Anda di halaman 1dari 6

THARIQAH SAM’IYYAH SYAFAWIYYAH

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Di susun untuk memenuhi tugas metodologi pembelajaran

Dosen pengampuh :

Qoim Nurani, S,Pd.I., M.Pd

Di susun Oleh :

Fadilah Heriani 2120204037

Yunisa isnaini 2120204058

Muthi’ah 2120204047

Ilham Reza Pahlevi 2120204052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2022
PEMBAHASAN

A. Sejarah Metode Sam’iyyah Syafawiyyah


Metode audiolingual (al-thariqah al-sam’iyah al-syafawiyyah / audiolingual method)
mula-mula muncul di Amerika Serikat (AS). Kelahirannya tidak terlepas dari konteks sosial
politik negara itu, yaitu terjadinya pergolakan perang dunia II. Saat itu AS mengalami
kekalahan dalam peperangan, maka untuk kepentingan penggalangan kekuatan baru ia sangat
membutuhkan personalia yang lancar berbahasa asing (yang nantinya dapat ditempatkan di
negara-negara seperti Prancis, Belanda, Cina dan negara-negara jajahannya) yang mampu
bekerja sebagai penerjemah, asisten-asisten dalam badan penerjemahan dokumen-dokumen,
dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang memerlukan komunikasi langsung dengan penduduk
setempat.
Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan suatu program yang mampu mengembangkan
kemampuan berbahasa asing secara cepat. Sebagai tindak lanjutnya pemerintah AS
menugaskan beberapa universitas untuk merencanakan program pengajaran bahasa asing untuk
para personalia militer yang mempunyai kemampuan bahasa yang diperlukan. Maka
didirikanlah badan yang dinamakan Army Specialized Training Program (ASTP) pada tahun
1942. Tujuan program ini adalah agar peserta memiliki keterampilan berbicara dalam beberapa
bahasa asing.
Oleh karena tujuan ini bukan hal yang lazim di AS pada waktu itu, maka diperlukan
pendekatan dan metode yang “lain dari yang lain”, maka muncullah metode yang dikenal
dengan Army method. Pada mulanya metode ini ditujukan untuk kalangan militer, tapi
selanjutnya digunakan juga untuk umum. Metode ini pada dasarnya mengintensifkan prinsip-
prinsip pada direct method atau metode langsung yang dikembangkan oleh Carles Berlitz di
Jerman menjelang abad ke 19. Metode ini mencoba menstimulasikan cara pelajar belajar bahasa
asing secara langsung dan intensif dalam komunikasi. Pelajar bahasa asing dalam hal ini
dibiasakan untuk berfikir dengan bahasa asing. Oleh karena itu penggunaan bahasa ibu dan
bahasa kedua dielakkan sama sekali. Melihat adanya peningkatan kebutuhan akan penguasaan
bahasa asing secara cepat, para pengajar bahasa asing memandang perlu adanya metode yang
dipandang lebih berhasil guna. Maka pada tahun 1950-an muncullah metode audiolingual.
Sejak itulah Metode Audio Lingual sangat populer digunakan dalam pengajaran bahasa asing
(Acep: 2011, 184).

B. Konsep dasar Thariqah Sam’iyyah Syafawiyyah


Ada dua pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa, sebagaimana kita
ketahui, yaitu teori tata bahasa tradisional dan struktural. Keduanya memiliki pandangan yang
saling berbeda dalam hal tata bahasa. Teori tradisional meyakini adanya tata bahasa yang
semesta, sedangkan teori struktural meyakini bahwa struktur bahasa dunia tidak sama; menurut
teori tradisional, bahasa yang baik dan benar adalah menurut para ahli bahasa (dalam istilah
linguistic disebut preskriptif), sedangkan menurut teori struktural adalah yang digunakan oleh
penutur asli (dalam istilah linguistic disebut Diskriptif).
Metode ini sebagai respon bagi dua hal yang penting yaitu:

1) studi bahasa yang dilakukan psikologi dan ahli bahasa terhadap bahasa-bahasa lisan

2) perkembangan sarana komunikasi antar bangsa yang bisa mendekatkan jarak antara
pengguna dan adanya keutuhan mempelajari bahasa asing tidak hanya digunakan untuk
membaca tetapi untuk komunikasi langsing dengan mereka. Kedua hal ini mendorong untuk
melihat kembali fungsi bahasa yang tidak hanya untuk komunikasi bahasa tulisan atau transfer
budaya manusia, akan tetapi bahasa sebagai alat untuk merealisasikan komunikasi lisan. Secara
berurutan orang belajar menyimak dan berbicara dan berlanjut komunikasi tertulis (membaca
dan menulis). Pandangan inilah kemudian melahirkan metode pembelajaran sam’iyah safawiyah
(Metode audiolingual).

