Anda di halaman 1dari 10

~1~

Bab Empat

- Pengajaran bahasa Arab


- Pengajaran unsur-unsur bahasa
- Pengajaran keterampilan bahasa

Pengajaran Unsur-Unsur Bahasa


Unsur-unsur bahasa:

Sebagian orang menamakannya “komponen bahasa”. Bahasa


terdiri dari tiga komponen/unsur: bunyi (disebut juga fonem), kosa
kata, dan struktur/tata bahasa. Unsur-unsur tersebut merupakan
materi sebenarnya yang membantu pelajar untuk mempelajari
keterampilan-keterampilan berbahasa. Barangsiapa tidak
menguasainya tidak akan dapat menguasai keterampilan-
keterampilan berbahasa pada berbagai tingkatannya.

Pertama: Pengajaran Bunyi

Ilmu ashwat (ilmu tentang bunyi-bunyi bahasa, disebut juga


Fonologi) adalah ilmu kuno, yang sangat diperhatikan orang-orang
Arab sejak dini; kita mendapati bahwa Al-Khalil bin Ahmad –wafat
tahun 175 H- telah membahas secara rinci mengenai bunyi-bunyi
dalam bahasa Arab, dan menjelaskan tempat-tempat keluar dan
sifat-sifatnya. Kemudian muridnya, Sibawaih, melakukan hal yang
sama setelahnya; dia menjadikan pembahasan ilmu ashwat sebagai
pengantar pembahasan fenomena idhgom dalam bunyi bahasa. Dan
~2~

akhirnya pembahasan ilmu ashwat menjadi kebiasaan banyak ahli


bahasa dan ulama tajwid, di zaman dahulu dan sekarang.

Pengajaran bunyi-bunyi dalam bahasa dilakukan dengan


metode tradisional; yaitu dengan menganggap bahwa itu hanyalah
huruf-huruf, dan pelajar dilatih untuk menuliskan dan membedakan
bentuk-bentuknya, tanpa memperhatikan cara pengucapannya,
padahal melatih pengucapan bunyi-bunyi bahasa adalah pintu masuk
yang benar dan cara terbaik dalam belajar bahasa asing dan
menguasainya. Bagaimanapun penguasaan siswa terhadap kosa kata,
tata bahasa dan struktur-struktur kalimat, dan pengetahuannya
tentang konteks-konteks kebahasaan, dia akan tetap memiliki
kekurangan dalam menggunakan bahasa kedua –bahasa yang dia
pelajari- selama ia belum menguasai pengucapan bunyi-bunyinya.
Oleh karena itu, pengajaran bunyi-bunyi bahasa dengan metode
modern; yaitu melalui latihan pasangan minimal1 kata (minimal
pairs), dan rekaman suara yang bagus di laboratorium-laboratorium
bahasa atau sebaliknya, akan membuahkan hasil yang lebih baik
daripada apa yang terjadi di lembaga-lembaga pengajaran bahasa
Arab di mana para penyelenggaranya tidak memiliki latar belakang
ilmu bahasa terapan.

Perhatian terhadap pengucapan yang benar dari bunyi bahasa


Arab telah diabaikan, dimana hal itu diajarkan melalui kaidah-kaidah
dan terjemahan (tidak dengan praktek secara langsung dan benar),
sehingga kesalahan dalam hal itu pun diwariskan; diambil oleh para
pelajar dari guru-guru mereka yang salah dalam mengucapkan bunyi
bahasa, kemudian mereka wariskan kepada orang-orang setelah
mereka disertai dengan kesalahan yang mereka bawa. Dan kesalahan

1
Sepasang kata yang bervariasi hanya dengan satu bunyi/suara, biasanya
berarti bunyi yang bisa membingungkan pelajar bahasa, seperti: (‫ )سار‬dan
(‫)صار‬.
~3~

itu tidak disadari kecuali oleh mereka yang mengerti bunyi bahasa
Arab dan menguasai pengucapannya. Ketika pelajar mengucapkan
bunyi bahasa, maka akan terungkap bagi orang yang pandai dan ahli
dalam makhraj dan sifat huruf, bahwa pengucapan bunyi itu benar
atau di dalamnya terdapat kesalahan dan cacat.

