Anda di halaman 1dari 17

EFEKTIVITAS STRATEGI DEBAT BERBAHASA ARAB DALAM

MENINGKATKAN MAHAROH ISTIMA’ DAN MAHAROH KALAM


PADA MAHASISWA SEMESTER II PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

A. Latar Belakang Masalah

Dalam konteks pemerolehan bahasa, terdapat dua teori utama tentang


pemerolehan bahasa tentang bagaimana manusia memperoleh bahasa pertamanya
yang diperbincangkan oleh para peneliti. Teori pertama menyebutkan bahwa
manusia memperoleh bahasa pertamanya secara alami, teori ini kemudian dikenal
dengan Native Theory. Sedangkan teori kedua menyatakan bahwa manusia
memperoleh bahasa melalui proses mempelajari yang dikenal dengan istilah
Learning Theory1. Berdasarkan teori tersebut, maka belajar bahasa Arab
membutuhkan sebuah proses untuk mempelajari. Dalam implementasinya guru
harus membelajarkan siswa membiasakan untuk menggunakan bahasa Arab
sebagai alat komunikasi, bukan hanya membelajarkan aturan aturan kaidah bahasa
Arab atau pengetahuan tentang bahasa Arab secara analitis yang rumit,
membosankan, dan membebani siswa2.

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, oleh karena


itu pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Sesuai dengan pernyataan abdul
wahab (Wahab,2009) bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan
untuk berinteraksi dengan sesamanya dan digunakan untuk mengeluarkan ide ide
yang ada dalam pikiran baik diekspresikan melalui ucapan atau tulisan3.

Dalam mengajar atau mempelajari bahasa kedua bukanlah serangkaian


yang mudah yang bisa di programkan dalam sebuah panduan ringkas, begitu

1 Muhammad Al Auroghi, Iktisab al Lughoh fi Fikr al Arabi al Qadim (Rabat: Dar al Kalam,1990)
hal 171

2 Muhajir, Arah Baru Pengajaran Bahasa Arab (UIN SUKA PRESS: 2017) hal 37

3 Wahab, Abdul Aziz, Metode dan Model Model Mengajar (Bandung: Alfabeta,2009) hal 23

1
banyak permasalahan yang ada. Apapun permasalahannya yang muncul dalam
pembelajaran bahasa Arab, guru atau siswa sebaiknya berusaha memahami dan
mencari solusinya, sehingga proses pembelajaran akan tetap berjalan efektif dan
efisien4.

Sebagaimana diketahui bahwasanya ada empat kemahiran dalam


mempelajari bahasa Arab, yaitu maharoh istima’, maharoh kalam, maharoh
qiro’ah dan maharoh kitabah5. Kemahiran mendengar merupakan kemahiran asas
dalam proses mempelajari bahasa ( Mohd Rahimi, 2003). To’imah (1989)
menyatakan bahawa latihan kemahiran mendengar bahasa Arab sebagai bahasa
asing atau bahasa kedua perlu diajar lebih dulu sebelum diikuti dengan latihan
kemahiran berbahasa yang lain seperti latihan berbicara, latihan membaca dan
latihan menulis. Menurut kajian , 45% dari masa berkomunikasi manusia adalah
masa untuk mendengar, 30% untuk bercakap, 16% untuk menulis dan 9% untuk
membaca. Ini menunjukkan bahwa mendengar adalah satu bahagian yang amat
penting dalam pembelajaran bahasa Arab6. Kemudian disusul dengan kemahiran
berbicara. Untuk mencapai target bahwa bahasa adalah sebuah alat komunikasi,
maka siswa perlu untuk berlatih berbicara secara aktif agar terbiasa berbahasa
Arab, sehingga tercapai tujuan tersebut.

Sehubungannya dengan proses pembelajaran, terdapat beberapa faktor sebagai


penentu keberhasilan pembelajaran belajar siswa, diantaranya terdapat faktor
strategi guru, metode, materi, media, dan masih banyak lagi7. Maka diharapkan
agar seorang guru mempunyai strategi yang tepat agar proses pembelajaran tidak
membosankan dan lebih menarik.

4Umi Baroroh , Model Model Belajar Bahasa Arab Efektif (UIN SUKA PRESS: 2018) hal 3

5Rasyidi,Wahab, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN MALIKI
PRESS: 2010) Hal 13

6Ali Ahmad Madkur, Tadris Funun Al Lughoh Al Arbiyyah (Kairo: Daar Al Fikr Al Arabiy:2006)
hal 84

7 Ibid, hal

2
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran8.

