KATA PENGANTAR
Patut kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia yang telah
diberikan kepada kita semua sehingga kita masih diberikan nikmat kesehatan dan
keselamatan sampai dengan detik ini. Pekerjaan penyusunan dokumen Feasibility Study
(FS) pelabuhan laut lokal di Pulau Tambolongan berdasarkan kontrak kerjasama antara
PT. Trimako Abdi Konsulindo dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Selayar
tentang surat perjanjian kontrak untuk melaksanakan paket pekerjaan Jasa Konsultansi.
Sehingga pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan Laporan Pendahuluan yang
disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan dan memenuhi
kontrak yang telah disepakati.
Pada kesempatan ini pula, kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada
Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Selayar yang telah mempercayakan kepada
kami untuk melaksanakan paket pekerjaaan Jasa Konsultansi ini dan kepada pajabat
pembuat komitmen kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Selayar dan
jajarannya serta seluruh team ahli dan team pendukung yang telah banyak
membantu dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, atas perhatian dan seluruh kerjasamanya
kami ucapkan terima kasih.
ASHADI, ST
Direktur
LAPORAN PENDAHULUAN i
Kata Pengantar
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................I-1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................I-1
1.2. Dasar Hukum................................................................................................................I-3
1.3. Maksud dan Tujuan.......................................................................................................I-3
1.4. Alasan Kegiatan Dilaksanakan.....................................................................................I-4
1.5. Sasaran Pekerjaan..........................................................................................................I-4
1.6. Batasan Kegiatan...........................................................................................................I-4
1.7. Indikator Keluaran........................................................................................................I-4
1.8. Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja...............................................................I-5
1.9. Ruang Lingkup Kegiatan..............................................................................................I-9
1.10. Keluaran......................................................................................................................I-10
LAPORAN PENDAHULUAN
Daftar Isi
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Daftar Isi
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
BAB VI PENUTUP.................................................................................................................VI-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Daftar Isi
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
DAFTAR TABEL
LAPORAN PENDAHULUAN
Daftar Isi
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Daftar Isi
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Daftar Isi
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
DAFTAR GAMBAR
LAPORAN PENDAHULUAN
Daftar Isi
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Daftar Isi
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I
1.1. Latar Belakang
Transportasi memiliki kontribusi yang sangat vital dan berdimensi strategis bagi
pembangunan nasional karena peranannya sebagai penggerak dan pendorong kegiatan
pembangunan dan sebagai perekat kesenjangan antar-wilayah. Posisi strategis
transportasi semakin dirasakan penting tatkala banyak sektor lain berkurang perannya
sebagai akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, sedangkan peran transportasi
ternyata menjadi titik sentral bagi bangkitnya sektor riil dalam perekonomian nasional
pasca krisis.
Pelabuhan merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan bongkar muat arus barang dan penumpang. Dengan adanya
pelabuhan ini diharapkan dapat dipenuhi kebutuhan bongkar muat arus barang dan
penumpang yang menunjang pembangunan/perkembangan wilayah belakangnya. Dengan
demikian, pembangunan pelabuhan bukanlah merupakan kegiatan yang berdiri sendiri,
tapi berkaitan erat dengan aspek-aspek ekonomi dan sosial yang berada dalam jangkauan
pelayanan angkutan pelabuhan tersebut.
Negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, diantaranya masih banyak yang
terisolir terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau oleh sarana
dan prasarana infrastruktur perhubungan laut (transportasi laut). Provinsi Sulawesi
selatan memiliki beberapa pulau-pulau kecil dan terpencil dan diantaranya pulau-pulau
tersebut masih terdapat daerah yang terisolasi dan tertinggal/belum berkembang serta
belum terjangkau oleh sarana transportasi yang memadai. Sementara beberapa daerah/
pulau tersebut sangat mengandalkan transportasi laut namun belum memiliki
infrastruktur yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan sebagai
infrastruktur utama pada Sub Sektor Perhubungan laut, akan terus dilaksanakan untuk
Studi mikro (detil) yang dilakukan adalah dengan menentukan lokasi pelabuhan
yang aman dari pengaruh dan sifat-sifat perairan (angin, gelombang, arus pasang surut
dan lain-lain), kedalaman kolam pelabuhan, alur pelayaran, kriteria-kriteria navigasi,
pemenuhan terhadap standar-standar keselamatan yang berlaku, termasuk didalamnya
perumusan dokumen-dokumen pra konstruksi, penilaian konstruksi dan kegiatan sipil
pelabuhan lainnya.
1.2. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran;
d. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
e. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1993 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan;
j. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : Kp 432 Tahun 2017 Tentang Rencana
Induk Pelabuhan Nasional;
k. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 85 Tahun 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Penyeberangan;;
l. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
m. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Penyeberangan;
n. Peraturan Menteri LH Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Amdal;
o. Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Peraturan Pemerintah lainnya yang khusus
mengatur wilayah studi tertentu.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pekerjaan Penyusunan Feasibility Studi (FS) adalah untuk persiapan
Pembangunan Pelabuhan Laut Lokal Pulau Tambolongan di Kecamatan Bontosikuyu
Kabupaten Selayar Prov. Sulawesi Selatan yang terukur dan terarah dalam upaya
• Areal yang disurvey meliputi radius 1,0 kilometer dari estimasi tapak
dermaga;
• Analisis hasil pengukuran topografi, kemudian menggambarkannya dalam
bentuk peta topografi dengan skala 1:1000;
• Peralatan yang dipergunakan antara lain Theodolite, Waterpass dan
sebagainya yang memenuhi, yang mempunyai derajat ketelitian yang tinggi
berdasarkan hasil koreksi terakhir dari yang berwenang dan siap pakai;
• Personil yang mempergunakan peralatan tersebut harus cukup
berpengalaman dan bertanggung jawab.
c) Survei Bathymetri
• Pembuatan titik tetap utama (referensi benchmark) yang merupakan titik awal
pengukuran arah horizontal dan vertikal. Titik tetap (referensi benchmark)
tersebut ditetapkan dan diikatkan vertikal dengan pengukuran pasang surut
(peilschaal) di perairan yang ditentukan. Benchmark juga diikatkan dengan
menggunakan pengukuran horizontal poligon dan GPS. Titik ini harus
ditempatkan ditempat yang aman dan mudah terlihat. Titik referensi tersebut
diukur berdasarkan sistem koordinat geografis;
• Pemeruman (kedalaman air) dengan referensi kedudukan air surut terendah
(LLWS) sesuai dengan pengikatan pasang surut (peilschaal);
• Pengukuran dan penggambaran garis pantai berdasarkan kedudukan air pasang
tertinggi (HHWS) dan kedudukan air surut terendah (LLWS);
• Penandaan (marking) posisi benda-benda yang dapat mengganggu
pelayaran dalam koordinat geografis;
• Pengamatan arus simultan, arus dominan sedimentasi, abrasi sedimen melayang
(suspended sediment);
• Penelitian gelombang perairan, gelombang pecah dan gelombang utama
(dominan);
• Penelitian pasang surut pada peilschaal minimal 15 piantan (kontinyu) dengan
interval bacaan minimal 30 menit;
• Mencari dan meneliti data dari instansi lain yang bersangkutan untuk
dipergunakan sebagai pembanding;
• Menggambarkan seluruh data hydrography tersebut dalam butir-butir di atas
dalam bentuk peta;
Tanggapan terhadap jadwal pelaksanaan pekerjaan cukup jelas, dan sedikit saran
agar tetap mengacu pada petunjuk teknis penyusunan Studi Kelayakan Pelabuhan.
1.9. Ruang Lingkup Kegiatan.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder dilakukan sebelum kunjungan lapangan. Tujuannya
adalah:
1. Data hinterland, kondisi alam, peta laut, jumlah penumpang dan volume barang
yang melalui pelabuhan sasaran, dan Iain-Iain;
2. Data angin dan ombak pelabuhan yang direncanakan atau pelabuhan terdekat
sebagai bahan antisipasi analisis terjadinya ombak yang besar dan tinggi ombak.
3. Dokumen, Literatur, Kebijakan Pemerintah dan hasil studi terkait Pelabuhan di
lokasi studi.
b. Kunjungan Lapangan
Dalam rangka inventarisasi dan investigasi lapangan maka kunjungan ke lokasi
pelabuhan dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data guna mempersiapkan
penyusunan Feasibility Study Pelabuhan serta diskusi dengan unsur Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Provinsi setempat serta mendapatkan Perda/Konsep Rencana
Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota dan Provinsi.
c. Pengumpulan Data dan Diskusi dengan Pemerintah Setempat
Diskusi dengan pemerintah daerah setempat mengenai rencana
pengembangan pelabuhan dan rencana pengembangan lainnya di daerah hinterland.
Data yang dikumpulkan berupa:
1. Data sosial dan ekonomi hinterland (hinterland area, penduduk, index ekonomi,
produk domestik/regional bruto, dan Iain-Iain);
2. Rencana pengembangan hinterland;
3. Data pelabuhan (aktivitas pelabuhan, fasilitas pelabuhan, volume dan jenis
barang-barang yang dibongkar/muat, arus penumpang, metode penanganan
barang-barang, dan lain-lain);
4. Kondisi alam di area pelabuhan (data topografi, ocenanografi data geoteknik dan
Iain-Iain);
5. Data mengenai aspek lingkungan.
d. Survey
LAPORAN PENDAHULUAN I - 10
BAB I Pendahuluan
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN I - 11
BAB I Pendahuluan
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 1
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 2
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Luas Area
No Kabupaten/Kota Persentase
(km2)
LAPORAN PENDAHULUAN II - 3
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Tabel 2. 3 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (triliun rupiah), 2017-2022
LAPORAN PENDAHULUAN II - 4
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Tabel 2. 4 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha (milliar rupiah), 2017-2022
LAPORAN PENDAHULUAN II - 5
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Gas
Pengadaan Air;
E Pengelolaan Sampah, 344,53 363,43 369,70 394,15 410,19 436,78
Limbah, dan Daur Ulang
F Konstruksi 34.873,99 37.854,20 41.232,63 41.875,48 43.609,99 44.303,91
Perdagangan Besar dan
G Eceran; Reparasi Mobil 42.245,01 47.115,92 51.376,92 49.799,33 53.035,21 56.510,16
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
H 10.675,51 11.777,68 11.982,70 9.410,66 9.896,80 12.111,42
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
I 4.091,98 4.612,02 4.907,93 4.236,64 4.361,95 5.135,60
dan Makan Minum
Informasi dan
J 18.776,94 21.028,66 23.339,17 25.869,89 27.522,34 28.966,31
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
K 10.275,00 10.754,89 11.185,27 11.457,58 11.587,74 11.720,73
Asuransi
L Real Estat 10.222,29 10.695,90 11.276,11 11.703,74 12.005,49 12.468,89
M, N Jasa Perusahaan 1.239,45 1.363,67 1.507,22 1.355,80 1.440,27 1.644,24
Administrasi
O Pemerintahan, Pertahanan, 11.926,34 13.114,34 14.423,36 14.416,91 14.837,68 15.132,58
dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 15.685,09 17.217,12 18.410,59 19.465,08 20.178,62 20.750,36
Jasa Kesehatan dan
Q 5.717,08 6.208,38 6.708,17 7.382,80 7.956,36 8.643,79
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 3.859,79 4.366,71 4.791,50 4.215,38 4.534,06 4.967,33
Produk Domestik Regional Bruto 288.814,17 309.156,19 330.506,38 328.154,57 343.402,51 360.874,18
LAPORAN PENDAHULUAN II - 6
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
produksi tanaman pangan padi, jagung dan kedelai tertinggi. Produksi padi tertinggi
berada di kabupaten Bone 754.504,80.
2. Holtikultura
Selain tanaman pangan, Sulawesi Selatan juga penghasil produksi tanaman hortikultura.
