Anda di halaman 1dari 65

SKRIPSI

Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga


Pembudidaya Udang di Kecamatan Petasia Timur Kabupaten Morowali
Utara

Disusun dan diajukan oleh

Apriani Padang
L041 18 1 328

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha budidayaikan pada dasarnya dapat dilakukan di tambak, kolam,


keramba dan jaring apung. Dari tingkatan teknologi yang diterapkan, budidaya dapat
dilakukan secara intensif, semi intensif dan tradisional. Di dalam penerapannya,
budidaya dapat dilakukan secara terpadu dengan usaha budidaya yang lain, seperti
dengan budidaya padi (mina padi).
Budidaya udang sudah lama dilakukan di Indonesia oleh para petambak.
Udang merupakan komoditas primadona dalam bidang perikanan yang dapat
meningkatkan devisa negara melalui ekspor komoditas perikanan. Tingginya
permintaan udang didalam dan diluar negeri menjadikan Indonesia sebagai pengirim
udang terbesar di dunia. Indonesia mempunyai luas wilayah serta adanya sumber
daya alam yang mendukung untuk dapat mengembangkan usaha budidaya udang
(Nuhman, 2009).
Udang Vannamei merupakan salah satu makanan yang mengandung gizi tinggi
dan unsur yodium yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mental dan
udang juga mengandung protein dalam jumlah besar, kandungan gizi udang seperti
Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Zat besi, Vitamin A, Vitamin B,
Vitamin C dan Air. Sehingga makanan yang olahan dari udang bermanfaat dan sehat
bagi tubuh manusia. Udang vaname mulai dibudidayakan di Indonesia awal tahun
2000 melalui beberapa perusahaan tambak udang di Lampung yang sedang
mengalami kegagalan budidaya udang windu karena serangan penyakit white spot
syndrome virus (WSSV). Vaname mulai mendominasi usaha pertambakan di Indonesia
yang sebelumnya membudidayakan udang windu. Vaname, yang digolongkan ke
dalam genus Penaeid pada klas Crustacea ini memiliki produktivitas yang sangat tinggi
(Supono, 2017).
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki panjang garis pantai 4.013 km dan memiliki
1.140 pulau yang membentuk 3 klaster, yaitu Klaster I di Selat Makassar hingga Laut
Sulawesi, Klaster II di Teluk Tomini dan Klaster III di Teluk Tolo. Potensi sektor
kelautan dan perikanan Sulawesi Tengah memiliki prospek untuk dikembangkan dalam
meningkatkan produksi di bidang perikanan tangkap ataupun pada bidang perikanan
budidaya seperti pada beberapa komoditi unggulan dibidang perikanan tangkap ialah
ikan tuna, marlin, lajang, kerapu, cakalang, dan ikan lele, mas, nila, sidat, udang,
bandeng dan rumput laut dibidang perikanan budidaya. Berdasarkan laporan
akuntabilitas kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Sulawesi Tengah tahun
2014 menyatakan bahwa, perikanan budidaya meliputi budidaya laut, budidaya
tambak, budidaya kolam, budidaya karamba dan budidaya sawah (Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Sulawesi Tengah, 2014).
Kelompok Mutiara Laut merupakan kelompok tani yang beranggotakan
masyarakat Desa Polewali Ungkea yang berprofesi sebagai pembudidaya udang.
Kelompok ini didirikan oleh pemerintah setempat untuk melaksanakan proyek
percontohan budidaya udang di daerah tersebut karena dinilai memiliki potensi yang
cukup besar untuk pengembangan tambak.
Kelompok ini memiliki anggota sebanyak 33 orang dengan luas lahan yang
berbeda-beda pada setiap anggotanya. Kegiatan budidaya kelompok mutiara laut
didukung sepenuhnya oleh pemerintah daerah setempat. Dukungan tersebut berupa
modal awal yang dialokasikan untuk pembagian benih udang vaname sebanyak
650.000 ekor untuk satu siklus panen, yaitu selama kurang lebih 4 bulan.
Masyarakat anggota kelompok Mutiara Laut di Desa Polewasi Unngkea,
Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya memanfaatkan alam sebagai ladang mata pencaharian. Sebagian besar
masyarakat menggantungkan hidupnya sebagai petani rumput laut maupun
pembudidaya tambak. Potensi tambak di Desa Polewali Ungkea dinilai cukup bagus.
Banyaknya pembukaan lahan tambak menandakan semakin meningkatnya
produktivitas lahan tambak di wilayah ini. Dukungan dari pemerintah setempat juga
menjadi nilai tambah dalam peningkatan produktivitas lahan tambak.
Dengan latar belakang di atas, peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Pembudidaya Udang Kelompok Mutiara Laut Desa Polewali Ungkea Kecamatan
Petasia Timur Kabupaten Morowali Utara”. Peneliti berharap penelitian ini dapat
berguna untuk semua pihak yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana tingkat pendapatan rumah tangga petani tambak kelompok Mutiara
Laut Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali
Utara?
2. Bagaimana tingkat kesejahteraan tangga petani tambak kelompok Mutiara Laut
Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini ada
dua, yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat pendapatan rumah tangga petani tambak kelompok


Mutiara Laut Desa Polewasi Ungkea Kecamatan Petasi Timur Kabupaten
Morowali Utara.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga petani
tambak kelompok Mutiara Laut Desa Polewasi Ungkea Kecamatan Petasia
Timur Kabupaten Morowali Utara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang


bermanfaat untuk masyarakat anggota Kelompok Mutiara Laut, akademisi, dan
pemerintah. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Untuk petani tambak Mutiara Laut yakni sebagai sumber informasi untuk
pertimbangan dalam usaha meningkatkan pendapatan rumah tangga untuk
kesejahteraan keluarga.
2. Untuk akademisi, diharapkan dapat menjadi informasi penunjang dalam
pengembangan dan penyempurnaan penelitian yang sama selanjutnya,
terkhusus bidang ekonomi dan kesejahteraan petani tambak.
3. Untuk pemerintah, yakni sebagai masukan data dan informasi yang dapat
digunakan dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan ekonomi
dan kesejahteraan petani tambak.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembudidaya Udang