Menurun Guntur Tarigan (Tarigan, 1983:86). Debat merupakan strategi


yang sangat tepat dan strategis untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan
mengasah ketrampilan berbicara. Debat dapat menentukan baik tidaknya suatu
usul tertentu yang didukung oleh pihak pendukung atau afirmatif, dan ditolak,
disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negatif.

Menurut Silberman (2014:141), debat aktif bisa menjadi metode berharga


untuk meningkatkan pemikiran dan penenungan, terutama jika siswa diharapkan
mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka sendiri. Ini
merupakan strategi debat yang secara aktif melibatkan tiap siswa di dalam kelas,
tidak hanya mereka yang berdebat. Strategi debat sangat dapat membangun bi’ah
lughowiyyah dalam proses pembelajaran bahasa Arab, sehingga tercipta suasana
kondusif untuk belajar bahasa Arab aktif. Banyak permasalahan terjadi di dalam
proses pembelajaran bahwa peserta didik sangat sulit untuk berkomunikasi
berbahasa Arab karena jauh dari pembiasaan dan latihan latihan berbahasa.
Sehingga segala materi pembelajaran yang sudah diberikan seperti pemberian
kosa kata, nahwu, shorof, dan materi materi berbahasa lainnya tidak diterapkan
dalam berkomunikasi. Hal ini menyebabkan rendahnya sifat komunikatif peserta
didik yang berpengaruh pada hasil akhir pembelajaran9. Hal ini juga terjadi pada

8 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berprientasi Pada Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Prenada Media Group, 2010) hal 34

9 Silberman, M, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran.

(Yogyakarta :PUSTAKA INTAN MADANI, 2014) hal 141

3
mahasiswa semester II Pendidikan Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Sebagai sebuah strategi pembelajaran bahasa Arab, debat termasuk dalam


metode komunikatif. Dalam bukunya “Melejitkan Kemampuan Bahasa Arab Aktif
melalui Strategi Debat” Ibnu Burdah menyatakan bahwa debat bukanlah strategi
biasa dalam metode komunikatif. Namun itu merupakan strategi komunikatif plus
plus plus. Terkait dengan materi yang berarti mengacu pada penambahan ilmu
dan wawasan, logika yang berarti harus berupaya menyusun premis premis yang
logis, sistematis, dan berpola dan sosial mental yaitu latihan keberanian, bicara hal
hal serius dalam bahasa Arab di depan publik. Keunggulan itu tak mudah
diperoleh dari strategi strategi pembelajaran bahasa Arab yang lain10.

Akan tetapi kita juga tak bisa memandang strategi debat ini secara
berlebihan, misalnya kita menganggap strategi ini cocok untuk semua siswa atau
mahasiswa dalam semua keadaan dan tingkatan. Tentu saja ada beberapa
kekurangan dari strategi ini. Strategi ini tidak cocok untuk digunakan untuk siswa
yang baru saja belajar bahasa Arab. strategi ini pun memerlukan pembimbing
yang memiliki kemampuan aktif berbahasa Arab aktif.

Melihat beberapa masalah yang terjadi, ada beberapa potensi yang ada
pada mahasiswa semester II Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, bahwasanya sebagian adalah alumni dari pondok
pesantren dan Madrasah Aliyah yang sudah mengenal dan mempelajari bahasa
Arab, sehingga mudah untuk mengembangkan tingkat berbahasa Arab secara
aktif. Peneliti menentukan mahasiswa semester II dikarenakan mata kuliah
Maharoh istima’ dan Maharoh kalam ditentukan untuk mahasiswa semester II.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti akan menulis penelitian


(thesis) dengan judul “EFEKTIVITAS STRATEGI DEBAT AKTIF
BERBAHASA ARAB DALAM MENINGKATKAN MAHAROH ISTIMA’ DAN

10 Burdah,Ibnu, Melejitkan Kemampuan Bahasa Arab Aktif Melalui Strategi Debat


(Malang:Lisanul Arabi:2016) hal 20

4
MAHAROH KALAM MAHASISWA SEMESTER II PENDIDIKAN BAHASA
ARAB DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penelitian ini dirumuskan


sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses penerapan strategi debat aktif berbahasa Arab dalam