Adapun rincian data produksi tanaman hortikultura di Sulawesi Selatan pada tahun 2021
yaitu 1.832.095 kuintal bawang merah, dengan penghasil terbesar berasal dari Kabupaten
Enrekang, untuk komoditi tomat sebesar 633.742 kuintal dengan penghasil terbesar
berasal dari Kabupaten Gowa. Komoditi terbesar ketiga yaitu wortel sebesar 442.090
dengan penghasil terbesar berasal dari Kab. Gowa. Sementara untuk daerah penghasil
tanaman hias terbanyak adalah Kabupaten Gowa.
3. Perkebunan
Hasil perkebunan pada tahun 2021 di Provinsi Sulawesi Selatan terbesar dari komodoti
kakao dengan produksi sebesar 106.380 ribu ton, dengan penghasil terbesar berasal dari
Kabupaten Luwu Utara dengan hasil produksi sebesar 30.395 ribu ton kemudian disusul
oleh Kabupaten Luwu dengan produksi sebesar 22.000 ribu ton. Untuk komoditi kedua
terbesar yaitu kelapa sawit sebesar 85.794 ribu ton dengan daerah penghasil terbesar
berasal dari kab. Luwu Utara sebesar 76.691 ribu ton, kemudian disusul dari Kab. Luwu
Timur sebesar 8.391 ribu ton. Kemudian untuk komoditi kelapa sebagai komoditi terbesar
ketiga dengan produksi sebesar 67.775 ton, dengan penghasil terbesar berasal dari
Kabupaten Kepulauan Selayar.
Cukup banyak perusahaan perkebunan besar swasta yang melakukan usaha di wilayah
provinsi Sulawesi Selatan, tercatat bahwa hingga tahun 2021, terdapat 41 perusahaan
yang dimana 9 diantaranya merupakan perusahaan yang melakukan usaha di Kabupaten
Tana Toraja dengan jenis tanaman Kopi Arabika, kemudian 8 perusahaan yang
melakukan usaha di Kabupaten Luwu Utara dengan jenis tanaman kelapa sawit dan sagu,
dan ada 4 perusahaan yang melakukan usaha di Kabupaten Luwu Timur dengan jenis
tanaman kelapa dalam, kakao dan kelapa sawit. Ketiga Kabupaten ini, merupakan
Kabupaten yang memiliki wilayah administrasi cukup dekat dengan Kota Palopo.
4. Kehutanan
Luas kawasan hutan selama tahun 2022 di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 5.332.620
(hektar). Angka ini didominasi oleh jenis suaka alam dan pelestarian alam sebesar
3.552.228 (hektar).
LAPORAN PENDAHULUAN II - 7
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
5. Peternakan
Tiga populasi ternak paling banyak di Sulawesi Selatan ialah sapi potong 1.4061.457
ekor yang sebagian besar berasal dari Kabupaten Bone sebanyak 454.600 ekor kemudian
disusul oleh Kabupaten Wajo dengan jumlah sebesar 138.881 ekor. Kemudian untuk
ternak babi sebanyak 948.245 ekor babi yangs ebagian besar berasal dari Kabupaten
Toraja Utara dan Kabupaten Tana Toraja. Untuk binatang ternak kambing sebesar
794.241 ekor dengan penghasil terbesar berasal dari Kabupaten jeneponto.
6. Perikanan
Produksi perikanan di provinsi Sulawesi Selatan didominasi dari perikanan tangkap.
Dimana pada tahun 2022 mencapai 396.757 ton. Kota Palopo merupakan salah satu
kota/kabupaten di Sulawesi Selatan dengan produksi terbesar, yang digambarkan bahwa
rumah tangga perikanan di tahun 2022 meningkat jika dibandingkan tahun 2021. Dimana
jumlah rumah tangga perikanan di 2022 meningkat 12.625 rumah tangga dibandingkan
2021.
B. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Salah satu komoditas utama yang diperdagangkan adalah kendaraan yang
mencapai 79% (proxy dari penjualan kendaraan mobil dan motor Survei Penjualan
Eceran-SPE). Dengan adanya pembatasan mobilitas setelah meluasnya COVID-19 varian
Omicron, perdagangan kendaraan lebih rendah dari periode sebelumnya (ditunjukkan
oleh penurunan indeks penjualan riil suku cadang dan aksesoris Penyaluran kredit
perdagangan secara nominal dan pertumbuhan tercatat meningkat dibandingkan
sebelumnya. Pada triwulan I 2022 penyaluran kredit perdagangan tercatat sebesar
Rp40,70 triliun atau tumbuh 6,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Rp39,17 triliun pada
triwulan IV 2021 atau tumbuh 5,06% (yoy).
C. Industri Pengolahan
Kinerja industri pengolahan tercatat tumbuh 9,12% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,71% (yoy). Peningkatan kinerja
terjadi seiring dengan penguatan permintaan konsumsi di tengah perbaikan daya beli.
Peningkatan ini terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada
sektor industri pengolahan, khususnya komponen kegiatan usaha dan harga jual yang
menunjukkan peningkatan Berbeda dengan kinerja industri pengolahan, ekspor hasil
industri menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan. Hasil ekspor industri pada
LAPORAN PENDAHULUAN II - 8
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
triwulan I 2022 tercatat tumbuh 41,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan IV 2022 yang tumbuh 75,46% (yoy).
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kinerja Industri Pengolahan utamanya
didorong oleh pemenuhan permintaan domestik di tengah terbatasnya permintaan
eksternal. Selain itu, perlambatan ekspor hasil industri juga sejalan dengan perlambatan
kinerja sub Pertambangan mengingat sebagian besar komoditas ekspor Sulsel merupakan
produk olahan logam. Berdasarkan subsektornya, ekspor hasil industri Sulawesi Selatan
pada triwulan laporan masih didominasi oleh barang dari logam (74%) dan makanan
olahan (18%). Perbaikan kinerja LU Industri Pengolahan tercermin dari produksi tepung
Sulawesi Selatan selama triwulan I 2022 yang tumbuh lebih baik.
Pada triwulan laporan produksi tepung tercatat tumbuh 20,42% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,38% (yoy). Peningkatan
produksi tepung terjadi seiring dengan berlanjutnya perbaikan tingkat permintaan
konsumsi rumah tangga.
D. Konstruksi
Konstruksi juga tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Konstruksi tumbuh 0,44% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibanding triwulan
IV 2021 yang tumbuh 6,26% (yoy). Perlambatan terjadi seiring dengan masih terbatasnya
pembangunan proyek infrastruktur pada awal tahun tahun karena pembatasan mobilitas.
Perlambatan kinerja Konstruksi terkonfirmasi oleh hasil SKDU yang menunjukkan
penurunan indeks, baik untuk kegiatan usaha secara keseluruhan maupun dari sisi harga
jual dan penggunaan tenaga kerja. SKDU konstruksi pada triwulan I 2022 tercatat sebesar
0,48, lebih rendah dibandingkan dengan indeks pada triwulan IV 2021 yang sebesar 3,52.
Selain dari hasil SKDU, perlambatan kinerja Konstruksi juga sejalan dengan lebih
rendahnya pertumbuhan impor material dan barang-barang konstruksi pada triwulan
laporan. Impor Besi dan Baja (SITC 67) terkontraksi lebih dalam dari 27,46% (yoy) pada
triwulan IV 2021 menjadi - 89,94% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu impor
Kapur, Semen dan Fabrikasi Konstruksi (SITC 661) serta Bahan Konstruksi Tanah Liat
dan Tahan Api (SITC 662) mengalami peningkatan Perlambatan kinerja LU Konstruksi
terjadi di tengah peningkatan penjualan semen yang tercatat tumbuh 3,08% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan IV 2021 yang masih terkontraksi 9,14% (yoy)
(Grafik 1.43). Hal ini disinyalir terjadi karena pengadaan semen yang telah dilakukan
pada periode sebelumnya namun terjadi keterbatasan pelaksanaan konstruksi.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 9
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 10
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 11
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 12
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 13
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 14
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
C. Transportasi Udara
Sistem Jaringan Transportasi Udara. Yang terkait dengan wilayah Provinsi
meliputi tatanan kebandarudaraan dan jalur penerbangan. Sistem tatanan
kebandarudaraan nasional meliputi Bandara pusat penyebaran skala pelayanan primer
Sultan Hasanuddin – di Mamminasata.
Dalam RTRW Provinsi Sulawesi Selatan terdiri atas beberapa bandar udara
pengumpan, diantaranya : Bandar Udara Pengumpan Sorowako-Malili (Kab. Luwu
Timur) ; Bandar Udara Pengumpan LuwuTimur /Desa Maliwowo Distrik Angkona Kab.
Luwu Timur) ; Bandar Udara Pengumpan Toraja (Kab.Tana Toraja) ; Bandar Udara
Pengumpan Pongtiku (Kab.Tana Toraja) ; Bandar Udara Pengumpan H.Aroepala–
Selayar (Kab. Kepulauan Selayar) ; Bandar Udara Pengumpan Kayuadi Kabupaten
Selayar ; Bandar Udara Pengumpan Andi Jemma- Masamba (Kab. Luwu Utara) ; Bandar
Udara Pengumpan Seko (Kab. Luwu Utara) ; Bandar Udara Pengumpan Rampi di
Kabupaten Luwu Utara ; Bandar Udara Pengumpan Lagaligo-Bua (Kab. Luwu) ;
Bandara Bandar Udara Pengumpan Arupalaka Bone (Kab. Bone).
Jalur penerbangan Provinsi Sulawesi Selatan meliputi: jalur penerbangan nasional
dan internasional, sebagai berikut: Makassar – Singapura, Makassar – Kuala Lumpur,
Makassar – Jakarta, Makassar Surabaya, Makassar - Denpasar, Makassar – Manado,
Makassar – Balikpapan, Makassar – Banjarmasin, Makassar – Palu, Makassar – Kendari,
Makassar – Gorontalo, Makassar – Mamuju, Makassar – Luwuk, Makassar – Baubau,
Makassar – Kolaka, Makassar – Raha, Makassar – Tomia, Makassar – Ambon.
2.1.6. Kondisi Fisik dan Klimatologi
1. Topografi
Kondisi topografi Provinsi Sulawesi Selatan ditandai dengan bentuk wilayah yang
datar sampai bergunung dengan rentang yang cukup lebar, mulai dari dataran dengan
ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran yang memiliki ketinggian di atas
1000 m di atas permukaan laut (dpl). Berdasarkan ketinggian di atas permukaan air laut
(dpl), dikelompokkan sebagai berikut:
a. Ketinggian 0 - 100 m dpl; Klasifikasi ketinggian antara 0-100 m dpl pada umumnya
Wilayah yang terletak di wilayah pesisir yang meliputi; Makassar, Bulukumba,
Bantaeng, Janeponto, Takalar, Gowa, Selayar, Maros, Pangkajene Kepulauan
(Pangkep), Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Parepare, Pinrang, Luwu, Luwu Utara, dan
Luwu Timur;
LAPORAN PENDAHULUAN II - 17
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
b. Ketinggian 100 - 400 m dpl; Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan
ketinggian ini meliputi beberapa kabupaten, yaitu Enrekang, Tana Toraja, Gowa,
Maros, Bone, Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur;
c. Ketinggian 400 - 1000 m dpl; Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian
ini sebagian kecil wilayah Kabupaten Gowa, Janeponto, Bantaeng, Bulukumba,
Sinjai, Bone, dan Maros yang merupakan Gunung Lompobatang. Selain itu daerah
yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini adalah Kabupaten Luwu,
Enrekang, Tana Toraja, Luwu Utara, dan Luwu Timur;
d. Ketinggian di atas 1000 m dpl; Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi
ketinggian ini terdiri dari sebagian Kota Palopo, Sinjai, Gowa, Maros, Enrekang,
Tana Toraja, Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur. Dataran yang terletak pada
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian tengah
hingga utara Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam pada itu, kawasan ketinggian di
Sulawesi Selatan terbentuk melalui keberadaan sejumlah gunung. Pada perbatasan
kabupaten Gowa, Bantaeng, Sinjai dan Bulukumba membentang Gunung
Lompobattang dengan ketinggian 2.871 meter, juga terdapat Gunung Bawakaraeng
dengan ketinggian 2.830 meter di perbatasan Kabupaten Gowa dan Sinjai. Di wilayah
Luwu terdapat Gunung Bukit Rantai Kombala dengan ketinggian 3.103 meter,
Gunung Kambuno (2.900 meter) dan Gunung Balease (3.016 meter). Pada wilayah
perbatasan Kabupaten Luwu dan Enrekang terdapat Gunung Rante Mario dengan
ketinggian 3.470 meter dan Gunung Latimojong dengan ketinggian 3.305 meter.
