Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PETA DAERAH PENANGKAPAN


RAJUNGAN (Portunus Pelagicus) DI PERAIRAN
PESISIR KABUPATEN PANGKEP

AMAR MA’RUB
NIM: 0009.06.29.2021

PROGRAM STUDI: MANAJEMEN PESISIR DAN TEKNIK KELAUTAN

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2024
PROPOSAL PENELITIAN
ANALISIS PETA DAERAH PENANGKAPAN
RAJUNGAN (Portunus Pelagicus) DI PERAIRAN
PESISIR KABUPATEN PANGKEP

AMAR MA’RUB
0009.06.29.2021

Disetujui untuk diseminarkan


Komisi Pembimbing

Ketua

Dr.Ir. Asbar, M.Si


Tanggal

Anggota

Prof. Dr. Ir. Ihsan, M.Si


Tanggal
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan tepat waktu.

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda

tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa'atnya di

akhirat.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas

limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal

pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan

proposal penelitian yang berjudul "Analisis Pemetaan Daerah

Penangkapan Rajungan (Portunus Pelagicus) Di Perairan Pesisir

kabupaten Pangkep".

Penulis menyadari proposal ini tidak bisa terselesaikan tanpa pihak-

pihak yang mendukung baik secara moril dan juga materil. Maka, penulis

menyampaikan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang

membantu penulis dalam penyusunan proposal penelitian, yaitu kepada

yang terhormat:

1. Ucapan banyak terimakasih kepada keluarga tercinta, Ayahanda

Teguh Wiono dan Ibunda Kliyem Herianti serta saudara kandung

penulis yang senang tiasa memberikan semangat kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Asbar, M.Si, selaku ketua prodi Manajemen Pesisir

dan Teknologi Kelautan sekaligus selaku pembimbing utama.


3. Bapak Prof. Dr. Ir Ihsan, M.Si selaku pembimbing pendamping

yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

4. Kepada sodara, keluarga serta sahabat-sahabat penulis yang

senantiasa memberikan doa, semangat, dan motivasi kepada

penulis.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas

segala doa dan dukungannya semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

membalas semua kebaikan yang sudah mereka berikan kepada penulis.

Penulis tentu menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kata

sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di

dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari

pembaca untuk hasil ini, agar hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi

hasil yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan

pada Tesis ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar, Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sumber daya perikanan dari jenis Crustacea yang

memiliki nilai ekonomis penting adalah Rajungan (Portunus

pelagicus). Karena memiliki rasa daging yang lezat dengan nilai gizi

yang cukup tinggi (Maulana, 2018), menyebabkan menjadi salah

satu komoditas yang tinggi permintaannya baik di pasar lokal

maupun pasar ekspor. Total Ekspor Rajungan Indonesia tahun

2020 mencapai 27.616,332 ton, dengan nilai ekspor mencapai USD

367.519.713 (KKP,2021). Berada di urutan keempat dari total nilai

ekspor produk perikanan Indonesia setelah udang, tuna dan

cumi/sotong/gurita.

Tingginya nilai ekspor menunjukkan adanya aktifitas

produksi dan eksploitasi rajungan yang tinggi, yang didukung

dengan kegiatan penangkapan yang bersifat open access. Semakin

tingginya permintaan ekspor berpengaruh terhadap kegiatan

penangkapan yang meningkat. Eksploitasi yang tinggi

mempengaruhi semakin kesejahteraan hidup nelayan. Rajungan

merupakan sumberdaya yang dapat pulih. Namun, jika di alam

ketersediaan stok rajungan tidak mampu mengimbangi kontinyuitas

dan rutinitas eksploitasi, diperkirakan akan menyebabkan

penurunan stok, yang pada akhirnya berimbas pada perekonomian


nelayan menurun serta sektor perikana dan kelautan (Kurnia et al.,

2014).

Selain itu, Informasi mengenai kondisi oseanografi dan

kualitas perairan yang menjadi habitat rajungan khususnya di

pesisir kabupaten Pangkep masih terbatas, sehingga sulit untuk

mengembangkan potensi rajungan sebagai komoditas perikanan

yang berkelanjutan. Olehkarena itu, perlu dilakukan pemetaan

distribusi rajungan dan kondisi perairan di pesisir kabupaten

pangkep untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap

mengenai faktor-faktor yang memengaruhi produksi rajungan dan

memperkirakan distribusi rajungan berdasarkan kesesuaian

lingkungan atau habitatnya.