meningkat maharoh istima’ dan maharoh kalam untuk mahasiswa semester II
Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?
2. Apakah strategi debat aktif berbahasa Arab dapat meningkatkan maharoh
istima’ dan maharoh kalam untuk mahasiswa semester II Pendidikan Bahasa
Arab di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?
3. Seberapa efektivkah strategi debat aktif berbahasa Arab dapat
meningkatkan maharoh istima’ dan maharoh kalam untuk mahasiswa
semester II Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses penerapan strategi debat aktif berbahasa Arab
dalam meningkat maharoh istima’ dan maharoh kalam untuk mahasiswa
semester II Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
2. Untuk mengetahui apakah strategi debat aktif berbahasa Arab dapat
meningkatkan maharoh istima’ dan maharoh kalam untuk mahasiswa
semester II Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
3. Untuk mengetahui Seberapa efektiv strategi debat aktif berbahasa Arab
dapat meningkatkan maharoh istima’ dan maharoh kalam untuk mahasiswa
semester II Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

5
D. KAJIAN PUSTAKA
1. PENERAPAN METODE DEBAT DAN METODE LANGSUNG UNTUK
MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBICARA MAHASISWA BARU
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB UNIVERSITAS NEGERI
MALANG. Thesis Muhammad Rizalul Furqon Program Pascasarjana UM,
2016. Peneliti menemukan persamaan dengan penelitian ini pada bidang
metode debat dan keterampilan berbicara untuk mahasiswa baru jurusan
pendidikan bahasa Arab Universitas Negeri Malang. Hanya saja peneliti
meneliti pada bidang strategi debat aktif dalam meningkatkan keterampilan
mendengar dan keterampilan berbicara, sedangkan yang menjadi objek
peneliti adalah mahasiswa semester 2 Pendidikan Bahasa Arab Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. hasil dari penelitian Muhammad Rizalul Furqon
adalah adanya peningkatan keterampilan berbicara dengan menerapkan
metode debat dan metode langsung.
2. PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF (AL-MADKHAL AL-
ITTISHALI) PADA KETERAMPILAN BERBICARA (AL MAHARAH AL
KALAM) siswa kelas VII MTs Assalaam Bandung. Thesis Ina Nurmaliana
2014 Universitas Pendidikan Indonesia. Peneliti menemukan persamaan pada
thesis Ina Nurmalina yaitu pada Pendekatan Komunikatif, karena strategi
Debat adalah merupakan strategi yang lahir dari pendekatan komunikatif, dan
persamaan pada Keterampilan berbicara. Kemudian yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian Ina Nurmalina adalah peneliti menggunakan
strategi debat aktif berbahasa Arab untuk meningkatkan keterampilan
mendengar dan berbicara. Hail dari penelitian Ina Nurmalina adalah adanya
peningkatan kemahiran berbicara pada siswa Assalam Bandung dengan
penerapan pendekatan komunikatif.
3. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
MAHAROH ISTIMA’ BERBASIS APLIKASI AUTOPLAY penelitian

6
eksperimen di Madrasah Aliyah Negri 2 Boyolali. Thesis Muh Fuad Achsan
2016 Program studi Pendidikan Islam, Konsentrasi Pendidikan Bahasa Arab
Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga. Peneliti menemukan persamaan
dengan penelitian Muh Fuad Achsan adalah pada Maharoh istima’, sedangkan
perbedaanya adalah peneliti menggunakan strategi debat aktif untuk
meningkatkan maharoh istima dan maharoh kalam. Peneliti menjadikan thesis
ini sebagai rujukan metode penelitian. Hasil dari peneltian ini bahwasanya
media pembelajaran Auto Play sangat efektif diterapkan di MAN 2 Boyolali
untuk meningkatkan maharoh istima’.
4. STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB AKTIF (KEMAHIRAN
ISTIMA’ DAN TAKALLUM) M. Khalilullah, S.Ag. MA Jurnal Sosial
Budaya, Vol. 8 No. 02 Juli-Desember 2011. Peneliti menggunakan jurnal ini
sebagai rujukan dalam menyusun penelitian ini karena mempunyai persamaan
dengan judul peneliti yaitu pada kemahiran istima’ dan takallum/kalam.
Jurnal ini membahas tentang strategi yang tepat untuk pembelajaran maharoh
istima dan maharoh kalam dalam sebuah pembelajaran bahasa Arab.
perbedaan dengan pelitian penulis dengan jurnal ini adalah pada strategi yang
digunakan, peneliti menggunakan strategi debat aktif sedangkan pada jurnal
ini menggunakan strategi active learning. Hasil penelitian dari jurnal ini
adalah sebuah kontribusi dalam bentuk strategi pembelajaran bahasa Arab
yang cocok digunakan dalam pembelajaran maharoh istima dan maharoh
kalam.