Sulawesi Selatan juga ditandai oleh keberadaan bukit Kars di sekitar Kabupaten
Pangkep dan Maros.
2. Klimatologi
Berdasarkan pengamatan selama tahun 2022 rata-rata suhu udara 28,47oC di Kota
Makassar dan sekitarnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Suhu udara
maksimum di kota Makasssar 30,55oC. Kelembaban udara di kota Makassar rata-rata
77,65 persen dan minimum 54 persen. Berdasarkan data pada tahun 2022, kondisi iklim
di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Suhu Udara rata-rata: 26,51 °C;
b. Kelembaban Udara rata-rata: 81,99 %;
c. Kecepatan Angin rata-rata: 1,85 m/detik;
d. Curah Hujan rata-rata: 3.697,10 mm;
LAPORAN PENDAHULUAN II - 18
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 19
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 20
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 21
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 22
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 23
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 24
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
3. RZWP3K
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2022-2041, Wilayah
Perairan Pulau Tambolongan yang berada dalam kawasan administrasi Kecamatan
Bontosikuyu di Kab. Kepulauan Selayar dimana di sebelah Barat merupakan
kawasan perikanan budidaya, dan sebagian besar pesisir pulau Tambolongan
merupakan kawaasan pariwisata. Terdapat kawasan konservasi sebelah timur dari
pulau Tambolongan. Di sebelah Utara dan Selatan terdapat alur pipa kabel bawah
laut yang menghubungkan antara pulau lainnya.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 25
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 26
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 27
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Gambar 2. 5 Layout Zoom Peta RZWP3K untuk kawasan perairan di sekitar kawasan Pulau
Tambolongan Kecamatan Bontokuyu.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 28
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 29
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 30
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Tabel 2. 5 Luas daerah dan jumlah pulau menurut kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar,
2022
Persentase
Ibukota Luas Total Terhadap Jumlah
Kecamatan
Kecamatan Area Luas Pulau
Wilayah
Pasimarannu Bonerate 195,33 14,39 15
Pasilambena Kalaotoa 114,88 8,47 16
Pasimassunggu Kembang Ragi 131,80 9,71 21
Takabonerate Batang 49,30 3,63 29
Pasimassunggu Timur Bontobulaeng 67,14 4,95 5
Bontosikuyu Harapan 248,22 18,29 29
Bontoharu Bontobangun 128,12 9,44 8
Benteng Benteng 24,63 1,82 -
Bontomanai Polebungin 136,42 10,05 -
Bontomatene Batangmata 193,05 14,23 6
Buki Buki 68,14 5,02 -
Kepulauan Selayar Benteng 1.357,03 100,0 130
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
A. Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Kepulauan Selayar bervariasi, sebagian tanah datar
dan sebagian agak miring. Fisiografi Pulau Selayar terbagi dalam beberapa morfologi
bentuk lahan. Satuan-satuan morfologi bentuk lahan Pulau Selayar dapat dikelompokkan
menjadi tiga satuan morfologi, yaitu:
Satuan morfologi daratan alluvial pantai;
Satuan morfologi perbukitan bergelombang;
Satuan morfologi perbukitan dengan lereng terjal.
Satuan morfologi tersebut di atas dikontrol oleh batuan serta struktur dan formasi
geologi yang ada di Pulau Selayar. Satuan morfologi daratan alluvial pantai menempati
daratan sempit di pantai barat Pulau Selayar dan terbentuk oleh endapan pasir, pantai
lempungan, kerikil yang bersifat lepas dan lapisan tipis batu gamping koral. Sedangkan
batuan morfologi perbukitan gelombang dan satuan morfologi perbukitan dengan lereng
terjal umumnya menempati bagian barat dengan ketinggian 356-657 meter di atas
permukaan laut. Bentang alam yang tinggi di sini di antaranya puncak Gunung Bontoharu
(435 mdpl), Gunung Bontokali (353 mdpl), serta Gunung Bontosikuyu (607 mdpl).
LAPORAN PENDAHULUAN II - 31
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Satuan morfologi ini ditempati oleh endapan hasil gunung api berupa breksi, lava,
konglomerat, tufa dengan batuan dengan selingan batuan sedimen laut. Persentase kelas
kelerengan Pulau Selayar umumnya didominasi oleh lereng landau (2-15%), dan semakin
ke Selatan kelerengan tersebut semakin besar. Kecamatan Bontosikuyu mempunyai kelas
sangat terjal (>40°) mencapai 43,97% terhadap luas wilayah kecamatan, sedangkan di
Kecamatan Bontoharu lereng sangat terjal mencapai 33,12%, akan tetapi kebalikannya di
Kecamatan Bontomatene dimana lereng sangat terjal hanya mencapai 4,21% dari luas
wilayah kecamatan.
Tabel 2. 6 Tinggi Wilayah dan Jarak ke Ibukota Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten
Kepulauan Selayar, 2022
Jarak Ke
Tinggi
Ibukota
Kecamatan Wilayah
Kabupaten
(mdpl)
(km)
Pasimarannu 0 - 324 140.00
Pasilambena 0 - 351 193.00
Pasimassunggu 0 - 530 85.00
Takabonerate 0 - 287 75.00
Pasimassunggu Timur 0 - 530 96.00
Bontosikuyu 0 - 607 18.00
Bontoharu 0 - 507 3.00
Benteng 0 - 507 -
Bontomanai 0 - 531 18.00
Bontomatene 0 - 282 27.00
Buki 0 - 207 19.00
Kepulauan Selayar 4-663 674.00
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
B. Geologi
Kondisi geologi Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu geologi Pulau Selayar dan geologi pulau- pulau kecil yang termasuk
wilayah administrative Kabupaten Kepulauan Selayar. Geologi Pulau Selayar masih
berhubungan dengan geologi Sulawesi Selatan bagian selatan. Sedang geologi pulau-
pulau kecil di kabupaten ini, yang terletak di Laut Flores, kemungkinan berhubungan
dengan geologi Pulau Buton.
Batuan tertua yang menyusun Pulau Selayar adalah batuan gunung api Formasi
Camba yang berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir. Bagian bawah dari Formasi
Camba tersusun oleh breksi, lava, konglomerat dan tufa. Di atasnya dijumpai batuan
LAPORAN PENDAHULUAN II - 32
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
sedimen laut yang berselingan dengan batuan gunung api. Batuan-batuan Formasi Camba
dijumpai di bagian tengah pulau dengan arah penyebaran utara- selatan. Di atas Formasi
Camba dijumpai Formasi Walanae yang menjemari dengan Batu gamping Selayar.
Formasi Walanae terdiri dari batupasir yang berselingan dengan batu lanau, tufa, napal,
batu lempung, konglomerat, dan batu gamping. Formasi ini berumur dari Miosen Tengah
hingga Pliosen. Penyebaran batuan Formasi Walanae memanjang di bagian barat Pulau
Selayar dari utara ke selatan.
Batu Gamping Selayar penyebarannya terutama di bagian utara dan barat, dan
terdiri dari batu gamping pejal, batu gamping koral, dan kalkarenit dengan sisipan napal
dan batupasir gampingan. Umur dari Batu Gamping Selayar adalah Miosen Akhir sampai
Pliosen Awal. Batuan termuda yang tersingkap di Pulau Selayar adalah endapan aluvial
dan terumbu karang. Endapan aluvial yang merupakan sedimen pantai dan terdiri dari
hasil rombakan batuan yang tersingkap di daratan, dijumpai di sepanjang pantai barat
bagian tengah dan utara pulau. Endapan aluvial terdiri dari kerikil, pasir, lempung,
lumpur dan rombakan terumbu karang.
Pada umumnya pulau-pulau kecil di Kabupaten Kepulauan Selayar disusun oleh
terumbu karang. Beberapa pulau menunjukkan kondisi geologi yang sangat berbeda
dengan daratan Pulau Selayar. Beberapa pulau disusun oleh batuan beku yang berasal
dari kerak kontinen seperti halnya Pulau Buton. Pulau-pulau ini adalah Pulau Jampea
yang disusun oleh batuan beku granit, Pulau Kayuadi bagian utara disusun oleh batuan
beku yang bersifat menengah. Keberadaan pulau-pulau ini sampai sekarang masih
menjadi obyek penelitian yang menarik bagi pakar geologi. Batuan-batuan yang
Menyusun Pulau Selayar pada umumnya terlihat lemah sampai sedang dengan
kemiringan batuan ke arah Barat dan jurus perlapisannya relatif Utara- Selatan
C. Jenis Tanah
Adapun jenis tanah yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar sangat bervariasi
berdasarkan hasil analisis iklim, geologi (bahan induk), topografi (kemiringan lereng)
serta analisis vegetasi yang ada. Demikian pula penyebarannya sangat bervariasi.
Berdasarkan penamaan jenis tana sistem FAO (Food and Agriculture Organization),
dikenal jenis tanah Alluvia Matime yang terdapat pada pesisir pantai sampai jenis tanah
latosol yang berada di daerah bergunung. Sedangkan penamaan tanah berdasarkan system
USDA (United States Department of Agriculture), dikenal jenis tanah Emtisol sampai
LAPORAN PENDAHULUAN II - 33
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Ultisol. Jenis tanah adalah turunan atau rincian dari jenis tanah berdasarkan sifat-sifat
lapisan perinci atau horizon tanah.
Macam tanah yang terdapat di Pulau Selayar adalah sebagai berikut:
a. Tanah Litosol. Tanah ini terbentuk pada batuan kapur pada ketinggian lebih dari 100
meter. Bentuk wilayahnya berbukit sampai bergunung dengan lereng-lereng sangat
terjal sampai vertikal. Penampang tanah sangat tipis dan terdapat di sela-sela batu
gamping berwarna coklat tua, lempung berdebu, gumpal sampai pejal, agak keras.
b. Tanah Regosol Kelabu. Tanah jenis ini terdapat di sepanjang pantai barat Pulau
Selayar, dari utara sampai ke Kota Benteng pada ketinggian hingga 2 meter di atas
permukaan laut. Bahan induknya endapan pasir dari tufa dan batuan alkali.
Penampang tanah dalam, lapisan atas berwarna coklat tua sampai coklat, pasir
granuler berbutir tunggal lepas lapisan bawah kelabu muda, pasir berbutir tunggal
lepas.
c. Kompleks Rensine dan Regosol. Tanah ini terdapat pada batuan tua dan batu
gamping koral. Bentuk wilayah berbukit dengan lereng landai sampai curam dan
tidak teratur. Rensine mempunyai lapisan tanah tipis berwarna coklat tua kekelabuan
sampai coklat tua, lempung berliat remah dan gembur. Lapisan tanah sedalam lebih
kurang 25 cm terletak di atas kapur lunak. Regosol berwarna coklat sangat
kekelabuan, berkerikil, gumpal, gembur. Lapisan bawah coklat tua kekelabuan
sampai coklat pucat liat berdebu, pejal gembur terdapat banyak batu besar dan kerikil
di permukaan dan di dalam penampang tanah.
d. Mediteran Coklat Tua. Kelompok tanah ini terdapat memanjang dari utara-selatan,
dari Bontomatene sampai Barang-barang dengan ketinggian antara 15-50 meter di
permukaan. Bentuk wilayahnya berombak sampai bergelombang. Bahan induk
serpih bercampur tufa. Penampang tanah cukup dalam dengan lapisan atas berwarna
coklat, lempung berdebu sampai liat, gumpal sampai kubus, keras sampai sangat
keras. Lapisan tanah bawah coklat tua kekuningan sampai coklat kekuningan,
lempung berdebu, gumpal sampai pejal, sangat keras.
e. Kompleks Mediteran Merah dan Litosol. Jenis tanah ini terdapat di bagian utara
Pulau Selayar. Bentuk wilayahnya bergelombang dan miring ke arah pantai. Bentuk
induknya batu gamping setempat terdapat batu koral. Tanah mediteran
berpenampang sedang, lapisan atas debu, remah sampai agak gembur. Tanah litosol
mempunyai lapisan tanah sangat tipis dengan singkapan-singkapan batu kapur.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 34
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
D. Hidrologi
Kondisi hidrologi Pulau Selayar sangat berkaitan dengan tipe iklim dan kondisi
geologi pulau ini. Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai-sungai yang ada
di Pulau Selayar, yang pada umumnya debit air sungai-sungai tersebut relatif kecil akibat
sempitnya daerah aliran sungai dan sistem sungainya. Akibat sistem pengaliran langsung
ke laut dan kondisi batuan yang berkelurusan (straight) rendah, serta curah hujan yang
tidak mendukung sungai-sungai yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar, sehingga
besaran debit air sungai-sungai di Selayar sulit diukur.