Di antara sebab yang menghantarkan pada kesimpulan -yang


tidak positif bagi kepentingan pembelajaran bahasa Arab- ini adalah
banyaknya para pelopor ilmu ashwat itu sendiri -termasuk
pembelajarannya- yang sepenuhnya menjauhi studi ilmu tersebut
dari kalangan orang Arab, termasuk ilmu para ulama tajwid. Sehingga
banyak dari para pelopor itu tidak memperoleh manfaat dari sisi-sisi
positif yang ada pada kajian orang-orang terdahulu. Hal ini terjadi
disebabkan karena banyak dari mereka yang salah mengira bahwa
studi ilmu ashwat adalah produk Barat yang tidak pernah dikenal
orang Arab sama sekali. Mungkin sebab ini muncul karena kesalahan
sebagian orang di masa sekarang dalam menggambarkan beberapa
bunyi dalam bahasa Arab, sehingga mengakibatkan menjauhnya para
pelopor ilmu ashwat di atas dari para ulama tradisional. Kemudian
kondisi ini diperparah oleh gerakan untuk menyerang warisan para
ulama terdahulu, dan perhatian terhadap dialek/bahasa pasaran.

Pengajaran dan pelatihan bunyi-bunyi bahasa adalah sangat


penting dalam mengajarkan bahasa tersebut kepada non-penutur
aslinya. Meskipun sedemikian pentingnya hal ini, kita melihat bahwa
pengajaran dan pelatihan bunyi-bunyi dalam pengajaran bahasa
Arab -khususnya di luar dunia Arab- tidak diberikan kadar yang
mencukupi. Hal ini karena banyak dari penyelenggara pembelajaran
ini kurang berpengalaman dalam ilmu bahasa terapan dan
pengajaran bahasa. Oleh karena itu, mereka mencampurkan antara
pengajaran cara pengucapan bunyi-bunyi dan perbedaannya dengan
pengajaran bentuk tertulis dari bunyi-bunyi tersebut –yaitu cara
~4~

menulis huruf-. Maka kita dapati bahwa guru melatih siswanya -


secara ekstensif- cara menulis bunyi -yang menurut kebanyakan
mereka bunyi itu sama dengan huruf- di berbagai posisinya; di awal
kata, di tengah, dan di akhir kata, dan mereka mengira bahwa
mereka sedang melatih siswa bunyi-bunyi bahasa (padahal hanya
latihan menulis huruf-huruf).

Dengan melihat sekilas banyak buku mereka yang mereka


jadikan acuan, Anda akan mendapati bahwa buku-buku tersebut
tidak memiliki latihan-latihan bunyi yang paling penting, yaitu:
latihan-latihan untuk membedakan bunyi-bunyi menggunakan
pasangan minimal, dan mereka memperlakukan simbol sebagai
huruf, bukan bunyi. Jika kita mengambil bunyi huruf ‘ain (‫ )ع‬sebagai
contoh, maka kita dapat melihat hal itu dengan jelas:

‫ع‬
(1) (2)
bunyi huruf
(ucapan) (tulisan)
- Bagaimana mengucapkannya, ‫ع ـ ـع ـ ــع ا ع‬
dan - Bagaimana ia ditulis di berbagai
- bagaimana ia dibedakan dari posisinya; di awal, di tengah dan
huruf lain dalam pengucapan. di kahir kata.

Kita mendapati bahwa sebagian besar pembelajaran bahasa


Arab -sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya- berfokus pada
aspek kedua, yaitu aspek penulisan. Kalaupun guru menyajikan aspek
bunyi, mereka menyajikannya dengan kadar yang kurang; masih
membutuhkan latihan bunyi terpenting, yaitu latihan membedakan
bunyi bahasa target dari bunyi bahasa alternatif yang biasanya
ditukar oleh pembelajar bahasa. Fokus pada perbedaan antara dua
~5~

bunyi bahasa hanya tercapai melalui pasangan minimal yang


intensif; dimana pelajar dapat mendengar dua bunyi bahasa
tersebut; bunyi bahasa target dan dan sekaligus alternatifnya. Dari
situ menjadi jelas lah baginya perbedaan di antara keduanya;
sehingga dia pun bisa membedakannya dengan benar ketika
mendengarnya, dan bisa mengucapkannya dengan benar pula.

Salah satu unsur yang paling sulit dari bahasa target adalah
untuk memperoleh pengucapan yang baik dari bahasa tersebut. Hal
ini karena aspek organik (organ/alat ucap: bibir, lidah, tenggorokan
dan lain-lain). Bunyi yang paling sulit bagi siswa adalah bunyi yang
tidak ada padanannya dalam bahasa ibunya. Alat ucap untuk bahasa
ibu dan kebiasaan bicara yang terkait dengannya menimbulkan
kesulitan besar bagi siswa non-penutur asli bahasa target, sehingga
membutuhkan banyak perhatian dan latihan. Dan karena pembelajar
bahasa Arab sudah terbiasa mendengar bunyi bahasa ibunya sejak
kecil, dan telinganya hanya mendengar bunyi-bunyi itu, maka siswa
seperti itu harus dilatih secara intensif untuk membedakan antara
bunyi-bunyi bahasa Arab dan bunyi-bunyi bahasanya sendiri, agar dia
menyadari adanya perbedaan-perbedaan yang sebelumnya tidak ia
ketahui, dan agar ia mampu membedakannya.

Ketika siswa dilatih melafalkan bunyi-bunyi bahasa Arab, ia


menyadari bahwa beberapa bunyi yang dipelajarinya berbeda dari
bunyi yang ada dalam bahasanya, sehingga ia pun mencoba
menirunya, tetapi ia merasa kesulitan pada awalnya. Dengan banyak
praktek dan latihan, dia akan menyadari bahwa bunyi yang baru ini
tidaklah sama dengan bunyi yang dia kenal dalam bahasanya. Dan ini
adalah langkah yang mengarah pada perhatian dan latihan yang lebih
banyak untuk mencapai cara pengucapan yang baik.
~6~

Di antara latihan terpenting dalam membedakan dan


memproduksi bunyi huruf adalah latihan pasangan minimal, dimana
bunyi bahasa target dalam latihan pasangan minimal ini -yang tidak
sama dengan bunyi bahasa siswa-, dihadapkan dengan bunyi yang
dikenal dalam bahasa siswa, atau bunyi bahasa yang telah dipelajari
siswa sebelumnya. Dan guru harus melafalkan pasangan minimal,
seperti:

‫مصي‬
‫ر‬ / ‫مسي‬
‫ صار – ر‬/ ‫سار‬
diawali dengan mengucapkan kata demi kata terlebih dahulu,
kemudian pasangan demi pasangan. Siswa mengikuti setelahnya
secara bersama-sama terlebih dahulu, kemudian sendiri-sendiri.
Diperkirakan bahwa beberapa siswa akan membuat kesalahan dalam
pengucapan, dan guru harus memperbaikinya untuk mereka.

Dalam mengoreksi ucapan siswa, tidak cukup dengan


menunjukkan letak kesalahan, dan tidak cukup dengan
mendengarkan cara pengucapan yang benar. Akan tetapi, untuk
memperbaiki kesalahan itu guru harus mencontohkan (cara
pengucapan yang benar) dan menggunakan alat ucapnya.

Dalam kondisi seperti ini, pelatihan singkat dan intensif tidaklah


cukup, tetapi lebih baik daripada ini: pelatihan harian secara terus
menerus, tidak perlu intensif atau terkonsentrasi. Jika guru
menemukan lebih dari satu masalah pengucapan, hendaknya dia
tidak menggabungkan lebih dari satu kesalahan itu dalam satu
latihan selama kesalahan-kesalahan tersebut tidak berkaitan.

Jika kita mempelajari perbedaan antara dua aturan bunyi bahasa -


bahasa Arab dan bahasa asli siswa-, kita mungkin:
~7~

 Mendapati bahwa dalam bahasa asli para siswa terdapat bunyi-


bunyi yang terdengar sama atau mirip dengan bunyi dalam
bahasa Arab. Dalam kondisi demikian, kita berasumsi bahwa
para siswa tidak akan menghadapi kesulitan dalam
mengucapkannya.
 Kita mungkin menemukan dalam bahasa asli mereka bunyi-
bunyi yang terdengar sama atau mirip dengan bunyi dalam
bahasa Arab, tetapi perubahan-perubahannya tidak sama
dengan perubahan-perubahan bunyi dalam bahasa Arab.
Dalam kondisi demikian, kita berasumsi bahwa para siswa akan
menghadapi beberapa kesulitan dalam mengucapkannya.
 Kita mungkin tidak menemukan dalam bahasa mereka
beberapa bunyi dalam bahasa Arab. Di sini kita berasumsi
bahwa bunyi-bunyi ini akan sulit bagi mereka.

Jenis-jenis latihan bunyi/suara

1. Latihan pengenalan bunyi

Latihan ini dimaksudkan untuk mengenal dan membedakan


bunyi ketika didengar, baik secara terpisah atau terhubung. Oleh
karena itu, latihan pengenalan jenis ini, dimulai dengan pengucapan
bunyi bahasa target secara tersendiri, dan mencakup penyebutan
sejumlah kata yang memuat bunyi bahasa target. Siswa dibolehkan
untuk mendengarnya sekali atau lebih dari satu kali, langsung dari
guru, atau dari rekaman. Para siswa mengulangi bunyi tersebut
setelah guru, atau rekaman.

Disarankan bahwa kata-kata yang disebutkan dalam latihan ini,


dipilih dari kata-kata yang siswa ketahui. Dan yang terbaik adalah:
nama-nama, karena pikiran siswa tidak sibuk memikirkan artinya.
~8~

Jika tidak, maka siswa akan menghadapi dua kesulitan; kesulitan


dalam memahami artinya dan kesulitan dalam membedakan dan
mengucapkan bunyinya.

2. Latihan membedakan bunyi

Latihan membedakan bunyi bertujuan untuk mengenali


perbedaan antara dua bunyi, dan membedakan satu dari yang lain
ketika mendengarnya atau mengucapkannya; yaitu bunyi bahasa
target dan bunyi alternatif yang diucapkan oleh siswa jika dia ingin
mengucapkan bunyi bahasa target.

Jenis latihan ini dilakukan melalui daftar pasangan minimal,


dengan fokus pada dua bunyi yang berlawanan, agar siswa
mengetahui perbedaan di antara keduanya.

3. Latihan abstraksi bunyi

Ini adalah latihan mengidentifikasi bunyi melalui kalimat, atau


melalui potongan kalimat yang di sebagian katanya terdapat bunyi
bahasa target. Beberapa ayat Al-Qur'an dapat dipilih untuk siswa
dengarkan dari qari` yang ahli. Bunyi bahasa target dari setiap
pelajaran ditulis dalam warna yang berbeda, untuk membantu siswa
fokus dan mampu membedakan dengan baik.

Tujuan dari latihan bunyi (ashwat) adalah agar siswa sedapat


mungkin fasih melafalkan bunyi-bunyi huruf dalam bahasa Arab, dan
dapat membedakan antara bunyi-bunyi tersebut dengan bunyi-bunyi
alternatif ketika mendengar dan melafalkannya. Tujuannya bukan
untuk mendeskripsikan dan menjelaskan makhraj-makhraj (tempat-
tempat keluar)nya. Oleh karena itu, sebaiknya guru tidak mengisi
pelajaran dengan pembicaraan teoretis tentang bunyi, tetapi dengan
menirukan dan melatih pengucapan yang benar.
~9~

Sumber pengujian unsur bunyi dalam bahasa:

Ketika kita mengadakan ujian kelas untuk materi ashwat (bunyi


bahasa), hendaknya dibatasi pada bunyi-bunyi yang sulit bagi siswa,
agar kita tidak membuang-buang waktu dan usaha dengan menguji
masalah-masalah yang kita sudah tahu sebelumnya bahwa siswa
telah menguasainya.