E. KAJIAN TEORI
1. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat
membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian
dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.
Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau
senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada
perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai,

7
sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai
itu dengan membandingkan antara input dan outputnya11 .

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah


suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin
banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut,
sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang
dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Media pembelajaran bisa dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria,
diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat membawa hasil.
Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka efektivitas dapat dilihat dari
seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin banyak tujuan tercapai, maka semakin
efektif pula media pembelajaran tersebut.

Aspek-aspek efektivitas berdasarkan pendapat Muasaroh (2010: 13)12,


efektivitas dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu program dapat dilihat dari
aspek-aspek antara lain: (1) Aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga dikatakan
efektivitas jika melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program
pembelajaran akan efektiv jika tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan
baik dan peserta didik belajar dengan baik; (2) Aspek rencana atau program, yang
dimaksud dengan rencana atau program disini adalah rencana pembelajaran yang
terprogram, jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau progarm
dikatakan efektif; (3) Aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program
juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam
rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatannya. Aspek ini mencakup aturan-
aturan baik yang berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan dengan
peserta didik, jika aturan ini dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau
aturan telah berlaku secara efektif; dan (4) Aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu
program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal
11 Siagian Sondang.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), 24.

12 Muasaroh, Aspek-aspek Efektifitas studi Tentang Efektifitas Pelsksanaan Program


Pelaksanaan PNPM-MP. Universitas Brawijaya Malang (Malang, 2010).

8
program tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang
dicapai oleh peserta didik.

2. Debat

Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik
secaraperorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan
masalah danperbedaan13. Banyak orang yang salah kaprah mengenai debat. Debat
bukanlah bagaimana anda dapat mematahkan statement dari lawan anda. Hal itu
hanya merupakan sebagiankecil dari debat. Debat yang sebenarnya adalah
bagaimana cara kita (debater) untuk membuat orang lain (juri) terpengaruh dan
setuju dengan argumen apa yang kitasampaikanKetika kita ingin tahu seseorang
merupakan debater yang baik atau tidak, kita harusmelihat bagaimana caranya dia
untuk mempersuasi orang lain dan juga meyakinibahwa apa yang dikatakannya
adalah benar, bukan membuktikan bahwa apa katalawannya salah. Karena dengan
meyakini orang lain bahwa argumen kita adalah benar, maka secara langsung kita
telah mematahkan argumen dari lawan kita14.

Ada dua tim yang bertanding, setiap tim terdiri dari 3 orang, sebagai berikut:
Tim PRO: Pembicara pertama, membuka debat, mendefnisikan mosi, dan
memaparkan argument Pembicara kedua, menyanggah pembicara pertama dari
tim negati4e, menguatkanargument pembicara pertama tim positif dan
memaparkan argument. Pembicara ketiga, menjawab sanggahan dari tim negatif
dan merangkum argument argumen tim positif. Tim KONTRA: Pembicara
pertama, merespon argument dari pembicara pertama timpositif, memaparkan
argument. Boleh menolak defnisi jika defnisi yang dijelaskan tim positif tidak
masuk akal. Pembicara kedua, menyanggah pembicara kedua dari tim positif,
menguatkan argument pembicara pertama tim negatif dan memaparkan argument.

13 Qatar Debate, hal 7

14 Ibnu Burdah, Melejitkan Kemampuan Bahasa Arab Melalui Strategi Debat Aktif (Malang:
Lisanul Arab, 2016), 6.

9
Pembicara ketiga, menjawab sanggahan dari tim positif dan merangkum argument
argumen tim negatif15.

Setiap pembicara disediakan waktu 7 menit 20 detik untuk memberikan


pidato. Satu orang dari setiap pihak pro dan kontra diberikan waktu / menit untuk
memberikan sebuah pidato jawaban (reply speech). Tugas pembicara yang
menyampaikan pidato jawaban adalah menyampaikan pidato dengan
menggunakan sudut pandang juri, mengapa timnya harus menang16.