Sebaran penangkapan kepiting rajungan dapat

dipetakanberdasarkan wilayah penangkapan (fishing ground) atau

area di mana pemburuan kepiting rajungan dilakukan. Peta sebaran

penangkapan kepiting rajungan dapat membantu untuk

mengidentifikasi wilayah-wilayah utama penangkapan, menilai

kepadatan populasi rajungan, dan memahami bagaimana kondisi

oseanografi dan kondisi perairan mempengaruhi distribusi kepiting

rajungan.

Informasi sebaran penangangkapan ini berguna bagi

pengelola perairan dalam membuat kebijakan dan memantau


aktivitas penangkapan. Peta sebaran penangkapan rajungan dan

peta kondisi kualitas perairan dan kondisi oseanografi dapat

membantu untuk menentukan wilayah-wilayah yang perlu dipantau

untuk memulihkan populasi rajungan atau untuk mengurangi

tekanan terhadap populasi rajungan. Dengan demikian, peta

sebaran penangkapan kepiting rajungan berdasarkan fishing

ground dan peta sebaran kondisi oseanografi dan kondisi kualitas

perairan dapat membantu untuk memelihara keseimbangan dan

kesehatan ekosistem perairan.

B. Rumusan Masalah

Kondisi perairan di pesisir Kabupaten Pangkep dengan

keberadaan muara sungai serta pulau dan taka, merupakan habitat

yang disukai oleh Rajungan. Sehingga keberadaannya di laut,

menjadi salah satu primadona hasil tangkapan di Kabupaten

Pangkep.

Informasi sebaran penangangkapan ini berguna bagi

pengelola perairan dalam membuat kebijakan dan memantau

aktivitas penangkapan. Peta sebaran penangkapan rajungan dan

peta kondisi kualitas perairan dan kondisi oseanografi dapat

membantu untuk menentukan wilayah-wilayah yang perlu dipantau

untuk memulihkan populasi rajungan atau untuk mengurangi

tekanan terhadap populasi rajungan, sebagaimana dirumuskan

berikut ini:
1. Bagaimana kondisi fisika, kimia, dan substrat daerah penangkapan

rajungan?

2. Bagaimana potensi lestari rajungan Portunus Pelagicus di pesisir

Kabupaten Pangkep?

3. Bagaimana peta daerah penangkapan rajungan di pesisir

Kabupaten Pangkep?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor penyebab berkurangnya hasil tangkapan rajungan dan

melakukan analisis mengenai daerah penangkapan rajungan serta

mengetahui potensi lestari rajungan di pesisir Kabupaten Pangkep

ditengah meningkatnya aktifitas penangkapan di lokasi habitat

rajungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Langkah langkah

yang dilakukan sebagai berikut:

1.Menganalisis kondisi fisika, kimia, dan substrat daerah

penangkapan rajungan.

2.Mengetahui potensi lestari rajungan portunus pelagicus di pesisir

Kabupaten Pangkep.

3.Menganalisis peta daerah penangkapan rajungan di pesisir

Kabupaten Pangkep.

D. Manfaat Penelitian

Harapan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi atau dasar bagi penelitian dan pengembangan baik bagi

keperluan budidaya maupun pemanfaatan sumberdaya rajungan,

dan kegiatan penangkapan tetap berjalan untuk meningkatkan

pendapatan nelayan di pulau-pulau dan pesisir Kabupaten

Pangkep.
E. Orsinalitas Penelitian

Sejumlah penelitian yang berkaitan Rajungan di pesisir

Pangkep telah banyak dilakukan, seperti disertasi, skripsi dan ada

yang telah [23.00, 22/4/2024] V.S: diterbitkan di beberapa jurnal.

Hingga saat ini, beberapa tulisan ilmiah yang telah dihimpun

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Disertasi: Pemanfaatan Sumberdaya Rajungan (Portunus

pelagicus) Secara Berkelanjutan Di Perairan Kabupaten

Pangkajenne Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan, oleh Ihsan

tahun 2015. Penelitian ini telah memberikan gambaran dan

hasil Analisa tentang eksistensi dan potensi penyebaran serta

rumusan kebijakan pengelolaan untuk keberlanjutan Rajungan

di Kabupaten Pangkep. Hasil dari penelitian diuraikan berikut

ini:

1) Perbandingan hasil tangkapan ketiga alat tangkap

menunjukkan gillnet yang paling tinggi, disusul bubu dan

mini trawl.

2) Potensi lestari rajungan masih lebih besar dari pada

produksi aktual yakni 1.084.066 kg dengan effort 696.679

trip. Tingkat produksi maksimum lestari rajungan yang dapat

ditangkap tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya

rajungan, masih tersedia cukup besar.


3) Ukuran rajungan yang layak ditangkap untuk betina 106 mm

(10,6 cm) dan jantan 95,5 mm (9,55 cm). Hubungan lebar

karapas dengan bobot betina, dan jantan adalah allometric

negatif, berarti pertumbuhan lebar karapas lebih cepat

dibandingkan dengan pertumbuhan bobot rajungan.