Dalam KBBI, kata pembudidaya diartikan sebagai orang yang melakukan


kegiatan budidaya. Dimana budidaya itu sendiri merupakan suatu usaha yang
bermanfaat dan memberi hasil. Pembudidaya berasal dari kata budidaya yang memiliki
arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga pembudidaya dapat menyatakan
nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, pembudidaya merupakan orang
yang mata pencahariannya melakukan kegiatan untuk memelihara, membesarkan,
dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.
Budidaya merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan manusia di Indonesia.
Tambak merupakan kolam buatan yang biasanya ada di sekitar pesisir pantai yang di
isi air dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan. Hewan yang dibudidayakan
seperti hewan air terutama ikan, udang, serta kerang. Penyebutan tambak ini biasanya
di hubungkan dengan air payau atau air laut. Tambak tersebut berisi air tawar biasanya
disebut kolam saja atau empang pada umummya proses budidaya tambak sangat
membantu dalam hal kondisi ekonomi karena membudidayakan udang dapat
memberikan lapangan pekerjaan, membantu kebutuhan keluarga, pendapatan yang
menjanjikan dan peran pemerintah (Sarwana, 2019).
Budidaya udang vaname di Indonesia saat ini merupakan andalan sektor
perikanan budidaya dan menjadi prioritas pengembangan akuakultur di Indonesia
untuk meningkatkan perekonomian nasional. Dalam periode 2012 - 2018 kontribusi
nilai ekspor udang terhadap nilai ekspor perikanan Indonesia rata-rata mencapai 36,27
% (BPS, 2019). Artinya komoditas udang memiliki peranan yang sangat signifikan
terhadap kinerja ekspor komoditas perikanan Indonesia.
Potensi sumberdaya akuakultur Indonesia sangat besar, total luas lahan
indikatif mencapai 17,2 juta hektar dan diperkirakan memiliki nilai ekonomi langsung
sebesar USD 250 milyar per tahun. Dari potensi itu, khusus untuk pengembangan
budidaya air payau memiliki porsi potensi hingga mencapai 2,8 juta hektar. Namun
pemanfaatannya diperkirakan baru sekitar 21,64 % atau seluas 605.000 hektar,
dimana dari luas tersebut pemanfaatan lahan tambak produktif untuk budidaya udang
diperkirakan mencapai 40% atau baru 242.000 hektar saja (KKP, 2018).
Saat ini jumlah petambak yang bekerja pada sektor budidaya air payau
mencapai 389 ribu orang (KKP, 2018). Jumlah petambak atau sumber daya manusia
yang dibutuhkan bekerja pada sektor ini akan terus meningkat dengan program
peningkatan produksi perikanan hingga tahun 2024 terutama produksi udang yang
akan menargetkan penambahan luas lahan 100.000 hektar (KKP, 2020).

B. Penggolongan Sosial Masyarakat Pembudidaya

Nelaya maupun pekerja perikanan yang bergerak dibidang budidaya umumnya


dibedakan menjadi tiga kelompok sosial, yaitu buruh, juragan, dan perorangan.
Pembudidaya juragan adalah pembudidaya yang memiliki modal, lahan, dan alat-alat
untuk produksi lainnya yang dioperasikan oleh orang lain. Pembudidaya buruh adalah
pembudidaya yang bekerja degan menggunakan modal, lahan, dan alat-alat produksi
orang pembudidaya juragan. Sedangkan pembudidaya perorangan adalah
pembudidaya yang memiliki modal, lahan, dan alat produksi sendiri dan
mengoperasikannya tanpa melibatkan orang lain (Huda, 2018).
Berdasarkan kegiatannya, pembudidaya dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu golongan yang memiliki alat-alat produksi atau yang lebih dikenal sebagai juragan
dan golongan pembudidaya buruh yang didasarkan pada curahan kerja untuk
mengoperasikan alat-alat produksi tersebut secara umum atau lebih dikenal dengan
pekerja tambak. Masing-masing golongan memiliki peran dalam proses produksi.
Untuk tatanan tambak yang lebih kompleks, para buruh kemudian tidak dikenal
dengan nama buruh lagi karena memiliki jabatan dan pekerjaan masing-masing yang
sesuai dengan keterampilan mereka (Muhammad, et al. 2014).

a. Pembudidaya Juragan
Dalam kelompok juragan atau pemilik, dibedakan lagi menjadi beberapa sub-
kelompok yaitu pembudidaya tradisional, pembudidaya intensif, dan pembudidaya
superintensif. Pembudidaya tradisional adalah pebudidaya yang masih melakukan
teknik tradisional dalam proses budidayanya. Tujuan utamanya adalah untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Pembudidaya intensif sendiri melakukan tekhnik
budidaya yang lebih modern dan maju lagi, tujuannya adalah untuk mengambil
keuntungan yang lebih banyak. Untuk pembudidaya superintensif sendiri biasanya
merupakan pemilik perusahaan atau CV yang memiliki tujuan yang lebih besar
daripada pembudidaya lainnya. Tatanan budidaya yang mereka lakukan lebih
kompleks, dengan peralatan paling maju dan modern. Sasaran pasarnya pun biasanya
adalah pasar internasional.

b. Pembudidaya Buruh (Pekerja Tambak)


Kelompok pekerja tambak pada dasarnya tidak memiliki alat produksi apapun,
melainkan hanya mengandalkan tangan dan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga. Ciri dari pekerja tambak adalah mengabdikan diri pada pembudidaya
juragan. Akan tetapi untuk mereka yang bekerja di tambak intensif dan superintesif
biasanya harus memiliki lisensi yang jelas dan tidak disebut sebagai buruh, melainkan
karyawan. Untuk para buruh tradisonal yang memakai lahan tambak juragan, maka
akan memperoleh penghasilan sistem bagi hasil. Sedangkan untuk karyawan akan
mendapatkan upah sesuai dengan keterampilan kerja dan jabatan.
Tambak ekstensif atau tradiosional memiliki ciri-ciri diantaranya yaitu padat
penebaran yang rendah (kurang dari 40.000 ekor/ha), pakan bergantung pada pakan
alami, pergantian air tergantung pada pasang surut, kedalaman kurang dari saru meter
dengan luas 1-3 ha, serta dilengkapi dengan saluran di sepanjang sisi dasar tambak.
Pada umumnya budidaya tambak ekstensif (tradisional) selalu mengedepankan luas
lahan, pasang surut, intercrop dan tanpa pemberian makanan tambahan sehingga
makanan bagi komoditas yang dibudidayakan harus tersedia secara alami dalam
jumlah yang cukup (Murachman et al., 2010).
Adapun tambak intensif menurut Prihatman (2000), memiliki ciri-ciri luasan
tambak dalam satu petak antara 1-3 ha/petak dengan bentuk persegi panjang. Pada
petakan dilengkapi dengan saluran inlet dan outlet. Dilakukan persiapan kolam
sepelum dilakukan penebaran benih dan saat pemanenan. Terdapat caren diagonal
yang mengarah dari inlet dan bermuara di saluran outlet pada setiap petakan. Caren
ini memiliki lebar 5 - 10 m serta memiliki kedalaman 30-50 cm dari pelataran. Caren
dimaksudkan untuk memudahkan saat pemanenan. Kedalaman air di pelataran hanya
40-50 cm. Caren juga bisa dibuat di sekeliling pelataran.
Sedangkan budidaya udang super intensif adalah pengembangan budaya
vaname pola intensif di tambak kecil. Model ini dikembangkan daam rangka
pengembangan tabak udang masa depan, dimana mengedepankan eco-culture.
Metode ini memiliki ciri-ciri yaitu dengan padat tebar 500-600 ekor/m 2. Disertai dengan
input teknologi tiggi yakni kincir air, turbo jet, automatic feeder, real time monitoring
kualitas air, serta dilengkapi dengan tendon limbah (Poermono, 2014).

C. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Pembudidaya Udang

Dalam pengkajian ekonomi rumah tangga nelayan yang dilakukan ole Purwanti
(2010), beberapa peneliti di Indonesia telah pula mencoba untuk mengaplikasikan
model ekonomi rumah tangga petani dan pembudidaya di pedesaan dengan beberapa
modifikasi untuk menjelaskan perilaku ekonomi rumah tangga nelayan. Dalam model
tersebut terdapat empat komponen peubah yang menjadi undur utama yang
membentuk keterkaitan perilaku ekonomi rumah tangga dengan pembudidaya, yaitu
kegiatan produksi, curahan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran.
a. Produksi Tambak

Produksi adalah hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan (input). Kegiatan produksi tersebut adalah
mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dan setiap variabel input
dan output mempunyai nilai yang positif. Faktor produksi menentukan besar atau
kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi yang terpenting adalah faktor
produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, dan obat-obatan, tenaga kerja, serta
aspek manajemen (Agung dkk, 2008).
Fungsi produksi yaitu kombinasi dari faktor-faktor produksi. Faktor-faktor
produksi dikenal dengan istilah input, yang meliputi tenaga kerja, modal, tanah,
keahlian. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = f (K, L,R,T)

Keterangan : Q = Jumlah produksi (output)


K = Kapital (modal)
L = Labour (tenaga kerja)
R = Resources (Sumberdaya alam)
T =Teknologi

Menurut Banowati dan Sriyanto (2012) dalam penelitian Prastianti


(2021), dalam produksi pertanian termasuk budidaya udang vaname, terdapat lima
faktor yang mempengaruhi, yaitu :
1. Genetik, ialah kemampuan suatu hibrida (hasil persilangan dari induk-induk
potensial) untuk menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi.
Potensi hasil yang tinggi beserta sifat-sifat lainnya, seperti mutu, ketahanan,
serangan hama penyakit, dan kekeringan, berhubungan erat dengan susunan
genetika udang vaname.

2. Alam, pengaruh alam terhadap produksi budidaya sangat besar. Alam didefinisikan
sebagai serangkaian persyaratan yang dapat memberikan pengaruh terhadap
kehidupan dan perkembangan organisme. Faktor alam yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan organisme diantaranya suhu, ketersediaan air,
energi surya, mutu atmosfer, organisme, komposisi, udara di dalam air, dan reaksi
tanah.

3. Tenaga kerja, setiap kegiatan usaha budidaya pasti membutuhkan tenaga kerja,
karena penggunaan tenaga kerja tidak lepas dari kegiatan usaha. Jumlah tenaga
kerja yang dipakai dalam waktu kegiatan budidaya, dapat disesuaikan berdasarkan
curahan tenaga kerja yang dipakai. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah
besar tenaga kerja efektif yang dipakai.

4. Modal, merupakan faktor penting dalam menjalankan usaha budidaya karena


tanpa modal segalanya tidak akan berjalan. Modal dapat dibedakan menjadi
modal tetap dan modal variabel. Modal tetap merupakan modal yang tidak dapat
diubah dalam jangka waktu penggunaannya lama, misalnya tanah, alat-alat
produksi budidaya, bangunan, dan lain sebagainya. Sedangkan modal variabel
merupakan model yang data diubah dan jangka waktu penggunaannya singkat.
Misalnya pupuk, bibit, obat-obatan, tenaga kerja, dan lain sebagainya.

5. Manajemen, merupakan kemampuan pembudidaya dalam merencankan,


mengorganisasikan, mengelola, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan
mengawasi faktor produksi yang dimiliki sehingga mendapatkan produksi sesuai
harapan.

b. Curahan Waktu Kerja

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,


waktu kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan yang dapat dilaksanakan pada
waktu siang hari atau malam hari. Waktu kerja yang dimaksud adalah :
1. Tujuh jam kerja dalam sehari atau 40 jam dalam dalam seminggu untuk enam hari
kerja dalam seminggu.
2. Delapan jam kerja dalam sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu untuk lima hari
kerja dalam seminggu.
Curahan waktu kerja keluarga pembudidaya dikelompokkan menjadi tia
kegiatan. Hal tersebut termasuk dalam curahan waktu kerja untuk mencari nafkah.
Tiga kegiatan dalam curahan kerja keluarga ini yaitu kegiatan rumah tangga, kegiatan
mencari nafkah, dan kegiatan untuk bermasyarakat (Akbarini, et al, 2017).
Menurut Handayani (2009), ada jenis-jenis kegiatan memerlukan curahan
waktu yang banyak dan kontinu, tapi sebaliknya ada pula jenis-jenis kegiatan
memerlukan curahan waktu kerja yang terbatas. Peranan istri dalam ekonomi rumah
tangga nelayan cukup produktif dalam mencari nafkah ddalam memenuhi kebutuhan
rumah tangganya. Aspek yang paling penting dalam struktur keluarga adalah posisi
anggota keluarga karena distribusi dan alokasi kekuasaan serta pembagian kerja
dalam keluarga. Kekuasaan yang dimaksud adalah kemampuan untuk mengambil
keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga itu. Keputusan tersebut bisa
tersebar dengan sama nilainya atau tidak, khususnya antara suami dan isteri. Sedang
pembagian kerja menunjuk kepada pola peranan yang ada dalam keluarga dimana
khususnya suami dan istari melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.

c. Pendapatan Rumah Tangga Pembudidaya Udang

Rumah tangga dalam memenuhi kebutuhannya harus memiliki penghasilan


untuk memperoleh barang atau jasa. Sumber pendapatan rumah tangga berasal
dari gaji dan penghasilan yang lainnya. Dalam memenuhi kebutuhannya, rumah
tangga harus mengeluarkan dana untuk mendapatkan barang atau jasa. Besar
kecilnya konsumsi rumah tangga dapat dilihat dari jenis, kuantitas, dan tingkat harga
barang atau jasa yang dibutuhkan. Pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang
rasional didasari oleh akal sehat dan harus bersikap selektif dalam membeli barang
atau jasa. Dalam membeli barang atau jasa, rumah tangga harus memperhatikan
kepentingan seluruh anggota rumah tangga dan ketersediaan dana (Tigau et al,
2017).
Pendapatan rumah tangga pembudidaya udang umumnya berasal dari
keuntungan produksi tambak. Pendapatan ini merupakan pendapatan kotor karena
belum dikurangi dengan biaya produksi untuk mengelola tambak yang meliputi
biaya benih, pakan, listrik, dan sebagainya. Pendapatan bersih atau keuntungan
merupakan selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total. Secara teknis,
keuntungan dihitung dari hasil pengeluara antara total penerimaan dengan total
biaya. Dimana dalam analisis ekonomi biaya juga digolongkan menjadi dua, yaitu
biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost).

1. Modal
Modal merupakan faktor produksi yang mempunyai pengaruh kuat dalam
mendapatkan produktivitas atau output, secara makro modal merupakan
pendorong besar untuk meningkatkan investasi baik secara langsung pada proses
produksi maupun dalam prasarana produksi, sehingga mampu mendorong
kenaikan produktivitas dan output (Umar, 2000).
Para ekonom menggunakan istilah modal atau capital untuk mengacu pada
stok berbagai peralatan dan struktur yang digunakan dalam proses produksi.
Artinya, modal ekonomi mencerminkan akumulasi barang yang dihasilkan di masa
lalu yang sedang digunakan pada saat ini untuk memproduksi barang dan jasa
yang baru. Modal ini antara lain peralatan, mesin, angkutan, gedung dan bahan
baku (Mankiw, 2011).

2. Biaya Produksi
Biaya Produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah
yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi
(Sukirno,2008). Berikut merupakan jenis-jenis biaya produksi menurut Sukirno
(2008) :
1. Biaya Total (Total Cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
produksi. Biaya produksi total atau biaya total (Total Cost) didapat dari
menjumlahkan biaya tetap total (Total Fixed Cost) dan biaya berubah total
(Total Variable Cost).
2. Biaya Variabel, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi yang dapat diubah jumlahnya atau biaya yang besarnya tergantung
pada jumlah barang yang dihasilkan. Semakin banyak output, semakin tinggi
biaya variabelnya. Contoh biaya variabelnya adalah pembelian bahan baku.
Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya
seorang pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan
mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan
sejumlah produksi tertentu, seefisien mungkin. Produksi adalah suatu proses
mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah.
Dalam suatu produksi diusahakan untuk mencapai efisiensi produksi, yaitu
menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang paling rendah untuk
mendapatkan hasil yang optimal (Suherman, 2000).