Sistem ini dinilai oleh sebuah panel juri yang beranggotakan 3 orang
(direkomendasikan) atau lebih berdasarkan criteria berikut17:

- Matter (40) mengenai substansi debat, argument dan bukti bukti


yang disajikan, penalaran logis, dan penyampaian argument..
- Manner (40) gaya penyampaian pidato, keahlian persuasi, dan
tindakan peserta.
- Method (20) respon yang dinamik dari debat dan kesesuaian dari
prinsip prinsip debat

3. Maharoh Istima’

Keterampilan menyimak (mahara al-istima’/listening skill) adalah kemapuan


seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh
mitra bicara atau media tertentu18. Kemampuan ini sebenarnya dapat dicapai
dengan latihan yang terus menerus untuk mendengarkan perbedaan-perbedaan
bunyi unsure-unsur kata (fonem) dengan unsure-unsur lainnya menurut makraj
huruf yang betul baik lansung dari penutur aslinya maupun melalui rekaman.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing lisan-lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menagkap isi, serta memahami makna komunikasi yang
15 Burdah, 26.

16 Qatar Debate, 38.

17 Burdah, Melejitkan Kemampuan Bahasa Arab Melalui Strategi Debat Aktif, 41.

18 Gulo, W. Strategi elajar – Mengajar. (Jakarta : Grasindo 2002) hal 45

10
tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. (Tarigan:
1983)

Menyimak adalah sarana pertama yang dugunakan manusia untuk


berhubungan dengan sesama manusia dalam tahapan-tahapan tertentu, melalui
menyimak kita mengenal mufradat, bentuk-bentuk jumlah dan tarakib19. Secara
umum, ketrampilan menyimak yang dimaksutkan sebagai kemampuan siswa
untuk memahami bunyi atau ujaran dalam bahasa arab dengan baik dan benar.
Yunus membagi kemampuan menyimak menjadi empat, yaitu20: memahami
makna secara global, menafsirkan kalimat yang didengar, memberikan analisis
terhadap kalimat yang didengar, memahami dengan penuh hati dari apa yang
didengar.

Tujuan Pembelajaran Maharah Istima’ dalam pembelajaran bahasa arab


adalah: Mengetahui dan membedakan suara huruf-huruf arab dengan baik dan
benar, mengetahui dan membedakan harakat panjang dan pendek, membedakan
suara huruf yang hampir sama dalam pengucapannya, mengetahui dan
membedakan suara huruf yang bertasdid dan bertanwin, mengetahui hubungan
rumusan suara dengan rumusan tulisan, menyimak bahasa arab tanpa mendalami
gramatikal struktur makna, mendengar dan memahami kosa kata bahasa arab
sesuai struktur percakapan sehari-hari, mengetahui perubahan makna sesuai
perubahan bentuk kata, memahami pengunaan bentuk-bentuk kata bahasa arab
dalam menyusun kata untuk mengungkapkan maknanya, memahami pengunaan
mudzakar, muannast, ‘adad, af’al, dan lainnya dari aspek pengunaannya dalam
bahasa untuk memperjelas makna, memahami makna yang berhubungan dengan
beragam aspek dan kebudayaan asing, mengetahui materi dalam kata bahasa arab
terkadang berbeda dari maknanya dan hampir sama dengan bahasa pengajar,
memahami apa yang diingginkan pembicara ketika mengungkapkan sesuai
keadaan, mengetahui jenis-jenis fi’il yang mewakili percakapan yang

19 Saiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang: UIN MALIKI PRESS,
2011), 201.

20 Mustofa, Syaiful. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Hal: 126-127

11
membutuhkan jawaban, meminta manfaat dari kepastian aspek-aspek tersebut
dalam pengaplikasian menyimak bahasa arab sehari-hari21.

Metode dan Teknik Pembelajaran maharah istima’ sesuai pada tingkat lanjutan
pembelajaran ketrampilan menyimak difokuskan pada pemahaman apa yang
disimak, bukan pengulangan atau hafalan bunyi, kata atau kalimat yang telah
disimak seperti yang terdapat dalam pembelajaran ketrampilan menyimak pada
tingkat lanjutan perlu diperhatikan metode dan teknik sebagai berikut22 :

a. Materi yang disuguhkan benar-benar sesuai untuk tingkat lanjutan.


b. Materi yang disampaikan adalah materi asli yang berdasarkan
kenyataan yang ada, bukan materi yang buat-buat, misalnya berita
diradio dan telivisi, drama -drama berbahasa Arab, pidato-pidato
berbahasa Arab, debat berbahasa Arab dan sebagainya.
c. Disampaikan dengan kecepatan pada umumnya penutur asli
berbicara.tidak boleh diperlambat dengan tujuan memudahkan
pemahaman.
d. Pelajar harus tetap mendengarkan apa yang disimaknya meskipun
menemukan beberapa kosakata yang belum dipahaminya.
e. Guru memberi materi pembuka sesuai dengan topik yang akan
dibicarakan.

