Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PSIKOLOGI DAN BAHASA SESEORANG

Di susun Oleh : Kelompok 2

Rindi 2120204036

Alfathul Akbar 2120204048

Febri Yansyah 2120204053

Widiyani Nifary 2130204124

Dosen Pengampu : Fitri Hidayati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan bagian terpenting dari aspek kehidupan, terutama kita sebagai
manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan apa yang ada dalam hati maupun pikirannya kepada orang lain.
Dalam penyampaiannya, manusia melewati beberapa proses dari sebuah pemikiran
menjadi sebuah bahasa yang diungkapkan.
Termasuk dalam proses tersebut yaitu pemerolehan bahasa, pengolahan bahasa
dalam otak, penyampaian bahasa, dan lain sebagainya. Jika dilihat dari aspek
psikologi, bahasa sangat berhubungan dengan kondisi psikis seseorang. Akan sangat
berbeda bahasa yang digunakan orang yang sedang senang hati dengan orang yang
sedang marah atau sedih, orang yang sedang sakit dengan orang yang sehat, orang
yang dalam kondisi lelah dan orang yang berada dalam kondisi bugar, kesemuanya
pasti akan berbeda.
Dari segi pemerolehan bahasa, orang yang sejak kecil di didik menggunakan
bahasa ibu dengan baik dan benar, akan terbiasa menggunakan bahasa yang baik dan
benar pula, berbanding terbalik dengan orang yang sejak kecil tidak di didik untuk
menggunakan bahasa dengan baik dan benar, maka ia tidak akan terbiasa
menggunakannya. Artinya kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dalam proses atau
kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran
bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi psikologi. Inilah yang lazim
disebut dengan psikolinguistik. Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang
pengertian bahasa, psikolinguistik, aspek-aspek psikolinguistik, dan perkembangan
psikolinguistik.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi dan Linguistik


a. Psikologi

Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psiche dan logos. psiche yang dalam
bahasa Inggris bersinonim dengan soul, mind, dan spirit yang mempunyai arti jiwa,
sedangkan logos artinya nalar, logika atau ilmu. Jiwa dalam bahasa Arab disebut dengan nafs
atau ruh yang merupakan masalah yang abstrak. Secara harfiah psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang keadaan jiwa manusia.

Karena masalah jiwa adalah masalah yang abstrak maka psikologi bukan
membicarakan keadaan jiwa itu secara langsung, tetapi mempelajari sikap dan prilaku
sebagai ekspresi keadaan jiwa yang ada. Hal ini didasarkan pada sebuah anggapan bahwa
jiwa itu selalu diekspresikan melalui raga atau badan yang berbentuk sikap atau perilaku.
Dengan mempelajari ekspresi yang tampak pada sikap dan perilaku seseorang maka akan
diketahui keadaan jiwa orang yang bersangkutan.

Dapat di simpulkan psikologi ini menyatakan suatu pandangan yang sistematis


tentang keadaan jiwa dengan tujuan menjelaskan keadaan jiwa manusia tersebut secara
ilmiah dan menghubungkannya dengan bagaimana orang belajar bahasa.1

b. Linguistik

Linguistik merupakan ilmu yang empiris. Sebagai ilmu yang empiris kajian linguistik
bertolak dari pengamatan yang objektif dan teliti terhadap gejala tutur yang berulang sama.
Menurut Indah (2008), keempirisan linguistik antara lain ditentukan oleh adanya data
kebahasaan yang benar-benar dapat ditemukan dalam wujud pertuturan, data kebahasaan
tersebut tersedia dalam jumlah yang sangat memadai, serta hasil kajian dapat diverifikasi oleh
peneliti lain secara objektif. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan, linguistik memiliki objek
kajian yaitu bahasa. Adapun bahasa sendiri merupakan fenomena yang senantiasa hadir
dalam setiap aktivitas kehidupan manusia.2

1 Masnun, " Teori Linguistik Dan Psikologi Dalam Pengajaran ", Jurnal Pendidikan Islam BAHASA ARAB
DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
2
Sri Suharti dkk, " Kajian Psikolinguistik", ( Aceh : Yayasan Penerbit Muhammad Zaini). Hal. 4
3
Baik ilmu psikologi maupun ilmu linguistik merupakan dua disiplin ilmu yang
berbeda. Masing-masing memiliki metode dan prosedur yang berlainan. Akan tetapi,
keduanya memiliki persamaan dalam hal objek materi formalnya, yaitu sama-sama meneliti
bahasa. Ilmu psikologi mengkaji perilaku atau proses berbahasa. Ilmu linguistik mengkaji
struktur bahasa dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Adapun psikolinguistik
berhubungan dengan perfomansi dari kompetensi berbahasa tersebut.

