Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam memahami pembelajaran bahasa arab kita tidak hanya memerlukamn
maharah saja tetapi unsur juga sama pentingnya. Aswat dan mufradat juga
merupakan bagian dari unsur bahasa yang harus kita kuasai.
Ilmu ashwat mempelajari tengtang pengucapan bunyi bahasa arab.
Sedangkan, semakin banyak mufradat yang di kuasai akan mempermudah
proses berkomunikasi.
Dalam makalah kali ini kami akan membahas tentang ashwat dan mufradat
dalam pembelajaran bahasa arab.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tujuan pembelajaran Ashwat ?
2. Apa saja tingkatan pembelajaran ashwat ?
3. Apa saja langkah-langkah pembelajaran ashwat ?
4. Apa saja asas-asa pembelajaran mufradat?
5. Apa asja Tujuan Umum Pembelajaran Mufradat ?
6. Apa saja Metode Pembelajaran Mufradat

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami tujuan pembelajaran ashwat.
2. Memahami tingkatan pembelajaran sahwat.
3. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran sahwat.
4. Mengetahui asas-asas pembelajaran mufradat.
5. Memahami tujuan tujuan umum pembelajaran mufradat.
6. Mengetahui metode pembelajaran mufradat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Ashwat dalam Bahasa Arab


1. Konseptual Bunyi Bahasa (Ashwat)
Bahasa merupakan lambang bunyi yang berartikulasi. Term ini telah
menjadi konsensus manusia untuk merealisasikan komunikasi antar mereka secara
aktif (al-kalam) maupun secara reseptif (al-kitabah). Dari sini dapat dicermati
bahwa institusi-institusi modern secara spesifik, sangat cerdas menangkap sinyal
tersebut dengan memperhatikan proses pembelajaran bunyi bahasa (ashwat)
terhadap peserta didik, sebelum mereka diajarkan keterampilan
menulis.Pembelajaran bunyi bahasa (ashwat) dimaksudkan adalah melatih peserta
didik mengungkapkan bunyi huruf kata dan kalimat arab serta perbedaan-
perbedaan prinsipil secara benar dan fasih, sehingga mereka mampu untuk
berinteraksi dan berkomunikasi secara intens.1
2. Tujuan Pembelajaran Ashwat
Tujuan pembelajaran bunyi bahasa (ashwat) adalah membantu peserta didik
mengucapkan dan ekspresikan bunyi bahasa dengan fokus:
a. Memahami unsur bunyi bahasa dan penggunaannya, seperti
mengucapkan bunyi, stressing dan aksentuasi.
b. Penggunaan isyarat bahasa, seperti mengekspresikan wajah dan gerak
gerakan.
c. Memahami penggunaan kata-kata yang mirip dan berdekatan.
d. Memahami konteks budaya yang diekspresikan dalam kalimat.
e. Membedakan konteks hakiki dan konteks majazi.
f. Memahami struktur bahasa dan penggunaannya secara maksimal.2

1
Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: Rajawali Press, 2014),
h. 117.
2
Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: Rajawali Press, 2014),
h. 118.

2
3. Tingkatan Pembelajaran Ashwat
Dalam konteks mengajarkan ashwat, seorang dosen atau guru dituntut untuk
dapat memastikan bahwa para murid telah mampu melafalkan dengan benar
pada tiga tingkatan. Pertama; dapat mengenal bunyi tersebut dan
melafalkannya dengan benar, kedua; dapat membedakan antara bunyi yang
dimaksud dengan bunyi-bunyi yang lain, baik yang berdekekatan maupun
yangberbedasamasekali,ketiga; dapat mempraktekkan pelafalan yang benar
tersebut dalam konteks yang lebih kompleks.
Untuk melatih murid dalam menguasai kompetensi tingkat pertama, seorang
guru bisa melatihnya dengan latihan tahap pertama yang disebut dengan ta'rif,
dimana tujuannya adalah mengenal dan bisa melafalkan bunyi yang
dipelajari. Proses pengenalan ini harus dilakukan dengan sempurna, mulai
dari mengenal bunyi jika terletak di awal kata, tengah, dan akhir. Cara
mengenalkannya yang paling baik adalah dengan meletakkan bunyi itu dalam
sebuah kata, sebagai contoh bunyi (‫ )ع‬di atas. Maka cara mengenalkannya

adalah bagaimana melafalkannya ketika diletakkan di awal kata ‫علم‬, di tengah

kata ‫جعل‬, dan di akhir kata ‫وجع‬

Untuk melatih penguasaan tingkat kedua, guru bisa melatihnya dengan


menggunakan latihan yang disebut dengan tamyiz, yaitu membedakan antara
suara yang menjadi tujuan pembelajaran dan suara lain sebagai
pembandingnya pada berbagai situasi. Misalnya dengan membandingkan
antara pelafalan ‫ علم‬dan ‫ ألم‬, atau antara pelafalan ‫ سعال‬dan ‫السؤ‬. Penting juga