Berdasarkan susunan stratigrafi dan struktur geologi, maka pada wilayah bagian
tengah (yang merupakan sebaran endapan Formasi Walanae) merupakan suatu formasi
lapisan batuan pembawa air yang bersifat tertekan (artesian aquifes) dengan debit air
LAPORAN PENDAHULUAN II - 35
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
kecil sampai sedang (kurang dari 1-3 liter/detik). Air tanah bebas (watertable
groundwater) dijumpai pada endapan alluvial dan endapan pantai, endapan Formasi
Walanae serta pada lembah-lembah yang ditempati oleh endapan batuan Formasi Camba.
Tingkat kedalaman air tanah sangat bervariasi tergantung pada keadaan alam dan
jenis lapisan batuan. Pada endapan alluvial dan endapan pantai, tingkat kedalaman muka
air tanahnya berkisar antara 5– 6 meter, dan sangat dipengaruhi oleh intrusi air laut. Air
tanah bebas ini dapat dijumpai pada daerah yang ditutupi oleh endapan batu gamping
Selayar dari Formasi Walanae berupa aliran tanah terbatas rekahan ataupun ruang akibat
pelarutan yang membentuk sungai bawahtanah.
Sumber air yang ada sangat terbatas, sehingga hampir keseluruhannya telah
termanfaatkan untuk memenuhi keperluan penduduk. Indikasi keberadaan mata air
tersebut terdapat di beberapa wilayah antara lain: Batangmata Sapo, Lembang-lembang,
Bonto dan sebelah timur Tile-tile, dengan besaran debit air relatif kecil sampai sedang
(1– 4 liter/detik).
Sistem aliran hidrogeologi di Pulau Selayar menunjukkan adanya pergerakan air,
baik air permukaan maupun air tanah menuju ke kawasan perairan laut. Pada daerah yang
ditempati satuan batu gamping, aliran air tanah terbatas pada rekahan ataupun ruang
akibat pelarutan membentuk sungai-sungai bawah tanah. Ini dapat dijumpai di sekitar
wilayah Tajuiya, Tamasongia dengan debit air yang bervariasi. Keterbatasan sumber air
akibat cakupan luas DAS (Daerah Aliran Sungai) yang relatif sempit, struktur batuan
permukaan dan catchment area sangat sempit menjadi tolak ukur untuk menggali potensi
air. Oleh karena itu arahan penggunaan lahan pada Kawasan potensial resapan air
dibatasi untuk kawasan budidaya dan penggalian sumber air tanah khususnya kawasan
utara.
E. Klimatologi
Pada umumnya curah hujan di Kabupaten Selayar, termasuk tipe B dan tipe C,
dimana musim hujan terjadi pada bulan November hingga bulan februari, musim
pancaroba terjadi pada bulan Maret hingga bulan Juni, musim kemarau pada bulan Juli
hingga Oktober, Secara umum curah hujan yang terjadi cukup tinggi dan sangat
dipengaruhi oleh angin musiman.
Kondisi iklim wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar dan sekitarnya secara umum
ditandai dengan curah hujan dan pengaruh angin musiman, sebab wilayahnya berbatasan
langsung dengan laut lepas. Pengkajian lebih lanjut terhadap sifat-sifat iklim di
LAPORAN PENDAHULUAN II - 36
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Kabupaten Kepulauan Selayar harus lebih rinci karena sangat berkaitan dengan aktivitas
penduduknya sebagai nelayan.
Menurut catatan pada Stasiun Meteorologi Benteng, rata-rata curah hujan per
bulan 188.42 mm dan hari hujan per bulan 7 hari di tahun 2023. Perbedaan curah hujan
di suatu tempat dikarenakan oleh pengaruh iklim, keadaan geografi, dan
perputaran/pertemuan arus udara.
Tabel 2. 8 Jumlah Curah Hujan pada stasiun Metereologi Benteng di Kabupaten Kepulauan
Selayar Tahun 2022
Jumlah
N Jumlah Curah Hari
Bulan
o Hujan (mm) Hujan
(hari)
1 Januari 415 13
2 Februari 364 12
3 Maret 121 7
4 April 214 7
5 Mei 268 7
6 Juni 106 4
7 Juli 0 0
8 Agustus 4 2
9 September 137 5
10 Oktober 111 3
11 November 82 5
12 Desember 439 16
Rata-Rata 188.42 7
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
2.2.2. Profil Demografi
Jumlah Penduduk di Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2022 adalah
139.145 jiwa dimana jumlah penduduk paling banyak berada di Kecamatan Benteng
(25.397 jiwa) dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Buki (6.816
jiwa). Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah perbandingan antara banyaknya penduduk
laki-laki dengan penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.
Rasio jenis kelamin Kabupaten Kepulauan Selayar tahun 2022 sebesar 96,40
(dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 97-98 penduduk laki-laki).
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi dan menjadi
salah satu indikator penyebaran penduduk di suatu wilayah. Kepadatan penduduk di
Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2022 sekitar 103 jiwa/Km.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 37
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 38
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
kelompok umur di bawah 20 tahun berjumlah 45.131 jiwa yang merupakan penduduk
usia sekolah, kelompok umur 20-65 tahun sebanyak 82.178 jiwa adalah penduduk usia
produktif atau angkatan kerja, sedangkan lanjut usia atau kelompok umur 65+ berjumlah
11.836 jiwa.
Berdasarkan komposisi penduduk, menggambarkan bahwa jumlah penduduk
produktif atau tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Selayar lebih besar dari penduduk
yang tidak produktif (usia sekolah dan lanjut usia). Bonus demografi ini menjadi potensi
dalam proses pembangunan dalam kaitannya dengan kemampuan sumber daya manusia
dalam mengelola sumber-sumber daerah.
Tabel 2. 10 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Kepulauan Selayar, 2022
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Perempua
Laki-Laki Jumlah
n
0-4 5.028 4.733 9.761
5-9 5.093 4.799 9.892
10-14 6.062 5.885 11.947
15-19 6.979 6.552 13.531
20-24 5.779 5.522 11.301
25-29 5.236 5.116 10.352
30-34 5.324 5.553 10.877
35-39 5.133 5.467 10.600
40-44 4.625 4.828 9.453
45-49 4.350 4.481 8.831
50-54 3.584 4.140 7.724
55-59 3.328 3.674 7.002
60-64 2.702 3.336 6.038
65-69 2.092 2.451 4.543
70-74 1.448 1.936 3.384
75+ 1.533 2.376 3.909
Kepulauan Selayar 68.296 70.849 139.145
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa struktur penduduk Kabupaten
Kepulauan Selayar didominasi oleh penduduk usia sekolah dan usia produktif, sehingga
diperlukan adanya kebijakan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar terkait
pendidikan dan ketenagakerjaan.
Proporsi penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2022 didominasi
kelompok umur produktif (20-64 tahun) sebesar 59.06%, sementara itu penduduk
LAPORAN PENDAHULUAN II - 39
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
kelompok usia muda (0-19 tahun) sebesar 32.43%, dan kelompok usia lanjut (di atas 65
tahun) sebesar 8.51%. Penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut disebut juga
penduduk non produktif.
Tabel 2. 11 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Selama
Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kepulauan Selayar, 2022
Jenis Kelamin
Kegiatan Utama Laki-
Perempuan Jumlah
Laki
I. Angkatan Kerja 42.282 30.845 73.127
1. Bekerja 41.437 30.599 72.036
2. Pengangguran Terbuka 845 246 1.091
II. Bukan Angkatan Kerja 7.250 24.201 31.451
1. Sekolah 2.030 3.174 5.204
LAPORAN PENDAHULUAN II - 40
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
dukungan sumberdaya manusia untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam secara
optimal. Berdasarkan data yang diperoleh secara umum persentase laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kepulauan Selayar mengalami penurunan diabandingkan dengan
tahun 2021 sebesar 4.02% menjadi 3.67% ditahun 2022.
C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan
harga konstan. PDRB Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2022 mencapai 7.480,47
miliar rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Selayar mengalami
penurunan menjadi 3.67 persen dibanding perekonomian tahun 2021 sebesar 4.02 persen.
Secara umum data pada table 2.22 dan table 2.23 menunjukkan bahwa pertanian,
kehutanan dan perikanan berkonstribusi dominan dalam peningkatan PDRB Kabupaten
Kepulauan Selayar yaitu sekitar 43.70 persen, diikuti dengan Konstruksi sebesar 21.68
persen.
Tabel 2. 12 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Kepulauan Selayar (Miliar rupiah), 2018–2022
Tahun
No Lapangan Usaha
2018 2019 2020 2021 2022
Pertanian,
A Kehutanan dan 2645,71 2879,61 2712,88 2913,58 3268,73
Perikanan
Pertambangan dan
B 53,84 56,67 59,67 64,26 71,11
Penggalian
C Industri Pengolahan 142,26 177,48 179,35 91,83 207,73
Industri Listrik dan
D 4,97 5,22 5,54 5,88 5,99
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E 5,41 6,12 6,98 7,07 7,45
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
F Konstruksi 1261,88 1370,81 1401,65 1494,77 1621,53
Perdagangan Besar
dan Eceran,
G 440,51 495,76 499,08 532,85 599,82
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 134,51 156,45 127,02 142,50 169,67
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 12,74 15,73 14,32 15,07 17,31
Makan Minum
Informasi dan
J 120,89 143,42 160,60 165,03 167,74
Komunikasi
K Jasa Keuangan dan 473,78 81,80 86,62 89,01 95,55
LAPORAN PENDAHULUAN II - 41
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Tahun
No Lapangan Usaha
2018 2019 2020 2021 2022
Asuransi
L Real Estat 79,41 84,00 93,31 94,78 96,64
M,N Jasa Perusahaan 1,04 1,16 1,06 1,08 1,16
Administrasi
Pemerintahan,
O Pertahanan dan 436,99 475,78 501,07 526,87 518,76
Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 314,60 340,76 371,18 397,82 420,18
Jasa Kesehatan dan
Q 100,60 119,45 139,66 157,90 173,45
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 27,93 34,39 32,75 35,10 37,63
PDRB 5857,28 6444,22 6392,74 6835,40 7480,47
Sumber : Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
Tabel 2. 13 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2011 Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Kepulauan Selayar (miliar rupiah), 2018–2022
Tahun
No Lapangan Usaha
2018 2019 2020 2021 2022
Pertanian,
A Kehutanan dan 1501,93 1616,63 1501,47 1550,58 1591,13
Perikanan
Pertambangan dan
B 27,94 29,13 29,55 31,60 34,02
Penggalian
Industri
C 99,65 118,68 118,44 124,49 133,48
Pengolahan
Industri Listrik dan
D 4,90 5,10 5,48 5,71 5,76
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E 4,44 4,85 5,51 5,51 5,74
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
F Konstruksi 624,29 648,26 661,28 688,54 719,95
Perdagangan Besar
dan Eceran,
G 297,72 324,34 322,96 340,01 366,73
Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
H 83,22 95,13 77,05 84,74 94,63
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 8,54 10,07 8,88 9,24 10,49
Makan Minum
Informasi dan
J 110,41 125,29 139,50 141,47 143,78
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
K 40,39 42,87 44,68 44,97 45,17
Asuransi
LAPORAN PENDAHULUAN II - 42
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Tahun
No Lapangan Usaha
2018 2019 2020 2021 2022
L Real Estat 56,27 58,43 64,47 65,27 65,74
M,N Jasa Perusahaan 0,58 0,64 0,57 0,57 0,58
Administrasi
Pemerintahan,
O Pertahanan dan 278,14 295,64 306,42 319,14 312,04
Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 202,32 218,13 233,89 244,96 257,68
Jasa Kesehatan dan
Q 64,80 71,61 80,21 87,76 95,22
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 17,14 20,88 19,84 20,99 21,64
PDRB 3442,67 3442,67 3685,67 3620,20 3765,56
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
2.2.4. Data Potensi Wilayah
Kondisi tata guna lahan di Kabupaten Kepulauan Selayar secara umum terdiri
atas; sawah, perkebunan, perumahan (bangunan dan pekarangan), tambak, hutan dan
lahan yang belum diusahakan. Pergeseran pemanfaatan lahan kawasan Kabupaten
Kepulauan Selayar secara umum belum mengalami perubahan yang cukup drastis, hanya
pada beberapa bagian Kawasan kota, akibat terjadinya peningkatan pembangunan jumlah
unit perumahan.