Ulasan yang guru tuliskan tentang kesulitan yang dihadapi oleh


siswanya menjadi sumber penting dari sumber-sumber pengujian
unsur bunyi. Selain itu, analisis kontrastif (perbandingan) dari dua
sistem fonemik (bunyi) bahasa siswa dan bahasa Arab, serta studi
kontrastif yang telah dilakukan di bidang ini = menunjukkan bahwa
bunyi yang mungkin sulit dalam bahasa Arab antara lain:

)‫ ﻕ‬،‫ ﻍ‬،‫ ع‬،‫ ﻅ‬،‫ ﻁ‬،‫ ﺽ‬،‫ ﺹ‬،‫ خ‬،‫ ح‬،‫(أ‬

Oleh karena itu, cobalah untuk fokus pada bunyi-bunyi ini, serta
bunyi-bunyi lainnya yang sulit bagi siswa Anda.

Di antara kesulitan fonologis yang paling banyak dihadapi


pelajar bahasa Arab adalah: membedakan antara bunyi-bunyi
pendek dan panjang (mad), membedakan antara Al Asy-Syamsiyah (
‫ )ال الشمسية‬dan Al Al-Qomariyah (‫)ال القمرية‬, tanwin dan nun, dan
membedakan antara bunyi-bunyi yang serupa; seperti antara (‫)س‬
dan (‫)ﺹ‬.

Keistimewaan bunyi-bunyi dalam bahasa Arab adalah ianya


tetap dan stabil. Oleh karena pewarisan bunyi dari generasi ke
generasi tidak terjadi melalui penjelasan secara teoritis, melainkan
dengan talaqqi secara lisan, maka para qurra` (pembaca/penghafal)
Al-Qur'an lah yang memiliki keutamaan menjaga dan melestarikan
bunyi-bunyi bahasa Arab selama berabad-abad. Dan manusia terbaik
yang mewakili pengucapan yang benar dari bunyi-bunyi bahasa Arab
~ 10 ~

adalah para qurra` yang mu’tabar, yang menggabungkan antara


dirayah (pemahaman) dan riwayah (periwayatan).

Arahan-arahan dalam mengajarkan bunyi:

 Bahas hanya satu bunyi per pelajaran.


 Jangan campurkan antara pengajaran bunyi dengan pengajaran
menulis.
 Jangan kaitkan bunyi-bunyi itu dengan tulisan, baik untuk
dibaca maupun dituliskan.
 Jangan lewatkan satupun dari tiga jenis latihan bunyi
(pengenalan bunyi, membedakan bunyi, dan abstraksi bunyi).
 Jangan menyebutkan istilah khusus di depan siswa, dan tidak
apa-apa untuk menyebutkannya di buku catatan persiapan
mengajar Anda untuk mengingatkan Anda.
 Jangan menjelaskan makhraj-makhraj dan sifat-sifat huruf
secara teoritis, melainkan cukup menyebutkan hal itu sesuai
kebutuhan yang membantu membedakannya.
 Jangan membatasi dengan hanya mengenal bunyi dan
mengetahui perbedaannya ketika bunyi itu didengar, tetapi
biarkan siswa Anda mengucapkannya dan membuat bunyi-
bunyi lebih banyak dari sekadar mengulanginya setelah Anda
contohkan pengucapannya.
 Sajikan pelajaran Anda dalam batas waktu yang tersedia.
 Ingatlah bahwa Anda adalah guru bagi siswa pemula, bukan
pelatih bagi guru.

Anda mungkin juga menyukai