3. Penerimaan
Menurut Soekartawi (2002), penerimaan merupaan hasil kali antara banyaknya
produk yang dihasilkan dnegan harga jual dari produk tersebut. Pendapatan bersih
atau disebut dengan net farm income adalah selisih antara pendapatan usaha tani
dan pengeluaran total usaha tani. Pendapatan bersih usaha tani mengukur imbalan
yang diperoleh keluarga tani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,
pengelolaan dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan dalam
usaha tani. Pendapatan kotor usha tani adalah ukuran perolean total sumberdaya
yang digunakan dalam usaha tani. Sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran
total usaha tani ini adalah nilai semua masukaan yang habis dipakaai atau
dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.
Total Revenue (TR), merupakan pendapatan kotor usaha yang didefinisikan
sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan
didapatkan dari penjualan produk akhir dalam bentuk uang yang dapat dihitung
dengan cara mengalikan jumlah produk (Q) dengan harga produk (P) (Primyastanto,
2015).

4. Keuntungan
Analisis keuntungan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi
manajemen guna pengambilan keputusan untuk masa sekarang dan masa depan
usaha yang dijalankan. Artinya, analisis keuntungan akan banyak membantu
manajemen dalam melakukan tindakan apa yang akan diambil kedepannya dengan
kondisi yang terjadi sekarang. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut
(Soekartawi, 2002) :
NP = TR - TC

Keterangan :
NP = net income (jumlah keuntungan pertahun)
TR = total revenue (jumlah penerimaan pertahun)
TC = total cost (jumlah biaya pertahun)
Keuntungan total merupakan penerimaan total dikurangi dengan biaya total.
Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisish positif antara TR dan
TC mencapai angka tersebut. Secara sistematis keuntungan dapat dirumuskan
π=TR−TC . Perusahaan dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila
selisihnya bernilai positif ( π >0 ¿ dimana Tr harus lebih besar dari TC.
Menururt Suratman (2001) dalam Primyastanto (2015), pendekatan fungsi
keuntungan memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan pendekatan
fungsi prodksi. Antar lain : fugsi penawaran output dan fungsi permintaan produksi
yang eksplisit, dapat dipergunakan untuk menelaah masalah efisiensi ekonomis,
teknis dan harga, terakhir dalam model fungdi keuntungan. Variabel-variabel yang
diamati adalah variabel harga input dan harga output.

d. Pengeluaran Rumah Tangga Pembudidaya Udang

Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari semua pengeluaran atas


pembelian barang dan jasa dikurangi dengan hasil penjualan neto dari barang
bekas atau apkiran. Pengeluaran tersebut termasuk pembelian aktiva berwujud
yang tidak dapat diproduksi kembali (kecuali tanah) seperti hasil karya seni, barang-
barang koleksi dan barang antik. Termasuk juga pembelian barang tahan lama
sepeda motor, mobil dan barang elektronik (komputer, TV, radio) dan imputasi sewa
rumah sendiri. Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga meliputi nilai barang dan
jasa yang dihasilkan untuk konsumsi sendiri seperti hasil kebun, peternakan, kayu
bakar dan biaya hidup lainnya serta barang-barang dan jasa.
Di samping itu pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan,
rekreasi, pengangkutan dan jasa-jasa lainnya termasuk dalam konsumsi rumah
tangga. Pembelian rumah tidak termasuk pengeluaran konsumsi, tetapi
pengeluaran atas rumah yang ditempati seperti sewa rumah, perbaikan ringan,
rekening air, listrik, telepon dan lain-lain merupakan konsumsi rumah tangga (BPS,
2007).
Pengeluaran rumah tangga pembudidaya udang dapat dibedakan menjadi
pengeluaran untuk modal usaha dan pengeluaran sehari-hari. Pengeluaran yang
digunakan untuk biaya produksi usaha ini dapat meliputi biaya untuk pembelian
benih, pakan, dan biaya untuk kebutuhan tambak lainnya. Sedangkan biaya sehari-
hari meliputi biaya pangan, sandang, dan papan. Selain itu ada pula biaya
tambahan untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan, dan rekreasi.
Menurut Purwanti (2010), pengeluaran rumah tangga dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pengeluaran pokok pangan dan pegeluaran pokok non pangan. Total
pengeluaran rumah tangga pembudidaya merupakan pejumlahan pengeluaran
pokok pangan dan pengeluaran pokok non pangan.
Secara matematis dirumuskan sebgai berikut :

PRT = PPGN + PNPGN

Dimana,
PRT = Pengeluaran total rumah tangga
PPNG = Pengeluaran pokok pangan
PNPGN = Pengeluaran pokok non pangan
Pengeluaran pokok pangan adalah seluruh pengeluaran yang digunkan untuk
konsumsi rumah tangga, seperti berasm jagung, umbi-umbian, protein nabati,
protein hwani, minyak goring, gula, kopi, dan pengeluaran pangan lainnya.
Pengeluaran pokok pangan dipengaruhi oleh pendapatan total rumah tangga
pembudidaya. Semakin besar pendapat yang diterima oleh rumah tangga, maka
semakin besar pula pengeluarannya. Sedangakn pengeluaran pokok non pangan
meliputi modal usaha, asuransi kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan beberapa
kebutuhan jasa lainnya.
Pengeluaran rumah tanggga perikanan dalah kegiatan menggunakan atau
mengeluarkan uang yang dilakukan oleh pelaku usdaha perikanan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangganya. Setiap rumah tangga memiliki kewajiban untuk
memenuhi kebutuhan setiap anggotanya untuk mencapai tingkat kepuasan serta
kesejahteraan yang diinginkan. Mengetahui pengaluaran keluarga merupakan salah
satu cara untuk mengetahui tingkat kehidupan masyarakat.
Pengeluaran perkapita per bulan untuk nin pangan dinilai dapat
menggambarkan keadaan kesejahteraan masyarakat suatu daerah, dimana
semakin tinggi persentase pengeluaran utuk non pangan, maka semakin tinggi
kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

D. Tingkat Kesejateraan Rumah Tangga Pembudidaya Udang

Menurut Badan Pusat Statistik (2007) kesejahteraan adalah suatu kondisi


dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat
dipenuhi sesuai dengan tingkat hdiup.
Berikut merupakan indicator-indikato kesejahteraan menurut Badan Pusat
Statistik (2014) :
1. Kependudukan
Pada variabel kependudukan, terdapat 5 item yang dinilai, yaitu jumlah
anggota keluarga, jumlah orang luar yang ikut tinggal bersama keluarga, jumlah
tanggungan keluarga, jumlah anggota keluarga laki-laki, dan jumlah anggota
keluarga perempuan. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan, yaitu
3 ,2, dan 1. Indicator kependudukan dapat dikatakan baik jika total nilai (12-15),
cukup jika total nilai (8-11), dan kurang jika total nilai (4-7).