A. Hortikultura
Produksi tanaman sayur sayuran seperti bawang merah adalah sayuran dengan
produksi terbanyak daripada beberapa jenis lainnya. Pada tahun 2022, Produksi bawang
merah mencapai 1282,90 kuintal dengan luas panen 20,6 Ha. Sedangkan pada jenis buah-
buahan, makanan kahas Kepulauan Selayar yaitu jeruk keprok/siam menduduki peringkat
pertama produksi untuk buah-buahan pada tahun 2022 dengan menghasilkan 34.102
kuintal.
B. Tanaman Perkebunan
Sesuai letak geografinya, lebih dari 50% tanaman perkebunan dipergunakan
untuk penanaman kelapa dan menjadi jenis komoditas terbesar di Kepulauan Selayar.
Produksi Kelapa pada tahun 2022 mencapai 26.734,16 ton yang dipanen dari areal seluas
19.769 Ha.
Tabel 2. 14 Luas Areal Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman di
Kabupaten Kepulauan Selayar (ha), 2021 dan 2022
LAPORAN PENDAHULUAN II - 43
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Jambu Kopi
Kecamatan Kemiri Kelapa Vanila Cengkeh Kakao Pala
Mente Robusta
Pasimarannu 2 309 565 - - - 33,5 -
Pasilambena 3 1.360 210 - 1 - 29,0 10
Pasimassunggu 4 962 417 - - - 111,5 42
Takabonerate - 648 42 - - - - -
Pasimassunggu
1 885 306 - 2 - 77,0 100
Timur
Bontosikuyu 1.376 3.966 611 1 23 513 67,0 455
Bontoharu 183 1.888 343 - 11 33 30,0 92
Benteng - 68 - - - - - -
Bontomanai 247 4.459 393 6 51 707 96,0 1.528
Bontomatene 82 3.506 574 2 12 37 85,0 43
Buki 88 1.718 340 - 13 61 24,0 194
Kepulauan
1.986 19.769 3.801 9 113 1,351 553,0 2.463
Selayar
Sumber : Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
Tabel 2. 15 Produksi Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman di Kabupaten
Kepulauan Selayar (ton), 2021 dan 2022
Jambu Kopi
Kecamatan Kemiri Kelapa Vanila Cengkeh Kakao Pala
Mente Robusta
Pasimarannu - 339.78 373.98 - - - 13.84 -
Pasilambena - 2,162.46 83.43 - - - 15.10 1.25
Pasimassunggu - 1,085.04 268.85 - - - 70.03 -
Takabonerate 26,00 994.58 16.11 - - - - -
Pasimassunggu
- 835.61 229.10 - - - 50.01 1.46
Timur
Bontosikuyu 24,00 5,139.94 300.03 0.36 3.39 23.60 6.79 59.83
Bontoharu 9,00 2,764.66 131.32 - - 2.61 4.47 14.54
Benteng 559,00 94.00 - - - - - -
Bontomanai - 6,655.71 165.95 2.71 16.44 45.70 12.43 303.85
Bontomatene 75,00 4,343.45 670.94 0.07 0.89 3.21 11.31 6.80
Buki 97,50 2,318.93 174.85 - 1.29 1.04 5.22 22.56
Kepulauan
828 26,734.16 2,414.56 3.35 22.01 76.16 189.20 410.29
Selayar
Sumber : Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
C. Tanaman Pangan
Sektor Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian Kabupaten
Kepulauan Selayar. Beberapa komoditas tanaman pangan yang paling banyak dihasilkan
di Kabupaten Kepulauan Selayar antara lain: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan
kacang-kacangan. Produksi tanaman padi di Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun
2022 mencapai 34.369,58 ton (meningkat dibandingkan tahun 2021 yaitu 26.477,01 ton)
yang dipanen dari areal seluas 4.171,40 Ha atau dengan produktivitas sebesar 8.24
ton/Ha.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 44
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
D. Peternakan
Populasi ternak di Kepulauan Selayar mayoritas adalah kambing dengan jumlah
ternak terbanyak berada di Kecamatan Bontomatene. Sedangkan dari populasi unggas,
jumlah ayam kampung masih mendominasi dengan jumlah sebanyak 463.090 ekor di
tahun 2022.
Tabel 2. 16 Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten Kepulauan
Selayar (ekor), 2021 dan 2022
Kerba
Kecamatan Sapi Potong Kuda Kambing Domba
u
Pasimarannu 654 65 67 12097 -
Pasilambena 175 - 425 2256 -
Pasimassunggu 2607 2320 769 9376 -
Takabonerate 21 - 44 2568 -
Pasimassunggu Timur 43 1877 513 5086 -
Bontosikuyu 3595 160 1435 10151 -
Bontoharu 7020 233 130 1638 -
Benteng 70 - 0 55 -
Bontomanai 3347 286 445 7802 35
Bontomatene 3006 23 592 37182 -
Buki 2994 108 342 5540 -
Kepulauan Selayar 23532 5072 4762 93751 35
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
Tabel 2. 17 Populasi Unggas Menurut Kecamatan dan Jenis Unggas di Kabupaten Kepulauan
Selayar (ekor), 2021 dan 2022
LAPORAN PENDAHULUAN II - 45
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 46
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Tabel 2. 19 Luas Kawasan Hutan dan Perairan di Kabupaten Kepulauan Selayar (hektar), 2022
Luas Kawasan
Kawasan Area
Hutan dan Perairain
Daratan 99,878.70
Taman Nasional Perairan 430,886.30
Jumlah 530,765.00
Hutan Lindung 9,999.99
Hutan Produksi Tetap 5,699.36
Hutan Produksi Terbatas 2,889.03
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
G. Pariwisata
Kabupaten Kepulauan Selayar mempunyai berbagai Obyek dan Daya Tarik
Wisata yang tersebar pada setiap wilayah kecamatan. Diantaranya terdapat Wisata Bahari
yang meliputi Pantai Punagaan, Pantai Pinang (Selayar Eco Resort), Pantai
Bonetappalang (Selayar Dive Resot), Pantai Karang Indah, dan Pantai Sunari. Wisata
Alam yang meliputi Puncak Tanadoang, Gua Buranga, Gua Tengkorak, Gua Majapahit
dan Villa Norsyah. Wisata Sejarah yang meliputi Taman Nasional Takabonerate, rumah
adat, kuburan tua dll.
Berdasarkan hasil survey dapat dikatakan bahwa ODTW yang ada relative
bervariasi dan cukup banyak, namun masih perlu untuk dikembangkan dan membutuhkan
pengelolaan yang lebih professional sehingga dapat memberikan kontrubusi terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan memperkenalkan potensi wisata
yang dimiliki Kabupaten Kepulauan Selayar, sehingga dapat meningkatkan arus
kunjungan wisata yang dapat memberikan konstribusi bagi peningkatan PAD.
Pengembangan pariwisata secara tepat dapat memberikan keuntungan baik bagi
wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Pariwisata dapat menaikkan taraf hidup
mereka yang menjadi tuan rumah melalui keuntungan ekonomi yang dibawah ke
kawasan tersebut. Idealnya pariwisata hendaknya dikembangkan sesuai dengan daerah
tujuan wisatanya.
Pada tahun 2022, terdapat 139 unit rumah makan/ restoran yang tersebar secara
terpusat di pusat kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Benteng. Kecamatan
tersebut memiliki jumlah rumah makan/ restoran tertinggi yaitu 49 unit. Sebaliknya,
Kecamatan buki hanya memiliki 6 unit rumah makan, dan kecamatan pasilambena
LAPORAN PENDAHULUAN II - 47
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
memiliki rumah makan/ restoran paling sedikit yaitu 5 unit. Adapun tingkat hunian kamar
hotel pada tahun 2022, tercatat hanya sebesar 20.962 dengan rincian 193 turis asing dan
20.769 turis local dengan rata-rata lama menginap 1 sampai 2 malam.
Untuk destinasi wisata utama di Kepulauan Selayar, yaitu Taman Nasional
Takabonerate. Selama tahun 2022 jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung
sebanyak 2.763 wisatawan dan wisatawan asing sebanyak 108 wisatawan. Dari
kunjungan tersebut, Balai Taman Nasional Takabonerate memperoleh pendapatan total
sebesar Rp. 104.330.000.
2.2.5. Data Jaringan Transportasi Wilayah dan Prasarana Lainnya
A. Prasarana jaringan Jalan
Dalam proses perkembangan Kabupaten Kepulauan Selayar, tidak terlepas dari
meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk. Peningkatan angka jumlah penduduk saat
ini di Kabupaten Kepulauan Selayar kurang diimbangi dengan penyiapan lahan yang
memadai pada saat dibutuhkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut salah satu upaya yang
dilakukan oleh PEMDA Kabupaten Kepulauan Selayar adalah dengan penyiapan dan
pembangunan lingkungan perumahan yang diperuntukkan untuk kelompok masyarakat
menengah ke bawah dalam lingkungan kota, pembangunan berbagai infrastruktur
penunjang, renovasi dan rehabilitasi bangunan khususnya dalam kerangka mendukung
penyiapan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.
Untuk prasarana jaringan jalan, umumnya digunakan sebagai jalur aliran barang
dan penumpang, disamping itu juga berperan sebagai pembuka keterhubungan Kawasan
utamanya kawasan belakang (hinterland). Kondisi jaringan jalan Kabupaten Kepulauan
Selayar terdiri dari jalan aspal, pengerasan (kerikil) dan jalan tanah.
Pada tahun 2022, untuk Panjang jalan Kabupaten Kepulauan Selayar dengan total
867.60 km dengan 56,58% dari total sudah dilapisi aspal. Terdapat 329,65 km dalam
kondisi baik, 175,65 km dalam kondisi sedang, 103,61 km dalam kondisi rusak ringan
dan 258,72 km dalam kondisi rusak berat.
Tabel 2. 20 Panjang Jalan Menurut Tingkat Kewenangan Pemerintahan di Kabupaten
Kepulauan Selayar (km), 2020–2022
Tingkat
Kewenangan 2020 2021 2022
Pemerintah
- -
Negara -
LAPORAN PENDAHULUAN II - 48
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Tingkat
Kewenangan 2020 2021 2022
Pemerintah
- -
Provinsi -
LAPORAN PENDAHULUAN II - 49
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
sumber kebutuhan utama harus bebas dari rasa, bau dan tidak berwarna. Sumber air
minum yang digunakan masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar bersumber dari;
PDAM dan air tanah dalam (sumur artesis) dan air tanah dangkal. Kondisi air minum
yang ada sampai saat ini masih aman untuk dikomsumsi dan belum mengalami
pencemaran, baik yang disebabkan oleh kegiatan industri rumah tangga maupun
kegiatan-kegiatan yang sifatnya menggunakan air.