Dalam pembelajaran pasti ada sebuah evaluasi. Setiap evaluasi bertujuan


untuk mengukur hasil yang telah dicapai selama proses pembelajaran. Karena itu
evaluasi tidak boleh lepas dari tujuan apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran
yang sedang berlangsung. Dalam pembelajaran ketrampilan menyimak, evaluasi
juga disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran
dengan rincian23 :

21 henry Guntur tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (bandung : Angkasa,
2008) hal 31

22 Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Teras,
2011), 89.

23 Ibid hal 131

12
a. Pemahaman isi teks yang disimak bisa dievaluasi dengan :
a) Melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi teks.
b) Mengungkap kembali apa yang telah disimak dengan bahasa lisan
dan tulisan.
c) Memperaktekkan apa yang telah disimak.
d) Meringkas apa yang telah disimak.
b. Mengeluarkan ide pokok, bisa dievaluasi dengan mengeluarkan ide pokok
pada setiap alenia yang telah disimak atau mengeluarkan ide pokok secara
keseluruhan dari apa yang telah didengarnya.

3. Pengembangan isi bisa dievaluasi dengan mendiskusikan topik yang ada


dalam teks yang disimak.

4. Maharoh Kalam

Keterampilan berbicara (maharah al-kalam/speaking skill adalah kemampuan


mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan
pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra bicara.
Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang
dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia untuk
menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya24.

Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam


bebahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari keterampilan yangdipelajari oleh
pengajar, sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai bagian yang sangat
mendasar dalam mempelajari bahasa asing.Sedangkan maharah kalam adalah
berbicara secara terus-menerus tanpa henti tanpamengulang kosakata yang sama
dengan menggunakan pengungkapan bunyi25.

Kemahiran berbicara merupakansalah satu jenis kemampuan berbahasa yang


ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa arab. Berbicara
merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal
balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.

24 Hamid, Abdul, dkk. Metode Dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Hal: 84-85

25 Effendy, Ahmad Fuad. Metode Pengajaran Bahasa Arab. Hal: 129-134

13
Keterampilan berbicara dianggap sebagai keterampilan yang sangat penting
dalam pembelajaran bahasa Asing, karena berbicara merupakan suatu yang
aplikatif dalam bahasa dan merupaka n tujuan awal seseorang yang belajar suatu
bahasa. Hanya saja, yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berbicara ini
agar memperoleh hasil yang maksimal yaitu kemampuan dari seorang guru dan
metode yang digunakannya, karena dua faktor tersebut memiliki dominasi
keberhasilan pembelajaran berbicara26.

Pembelajaran berbicara bahasa arab memiliki beberapa tujuan diantaranya27:

a. Agar dapat mengucapkan ungkapan-ungkapan berbahasa arab


b. Agar dapat mengucapkan ungkapan-ungkapan yang berbeda atau
menyerupainya
c. Agar dapat membedakan ungkapan yang dibaca panjang dan yang dibaca
pendek
d. Dapat mengungkapkan keinginan hati nya dengan menggunakan susunan
kalimat yang sesuai dengan nahwu (tata bahasa)
e. Dapat mengungkapkan apa yang terlintas dalam pikirannya dengan
menggunakan aturan yang benar dalam penyusunan kalimat bahasa arab
f. Dapat menggunakan bagian-bagian dari tata bahasa arab dalam
ungkapanya seperti tanda mudhakkar, mu’annath, ‘ada, hal dan fi’il yang
sesuai dengan waktu
g. Dapat menggunakan ungkapan kebahasaan yang sesuai dengan umur,
tingkat kedewasaan dan kedudukan
h. Dapat menelusuri dan menggali manuskrip-manuskrip dan literatur-
literatur berbahasa Arab
i. Dapat mengungkapkan ungkapan yang jelas dan dimengerti tentang
dirinya sendiri
j. Mampu berpikir tentang bahasa Arab dan mengungkapkannya secara cepat
dalam situasi dan kondisi apapun.

