Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL DAN PERENCANAAN USAHA

BUDIDAYA UDANG VANAMEI SISTEM SUPER INTENSIF

OLEH :

H. MUKSON, S.H.

BANDAR LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta
nikmat dari Nya proposal perencanaan budidaya udang vanamei sistem super intensif ini
dapat terselesaikan.

Penyususnan proposal ini sendiri berdasarkan pengalaman penulis pada bidang


usaha budidaya udang sejak 1980an, survei lapangan pada tambak udang vanamei yang
telah terbukti berhasil di Dipasena Kabupaten Tulang Bawang, serta untuk
pengembangangan didasari oleh studi pustaka pada literatur dan penelitian yang memiliki
bukti empiris.

Terselesaikannya proposal perencanaan usahaa budidaya udang vanamei ini tak


lepas dari bantuan pihak-pihak yang turut andil membantu memberi masukan, dan
memberi informasi berkaitan dengan budidaya udang vanemi dengan sistem baru yang
super intensif, mengandalkan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Sehingga
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Demikian pengantar poposal ini penulis sampaikan, untuk penjelasan atau jika terdapat
perbedaan pendapat dan data penulis menyediakan ruang diskusi dan masukan agar
tercipta perencanaan yang matang dan saling menguntungkan.

Bandar Lampung, 17 Juli 2022

H. Mukson, S.H.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dan Potensi Usaha

Budidaya udang sejatinya merupakan bentuk usaha yang telah ada sejak dulu di
Indonesia. Bahkan sejak daerah Bumi Dipasena tercipta perusahaan tersebut menjadi
perusahaan tambak dan pengolahan udang terbesar se-Asia Tenggara. Hal ini tak lain dan
tak bukan disebabkan kekyaan hayati dan kesuburan tanah serta air di Indonesia.
walaupun demikian maraknya pembuangan sampah dan limbah ke sungai hingga laut
menyebabkan dunia budidaya udang di Indonesia meredup, kegagalan demi kegagalan
menjadi penyebab budidaya udang (Windu pada saat itu) menjadi ditinggalkan.

Kondisi ini pada akhirnya menarik perhatian Kementerian Kelautan dan Perikanan
untuk memasukan udang jenis baru yang tahan terhadap penyakit, mudah dibudidaya,
dan memiliki hasil panen yang tinggi. Untuk itu udang Vanamei (Litopenaeus vannameii)
masuk ke Indonesia melalui izin SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. 41/2001.
Budidaya udang vaname saat ini merupakan andalan sektor perikanan budidaya dan
prioritas pengembangan akuakultur di Indonesia pada perekonomian nasional. Dalam
periode 2012- 2018 kontribusi nilai ekspor udang terhadap nilai ekspor perikanan
Indonesia rata-rata mencapai 36,27 % (BPS, 2019). Hasil produksi udang sebagian besar
(70 %) dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan sisanya 30 % untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Artinya kelaikan usaha budidaya udang
vanamei akan senantiasa ada bahkan meningkat pertahunnya. Kebutuhan ekspor udang
menjadikan pemasaran udang vanemei tidak menemukan jalan buntu, fluktuasi harga
yang terjadi dipasaran domestik tidak akan begitu berdampak pada usaha ini kecuali
fluktuasi harga dolar dan kondisi negara tujuan ekspor.

Menurut Research and Markets 2021, Pasar udang global bernilai USD 39,24 juta
pada 2019 yang diproyeksikan tumbuh 1,5% per tahun dengan volume 4,2 juta MT pada
tahun 2019 dan diproyeksikan tumbuh dengan estimasi 1,4% per tahun. Dari potensi itu,
khusus untuk pengembangan budidaya air payau memiliki porsi potensi hingga mencapai
2,8 juta hektar. Namun pemanfaatannya diperkirakan baru sekitar 21,64 % atau seluas
605.000 hektar, dimana dari luas tersebut pemanfaatan lahan tambak produktif untuk
budidaya udang diperkirakan mencapai 40% atau baru 242.000 hektar saja.

Provinsi lampung dalam data BPS 2018 tercatat sebagai provinsi urutan ke 5 dari 34
Provinsi di Indonesia dengan jumlah produksi mencapai 65ribu ton udang per tahun. Ini
menunjukan Lampung memiliki potensi budidaya udang vanamei yang besar. Terlebih
tersedianya pembenihan tersertifikasi di Kabupaten Lampung Selatan memudahkan alur
produksi dan pembesaran udang ini.

Potensi dan latar belakang inilah yang menjadi dasar penulis merasa bahwa budidaya
udang vanemei menjadi sangat layak untuk dilakukan. Terlebih permasalahan kualitas
air, dan penyakit udang saat ini telah dapat diatasi dengan sistem budidaya terkontrol dan
menggunakan bibit unggulan dari hatcery terdekat.

B. Masa Depan Budidaya Udang Vanamei

Budidaya udang vanamei yang kian meningkat sepanjang tahun tentu saja tidak hanya
mengandalkan teknologi sederhana dan tradisional. Kebutuhan akan teknologi dan ilmu
pengetahuan menjadi kebutuhan nyata yang harus direspon berbagai pihak untuk terus
mengebangkan potensi ini.

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejatinya tekah mengembangkan sebuah


metode budidaya udang vanamei super intensif yang dikenal sebagai Tambak Millenial.
Sistem ini mengandalkan teknologi modern sekaligus Bioteknologi berupa bakteri baik
untuk budidayanya. Dengan teknologi dan bioteknologi ini maka budidaya udang akan
naik sebesar 10 kali lipat, disertai dengan Survival Rate (SR) mencapai 90% serta Food
Convertion Ratio (FCR) sebesar 1,3 yang artinya setiap 1,3 Kg pakan mengahasilkan 1
Kg udang, berbanding dengan tradisional yang memiliki SR maksimal hanya 80% dan
FCR maksimal 1,6.

Dengan sistem ini pula dapat ditebar benih per M2 sebesar 150-200 ekor Post Lava
(PL) 12. Sehingga dengan petakan tambak sebesar 2.500 M2 atau 0,25 Ha akan mampu
ditebar bibit mencapai 375.000 ekor sampai 500.000 ekor. Jika sintasan mencapai 90%
maka diperkirakan hasil panen mencapai 337.500 ekor sampai 450.000 ekor.
Dibandingkan dengan sistem tradisional yang hanya 60 -80 ekor per M 2 sintasan 80%
hasil yang didapat hanya 120.000- 160.000 ekor udang.

Ini menjadikan masa depan budidaya udang vanaemei dengan teknologi menjadi
sangat cerah dan layak. Walaupun demikian budidaya sistem super intensif jarang dipilih
sebab biaya awal yang sangat besar dan tidak mampu dijangkau semua pihak. Terlebih
sumber daya manusia (SDM) yang tersedia terkadang belum mampu menggunakan
sistem ini. Kendala ini menjadi kelemahan sistem super intensif kurang diminati namun
dalam skala lebih kecil atau dengan modifikasi beberapa aspek sistem ini bisa
diimplementasikan dengan biaya yang lebih kecil, adaptif, dan memiliki hasil yang besar.

C. Budidaya Sistem Super Intensif Kolam Mini Sebagai Solusi

Anda mungkin juga menyukai