2.2.6. Kondisi Sosial dan Budaya
A. Pendidikan
Peningkatan partisipasi pendidikan merupakan sinyal yang baik untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai penggerak utama pembangunan.
Namun, hal ini harus diikuti dengan peningkatan sarana fisik pendidikan dan tenaga
pendidik yang memadai. Tabel 2.12 menyajikan data jumlah sekolah pada setiap jenjang
pendidikan baik negeri maupun swasta. Pada tahun 2022 jumlah sekolah di Kabupaten
Kepulauan Selayar sebanyak 157 sekolah yang terdiri dari 85 Sekolah Dasar (SD), 55
Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) dan 11 Sekolah Menengah Tingkat Atas
(SMA). Dari segi tenaga pengajar, seorang guru rata-rata mengajar 13 murid untuk
jenjang SD, 10 murid untuk jenjang SMP dan 16 murid untuk jenjang SMA.
Tabel 2. 23 Jumlah Desa /Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Sekolah Menurut Kecamatan dan
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kepulauan Selayar, 2020–2021
Sekolah
Kecamatan
SD SMP SMA SMK PT
Pasimarannu 6 2 1 - -
Pasilambena 6 4 - - -
Pasimassunggu 7 4 - 1 -
Takabonerate 9 7 1 - -
Pasimassunggu 6 3 1 - -
Timur
Bontosikuyu 12 8 1 1 -
Bontoharu 8 6 2 - -
Benteng 3 3 2 2 -
Bontomanai 11 7 1 1 -
Bontomatene 10 6 1 1 -
Buki 7 5 1 - -
Kepulauan
85 55 11 6 -
Selayar
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
LAPORAN PENDAHULUAN II - 50
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
B. Kesehatan
Pada tahun 2022 jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Kepulauan Selayar
antara lain: 2 Rumah Sakit, 15 Puskesmas, 62 Posyandu. Selain ketersediaan fasilitas
kesehatan, diperlukan jumlah tenaga kesehatan yang memadai dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
Tabel 2. 24 Jumlah Desa /Kelurahan Yang Memiliki Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan di
Kabupaten Kepulauan Selayar, 2020–2022
Kesehatan
Kecamatan Rumah RS Puskesmas
Poliklinik Puskesmas Apotek
Sakit Bersalin Pembantu
Pasimarannu - - - 1 5 -
Pasilambena - - - 1 1 -
Pasimassunggu - - - 1 5 -
Takabonerate - - - 2 6 -
Pasimassunggu 1 - - 1 5 -
Timur
Bontosikuyu - - - 2 11 1
Bontoharu 1 - - 1 7 -
Benteng - - - 1 1 3
Bontomanai - - - 2 8 -
Bontomatene - - - 2 8 -
Buki - - - 1 5 -
Kepulauan
4 0 4 17 45 19
Selayar
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
C. Agama dan Sosial Lainnya
Jumlah jemaah haji yang diberangkatkan ke tanah suci Mekah menjadi salah satu
indikator mengukur sejauh mana kepedulian masyarakat terhadap aspek spiritual, selain
itu jumlah tempat peribadatan yang tersedia di Kabupaten Kepulauan Selayar dapat
dilihat pada tabel 2.14, yang menyajikan data jumlah penduduk menurut kecamatan dan
agamanya masing-masing, kemudian untuk tabel 2.15 memperlihatkan jumlah tempat
peribadatan menurut kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 51
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Tabel 2. 25 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut di Kabupaten
Kepulauan Selayar, 2022
Agama dan Keyakinan
Kecamatan
Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya
Pasimarannu 10.779 - - - - -
Pasilambena 8.353 23 1 - - -
Pasimassunggu 9.136 4 3 - - -
Takabonerate 14.093 - - - - -
Pasimassunggu
8.031 2 - - - -
Timur
Bontosikuyu 15.599 182 4 88 2 -
Bontoharu 14.969 16 - - 1 -
Benteng 24.159 515 25 2 26 1
Bontomanai 14.105 1 2 4 - -
Bontomatene 13.568 12 - - - 3
Buki 6.865 - - - - -
Kepulauan
139.677 755 36 94 29 4
Selayar
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
Tabel 2. 26 Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar,
2022
Sarana Peribadatan
Kecamatan Gereja Gereja
Masjid Musholla Pura Wara
Protestan Katholik
Pasimarannu 18 - - - - -
Pasilambena 16 1 - - - -
Pasimassunggu 27 3 - - - -
Takabonerate 19 2 - - - -
Pasimassunggu
19 - - - - -
Timur
Bontosikuyu 51 3 1 - - -
Bontoharu 44 1 - - - -
Benteng 32 12 - - - -
Bontomanai 70 7 - - - -
Bontomatene 55 6 - - - -
Buki 32 1 - - - -
Kepulauan
383 36 1 0 0 0
Selayar
Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2023
LAPORAN PENDAHULUAN II - 52
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 53
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 54
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 55
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 56
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 57
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 58
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Dalam sistem jaringan transportasi terdiri atas sistem jaringan sungai, danau dan
penyeberangan yang terdiri atas:
a. pelabuhan penyeberangan Kelas II, yang terdiri atas :
Pelabuhan penyeberangan Pamatata di Kecamatan Bontomatene;
Pelabuhan pattumbukan di Kecamatan Bontosikuyu;
b. Pelabuhan penyeberangan Kelas III, yang terdiri atas :
Pelabuhan Kayuadi di Kecamatan Takabonerate;
Pelabuhan Bonerate di Kecamatan Takabonerate;
Pelabuhan Kalaotoa di Kecamatan Pasilambena;
Pelabuhan Jampea di Kecamatan Pasimasunggu;
Pelabuhan Nyiur Indah di Kecamatan Takabonerate;
Pelabuhan Lamantu di Kecamatan Pasimarannu;
Pelabuhan Kalaotoa di Kecamatan Pasilambena; dan
Pelabuhan Kembang Ragi Kecamatan Pasimasunggu.
Sedangkan dalam sistem jaringan transportasi laut yang terdiri atas:
Sistem jaringan transportasi lautterdiri atas:
a. Pelabuhan pengumpul;
b. Pelabuhan pengumpan; dan
c. Pelabuhan perikanan.
Dalam pelabuhan pengumpan terdiri atas pelabuhan pengumpan regional dan
pelabuhan pengumpan lokal dimana pelabuhan Jampea di Kecamatan Pasimasunggu
ditetapka sebagai pelabuhan pengumpan regional, sedangkan untuk pelabuhan pengumpan
lokal terdiri atas :
o Pelabuhan P. Bonerate di Kecamatan Pasimarannu;
o Pelabuhan Kalaotoa di Kecamatan Pasilambena;
o Pelabuhan Kayuadi di Kecamatan Takabonerate;
o Pelabuhan P. Jinato di Kecamatan Takabonerate;
o Pelabuhan Ujung Jampea di Kecamatan Pasimasunggu;
o Pelabuhan Pamatata di Kecamatan Bontomatene;
o Pelabuhan Appatana di Kecamatan Bontosikuyu;
o Pelabuhan P. Batang Mata di Kecamatan Bontomatene;
o Pelabuhan P. Bembe/Tanamalala di Kecamatan Pasimasunggu;
LAPORAN PENDAHULUAN II - 59
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 60
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 61
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 62
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 63
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Kawasan hutan produksi terbatas dengan luasan 5.933 (lima ribu sembilan ratus
tiga puluh tiga) hektar ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Pasimarannu.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 64
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 65
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
4) Kawasan peruntukan perkebunan kakao dengan luasan 643 (enam ratus empat
puluh tiga) hektar ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bontomatene,
sebagian wilayah Kecamatan Buki, sebagian wilayah Kecamatan Bontomanai,
sebagian wilayah Kecamatan Benteng, sebagian wilayah Kecamatan Bontoharu,
sebagian wilayah Kecamatan Bontosikuyu, sebagian wilayah Kecamatan
Pasimasunggu, sebagian wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur, sebagian
wilayah Kecamatan Pasimarannu dan sebagian wilayah Kecamatan Pasilambena;
5) Kawasan peruntukan perkebunan kenari, dan vanili dengan luasan 328 (tiga ratus
dua puluh delapan) hektar ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan
Bontomatene, sebagian wilayah Kecamatan Buki, sebagian wilayah Kecamatan
Bontomanai, sebagian wilayah Kecamatan Bontoharu, dan sebagian wilayah
Kecamatan Bontosikuyu
6) Kawasan peruntukan perkebunan kemiri dengan luasan 2.012 (dua ribu dua belas)
hektar ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bontomatene, sebagian wilayah
Kecamatan Buki, sebagian wilayah Kecamatan Bontomanai, sebagian wilayah
Kecamatan Bontoharu, sebagian wilayah Kecamatan Bontosikuyu, sebagian
wilayah Kecamatan Pasimasunggu, sebagian wilayah Kecamatan Pasimasunggu
Timur, sebagian wilayah Kecamatan Pasimarannu dan sebagian wilayah
Kecamatan Pasilambena.
10. Kawasan peruntukan peternakan.
Kawasan peruntukan peternakan terdiri atas :
1) Kawasan peruntukan pengembangan ternak besar komoditas sapi, kerbau, dan
kuda ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bontomatene, Sebagian
wilayah Kecamatan Buki, sebagian wilayah Kecamatan Bontomanai, sebagian
wilayah Kecamatan Bontoharu, sebagian wilayah Kecamatan Bontosikuyu,
sebagian wilayah Kecamatan Takabonerate, sebagian wilayah Kecamatan
Pasimasunggu, sebagian wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur, sebagian
wilayah Kecamatan Pasimarannu dan sebagian wilayah Kecamatan Pasilambena;
2) Kawasan peruntukan pengembangan ternak kecil komoditas kambing, dan domba
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bontomatene, Sebagian
wilayah Kecamatan Buki, sebagian wilayah Kecamatan Bontomanai, sebagian
wilayah Kecamatan Benteng, sebagian wilayah Kecamatan Bontoharu, sebagian
wilayah Kecamatan Bontosikuyu, sebagian wilayah Kecamatan Takabonerate,
LAPORAN PENDAHULUAN II - 66
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 67
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 68
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 69
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 70
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 71
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 72
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 73
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 74
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 75
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 76
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Tabel 2. 28 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan
Bontosikuyu, 2018
LAPORAN PENDAHULUAN II - 77
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
proses pembangunan dalam kaitannya dengan kemampuan sumber daya manusia dalam
mengelola sumber-sumber daerah.
Tabel 2. 29 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Bontosikuyu, 2018
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Jumlah
0-4 816 774 1.590
5-9 798 738 1.536
10-14 641 592 1.233
15-19 556 517 1.073
20-24 519 548 1.067
25-29 566 618 1.184
30-34 511 547 1.058
35-39 490 540 1.030
40-44 482 546 1,028
45-49 492 522 1.014
50-54 427 493 920
55-59 346 387 733
60-64 258 314 572
65-69 195 229 424
70-74 138 193 331
75+ 146 231 377
Jumlah/Total 7.381 7.789 15.170
Sumber: Kecamatan Bontosikuyu Dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa struktur penduduk Kecamatan
Bontosikuyu didominasi oleh penduduk usia sekolah dan usia produktif, sehingga
diperlukan adanya kebijakan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar terkait
pendidikan dan ketenagakerjaan.