2. Kesehatan dan Gizi


Pada variabel kesehatan dan gizi, terdapat 9 item yang dinilai yaitu
keluhan kesehatan, pengaruh keluhan kesehatan terhadap aktivitas sehari-hari,
dana kesehatan setiap bulan, sarana kesehatan yang digunakan, tenaga
kesehatan, tempat persalinan, tempat memperoleh obat, kemampuan biaya
berobat, dan jenis pengobatan. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang
digunakan sama seperti indikator kependudukan. Indikator kesehatan gizi dapat
dikatakan baik jika total nilai (23-27), cukup jika total nilai (18-22), dan kurang
jika total nilai (13-17).

3. Pendidikan
Pada variabel pendidikan, terdapat 6 item yang dinilai yaitu jumlaha
nggota keluarga usia 10 tahun keatas yang lancer membaca dan menulis,
pendapat tentang pendidikan putra-putri, kemampuan terhadap biaya
pendidikan, pendidikan sekolah, jenjang pendidikan anak dan pendidikan luar
sekolah. Pada setiap sistem terdapat 3 nilai yang digunakan yaitu 3,2, dan 1.
Indikator pendidikan dapat dikatakan kurang jika total nilai (6-10), cukup jika
total (11-14) dan baik jika total (15-18).

4. Ketenagakerjaan

Pada variabel ini terdapat 9 item yang diteiti yaitu anggota keluarga
diatas 15 tahun yang bekerja, jumlah keluarga yang belum bekerja, jumlah jam
dalam seminggu yang digunakan untuk bekerja, pekerjaan tambahan yang
dilakukan, jenis pekerjaan tambahan, waktu untuk melakukan pekerjaan
tambahan, jumlah jam untuk melakukan pekerjaan tambahan, pekerjaan
dengan keahliaan, dan pendapat tentang upang yang diterima. Pada setiap
item terdapat 3 niali yang digunakan yaitu 3, 2, dan 1. Indikator
ketenagakerjaan dapat dikatakan produktif jika total nilai )21-21), cukup (14-20),
dan tidak produktif (7-13).

5. Taraf Pola Konsumsi


Pada variabel taraf dan pola konsumsi, terdapat 4 item yang diteliti yaitu
penggunaan beras sebagai bahan makanan pokok, kecukupan pendapatan per
bulan untuk konsumsi pangan, dana yang disisikan untuk kebutuhan sandang
dan perumahan, dan pendapatan per bulan yang ditabung atau untuk
menanam modal. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan, yaitu 3, 2,
dan 1. Indikator taraf dan pola konsumsi dapat dikatakan baik jika total nilai (10-
12), cukup (7-9), dan kurang (4-6).

6. Perumahan dan Lingkungan


Dalam variabel ini, terdapat 15 item yang diteliti yaitu status rumah
tempat tinggal, status tanah tempat tinggal, jenis perumahan, jenis atap, jenis
dinding, jenis lantai, luas lantai, jenis penerangan, bahan bakar, sumber air
minum, pengunaan air minum, kepemilikan MCK, jarak MCK dengan sumber
air, jenis WC, dan tempat pembuangan sampah. Pada item pertama diteliti
status rumah tempat tinggal keluarga. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang
digunakan yaitu 3, 2, dan 1. Indikator perumahan dan lingkungan dapat
dikatakan baik jika total nilai (37-45), cukup (26-34), dan kurang (15-25).

7. Sosial dan Lain-lain


Pada variabel sosial dan lain-lain, terdapat 5 item yang diteliti yaitu
akses ke tempat wisata, waktu bepergian atau wisata sejauh ≥100 km,
kemampuan menggunakan computer, biaya untuk hiburan dan olahraga, dan
model telpon seluler yang digunakan. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang
digunakan yaitu 3, 2, dan 1. Indikator sosial dan lain-lain dapat dikatakan baik
jika total nilai (12-15), cukup (8-14), dan kurang (4-7).

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir merupakan jalur pemikiran yang dirancang berdasarkan


kegiatan peneliti yang dilakukan. Mujiman menyatakan bahwa kerangka pikir adalah
merupakan konsep berisikan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
dalam rangka memberikan jawaban sementara (Ningrum, 2017).
Budidaya udang vaname di Indonesia saat ini merupakan andalan sektor
perikanan budidaya dan menjadi prioritas pengembangan akuakultur di Indonesia
untuk meningkatkan perekonomian nasional. Dalam periode 2012 - 2018 kontribusi
nilai ekspor udang terhadap nilai ekspor perikanan Indonesia rata-rata mencapai 36,27
% (BPS, 2019). Artinya komoditas udang memiliki peranan yang sangat signifikan
terhadap kinerja ekspor komoditas perikanan Indonesia.
Dengan nilai ekspor yang cukup besar tersebut, penelitian ini memiliki tujuan
untuk melihat bagaimana pendapatan dan tingkat kesejahteraan pembudidaya udang
vaname di Kelompok Mutiara Laut, Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur,
Kabupaten Morowali Utara.
Rumah Tangga Pembudidaya Udang

Budidaya Non-budidaya

Pendapatan Rumah Tangga


Pembudidaya Udang

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pendapatan tambak :

 Umur
 Pengalaman
 Curahan waktu
kerja
 Pendidikan
 Biaya produksi

Pengeluaran Rumah Tangga


Pembudidaya Udang
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pengeluaran Rumah
Tangga Pembudidaya
Udang :

 Pendapatan tambak
 Pendapatan non
tambak
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
F. Penelitian Terdahulu
Dalam peneltian ini, peneltian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam
memperoleh gambaran dalam kerangka berpikir, selain itu juga digunakan untuk
mengetahui perbedaan dan persamaan dari penelitian terdahulu dan faktor-faktor lain
yang bisa menambah wawasan berpikir peneliti. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah objek yang diteliti, sampel yang diambil, lokasi penelitian
dan teknik pengambilan sampelnya. Dimana peneliti mengambil penelitian, sebagai
berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Jumra Majid dengan judul “Peningkatan


Ekonomi Masyarakat Melalui Tambak Udang Putih Di Desa Wiringtasi
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang”. Hasil penelitian ini menunjukkan
kesimpulan bahwa peningkatan ekonomi masyarakat melalui tambak udang
putih di Desa Wiringtasi, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang adalah dengan
adanya budidaya tambak udang putih (vannamei) ini kesempatan kerja terbuka
lebih banyak. Masyarakat dalam usaha ini mengalami peningkatan dan bisa
menafkahi keluarganya, meskipun di dalam usaha tambak ini ada kendala
dalam mengelolannya tetapi masyarakat bisa melalui segala kendala itu.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sarwana, Yumriani, dan Lukman Ismail dengan
judul “Analisis Budidaya Petani Tambak Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi di
Desa Bulu Cindae Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan” menjadi penelitian
selanjutnya yang dijadikan rujukan oleh peneliti. Penelitian yang dilakukan
merupakan penelitian kualitatif. Sampel penelitian mengunakan purposive
sampling dengan 5 informan. Teknik pengumpulan data yang lakukan oleh
peneliti adalah Observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data
yang di gunakan yaitu metode deskriptif. Hasil penelitian membuktikan bahwa
Berdasarkan pengamatan terhadap fenomena tersebut dapat dilihat budidaya
petani tambak dapat memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat serta
telah menimbulkan adanya penghasilan dan kerugian yang dia dapat usaha.
Dengan adanya budidaya tambak, mata pencaharian masyarakat lokal tidak
lagi terbatas pada petani dan karakteristik budidaya petani tambak terdiri dari
tingkat usia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja petani tambak.
3. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hendrik, dnegan judul “Analisis
Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau
Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Propinsi Riau”.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode survei, dengan sampel 36
orang nelayan, serta menggunakan data primer dan sekunder. Hasil yang
didapatkan menunjukkan bahwa pendapatan nelayan yang menggunakan
perahu mesin berkisar antara Rp. 1,500,000 – Rp. 3,000,000 dengan
keuntungan sekitar Rp. 2,305,055 per bulan. Untuk nelayan yang hanya
menggunakan perahu biasa sekitar Rp. 1,000,000 – Rp. 2,000,000 dengan
keuntungan sekitar Rp. 1,582,833 per bulan. Adapun pengeluaran untuk
nelayan yang memakai perahu mesin sekitar Rp 1.500.000-1.900.000,
pengeluaran sekitar Rp 1.719.000 per bulan. Untuk nelayan yang hanya
menggunakan perahu biasa berkisar Rp 1.100.000- 1.500.000, dengan
pengeluaran sekitar Rp 1.328.500/bulan.
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penempatan lokasi penelitian bagi penelitian ilmiah memang memerlukan