Mortalitas penangkapan rajungan betina lebih besar

dibandingkan mortalitas alami, diduga rajungan betina telah

mengalami over eksploitasi. Mortalitas alami rajungan jantan

lebih besar dibandingkan dengan nilai mortalitas

penangkapan, diduga rajungan jantan belum mengalami

over eksploitasi, nilai recruitment pattern rajungan jantan

lebih besar daripada betina.

4) Musim penangkapan rajungan berlangsung bulan Mei, Juni,

Juli, September, Oktober dan November dan puncak musim

berlangsung pada bulan Juni dan September. Daerah

penangkapan rajungan kriteria "Sesuai", luasnya 89.131,37

ha, kriteria "Cukup Sesuai" adalah 109.164,87 ha dan yang

"Tidak Sesuai luasnya 4.577,56 ha. Pada bulan Februari,

Maret, April setiap tahun, sebagian nelayan yang berdomisili

di Kecamatan Sigeri, Mandalle dan Ma'rang melakukan

operasi penangkapan di daerah penangkapan bagian

Selatan perairan Kabupaten Pangkep tepatnya di sekitar

perairan Kecamatan Bungoro, Pangkajenne dan Liukang


Tupabbiring serta wilayah perairan Kabupaten Maros dan

berpangkalan di daerah tersebut.

5) Perbedaan produksi hasil tangkapan terkait pasang surut,

dengan empat fase bulan, tertinggi adalah pasang surut fase

bulan purnama, disusul pasang surut fase bulan baru,

pasang surut fase bulan ¼ awal dan pasang surut fase bulan

4 akhir berada pada peringkat terendah yang tertangkap

dengan menggunakan jenis alat tangkap gillnet, bubu dan

mini trawl.

Pasang surut yang paling efektif untuk menangkap rajungan

adalah pasang surut pada fase bulan purnama, yang

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

produksi

rajungan dan pasang surut lainnya tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap produksi rajungan.

6) Analisis skoring dan dilakukan standarisasi aspek biologi,

teknik, ekonomi dan sosial usaha perikanan rajungan

ditetapkan gillnet rajungan sebagai prioritas pertama, disusul

bubu lipat diurutan kedua dan mini trawl pada urutan

terakhir. Untuk mini trawl tidak diperkenankan untuk

dioperasikan karena alat tangkap ini tidak ramah lingkungan.

Penilaian ini menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan


khususnya pemerintah untuk menetapkan dikembangkan.

alat tangkap yang layak untuk dikembangkan.

7) Kesesuaian areal perairan pendugaan distribusi rajungan

berada pada kelas sesuai dan tidak sesuai, dan

perbandingan hasil analisis kesesuaian kualitas perairan

terhadap distribusi siklus hidup rajungan, masih berada pada

kordinat sama, kesesuaian pendugaan distribusi rajungan

walaupun menempati areal perairan yang lebih luas.

Distribusi siklus hidup rajungan berdasarkan sampling zoea

dan megalopa berada pada kategori kepadata rendah,

kepadata sedang dan kepadatan tinggi. Rajungan muda

rata-rata tertangkap perhari 107-208 skor/nelayan dan

rajungan dewasa perbulan 231.540 kg.

8) Analisis untuk komponen SWOT pada faktor-faktor internal

matriks internal strategic factor analysis summary (IFAS),

nilai skor 1,35 hal ini menunjukan bahwa sumberdaya

rajungan (P pelagicus) memiliki potensi yang dapat

dimanfaatkan dan matriks external strategic factor analysis

summary (EFAS) nilai skor 0.41 dengan faktor-faktor

peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi

pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan.

Posisi alternatif kebijakan pemanfaatan sumberdaya

rajungan secara berkelanjutan di perairan Kabupaten


Pangkep Sulawesi Selatan dengan nilai skor kekuatan -

kelemahan adalah 0,66 dan nilai skor peluang -ancaman

adalah 1,03 berada pada kuadran 1, mendukung strategi

agresif atau growth oriented strategiy. Alternatif kebijakan

pengembangan yang dilakukan untuk mewujudkan

pengelolaan perikanan rajungan yang berkeadilan dan

berkelanjutan, ditetapkan antara lain:

a. Pengembangan mata pencaharian alternatif;

b. Pelarangan penangkapan rajungan bertelur;

c. Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan;

d. Pemanfaatan perikanan rajungan berbasis zonasi:

e. Pengembangan budidaya rajungan;

f. Pengembangan dan pemberian modal usaha;

g. Restoking; dan

h. Penegakan hukum.