Proporsi penduduk Kecamatan Bontosikuyu pada tahun 2018 didominasi
kelompok umur produktif (20-64 tahun) sebesar 56,73%, sementara itu penduduk
kelompok usia muda (0-19 tahun) sebesar 32,51%, dan kelompok usia lanjut (di atas 65
tahun) sebesar 10,76%. Penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut disebut juga
penduduk non produktif.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 78
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Untuk prasarana jaringan jalan, umumnya digunakan sebagai jalur aliran barang
dan penumpang, disamping itu juga berperan sebagai penghubung antar desa/kelurahan
yang ada di Kecamatan Bontosikuyu. Kondisi jaringan jalan Kecamatan Bontosikuyu
terdiri dari jalan aspal dan lainnya.
Tabel 2. 30 Kondisi Jalan Darat Antar Desa/Kelurahan Menurut Desa/Kelurahan di
Kecamatan Bontosikuyu, 2018
Jenis Dapat Dilalui
Desa/Kelurahan Permukaan Kendaraan Bermotor
Jalan Roda 4 atau Lebih
Polassi - -
Tambolongan - -
Appatanah Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Lowa Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Lantimbongan Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Binanga
Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Sombaiya
Laiyolo Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Laiyolo Baru Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Harapan Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Patikarya Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Patilereng Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Bahulang - -
Bontosikuyu Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Sumber: Kecamatan Bontosikuyu Dalam Angka Tahun 2018
B. Transportasi
Transportasi antar Desa/Kelurahaan di Kecamatan Bontosikuyu, terbagi dengan
dua jenis yaitu transportasi darat dan transportasi air umumnya digunakan masyarakat
untuk berpindah dari Desa/Kelurahan satu ke Desa/Kelurahan yang lain.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 79
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN II - 80
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
Patikarya - - -
Patilereng - - -
Khusus Bahulang - - -
Bontosikuyu - - -
Sumber: Kecamatan Bontosikuyu Dalam Angka Tahun 2018
LAPORAN PENDAHULUAN II - 81
BAB II Gambaran Umum Wilayah
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
III
METODOLOGI
PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Apakah kita memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan masalah yang akan
diteliti,
b. Data sekunder seperti apa yang kita butuhkan? Identifikasi data sekunder yang kita
butuhkan akan membantu mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu
serta biaya.
Pengambilan data sekunder tidak boleh dilakukan secara sembarangan, oleh
karena itu kita memerlukan metode tertentu. Cara-cara pengambilan data dapat dilakukan
secara :
a. Pencarian Secara Manual
Sampai saat ini masih banyak organisasi, perusahaan, kantor yang tidak mempunyai
data base lengkap yang dapat diakses secara online. Oleh karena itu, kita masih perlu
melakukan pencarian secara manual. Pencarian secara manual bisa menjadi sulit jika
kita tidak tahu metodenya, karena banyaknya data sekunder yang tersedia dalam suatu
organisasi, atau sebaliknya karena sedikitnya data yang ada. Cara yang paling efisien
ialah dengan melihat buku indeks, daftar pustaka, referensi, dan literature yang sesuai
dengan persoalan yang akan diteliti. Data sekunder dari sudut pandang peneliti dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data internal__ data yang sudah tersedia di
lapangan; dan data eksternal__ data yang dapat diperoleh dari berbagai sumber lain.
b. Pencarian Secara Online
Dengan berkembangnya teknologi Internet maka munculah banyak data base yang
menjual berbagai informasi bisnis maupun non-bisnis. Data base ini dikelola oleh
sejumlah perusahaan jasa yang menyediakan informasi dan data untuk kepentingan
bisinis maupun non-bisnis. Tujuannya ialah untuk memudahkan perusahaan, peneliti
dan pengguna lainnya dalam mencari data. Pencarian secara online memberikan
banyak keuntungan bagi peneliti, diantaranya ialah: a) hemat waktu: karena kita dapat
melakukan hanya dengan duduk didepan komputer, b) ketuntasan: melalui media
Internet dan portal tertentu kita dapat mengakses secara tuntas informasi yang tersedia
kapan saja tanpa dibatasi waktu, c) Kesesuaian: peneliti dapat mencari sumber-sumber
data dan informasi yang sesuai dengan mudah dan cepat, d)hemat biaya: dengan
menghemat waktu dan cepat dalam memperoleh informasi yang sesuai berarti kita
banyak menghemat biaya.
Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan kriteria sebagai berikut:
umumnya diterapkan pada penelitian terhadap perilaku atau kejadian yang bersifat
rutin, berulang-ulang dan telah terprogram sebelumnya.
Teknik observasi langsung dan observasi mekanik dapat dilakukan tanpa
sepengetahuan subyek yang diteliti (hidden observation) atau dengan sepengetahuan
responden (visible observation). Observasi yang dilakukan tanpa sepengetahuan
responden dimaksudkan agar perilaku atau kejadian yang diamati dapat berlangsung
wajar atau aiami dan untuk menghindari kemungkinan perilaku reaktif dari subyek
yang diteliti. Penggunaan teknik hidden observation (disebut juga unobstrusive
observation) diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya respondent
error. Meskipun sebagian besar teknik observasi diterapkan pada setting lingkungan
yang dialami, peneliti dapat juga melakukan observasi pada setting artifisial (contrived
observation). Observasi pada setting lingkungan buatan umumnya diterapkan pada
penelitian yang bertujuan menguji hipotesis.
3.3. Metode Analisis.
3.3.1. Analisis Perkiraan Angkutan Laut.
Kajian permintaan mengkaji mengenai estimasi dan proyeksi permintaan pada
pelabuhan penyeberangan yang direncanakan untuk dikembangkan. Kajian permintaan
dapat dibedakan terhadap pendekatannya, yaitu pendekatan makro dan pendekatan mikro.
Untuk kajian prastudi kelayakan, permintaan yang dikaji adalah permintaan dari
tiap-tiap alternatif lokasi pelabuhan. Permintaan tersebut kemudian menjadi dasar dalam
pemilihan alternatif lokasi pelabuhan terbaik sehingga output dari kajian prastudi
kelayakan adalah lokasi pelabuhan yang memiliki potensi permintaan terbesar.
1. Pendekatan Makro
Kajian permintaan dengan menggunakan pendekatan makro menitikberatkan pada
keterkaitan pelabuhan kajian terhadap pelabuhan-pelabuhan lainnya dalam sistem
transportasi laut yang ditinjau. Peningkatan ataupun penurunan permintaan terjadi
akibat adanya interaksi antara tiap-tiap pelabuhan yang tercakup di dalam sistem.
2. Pendekatan Mikro
Berbeda dengan pendekatan makro, kajian permintaan dengan menggunakan
pendekatan mikro menitikberatkan pada dinamika dari pelabuhan yang ditinjau saja
tanpa memperhitungkan dinamika yang terjadi di pelabuhan-pelabuhan lain yang
terkait dengan pelabuhan yang ditinjau tersebut. Transportasi merupakan kebutuhan
turunan (generated demand) sehingga pengembangannya harus memperkirakan 'real
demand' yang ada dan yang diperkirakan, serta mempertimbangkan arah kebijakan
dan isu-isu aktual yang berkembang. O!eh karenanya, pengembangan transportasi
dilakukan secara komprehensit (bukan sektoral) yang melibatkan lintas sektor dan
lintas wilavah.
Terkait dengan hal ini, maka perlu kiranva memperhatikan kebijakan penataan ruang
dalam pengembangan transportasi nasional yang telah ditetapkan dalam PP 47 tahun
1997 tentang Rencana Tata Ruang Wiiayah Nasional. Untuk mewujudkan struktur
ruang wilayah nasionai yang efisien, dikembangkan sistem transportasi yang sinergis
multimoda, yang meliputi transportasi darat (jaringan jalan, jaringan kereta api,
penyeberangan, sungai dan danau), transportasi laut, dan transportasi udara.
Perubahan aksesibilitas akan menentukan perubahan nilai lahan, dan perubahan ini
akan mempengaruhi penggunaan lahan tersebut. Jika perubahan seperti ini benar-
benar terjadi, maka tingkat bangkitan perjalanan akan berubah dan akan
menghasilkan perubahan pada seluruh siklus.
1. Pola Pergerakan
Pergerakan adalah peralihan dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
sarana; pergerakan diartikan sebagai pergerakan satu arah dari suatu zona asal
menuju zona tujuan. Lokasi dimana aktifitas dilakukan akan mempengaruhi
manusia dan aktifitas manusia akan mempengaruhi lokasi tempat aktifitas
berlangsung. Interaksi antar aktifitas terungkap dalam bentuk pergerakan manusia
dan barang.
2. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
Bangkitan lalu lintas adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah
pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah
pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Bangkitan lalu lintas
ini mencakup lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi dan lalu lintas yang
menuju atau tiba ke suatu lokasi. Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan
tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang atau angkutan barang per
satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. (Tamin, 1997)
Zona asal dan tujuan pergerakan biasanya juga menggunakan istilah trip end
(Tamin, 1997) Bangkitan dan tarikan lalu lintas tergantung pada 2 aspek tata guna
lahan, yaitu
Aspek Lingkungan
Daerah tertinggal, terisolir, perbatasan
Status Tanah
Kependudukan
Fasilitas umum dan Sosial
Bukan daerah konservasi dan perlindungan lingkungan
Dampak terhadap lingkungan
T = M + atau T = M + ( T - M )
dimana:
T = azimuth ke target
M = azimuth pusat matahari
(T) = bacaan jurusan mendatar ke target
(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
= sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke
target
Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur polygon utama terhadap patok
terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.
Matahari
Utara
(Geografi)
M T M
T
P2
P1 (target)
d1
d2
A 1
d3
2 B
dimana:
fx = jumlah X dan fy = jumlah Y
AB
B
AC
A
C
Slag 2
Slag 1 b2 m2
b1 m1
Bidang
D
D
JALUR SOUNDING
LAUT
DARAT
PANTAI
Gambar 3. 7 Reader alat GPSMap type 585 merk Garmin yang digunakan dalam survxei
bathimetri
seperti Gambar 3.9, untuk mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan
Zeiss Ni-2 Waterpass. Sehingga pengukuran topografi, Batimetri, dan pasang surut
mempunyai datum (bidang referensi) yang sama.
Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2
Dimana : T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan
peilschaal
BT.1 = Bacaan benang tengah di patok
BT.1 = Bacaan benang tengah di peilschaal
BT. 2 BT. 1
Patok
Peilscha
I
V
Tahapan kegiatan penyusunan studi kelayakan dermaga terdiri dari kegiatan-
kegiatan pekerjaan persiapan, pengumpulan data, survey lapangan, analisis data serta
penyusunan rencana lay out dan basic design.
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 1
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 2
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 3
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
kualitas seperti yang dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka diperlukan
beberapa orang personil masing-masing dengan keahlian khusus dengan pengalaman
tertentu ( hal ini sesuai dengan KAK pekerjaan ini). Mobilisasi adalah suatu upaya
menyeluruh untuk mendatangkan dan mengumpulkan para tenaga ahli, asisten tenaga
ahli dan seluruh staf pendukungnya. Kegiatan ini tentu saja erat kaitannya dengan
akomodasi, transportasi dan segala keperluan yang memadai. Mobilisasi personil yang
berasal dari berabagai tempat ini dimaksudkan untuk kemuadahankoordinasi,
komunikasi dan saling instraksi didalama suatu tim kerja demi lancarnya seluruh
kegiatan menyelesaikan pekerjaan dan untuk tercapainya sasaran dan tujuan pekerjaan.
Mobilisasi personil dapat dilakukan setelah kegiatan penyiapan kantor dan base camp
selesai dikerjakan. Kegiatan ini dapat berjalan parallel dengan pekerjaan penyiapan
administrasi dan perijinan.
4.2. Pengumpulan Data dan Informasi.
Pada tahap pengumpulan data, konsultan melakukan inventarisasi data sekunder
dan melakukan wawancara dengan instansi terkait untuk mendapatkan masukan dan
arahan terkait rencana pembangunan pelabuhan. Keseluruhan data yang diperoleh
baik melalui wawancara maupun survey disusun untuk selanjutnya dilakukan
analisis data.