untuk dilatih membedakan antara suara panjang seperti ‫ال‬CC‫ ع‬dan pendek

seperti ‫عل‬.
Untuk melatih penguasaan tingkat ketiga, guru dapat menggunakan kalimat
atau frase yang didalamnya terdapat beberapa suara yang menjadi target
pembelajaran. Latihan jenis ketiga ini disebut dengan tajrid. Kalimat yang
digunakan untuk latihan tingkat ketiga ini bisa ditampilkan dari ayat-ayat Al-

3
Qur’an maupun hadits, agar konten budaya dalam pembelajaran bahasa Arab
juga dapat terpenuhi.3
4. Langkah-langkah dan Metode Pembelajaran Ashwat
Mencermati tujuan pembelajaran bunyi bahasa (ashwat) diatas, maka dapat
dipaparkan berikut teknik pembelajarannya secara konkter.
a. Pendidik dan peserta didik melakukan repetisi sesuatu (huruf-huruf arab)
melalui tiga proses repetisi (repetisi kolektif, kelompok, dan
individu).Repetisi kolektif dilakukan seluruh peserta didik, selanjutnya
repetisi kelompok dilakukan kelompok yang telah di desain, kemudian
repetisi individu dilakukan oleh individu yang ditunjuk oleh pendidik.
b. Pendidik mengucapkan contoh yang ditampilkan dua atau tiga kali
sedangkan peserta didik mendengarkannya.
c. Pendidik memberikan isyarat, kemudian peserta didik diminta untuk
merepetisi secara kolektif.
d. Pendidik merepetisi isyarat tadi, kemudian diikuti peserta didik secara
kolektif.
e. Pendidik memberikan isyarat, kemudian peserta didik diminta untuk
merepetisi secara kelompok.
f. Pendidik merepetisi isyarat tadi, kemudian diikuti peserta didik secara
kelompok.
g. Pendidik memberikan isyarat, kemudian peserta didik diminta untuk
merepetisi secara individu.
h. Pendidik merepetisi isyarat tadi, kemudian diikuti peserta didik secara
individu. Dalam proses repetisi individu, pendidik memerhatikan respon
peserta didik. Jika memungkinkan untuk diadakan perbaikan atau
diberikan motivasi bahkan diberikan pujian maka hal tersebut harus
dilakukan sebagai stimulus mereka mempelajari bahasa arab.4

3
Bahruddin, Uril. 2017. Rekonstruksi Pengembangan Pendidikan Bahasa Arab. Cetakan
pertama. Sidoarjo: CV Lisan Arabi. H. 157-158

4
Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: Rajawali Press, 2014),
h. 119.

4
B. Pembelajaran Mufradat dalam Bahasa Arab

1. Asas-asas Pemilihan Mufradat


Adapun prinsip-prinsip dalam pemilihan mufradat yang akan diajarkan
kepada pembelajar asing (selain penutur Arab) adalah sebagai berikut:
a. Tawatur (Frequency), artinya memilih mufradat (kosakata) yang sering
digunakan.
b. Tawazzu’ (Range), memilih mufradat yang banyak digunakan di negara-
negara Arab, yakni tidak hanya banyak digunakan di sebagian negara
Arab.
c. Mataahiyah (Avalability), artinya memilih kata tertentu dan bermakna
tertentu pula, yakni kata-kata yang digunakan dalam bidang-bidang
tertentu.
d. Ulfah (Familiarity), artinya memilih kata-kata yang familier dan terkenal
serta meninggalkan kata-kata yang jarang terdengar
penggunaannya.Seperti kata syamsunlebih terkenal daripada kata dzuka’
walaupun artinya sama.
e. Syumuul (Coverege), artinya memilih kata-kata yang dapat digunakan
dalam berbagai bidang tidak terbatas pada bidang tertentu. Contoh kata
baitun lebih baik dipilih daripada manzil karena penggunaannya lebih
umum.
f. Ahammiyah, artinya memilih kata-kata yang sering dibutuhkan
penggunaannya oleh siswa daripada kata-kata yang terkadang tidak
dibutuhkan atau jarang dibutuhkan.
g. ‘Uruubah,artinya memilih kata-kata arab, yakni memilih kata arab
walaupun ada bandingannya dalam bahasa lain. Contoh memilih kata
haatifdaripada telepon, atau katamidzya’ dari pada kata radio dan lain-
lainnya. (Tha’imah: 1989).