bebagai pertimbangan ilmiah maupun pertimbangan praktisnya. Pertimbangan
ilmiahnya, apakah lokasi lokasi tersebut terdapat masalah yang banyak dikaji secara
ilmiah, bahwa objek tersebut adalah mudah dijangkau, efektif, dan efisien dari segi
waktu dan biaya. Penelitian ini sendiri akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai
April tahun 2022 di Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten
Morowali Utara.

B. Metode Penelitian

Menurut Nazir (2003), metode deskriptif adalah metode penelitian untuk


membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Penelitian deskriptif dibagi
menjadi beberapa jenis yiatu metode survai, metode deskriptif berkessinambungan,
enelitian studi kasus, penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas, penelitian tindakan,
serta penelitian perpustakaan dokumenter.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif drngan metode survai
yaitu metode yang diadakan untuk mencari keterangan secara factual baik tentang
institusi sosial, ekonomi, maupun politik dari suatu kelompok maupun daerah. Metode
survai dalam penelitian ini menggunakan schedule karena pengisian daftar pertanyaan
dilakukan oleh peneliti. Sasaran responden dalam penelitian ini yaitu rumah tangga
pembudidaya udang vaname tradisional yang bertujuan untuk menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapattan dan tingkat kesejahteraan pembudidaya
udang kelompok Mutiara Laut, di Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasi Timur,
Kabupaten Morowali Utara.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan ada dua macam yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mencatat hasil dari observasi, kuisioner,
dan wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data atau informasi dalam
bentuk laporan dari seseorang, jurnal ilmiah, literatur, serta buku terbitan berkala.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung ari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkan data secara langsung. Teknik yang bisa digunakan untuk
mendapatkan data primer antara lain melalui observasi, wawancara dan diskusi
terfokus (Dharma, 2008).
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dan
menyebar kuisioner yang ditujukan langsung kepada rumah tangga pembudidaya
udang di Kelompok Mutiara Laut, Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur,
Kabupaten Morowali Utara. Data primer ditentukan dengan teknik kuisioner yang
sudah disiapkan daftar pertanyaan. Dengan adanya wawancara dan schedule,
diharapkan dapat mendapatkan data yang akurat dan relevan sesuai dengan tujuan
penelitian.
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Identitas responden, seperti nama, umur, jenis kelamin pendidikan pekerjaan.
b. Jumlah anggota keluarga inti dan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam
satu rumah.
c. Alokasi waktu antara suami dan istri untuk kegiatan produktif dan non-produktif
dalam satu bulan.
d. Jumlah pendapatan dan pengeluaran keluarga dalam satu bulan.

2. Data Sekunder

Menurut Bungin (2005), data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
data sekunder, yaitu sumber kedua setelah data primer. Karena sesuatu dan lain hal,
penelitian tidak atau sukar memperoleh data dari sumber data primer dan mungkin
juga karena menyangkut hal-hal yang sangat pribadi.
Adapun data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Profil dan potensi perikanan budidaya Kecamatan Petasia Timur yang berasal dari
data atau laporan publikasi instansi-instansi.
b. Tulisan – tulisan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan hasil – hasil
penelitian terdahulu.
c. Bahan pustaka berupa literatur yang berhubungan dengan penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini


sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara pewawancara dengan yang
diwawancarai. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
mahasiswa ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan –
permasalahan yang ingin diteliti serta apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit (Sugiyono, 2015).
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan yang bersifat
terbuka dan terstruktur dengan berpedoman pada pertanyaan lengkap dan terperinci.
Wawancara yang akan dilakukan peneliti yaitu pertanyaan mengenai seputar kegiatan
rumah tangga pembudidaya udang baik produktif maupun non produktif, kondisi
perikanan budidaya dan informasi – informasi penting tentang seluruh aktivitas
ekonomi didalam keluarga baik suami dan isteri. Wawancara dilakukan melalui rumah
tangga pembudidaya yang berada pada kawasan budidaya Kelompok Mutiara Laut,
Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara.
b. Schedule
Alat lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan yang sangat
sering secara umum disebut dengan nama kuesioner. Jika yang menuliskan isian
terhadap daftar pertanyaan adalah responden, maka daftar pertanyaan tersebut adalah
kuisioner. Sedangkan, jika yang menulis isian terhadap daftar pertanyaan adalah
pencatat (peneliti) yang dibawakan dalam satu waktu maka daftar pertanyaan tersebut
adalah schedule. Walaupun nama yang diberikan pada daftar pertanyaan disebut
kuesioner dan schedule, tetapi isi dari daftar pertanyaan tersebut sama saja sifatnya.
Isi dari kuesioner atau schedule adalah pertanyaan tentang fakta-fakta yang dianggap
dikuasai oleh responden (Nazir, 2003).
Pengambilan data melalui schedule dilakukan dengan menyebarkan lembaran
yang berisi daftar pertanyaan kepada responden. Responden yang dimaksud adalah
pembudidaya Kelompok Mutiara Laut. Tujuan pemberian schedule adalah untuk
mengetahui identitas rumah tangga pembudidaya udang Kelompok Mutiara Laut,
pendapatan rumah tangga pembudidaya Kelompok Mutiara Laut, sehingga dari hasil
kuesioner tersebut diketahui tingkat kesejahteraan keluarga dari indikator
kesejahteraan keluarga yang diperoleh dari BPS.
c. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks. Suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting
adalah proses – proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono,
2015).
Observasi yang akan dilakukan peneliti yaitu meliputi pengamatan terhadap
seluruh kegiatan budidaya udang vaname yang berada pada kawasan Desa Polewali
Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara. Serta pengamatan
terhadap keadaan umum lokasi penelitian.
d. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010), metode dokumentasi adalah metode penelitian yang
dilakukan dengan cara mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, leger, agenda dan sebagainya.
Metode dokumentasi merupakan sumber data yang berasal dari benda mati sehingga
tidak mudah berubah atau bergerak. Sehingga dalam penelitian, peneliti perlu memiliki
kepekaan teoritik untuk memaknai semua dokumen tersebut agar hasil dokumentasi
tidak sekedar barang yang tidak bermakna.
Dalam penelitian ini, teknik pengampulan data dengan dokumentasi dilakukan
dengan mengumpulkan literatur-literatur dari perpustakaan, jurnal, website resmi
pemerintah terkait seperti Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulawesi Tengah, kantor BPS Kabupaten Morowali
Utara serta Desa Polewali Ungkea. Data yang diperoleh kemudian dicatat dan
dirangkai menjadi satu kesatuan hasil penelitian.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka populasi dalam


penelitian ini berasal dari pembudidaya udang Kelompok Mutiara Laut, Kecamatan
Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara. Sedangkan untuk menentukan sampelnya
yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana sampel diambil
berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu jenis pembudidaya udang vaname anggota
kelompok Mutiara Laut.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling yaitu dengan purposive sampling, dimana sampel diambil
berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu jenis pembudidaya udang vaname anggota
kelompok Mutiara Laut.
Penentuan jumlah sampel penelitian apabila jumlah subyek kurang dari 100
orang maka diambil semuanya. Apabila jumlah subyek besar atau lebih besar dari 100
orang maka dapat diambil sebayak 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% atau
bahkan lebih (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini diketahui jumlah populasi rumah
tangga di Kelompok Mutiara Laut 37 rumah tangga, maka semuanya populasi akan
diambil sebagai sampel.

F. Metode Analisis Data


Analisis data kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan
karakteristik rumah tangga pembudidaya udang Kelompok Mutiara Laut. Sedangkan
analisis data kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk tingkat pendapatan rumah
tangga pembudidaya udang Kelompok Mutiara Laut dan kesejahteraan rumah tangga
pembudidaya udang Kelompok Mutiara Laut.

a. Karakteristik Rumah Tangga Pembudidaya Udang Kelompok Mutiara Laut

Karakteristik rumah tangga merupakan ciri yang melekat pada rumah tangga
pembudidaya yang membedakan dengan rumah tangga yang lain. Karakteristik rumah
tangga pembudidaya sangat penting untuk diketahui, karena menggambarkan
kapasitas pembudiaya sebagai pelaku utama dalam usaha penangkapan. Kapasitas
pembudidaya dapat diukur dari umurnya, tingkat pendidikannya dan jumlah anggota
keluarga.

b. Analisis Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Pembudidaya Udang Kelompok


Mutiara Laut

Sumber pendapatan rumah tangga pembudidaya berasal dari keuntungan


usaha tambak dan pendapatan non-tambak. Pendapatan non-tambak dibedakan
menjadi tiga yaitu pendapatan, pendapatan sebagai pengolah atau pedagang , dan
pendapatan non perikanan. Pendapatan non-tambak dalam rumah tangga nelayan
biasanya dilakukan oleh pembudidaya sebagai sampingan. Pendapatan rumah tangga
pembudidaya dihitung dengan cara mengurangi penerimaan yang diperoleh dengan
total biaya produksi yang telah digunakan.
1. Pendapatan Tambak
a. Total Modal (TI)
Menurut Soekartawi (2002), total modal atau toal investasi dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

TI = MT + MK

Dimana:
TI = Total Investasi Usaha Pembudidaya
MT = Modal Tetap Usaha Pembudidaya
MK = Modal Kerja Usaha Pembudidaya

b. Biaya Produksi (TC)


Menurut Maulidah (2012), biaya total merupakan keseluruhan biaya
yang terjadi pada produksi jangka pendek. Biaya total dapat diperoleh dari
penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya produksi dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :

TC = Total Cost/ Biaya total kegiatan budidaya


FC = Fix Cost / Biaya tetap kegiatan budidaya
VC = Variabel Cost / Biaya variabel kegiatan budidaya

c. Penerimaan (TR)
Sedangkan penerimaaan adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2002). Penerimaan dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana:
TR : Penerimaan kegiatan budidaya
Q : Jumlah hasil budidaya
P : Harga jual

d. Keuntungan (π)
Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan (TR) dengan
total pembiayaan. Menurut Noprita et al. (2015), analisa keuntungan usaha
dapat dihitung menggunakan rumus sebagi berikut :

Dimana :
Л = Keuntungan Usaha (Business Profits)/ pendapatan kegiatan budidaya
TR = Total Penerimaan (Total Revenue) kegiatan budidaya
TC = Total Biaya (Total Cost) kegiatan budidaya
Setelah mendapatkan keuntungan usaha, maka selanjutnya dihitung
total pendapatan rumah tangga. Total pendapatan rumah tangga perikanan
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana:
Pt = Pendapatan rumah tangga (Rp)
Pn = Pendapatan usaha budidaya (Rp)
Pw = Pendapatan diluar usaha budidaya (Rp)
e. R/C Ratio
Menurut Supartama et al. (2013), R/C Ratio digunakan untuk melihat
apakah suatu usaha itu layak digunakan atau tidak. Untuk mengetahui nilai R/C
Ratio secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :
TR = Total Revenue (Penerimaan)
TC = Total Cost (Biaya)
Dengan ketentuan sebagai berikut:
R/C > 1 artinya usaha efisien dan menguntungkan
R/C < 1 artinya usaha tidak efisien dan tidak menguntungkan
R/C = 1 artinya usaha berada pada kondisi impas yaitu tidak memperoleh
keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

f. Return to Equity Capital (REC)


Analisa REC adalah suatu analisis untuk mengetahui nilai imbalan
terhadap modal sendiri dalam usaha (Soekartawi, 1986). Untuk menghitung
besarnya imbalan yang yang diterima oleh nelayan kecil digunakan perhitungan
REC karena responden menggunakan anggota keluarga dalam proses
produksi. Untuk menghitung REC digunakan rumus :

2. Curahan Waktu Kerja


Curahan waktu kerja rumah tangga pembudidaya udang dibagi menjadi
dua yaitu curahan waktu kerja budidaya dan curahan waktu kerja non-
budidaya. Curahan waktu kerja budidaya yaitu jumlah hari yang digunakan
untuk bekerja di tambak mulai dari mempersiapkan kolam sampai dengan
menjual hasil budidaya ke pengepul. Sedangkan curahan waktu kerja non
melaut umumnya dilakukan oleh pembudidaya untuk melakukan pekerjaan
sampingan.
Perhitungan curahan waktu yang dilakukan oleh rumah tangga
pembudidaya udang Kelompok Mutiara Laut terdiri dari curahan waktu kerja
produktif dan curahan waktu kerja reproduktif yang dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
3. Pengeluaran Rumah Tangga
Menurut Yafid, et al. (2009), untuk menghitung pengeluaran rumah tangga
nelayan dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

C rt = total pengeluaran keluarga nelayan dalam satu tahun


c pn = total pengeluaran pangan seperti konsumsi dan lain-lain dalam satu
tahun cnp = total pengeluaran non pangan seperti pakaian, jajan, sosial, dalam
satu tahun

c. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pembudidaya Udang


Kelompok Mutiara Laut

Analisis tingkat kesejahteraan digunakan untuk mengetahui kualitas hidup dari


sebuah keluarga. Tingkat kesejahteraan pembudidaya udang Kelompok Mutiara Laut
akan di analisis berdasarkan indikator – indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) Tahun 2014. Indikator kesejahteraan tersebut digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan pembudidaya udang Kelompok Mutiara Laut. Untuk
mendapatkan data kesejahteraan nelayan dilakukan wawancara dengan indikator –
indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 yang meliputi :