26 Syukur Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif-


Interaktif (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), 77.

27 Semiawan Conny, Pembelajaran Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam


Belajar (Jakarta: Gramedia, 1992), 189.

14
Prinsip-prinsip Pengajaran Keterampilan Berbicara Agar pembelajaran kalam
baik bagi non Arab, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut28:

a. Hendaknya guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang keterampilan


ini
b. Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa (bahasa
pebelajar dan bahasa arab)
c. Hendaknya pengarang dan pengajar memperhatikan tahapan dalam
pengajaran kalam, seperti memulai de ngan lafadz-lafadz mudah yang terdiri
dari satu kalimat, dua kalimat, dan seterusnya.
d. Memulai dengan kosa kata yang mudah
e. Memfokuskan pada bagian keterampilan bagi keterampilan berbicara,
yaitu: cara mengucapkan bunyi dari makhrajnya dengan baik dan benar,
membedakan pengucapkan harakat panjang dan pendek, mengungkapkan ide-
ide dengan cara yang benar dengan memperhatikan kaidah tata bahasa yang
ada, melatih siswa bagaimana cara memulai dan mengakhiri pembicaraan
dengan benar, memperbanyak latihan-latihan, seperti latihan membedakan
pengucapanbunyi, latihan mengungkapkan ide-ide, dsb

Macam-macam strategi dalam keterampilan Berbicara

a. Percakapan (Muhaddatsah). Muhaddatsah yaitu cara menyajikan bahasa


pelajaran bahasa Arab melaui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi
antara guru dan murid dan antara murid dengan murid, sambil menambah dan
terus
b. Ungkapan secara lisan (Ta’bir Syafahih). Ta’bir Syafahih adalah yaitu
latihan membuat karangan secara lisan bertujuan untuk mengembangkan
kemam puan pelajar dalam mengutarakan pikiran dan perasaannya.

F. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian


eksperimen merupakan metode sistematis guna membangun hubungan yang

28 Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif,


87.

15
mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode
inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.

Design yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini adalah Quasi


Experimental Design. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok
eksperimen dengan teknik non equivalent control design group. Yaitu memilih dua
kelompok yang dipilih secara random. Dengan pre test dan post test sebagai alat
ukur nya.

(Y₁)

Maharoh istima

Strategi Debat

X
Maharoh kalam

(Y₂)

DAFTAR PUSTAKA

Al Auroghi, Muhammad, Iktisab al Lughoh fi Fikr al Arabi al Qadim (Rabat: Dar


al Kalam,1990)

Ali, Ahmad Madkur, Tadris Funun Al Lughoh Al Arbiyyah (Kairo: Daar Al Fikr Al
Arabiy:2006)

Baroroh, Umi, Model Model Belajar Bahasa Arab Efektif (UIN SUKA PRESS:
2018)

16
Burdah, Ibnu. Melejitkan Kemampuan Bahasa Arab Melalui Strategi Debat Aktif.
Malang: Lisanul Arab, 2016.

Conny, Semiawan. Pembelajaran Keterampilan Proses: Bagaimana


Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia, 1992.

Effendy, Ahmad Fuad. Metode Pengajaran Bahasa Arab (Bandung: Rosdakarya:


2011)

Gulo, W. Strategi Belajar – Mengajar. (Jakarta : Grasindo 2002) Hamid, Abdul,


dkk. Metode Dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta: Rineka
Cipta: 2012)

Ghazali, Syukur. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan


Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama, 2010.

Muasaroh. Aspek-aspek Efektifitas studi Tentang Efektifitas Pelsksanaan Program


Pelaksanaan PNPM-MP. Universitas Brawijaya Malang. Malang, 2010.

Muna, Wa. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Teras, 2011.

Mustofa, Saiful. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang: UIN


MALIKI PRESS, 2011.

Muhajir, Arah Baru Pengajaran Bahasa Arab (UIN SUKA PRESS: 2017)

Qatar Debate, t.t.

Sondang.P, Siagian. Sondang P. Siagian, 2001, Manajemen Sumber Daya


Manusia, Bumi Aksara, Jakarta. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Tarigan, Henry Guntur Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa,


(bandung : Angkasa, 2008)

‫ دار يلومزبري قطر‬:‫ مناظرات قطر‬،‫مؤسسة قطر للنشر‬

17

Anda mungkin juga menyukai