2. Tujuan Umum Pembelajaran Mufradat

5
Spirit utama yang dipahami adalah bahwa pembelajaran bahasa, termasuk
bahasa arab, haruslah fungsional yaitu memfungsikan bahasa sebagai media
komunikasi dan ekspresi, bukan sebagai unit analisis gramatikal yang
cenderung filosofis dan tidak realistis.5
Oleh karena itu, pembelajaran mufradat juga harus diorientasikan kepada
fungsionalisasi bahasa arab itu sendiri sebagai media untuk memahami dan
komunikasi, baik dalam konteks kemahiran keterampilan pasif (mendengar
dan membaca) maupun keterampilan aktif (berbicara dan menulis). Mufradat
yang dibelajarakan bukanlah sekedar untuk dihafal diluar kepala, tetapi harus
digunakan untuk memahami teks bacaan, berbicara atau mengekspresikan
ide-ide secara tertulis.6
Adapun tujuan utama dalam mempelajari mufradat adalah:
a. Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa
b. Melatih siswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar
akan mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara
baik dan benar pula
c. Memahami makna kosakata, baik secara denotative atau leksikal (berdiri
sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu
d. Mampu mengapresiasikan dan memfungsikan mufradat itu dalam
berekspresi lisan maupun tulisan sesuai dengan konteksnya yang benar.7
3. Metode Pembelajaran Mufradat
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk menjelaskan makna
mufradat, diantaranya adalah:
a. Dengan menampilkan benda atau sampel yang ditunjukkan oleh makna
kata. Seperti menampilkan pensil atau buku dan lain sebagainya.
b. Dengan peragaan tubuh, contoh guru membuka buku ketika menerangkan

kalimat ‫الكتاب‬ ‫فتح‬

5
https://www.scribd.com
6
ibid
7
ibid

6
c. Dengan bermain peran, seperti guru memerankan orang sakit yang
memegangi perut dan dokter memeriksanya.
d. Menyebutkan lawan katanya.
e. Menyebutkan sinonimnya.
f. Menyebutkan kelompok katanya, misalnya untuk menjelaskan makna kata

‫ عائلة‬guru bisa menyebutkan kata berikut ‫ أوالد‬,‫ أسرة‬,‫زوج‬ dan lain-lain.

g. Menyebutkan kata dasar dan kata bentuknya.


h. Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
i. Mengulang-ulang bacaan.
j. Mencari makna kata dalam kamus.
k. Menerjemahkan kedalam bahasa siswa, ini cara terakhir dan hendaknya
guru tidak tergesa-gesa menggunakan cara ini.8

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
8
Bisri Mustofa dan Abdul Hamid, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab,
(Malang: UIN MALIK PRESS, 2012), h. 70-71.

7
Bahasa merupakan lambang bunyi yang berartikulasi. Term ini telah menjadi
konsensus manusia untuk merealisasikan komunikasi antar mereka secara
aktif (al-kalam) maupun secara reseptif (al-kitabah).
Dalam konteks mengajarkan ashwat, seorang dosen atau guru dituntut untuk
dapat memastikan bahwa para murid telah mampu melafalkan dengan benar
pada tiga tingkatan. Pertama; dapat mengenal bunyi tersebut dan
melafalkannya dengan benar, kedua; dapat membedakan antara bunyi yang
dimaksud dengan bunyi-bunyi yang lain, baik yang berdekekatan maupun
yangberbedasamasekali,ketiga; dapat mempraktekkan pelafalan yang benar
tersebut dalam konteks yang lebih kompleks.
Tujuan umum pembelajaran mufradat adalah bahwa pembelajaran bahasa,
termasuk bahasa arab, haruslah fungsional yaitu memfungsikan bahasa
sebagai media komunikasi dan ekspresi, bukan sebagai unit analisis
gramatikal yang cenderung filosofis dan tidak realistis.

B. Saran
Alhamdulillah makalah ini dapat di simpulakan. Pemakalah berhaarap dengan
danya makalah ini, kita bisa memahami tentang ashwat dan mufradat dalam
pembelajaran bahasa arab.
Namun tentunya pada makalah ini masih banyak keurangan di dalamnya baik
isi maupun sistematiknya. Untuk itu di harapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Mustofa, Bisri dan Abdul Hamid. 2012.Metode dan Strategi Pembelajaran
Bahasa Arab. Malang: UIN MALIK PRESS

8
Zulhannan. 2014. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. Jakarta: Rajawali
Press
Bahruddin, Uril. 2017. Rekonstruksi Pengembangan Pendidikan Bahasa Arab.
Cetakan pertama. Sidoarjo: CV Lisan Arabi
https://www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai