih SD memakai seragam merah putih saat bersekolah.
Contoh 2 :

Premis 1 : Kerbau punya mata

Premis 2 : Anjing punya mata

Premis 3 : Kucing punya mata

Kesimpulan : Setiap hewan punya mata

Contoh 3 :

Premis 1 : Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

Premis 2 : Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

Kesimpulan : Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

Dari uraian diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebagai bahasa resmi,
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai
dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.

Diksi adalah sebuah pilihan kata yang tepat atau selaras didalamnya penggunaannya
untuk dapat mengungkapkan gagasan sehingga didapatkan hasil tertentu seperti apa yang
diinginkan atau diharapkan. Terdapat tiga syarat yang harus di perhatikan dalam pemilihan
kata, yakni: ketepatan, kecermatan dan keserasian

Jenis diksi berdasarkan maknanya terbagi dua yaitu makna denotatif dan makna
konotatif. Adapun jenis diksi berdasarkan leksikal yaitu sinonim, antonim, homonim,
homofon, homograf, polisemi, hipernim dan hipomim.

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta


atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Terdapat dua jenis
metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif.

Penalaran induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus
sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat umum.

Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum yang kesimpulannya berupa pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

DAFTAR PUSTAKA
Pangabean, Maruli. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Jakarta: Gramedia. 1981.

Syamsuddin, A.R. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta. 1986.

Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press.

Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti. 1976. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa Indah.

https://www.gurupendidikan.co.id/diksi/

https://mamikos.com/info/diksi-pengertian-fungsi-jenis-dan-contohnya/

Prayoga, bachtiar. (2016).“Makalah Pemikiran dan Penalaran”.[online]

Tersedia : http://venusmerah.blogspot.co.id/2016/01Vmakalah-pemikiran-dan-penalaran.html (10 Oktober


2016)

Anda mungkin juga menyukai