• Fonologi
Secara etimologi istilah fonologi ini dibentuk dari kata fon yang bermakna bunyi dan
logi yang berarti ilmu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia menyatakan fonologi
adalah bidang alam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya.
• Morfologi
Secara etimologi, kata morfologi berasal dari bahasa yunani, yaitumorphe yang bearti
bentuk atau logos yang bearti ilmu.

• Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa yunani, yaitu sun yang bearti ‘dengan dan kata tattein
yang bearti ‘menempati ‘dalam kamus besar bahasa Indonesia sintaksis didefinisikan
sebagai pengaturan hubungan kata dengan kata lain atau dengan kata lain.cabang
linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya atau ilmu.3
• Semantik, adalah ilmu yang mempelajari tentang makna.

B. Hakikat psikolinguistik

Dari segi bahasa, asal psikolinguistik dari dua kata yaitu psikologi dan linguistik.
Keduanya merupakan ilmu yang berlainan tetapi, kedua ilmu tersebut menaruh perhatian
terhadap bahasa. Menurut Darjowidjojo (2010) psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari
tahapan tahapan dari suatu proses mental yang telah dialami manusia dalam proses
berbahasa. Aitchison dalam Ardiana (2005) menyebutkan bahwa psikolinguistik merupakan
disiplin ilmu baru yang merupakan kombinasi atau hasil sinergi psikologi dan linguistik yang

3
Wahyudi Rahmat, " Linguistik dan Psikolinguistik, Hubungan Psikologi dengan linguistik dan Objek kajian
psikolinguistik ",
4
berorientasi pada studi tentang bahasa Dan pikiran. Menurut Darjowidjojo (2010) empat
topik dalam mempelajari psikolinguistik Antara lain

• Komprehensi, manusia mengalami proses mental dalam menerima dan memahami


sesuatu yang diucapkan oleh orang lain.

• Produksi, proses-proses mental dalam diri kita yang membuat kita dapat berujar
seperti yang kita katakan.

• Manusia mampu berbahasa karena adanya landasan biologis dan neurologis.

• Pemerolehan bahasa, yakni bagaimana anak atau seseorang memperoleh bahasa


mereka.

Secara teoritis psikolinguistik mempunyai tujuan utama yang menemukan satu teori
tentang bahasa yang paling tepat dan unggul dilihat dari segi linguistik dan psikologi yang
mampu menjelaskan hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa. Psikolinguistik ini mencoba
menjelaskan tentang dasar struktur bahasa dapat diperoleh dan digunakan pada saat bertutur
atau berbicara dan untuk memahami ujaran ujaran bahasa. Secara praktis nya, psikolinguistik
ini menggunakan pengetahuan linguistik dan psikologi pada suatu permasalahan contohnya
masalah tentang bahasa mengenai pengajaran dan pembelajaran bahasa, tentang pengajaran
dalam membaca, kedwibahasaan, penyakit dialek, pijinisasi dan kreolisasi serta permasalahan
sosial lain yang berhubungan dengan suatu bahasa.4

Psikolinguistik mengkaji bagaimana proses-proses psikologi berlangsung pada saat


seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya ketika berkomunikasi dan
bagaimana kemampuan berbahasa diperoleh pada saat berkomunikasi. Psikolinguistik
meliputi proses kognitif yang bisa menghasilkan kalimat yang mempunyai arti dan benar
secara tata bahasa dari perbendaharaan kata dan struktur tata bahasa, termasuk juga proses
yang membuat bisa dipahaminya ungkapan, kata, makna dan sebagainya.5 Oleh karena itu,
kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tapi juga berlangsung
secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau
kegiatan mental (otak). Aspek-aspek yang penting dalam garapan psikolinguistik, antara lain:

1. Kompetensi (proses bahasa dalam komunikasi dan pikiran seseorang) pada


hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan

4
Emy Sudarwati dkk, “ Pengantar Psikolinguistik “, (Malang : UB Press), hal.9
5
Sri Suharti dkk, “ Kajian Psikolinguistik “, ( Aceh : Yayasan Penerbit Muhammad Zaini ), hal.7
5
memahami ujaran. Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang
mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat
memproduksi atau memahami perkataan. Dengan kata lain, dalam penggunaan bahasa
terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi pikiran.
Perkataan merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode,
sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode. Semua bahasa yang
diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. Maka ada sebuah
pengertian, psikolinguistik adalah tentang hubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita
untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita
melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya. Manusia
hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang
terbahasakan. Bahasa yang dipelajari semenjak anak-anak bukanlah bahasa yang
netral dalam mengkoding realitas objektif. Bahasa memiliki orientasi yang subjektif
dalam menggambarkan dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah yang selanjutnya
mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan berkata. Perilaku yang tampak dalam
berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika dia
memproduksi bahasa, sedangkan perilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia
ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang
dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.

2. Pemerolehan Bahasa Pertama, seseorang akan memiliki kemampuan seperti penutur


asli suatu bahasa apabila pada masa lateralisasi diekspos dengan input yang
mendukung. Misalnya suasana dalam lingkungan keluarga yang berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Inggris dalam kesehariannya. Lenneberg dalam
Fauziati, mengemukakan bahwa terdapat periode kritis (critical period/golden age
period) dimana proses pemerolehan bahasa terjadi secara alami, dan ini terjadi
semenjak masih bayi sampai memasuki periode pubertas.

Dari hakikat psikolinguistik yang telah dijelaskan oleh pendapat-pendapat terkemuka


diatas, penulis menyimpulkan bahwasannya hubungan psikologi dan bahasa seseorang itu
dapat diartikan sebagai suatu proses jiwa atau mental seseorang ketika ingin
mengunggkapkan bahasa (ungkapan) dalam berkomunikasi dengan melibatkan keadaan
mental dan pikiran, apabila jiwa atau mental seseorang tenang maka bahasa yang keluar
akan lebih baik, dan apabila pikiran atau jiwa seseorang dalam gangguan maka bahasa
yang keluar tidak beraturan (tidak terkontrol). Contoh nya di saat jiwa seseorang dalam
6
keadaan marah atau maka bahasa yang akan keluar sangat lah tidak terkontrol, sehingga
ketika dirinya mulai tenang maka disitu dia menyadari sekaligus menyesali bahasa
(ungkapan) yang telah di keluarkan nya.

C. Ruang Lingkup Kajian Psikolinguistik

Kajian psikolinguistik memiliki ruang lingkup yang mencakup antara lain;

1. Kompetensi, yaitu proses bahasa dalam komunikasi dan pikiran. Kaitannya dengan
kompetensi, psikolinguistik mengkaji kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang
yang akan memudahkannya dalam memperoleh pengetahuan tentang bahasa tertentu
dan menjadi anggota komunitas tersebut. Kemampuan dasar tersebut mencakup
pengetahuan-pengetahuan tersembunyi dalam otak seseorang tentang kaidah-kaidah
ketatabahasaan, kosa kata, dan bagian-bagiannya dan bagaimana menyatukan bagian-
bagian tersebut sehingga tercipta tuturan yang utuh.
2. Akuisisi yaitu pemerolehan bahasa. Dalam hal ini, psikolinguistik mengkaji
bagaimana proses yang berlangsung dalam otak seseorang (anak) ketika ia
memperoleh bahasa pertamanya (bahasa ibu).
3. Performansi yaitu pola tingkah laku berbahasa, Kaitannya dengan performansi,
psikolinguistik mengkaji bagaimana penggunaan bahasa yang sebenarnya dalam
situasi yang konkret. Performansi adalah bentuk nyata yang dapat dirasakan dalam
kegiatan komunikasi hasil dari pergerakan yang terjadi pada organ suara dalam tubuh
manusia yang meliputi lidah, bibir, tengorokan, pita suara untuk mengeluarkan bunyi.
4. Asosiasi verbal dan pemerolehan makna. Makna merupakan bidang kajian yang tidak
dipisahkan dalam studi linguistik. Orang menyadari bahwa kegiatan berbahasa
sesungguhnya adalah kegiatan mengekspresikan lambang-lambang bahasa tersebut
kepada lawan bicaranya (Oktavia, 2016). Jadi, pengetahuan akan adanya hubungan
antara lambang atau satuan bahasa, dengan maknanya sangat diperlukan dalam
berkomunikasi dengan bahasa itu. Psikolinguistik mengkaji bagaimana proses
pemerolehan makna tersebut. Pemerolehan makna dikenal pula dengan istilah
pemerolehan semantik.
5. Proses bahasa pada orang abnormal. Psikolinguistik mengkaji gangguan-gangguan
penyakit berbahasa (seperti afasia dan gagap) yang akan mempengaruhi proses