2. Keberlanjutan Agribisnis Rajungan di Kabupaten Pangkep, oleh

Izacc Maulana 2018

Hasil penelitian memberikan gambaran kondisi agribisnis

rajungan di masa mendatang kecenderungan ke arah yang

tidak stabil. Indikator kinerja sistem yaitu, nilai stok

sumberdaya, produksi, keuntungan nelayan dan pengusaha

pengolahan rajungan cenderung menurun. Penurunan indikator

kinerja sistem ini disebabkan oleh tidak terkendalinya upaya


penangkapan yang dilakukan oleh nelayan. Upaya

penangkapan mengalami peningkatan dengan laju sebesar 8,8

% setiap tahun. Kondisi ini mengakibatkan stok sumberdaya

terus mengalami degradasi sehingga hasil tangkapan menurun,

pasokan bahan baku industry pengolahan menurun,

keuntungan nelayan dan pengusahan pengolahan menurun.

3. Kajian Kesesuaian Lingkungan Perairan untuk Budidaya

Rajungan dalam Karamba Jaring Ditenggelamkan di Perairan

Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan, Oleh Ihsan,

Asbar, dan Asmidar, 2019

Kondisi parameter fisika dan kimia oseanografi yang

terukur dengan kisaran nilai antara lain: oksigen terlarut 5,1 -

10,7mg/l, salinitas 7-35 %, suhu 32 - 34,4 0C dan pH 7-8.

Hasil analisis spasial kesesuain perairan untuk kegiatan

budidaya rajungan dalam karamba jaring ditenggelamkan

dengan menggunakan indikator suhu, salinitas, oksigen, pH

dan kecerahan diperoleh 3 kriteris kesesuaian meliputi: sesuai

luasnya 89.131,37 ha; cukup sesuai luasnya 109.164,87 ha;

dan tidak sesuai luasnya 4.577,56 ha.

4. Model Pengelolaan Perikanan Rajungan Dalam Meningkatkan

Pendapatan Nelayan Di Kabupaten Pangkep, oleh Adam, 2016

Hasil penelitian memberikan gambaran potensi lestari

rajungan di perairan Pangkep diperoleh Emsy sebesar 768,90


ton, Cmsy sebesar 2.963,75-ton sehingga diperoleh TAC

sebesar 2371 ton/tahun. Tingkat pemanfaatan (Fmsy) sebesar

85% yang berarti sudah masuk pada ambang batas maksimal

sehingga perlu dilakukan pengendalian terhadap upaya

penangkapan rajungan oleh nelayan rajungan. Upaya

pengendalian dilakukan dengan cara mengurangi upaya

penangkapan hingga mencapai titik (Emsy) sebesar 425 trip

sehingga akan diperoleh TAC sekitar 2371 ton/tahun. Model

pengelolaan perikanan rajungan di Kabupaten Pangkep terdiri

dari pengendalian upaya penangkapan, Zonasi daerah

penangkapan rajungan, perlu adanya bantuan modal bagi

nelayan rajungan dan program restocking dengan melibatkan

DKP dan perusahaan pengolahan rajungan serta penegakan

hukum

5. Skripsi: Perikanan Rajungan Di Desa Mattiro Bombang (Pulau

Salemo, Sabangko Dan Sagara) Kabupaten Pangkep, oleh

Lisda Jafar, 2011

Hasil memberikan gambaran Perkembangan produksi

rajungan di Desa Mattiro Bombang mengalami penurunan,

Catch Per Unit Effort (CPUE) tertinggi terdapat di Pulau Salemo

sebesar 0.1227 Kg/Trip dan CPUE di ketiga pulau ini

cenderung mengalami penurunan disebabkan oleh trip

pengoperasian lebih lama, Terdapat perbedaan ukuran


rajungandari tahun 1997 yang berukuran 120 mm dan pada

2011 panjang 50 mm ini yang menandakan terjadinya over

fishing pada 15 tahun terakhir, Rajunganmenjadi sumber

pendapatan utama nelayan di ketiga Pulau. Namun demikian

hanya di Pulau Salemo, Ibu-ibu dan Anak-anak ikut di Industri

pengelola rajungan.

Penelitian tersebut, sangat berkaitan dengan rencana

penelitian, akan tetapi beberapa pengembangan penelitian

yang dilakukan sebagai berikut:

1. Menganalisis kondisi fisika, kimia, dan substrat daerah

penangkapan rajungan.

2. Mengetahui potensi lestari rajungan portunus pelagicus di

pesisir Kabupaten Pangkep.

3. Menganalisis peta daerah penangkapan rajungan di pesisir

Kabupaten Pangkep.

Anda mungkin juga menyukai