Dalam proses pengumpulan data awal dan sekunder, dikumpulkan data- data
pendukung seperti berikut ini:
a. Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang ada, meliputi:
1) Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
2) Sistem Transportasi Nasional;
3) Tataran Transportasi Wilayah;
4) Tataran Transportasi Lokal;
5) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota;
6) Jaringan prasarana transportasi dan rencana pengembangannya (jika telah ada);
7) Informasi mengenai daerah-daerah yang termasuk MP3EI, Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK), Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) serta
Kawasan strategis pembangunan nasional lainnya sesuai rencana Pemerintah Pusat;
8) Informasi mengenai daerah khusus, daerah tertinggal, dan pulau terluar;
9) Informasi mengenai daerah rawan bencana.
b. Data Sosial Ekonomi Wilayah, meliputi:
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 4
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
1) Kependudukan;
2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB);
3) Profil Potensi Investasi dan Pengembangan Industri di Daerah;
4) Potensi Pariwisata;
5) Kondisi Sosial Ekonomi dan lingkungan masyarakat setempat.
c. Fisiografi, Topografi, dan Meteorologi
1) Peta pada lokasi dan kawasan di sekitar rencana pelabuhan;
2) Peta tata guna lahan di sekitar lokasi rencana pelabuhan;
3) Data status kepemilikan lahan di lokasi rencana pelabuhan;
4) Data meteorologi dan klimatologi (suhu udara, kelembaban, arah angin dan
kecepatan angin, curah hujan, gempa);
5) Informasi mengenai daerah konservasi.
d. Dokumen/hasil studi terkait
1) Hasil studi atau perencanaan pengembangan pelabuhan yang terkait;
2) Hasil studi atau rencana pihak-pihak swasta/investor terhadap area tertentu
di kawasan pelabuhan;
3) Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana
pembangunan pelabuhan.
e. Kondisi eksisting fasilitas pelabuhan pada rencana lokasi pelabuhan:
1) Data kondisi Alur Pelayaran;
2) Data Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).
f. Data operasional rencana pelabuhan
Merupakan data mengenai kondisi/karakteristik jasa angkutan laut yang
diperlukan untuk analisis kebutuhan pembangunan/ pengembangan fasilitas
pelabuhan, yang meliputi:
1) Rencana jumlah ship call;
2) Volume pergerakan barang (bongkar, muat, ekspor, dan impor);
3) Jumlah pergerakan penumpang;
4) Rute/jaringan pelayaran;
5) Tipe/jenis kapal yang beroperasi.
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 5
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 6
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 7
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 8
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 9
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
metode- metode peramalan potensi hinterland dapat dilihat di lampiran. Selain itu,
peramalan juga dapat dilakukan dengan menggunakan data hasil studi atau
peramalan dari institusi lain yang dapat dipercaya, seperti data peramalan laju
pertambahan penduduk dari BPS.
4.3.4. Analisis Trafic Forecasting
Dalam lingkup kegiatan ini dilakukan analisis proyeksi terhadap pola
pergerakan arus lalu lintas barang dan penumpang, baik arus penumpang dan barang
yang masuk maupun yang keluar wilayah studi. Proses peramalan bangkitan
pergerakan barang/penumpang dilakukan dengan menggunakan pendekatan dan
metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti analisis regresi tunggal
atau berganda, analisis multi faktor, analisis multi kriteria, model system dinamis,
model simulasi, dan lain-lain. Model peramalan pola pergerakan barang/penumpang
sedapat mungkin memperhitungkan semua faktor sosial-ekonomi yang
membangkitkan maupun yang menghambat pertumbuhan trafik yang dimodelkan.
Kegiatan analisis potensi pergerakan dilakukan dengan memperhitungkan juga
adanya kemajuan teknologi penanganan barang di pelabuhan. Perkiraan dan
proyeksi arus lalu lintas barang dan penumpang juga harus memperhatikan pengaruh
dari keberadaan pelabuhan - pelabuhan terdekat serta sarana dan prasarana
transportasi lainnya, baik sebagai kompetitor maupun komplementer dari sarana
pelabuhan yang direncanakan kelayakannya.
Perkiraan dan proyeksi arus lalu lintas barang dan penumpang juga
didasarkan pada ukuran kapal terbes ar yang direncanakan akan melayani pelabuhan
serta identifikasi pelabuhan asal dan pelabuhan tujuan.
Perlu dilakukan pula kajian terkait UPT Ditjen Hubla pada pelabuhan terdekat
yang akan mengawasi operasional pelabuhan yang baru dibangun.
Hasil analisis potensi pergerakan (traffic forecasting) akan menjadi bahan
masukan/rekomendasi terhadap kelayakan rencana pembangunan pelabuhan laut, d
esain rencana kapasitas pelabuhan laut beserta kebutuhan fasilitas infrastruktur
pendukungnya dan rencana kebutuhan pengembangan infrastruktur transportasi jalan
darat beserta sarana dan prasarana lainnya.
4.3.5. Analisis Tata Ruang dan Keselamatan Pelayaran.
Fungsi penataan ruang suatu kawasan dan kawasan- kawasan lain di
sekitarnya merupakan suatu input utama timbulnya pergerakan dari atau menuju
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 10
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 11
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
sandar kapal, kolam pelabuhan, areal labuh, perairan untuk alur penghubung
dalam pelabuhan, alur pelayaran, area darurat dan perairan khusus;
3) Kondisi fasilitas keselamatan pelayaran berupa rambu- rambu navigasi
dan telekomunikasi.
4) Lokasi pelabuhan harus dapat menjamin keamanan dan keselamatan pelayaran
sehingga kegiatan kepelabuhanan dapat berjalan dengan aman, nyaman, dan
lancar. Setiap halangan dan rintangan navigasi yang ada harus ditandai dengan
sarana bantu navigasi sesuai ketentuan yang berlaku secara nasional dan
internasional.
5) Untuk menjamin operasional pelabuhan yang aman dan selamat,
diperlukan rencana organisasi dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
pengelolaan pelabuhan setelah selesai dibangun. Dalam hal ini, rencana lokasi
pelabuhan harus mendapatkan rekomendasi dari pejabat pemegang fungsi
keselamatan pelayaran, yaitu syahbandar pada instansi penyelenggara pelabuhan
umum terdekat.
6) Kondisi struktur sarana prasarana keselamatan pelayaran pada wilayah
studi perlu dianalisis dalam rangka pemenuhan kebutuhan keselamatan
pelayaran pelabuhan. Hasil analisis kelayakan teknis akan menjadi bahan
masukan bagi penyusunan disain teknis kebutuhan pelabuhan dan keselamatan
pelayaran.
Semua fasilitas dan infrastruktur pelabuhan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dalam kondisi tertentu (darurat) dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan Negara atau penanganan dan rehabilitasi
pasca bencana. Sedangkan dalam kondisi normal (damai) dimanfaatkan sepenuhnya
untuk mendukung kesejahteraan masyarakat secara umum. Dengan demikian,
fungsi pertahanan dan keamanan Negara senantiasa dapat terjamin.
4.4. Penyusunan Rencana Lay-Out dan Basic Desain.
4.4.1. Konsepsi Pengembangan Pelabuhan
Zonifikasi fasilitas-fasilitas berdasarkan pola kegiatan operasional yang akan di
lakukan pada Pelabuhan disusun sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 12
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
A. Zonasi Daratan
1. Zona Bongkar Muat
Kegiatan bongkar muat barang ini merupakan kegiatan utama dalam operasional
Pelabuhan, dimana kapal-kapal barang didaratkan dan membongkar barang
bawaannya untuk selanjutnya dilanjutkan ke konsumen atau pabrik. Kapal-kapal
barang tersebut lalu akan mengisi muatan kembali yang akan diteruskan ke
tempat lain.
Pada zona ini terjadi pertemuan antara kegiatan di laut dan di darat maka
dibutuhkan ruang terbuka yang luas serta penataannya yang langsung
berhubungan dengan laut. Fasilitas yang terkait dengan kegiatan pada zona
bongkar muat ini antara lain:
2. Zona Administrasi
Zona ini merupakan pusat kegiatan pengelolaan Pelabuhan. Semua kegiatan
administrasi yang menyangkut pengelolaan dan pengawasan pelabuhan,
peiayanan masyarakat dan sebagainya akan dilakukan pada zona ini. Pada zona ini
terdapat fasilitas-fasilitas:
B. Zona Perairan.
Zonasi perairan merupakan pengaturan wilayah perairan untuk kepentingan pelayaran
dari dan menuju pelabuhan, kegiatan labuh dan sandar serta kepentingan lainnya yang
berada di wilayah perairan. Zonasi perairan di Dermaga meliputi Areal Tempat
berlabuh, Areal tempat sandar kapal, Areal kolam putar.
4.4.2. Pembuatan Lay Out dan Basic Desain.
Pada dasamya perencanaan layout pelabuhan ditentukan oleh pola tata letak atau
komposisi massa dan ruang, fasilitas pelabuhan yang diperlukan, pola sirkulasi manusia
dan kendaraan serta kapasitas rencana dari dermaga tersebut. Selain itu desain layout
dermaga haruslah fungsional, efisien, menarik dan harmonis dengan lingkungan
sekitarnya.
Secara umum, prasarana dan sarana yang akan dibangun harus dapat
memfungsikan Pelabuhan sebagaimana semestinya. Untuk dapat memenuhi tujuan
tersebut maka disusun layout tata letak Pelabuhan. Beberapa saran dan pendapat yang
menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan layout pelabuhan:
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 13
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 14
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 15
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 16
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN IV - 17
BAB IV Rencana Kerja
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
BAB V STRUKTUR
ORGANISASI
PELAKSANAAN
V
PEKERJAAN
5.1. Struktur Organisasi Pekerjaan
BAB VI PENUTUP
V
I
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya penyusunan
Laporan Pendahuluan Feasibility Study Pembangunan Pelabuhan Laut Lokal di Pulau
Tambolonga Kecamatan Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar, Tahun 2023. Tim
Pelaksana telah berupaya merealisasikan beberapa tahapan awal dalam pelaksanaan
pekerjaan, dan hasilnya dijabarkan dalam Laporan Pendahuluan ini.
Meskipun dalam pelaksanaannya di lapangan, berbagai hal dialami, mulai dari
hal-hal yang mendukung terselenggaranya pekerjaan ini, hingga hal-hal yang kurang
ataupun tidak mendukung implementasi pekerjaan sebagai contoh dalam hal ketersediaan
data sekunder. Namun hal itu tidak menjadi halangan bagi kami Tim Penyusun untuk
melakukan yang terbaik agar laporan dokumen ini dapat selesai dengan baik.
Dengan menyadari bahwa dalam proses implementasi pelaksanaan pekerjaan,
apalagi dilakukan oleh sebuah tim, dan senantiasa berinteraksi secara dialektis-dialogis
dengan berbagai pihak terkait, tentu saja sangat terbuka peluang ketidaksesuaian antara
yang diharapkan secara tekstual dengan yang diaplikasikan secara kontekstual. Maka dari
itu, Tim Pelaksana sangat berharap adanya masukan, baik berupa saran atau kritik dari
berbagai pihak terkait. Apalagi dalam tahapan penyusunan Laporan Pendahuluan ini,
khususnya pada saat pembahasan/presentasi, merupakan awal interaksi antar berbagai
stakeholder terkait, yang tentu memiliki berbagai perspektif yang relatif berbeda. Hal
tersebut akan sangat membantu Tim Pelaksana dalam langkah-langkah pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya di lapangan.
Demikian pula kepada pihak pemberi pekerjaan Dinas Perhubungan, Kabupaten
Kepulauan Selayar dengan mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja dan Proposal Teknis
dari konsultan, berhak untuk melakukan evaluasi untuk menilai pelaksanaan pekerjaan
yang telah ditugaskan kepada konsultan.
LAPORAN PENDAHULUAN VI - 1
BAB VI PENUTUP
PENYUSUNAN DOKUMEN FEASIBILITY STUDY (FS) PELABUHAN LAUT LOKAL DI Pulau TAMBOLONGAN
LAPORAN PENDAHULUAN VI - 2
BAB VI PENUTUP