7
berkomunikasi dan berbahasa. Psikolinguistik juga mangkaji faktor-faktor penyebab
gangguan berbahasa dan bagaimana penyembuhan penyakit berbahasa tersebut.
6. Persepsi ujaran dan kognisi. Berkaitan dengan hal ini, psikolinguistik mempelajari
bagaimana proses ujaran ditafsirkan. Persepsi ujaran melibatkan tiga proses yang
meliputi, pendengaran, penafsiran dan pemahaman terhadap semua suara yang
dihasilkan oleh penutur (Irham, 2019). Kombinasi fiturfitur tersebut secara runtut
adalah fungsi utama persepsi ujaran. Persepsi ujaran menggabungkan tidak hanya
fonologi dan fonetik dari tuturan yang akan dirasakan, tetapi juga aspek sintakmatik
dan semantik dari pesan lisan tersebut.
7. Pembelajaran bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa, psikolinguistik
mengkaji bagaimana pembelajaran bahasa yang baik dan benar agar bahasa dapat
dikuasai dengan baik.6

Menurut penulis ruang lingkup dari kajian psikolinguistik ini menyangkut logat
berbahasa seseorang dan ekspresi saat berbahasa, karena saat seseorang berbahasa tidak
pernah lepas dari yang namanya intonasi berbicara dan ekspresi saat berbahasa. Selain itu
kajian psikolinguistik juga menyangkut suatu pemikiran yang terolah dalam pikiran
seseorang untuk mengutarakan struktur berbahasa yang baik dan benar.

D. Faktor-faktor Psikologi dan Hubungan Seseorang

Manusia sebagai mahkluk social membutuhkan bahasa untuk berinteraksi dan


pengakuan akan aktualisasi dirinya dalam lingkungan masyarakat. Hal ini tentu diawali
sejak manusia lahir hingga dewasa. Namun, ada beberapa hal yang mempengaruhi
perkembangan bahasa tersebut, diantaranya adalah faktor psikologis dalam belajar bahasa
yakni kecerdasan,akal, kreatifitas, dan motivasi.

Faktor kecerdasan berhubungan dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.


Lain halnya dengan faktor akal yang berhubungan dengan kepiawaian dalam
mengkombinasikan kecerdasan yangn dimiliki seseorang. Begitu juga dengan faktor
kreatifitas yang juga berhubungan dengan akal dan kecerdasan dalam mengungkapkan
gagasan dalam bentuk yang lain. Namun, ketiaga factor ini berlandaskan faktor yang ke

6
Sri Suharti dkk, " Kajian Psikolinguistik", ( Aceh : Yayasan Penerbit Muhammad Zaini). Hal. 12

8
empat yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginannya dalam mewujudkan
sesuatu baik yang bersumber dalam dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar.7

Ada beberapa hal yang tergolong dalam faktor-faktor yang mempengaruhi psikologis
di antara lain sebagai berikut;

1. Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari krcskspsn untuk menghadapi
dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengatahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2. Perhatian
Adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun semata-mata tertuju
kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Contohnya agar suatu
pelajaran tidak membosankan maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap materi yang ditimbulkan dari bahan atau media yang digunakan.
3. Minat bakat
Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan segala hal
yang disukai, sedangkan bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai
potensisi diri yang perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud.
4. Motivasi Intrinsik & Ekstrinsik
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan
suatu tindakan. Intrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri
seseorang sedangkan ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar atau
motivasi yang disebabkan oleh dorongan faktor luar.
5. Kematangan
Adalah suatu fase dalam pertumbuhan seseorang dimana baik tubuh maupun
jiwa telah siap untuk menjalankan kecakapan baru.
6. Kesiapan
Adalah kesediaan untuk memberi respon atau berinteraksi. Selain itu
kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan.8

7
Budiana, “Psychological Factors in learning language”, (Ta’dibiyah,2021)
8
Nursyaida, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peserta Didik”, (Paedagogik,2014)
9
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas kami selaku penulis menyimpulkan bahwa psikolinguistik


merupakan dua ilmu yang berbeda yaitu ilmu yang membahas psikologi dan linguistik. Yang
mana Masing-masing memiliki metode dan prosedur yang berlainan dan keduanya memiliki
persamaan dalam hal objek materi formalnya, yaitu sama-sama meneliti bahasa. Ilmu
psikologi mengkaji perilaku atau proses berbahasa. Ilmu linguistik mengkaji struktur bahasa
dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Adapun psikolinguistik berhubungan
dengan perfomansi dari kompetensi berbahasa tersebut.

Psikologi dan bahasa seseorang itu dapat diartikan sebagai suatu proses jiwa atau
mental seseorang ketika ingin mengunggkapkan bahasa (ungkapan) dalam berkomunikasi
dengan melibatkan keadaan mental dan pikiran, apabila jiwa atau mental seseorang tenang
maka bahasa yang keluar akan lebih baik, dan apabila pikiran atau jiwa seseorang dalam
gangguan maka bahasa yang keluar tidak beraturan (tidak terkontrol). Contoh nya di saat jiwa
seseorang dalam keadaan marah atau maka bahasa yang akan keluar sangat lah tidak
terkontrol, sehingga ketika dirinya mulai tenang maka disitu dia menyadari sekaligus
menyesali bahasa (ungkapan) yang telah di keluarkan nya.

Adapun kajian dan ruang lingkup psikolinguistik mengkaji tentang komunikasi dan
pikiran manusia saat berinteraksi, pemerolehan bahasa seseorang dari bayi yaitu bahasa dari
lingkungan sekitar nya, performasi pola bahasa seseorang , asosiasi pemerolehan makna,
gangguan-gangguan seseorang dalam berbahasa,

Psikologi sangat lah berpengaruh dalam linguistik seseorang, karena sebelum


mengungkapkan ujaran seseorang akan berfikir dahulu semakin baik fsikologi seseorang
maka akan baik pula linguistik nya. Semakin pandai seseorang menggunakan pikiran nya
maka akan semakin manis bahasa yang akan di ungkapkan oleh nya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Ika Nurmahyuni. Efektivitas belajar pendidikan agama Islam di rumah peserta didik
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ujung Batu Kabupaten
Padang Lawas Utara. Diss. IAIN Padangsidimpuan, 2021.

Masnun, Masnun. "Teori Linguistik dan Psikologi dalam Pengajaran Bahasa Arab di
Lembaga Pendidikan Islam." Jurnal Pendidikan Islam 8.1 (2018): 172-204.

Rahmat, Wahyudi, and STKIP PGRI Sumatera Barat. "Linguistik Dan Psikolinguistik,
Hubungan Psikologi Dengan Linguistik Dan Objek Kajian Psikolinguistik." INA-
Rxiv. October 30 (2018).

Suharti, S., Hum, S., Khusnah, W. D., Sri Ningsih, S. S., Shiddiq, J., Saputra, N., ... & Purba,
J. H. (2021). Kajian Psikolinguistik. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Sudarwati, Emy, Widya Caterine Perdhani, and Nia Budiana. Pengantar psikolinguistik.
Universitas Brawijaya Press, 2017

11

Anda mungkin juga menyukai