Adapun ciri-ciri dasar dari Metode Sam’iyyah syafawiyyah (Audio-lingual)1, sebagai


berikut :

a) Bahasa adalah gejala lisan yang terucap dan tidak tertulis.


b) Bahasa itu berbeda antara satu dan lainnya. Setiap bahasa memilikisistemnya
tersendiri untuk mengungkapkan segala ide atau fikiran.Darikonsep ini, mereka
menekankan pentingnya analisis kontrastif diantarakedua bahasa itu (bahasa ibu dan
bahasa sasaran).
c) Bahasa adalah kebiasaan tingkah laku, yang diperoleh dengan cara yangsama dengan
adat atau kebiasaan tingkah laku yang lainnya. Bahasajuga dapat diperoleh melalui
simulasi (pengulangan yang sama);mengikuti, mengulangi, dan memberi penguatan
bagi unsur-unsurbahasa.
d) Bahasa adalah bahasa yang digunakan oleh penutur asli dalamkehidupannya sehari-
hari. Berdasarkan konsep ini, penganut aliran inimembuat metode pengajaran bahasa
sasaran dengan cara menampilkancontoh-contoh komunikasi yang memuat situasi
kehidupan sehari-hari.
e) Dalam mengajarkan bahasa, pengajar hendaknya mengajarkan bahasaitu sendiri.
Tidak dibenarkan mengajarkan pengetahuan tentang bahasa.Ia harus fokus pada
contoh-contoh latihan dan susunan kata/ kalimat.
f) Dalam mengajarkan unsur-unsur bahasa, pengajar hendaknyamenyajikannya secara
gradual atau berangsur-angsur dalammemberikan contoh-contoh bahasa, dan dalam
mengajarkan keahlian.Dalam hal ini, guru harus mengajarkan lebih dahulu kata-kata
ataukalimat yang dikenal daripada yang tidak dikenal.Ia harusmendahulukan yang
mudah daripada yang sukar.

1
Jailani Musni, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora,2009,hlm 53.
g) Contoh-contoh latihan (pattern drills) dibuat dengan beragam bentuk;mulai dari
pengulangan kata, mengubah, mengganti, menjawabpertanyaan-pertanyaan. Itu
semua menempati posisi penting dalam metode ini.

C. Karakteristik Dari Thariqah Sam’iyyah Syafawiyyah


1. Memiliki rangkaian pembelajaran yang sistematis dari menyimak ke berbicara baru
kemudian membaca dan menulis. Dengan rangkaian ini dapat dipahami adanya tujuan
pengajaran bahasa yang ingin mengakomodasi ke empat keterampilan bahasa secara
seimbang.
2. Keterampilan menulis diajarkan sebatas pola pada kalimat dan kosakata yang telah
dipelajari secara lisan.
3. Menghindari sebisa mungkin penerjemahan bahasa.
4. Menekankan pada peniruan, penghafalan, asosiasi, dan analogi.
5. Penguasaan pola kalimat yang dilakukan dengan latihan-latihan pola yang berurutan
stimulus ke respon reinforcement.

D. Tujuan dari Thariqah Sam’iyyah Syafawiyyah

Metode Sam’iyyah syafawiyah merupakan metode yang berlandaskan pada pendekatan


yang memiliki beberapa asumsi. Diantaranya adalah, bahwa bahasa adalah ujaran. Oleh karena
itu pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyibahasa dalam bentuk
kata atau kalimat kemudian mengucapkannya 2. Asumsi lain dari metode tersebut adalah bahwa
bahasa adalah kebiasaan. Suatu perilaku akan menjadi kebiasaan apabila diulang berkalikali.
Oleh karena itu pengajaran bahasa harus dilakukan dengan tekhnik pengulangan (repetisi) 3.
Secara umum tujuan dari pembelajaran bahasa sendiri khususnya bahasa arab adalah agar bisa
berkomunikasi dengan sesama.

Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa Arab di sekolah adalah tak lain untuk
mengajarkan serta meningkatkan kemampuan berbahasa Arab siswa. Kemampuan berbahasa
Arab sendiri ada dua, yaitu kemampuan berbahasa Arab pasif dan aktif. Kemampuan berbahasa
Arab pasif meliputi aktivitas mendengarkan dan membaca. Sedangkan kemampuan berbahasa
aktif adalah berbicara dan menulis. Tercapainya beberapa tujuan yang diharapkan dalam
pembelajaran bahasa Arab tergantung dari penekanan tujuan yang diharapkan oleh sebuah
instansi yang mengadakan pengajaran bahasa Arab. Dalam hal ini tujuan dari metode Sam’iyyh
syafawiyah adalah agar siswa dapat memahami dan mempraktekkan ujaran/percakapan
berbahasa Arab. Baik dalam aktifitas sehariharimaupun yang digunakan dalam forum resmi

2
Rifqiatul Mawaddah, Skripsi: Pembelajaran Bahasa Ara….., hlm.18
3
Ahmad Fuad Effendy, Metodelogi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005, hlm.47
adalah berbicara dan menulis.

E. Prosedur penggunaan Thariqah Sam’iyyah Syafawiyyah


Dalam penggunaan metode ini perlu adanya garis bawah, penekanan secara khusus
bahwasannya metode ini menekankan ketrampilan mendengar (Istima’) dan berbicara
(kalam), maka amplikasinya lebih menekankan dua aspek ini sebelum kepada dua aspek
lainnya. Jika melihat konsep dasarnya, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pengaplikasiannya yakni:
a. Belajar diawali ketrampilan menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca
(qiraah), dan akhirnya menulis (kitabah);
b. Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog
dengan topik-topik situasi-situasi sehari-hari;
c. Latihan (drill/al-tadribat) harus mengikuti operant-conditioning seperti yang telah
dijelaskan. Dalam hal ini hadiah baik diberikan ;
d. Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah kepada yang sukar atau
bertahap (graded exercise/tadarruj/al-tadrib);

Kemungkinan-kemungkinan untuk membuat kesalahan dalam memberi respon harus


dihindarkan, sebab penguatan positif dianggap lebih efektif dari pada penguatan negatif.
Terlihat bahwa metode audiolingual pada dasarnya tidak hanya menekankan latihan dan
pembiasaan untuk membentuk kecakapan berbahasa, tetapi juga kecermatan pengajar dalam
membimbing mereka sangat diperlihatkan. Oleh sebab itu seorang pengajar harus benar-benar
menguasai prinsip-prinsip itu. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan langkah-
langkah yang dianggap cocok. Langkah yang dipilih adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan
disajikan baik berupa apersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.

b. Penyajian dialog/ bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali,
sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat pada teksnya.

c. Peniruan dan penghapalan dialog/bacaan pendek dengan teknik meniru setiap


kalimat secara serentak dan menghapalkannya. Di dalam pengajaran bahasa.Teknik
ini dikenal dengan teknik “peniruan-penghapalan” (mimicry-memorization
technique/ uslub al-muhakah wal-hifzh).

d. Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog/bacaan yang dianggap


sulit karena terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan yang sulit.

e. Dramatisasi dari dialog/bacaan yang sudah dilatihkan diatas. Pelajar yang sudah
hapal disuruh mempergunakaanya di muka kelas;
f. Pengulangan/membuat kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat
yang sudah dilatihkan;

g. Menyimpulkan (jika diperlukan) misalnya dengan memberikan tugas untuk


dikerjakan di rumah. Dalam hal ini pelajar disuruh berlatih kembali dalam
menggunakan pola-pola yang sudah dipelajarinya di sekolah.

F. Peran Guru dan Siswa dalam Thariqah Sam’iyyah Syafawiyyah


Peran guru dalam Metode Thariqah As-Sam’iah Syafawiyyah adalah :
1. Guru sebagai sumber belajar sekaligus media.
2. Guru sebagai media dan sebagai sumber belajar.
3. Guru menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada media.
4. Media satu-satunya sumber belajar.

Adapun peran siswa dalam Metode Thariqah As-Sam’iah Syafawiyyah yaitu :

1. Belajar menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah diraih.
2. Para pelajar memiliki lafal yang baik dan benar.
3. Para pelajar tidak tinggal dalam dialog tapi terus menerus memberi respon pada
rangsangan yang diberikan oleh guru.

G. Kelebihan Thariqah Sam’iyyah Syafawiyyah (audiolingual) :


a. siswa akan memiliki pelafalan bahasa yang bagus
b. dapat diterapkan pada tingkat mutawasith
c. memberi banyak latihan dan praktik dalam aspek ketrampilan menyimak dan berbicara
d. siswa dapat berkomunikasi secara lisan dengan baik
e. suasana kelas akan hidup karena siswa aktif

H. Kekurangan Thariqah Sam’iyyah Syafawiyyah (audiolingual) menurut


Mohammad Makimuudin sebagai berikut:
a. respon siswa mekanistik, sering tidak mengetahui atau memikirkan makna ujaran yang
telah diucapkan
b. keaktifan siswa dalam kelas adalah semu, karena mereka hanya merespon rangsangan
guru
c. latihan-latihan pola bersifat manipulatif, tidak kontekstual dan tidakrealistik

Anda mungkin juga menyukai