1. Kependudukan
Pada variabel kependudukan, terdapat 5 item yang dinilai yaitu jumlah anggota
keluarga, jumlah orang luar yang ikut tinggal bersama keluarga, jumlah tanggungan
keluarga, jumlah anggota keluarga laki-laki dan jumlah anggota keluarga
perempuan. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan.yaitu 3,2, dan 1.
Indikator kependudukan dapat dikatakan baik jika total nilai (12-15), cukup jika total
nilai (8-11), dan kurang jika total nilai (4-7).
2. Kesehatan dan Gizi
Pada variabel kependudukan, terdapat 9 item yang dinilai yaitu keluhan
kesehatan, pengaruh keluhan kesehatan terhadap aktivitas sehari-hari, dana
kesehatan setiap bulan, sarana kesehatan yang digunakan, tenaga kesehatan,
tempat persalinan, tempat memperoleh obat, kemampuan tentang biaya berobat,
dan jenis pengobatan. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan yaitu 3,2,
dan 1. Indikator kesehatan dan gizi dapat dikatakan baik jika total nilai (23- 27),
cukup jika total nilai (18-22) dan kurang jika total nilai (13-17).
3. Pendidikan
Pada variabel pendidikan, terdapat 6 item yang dinilai yaitu jumlah anggota
keluarga usia 10 tahun keatas yang lancar membaca dan menulis, pendapat tentang
pendidikan putra-putri, kemampuan terhadap biaya pendidikan, pendidikan sekolah,
jenjang pendidikan anak dan pendidikan luar sekolah. Pada setiap item terdapat 3
nilai yang digunakan.yaitu 3,2, dan 1. Indikator pendidikan dapat dikatakan baik jika
total nilai (6 -10) kurang, (11-14) cukup dan (15-18) baik.
4. Ketenagakerjaan
Pada variabel ketenagakerjaan, terdapat 9 item yang diteliti yaitu anggota
keluarga diatas 15 tahun yang bekerja, jumlah keluarga yang belum bekerja, jumlah
jam dalam seminggu yang digunakan untuk bekerja, pekerjaan tambahan yang
dilakukan, jenis pekerjaan tambahan, waktu untuk melakukan pekerjaan tambahan,
jumlah jam untuk melakukan pekerjaan tambahan, pekerjaan dengan keahlian, dan
pendapat tentang upah yang diterima. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang
digunakan.yaitu 3,2, dan 1. Indikator ketenagakerjaan dapat dikatakan produktif jika
total nilai (21-27), cukup (14-20) dan tidak produktif (7-13).
5. Taraf dan Pola Konsumsi
Pada variabel taraf dan pola konsumsi, terdapat 4 item yang diteliti yaitu
penggunaan beras sebagai bahan makanan pokok, kecukupan pendapatan per bulan
untuk konsumsi pangan dan non pangan, dana yang disisakan untuk kebutuhan
sandang dan perumahan, dan pendapatan per bulan yang ditabung atau untuk
menanam modal. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan.yaitu 3,2, dan 1.
Indikator taraf dan pola konsumsi dapat dikatakan baik jika total nilai (10-12), cukup
(7-9) dan kurang (4-6).
6. Perumahan dan Lingkungan
Dalam variabel taraf dan pola konsumsi, terdapat 15 item yang diteliti yaitu
status rumah tempat tinggal, status tanah tempat tinggal, jenis perumahan, jenis atap,
jenis dinding, jenis lantai, luas lantai, jenis penerangan, bahan bakar, sumber air
minum, penggunaan air minum, kepemilikan MCK, jarak MCK dengan sumber air,
jenis WC, dan tempat pembuangan sampah. Pada item pertama diteliti status rumah
tempat tinggal keluarga. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan yaitu 3,2,
dan 1. Indikator perumahan dan lingkungan dapat dikatakan baik jika total nilai (37-45
cukup (26-36) dan kurang (15-25).
7. Sosial dan Lain-lain
Pada variabel sosial dan lain-lain, terdapat 5 item yang diteliti yaitu akses ke
tempat wisata, waktu bepergian atau wisata sejauh ≥100 km, kemampuan
menggunakan komputer, biaya untuk hiburan dan olahraga, dan model telepon
seluler yang digunakan. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan.yaitu 3,2,
dan 1. Indikator sosial dan lain-lain dapat dikatakan baik jika total nilai (12- 15), cukup
(8-14) dan kurang (4-7).

Tabel 1. Indikator Kesejahteraan Keluarga menurut Badan Pusat Statistik tahun


2014

No Indikator Kesejahteraan Kriteria Skor


1 Kependudukan
 Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal: Baik (12-15) 3
≤ 4 orang (3), 5 orang (2), ≥ 5 orang (1) Cukup (8-11) 2
 Jumlah orang luar yang ikut tinggal: Kurang (4-7) 1
≤ 1 orang (3), 2 orang (2), ≥ 2 orang
 Tanggungan dalam keluarga: ≤ 4 orang (3),
5 orang (2), ≥ 5 orang (1)
 Jumlah anggota keluarga laki-laki: ≥ 5 orang
(3), 4 orang (2), ≤ 3 orang (1)
 Jumlah anggota keluarga perempuan: ≥ 5
orang (3), 4 orang (2), ≤ 3 orang (1)

2 Kesehatan dan Gizi


 Anggota keluarga mengalami keluhan Baik (23-27) 3
kesehatan: tidak (3), Cukup (18-22) 2
kadang-kadang (2), ya (1) Kurang (13-17) 1
 Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas
sehari-hari: tidak (3), kadang-kadang (2),
ya (1)
 Setiap bulan keluarga menyediakan dana
kesehatan: ya (3), kadang- kadang (2),
tidak (1)
 Sarana kesehatan: rumah sakit (3),
puskesmas (2), posyandu (1)
 Tenaga kesehatan: dokter (3), bidan (2),
dukun (1)
 Tempat persalinan: bidan (3), dukun (2),
rumah (1)
 Tempat memperoleh obat: puskesmas (3),
apotik (2), obat warung (1)
 Biaya berobat: terjangkau (3), cukup
terjangkau (2), sulit terjangkau (1)
 Jenis perobatan: modern (3), tradisional
(2), lain-lain (1)
3 Pendidikan
 Anggota keluarga usia >10 tahun lancar Baik (15-18) 3
membaca dan menulis: lancar (3), kurang Cukup (11-14) 2
lancar (2), tidak lancar (1) Kurang (6-10) 1
 Pendidikan putra-putri: penting (3), kurang
penting (2), tidak penting (1)
 Biaya pendidikan: sanggup (3), kurang
sanggup (2), tidak sanggup (1)
 Pendidikan sekolah: ≥ 9 tahun (3), 9 tahun
(2), ≤ 9 tahun (1)
 Jenjang pendidikan anak: ≥ SMP (3), SD
(2), tidak tamat (1)
 Pendidikan luar sekolah: perlu (3), kurang
perlu (2), tidak perlu (1)
4 Ketenagakerjaan
 Anggota keluarga usia >15 tahun yang Produktif (21-27) 3
bekerja: 3 orang (3), 2 orang (2), 1 orang Cukup (14-20) 2
(1) Tidak Produktif 1
 Keluarga yang belum bekerja: tidak ada (7-13)
(3), 1 orang (2), 2 orang (1)
 Jam dalam seminggu untuk bekerja:
 >35 jam (3), 31-35 jam (2), <30 jam
 (1)
 Pekerjaan tambahan: ya (3), sedang
 mencari (2), tidak ada (1)
 Jenis pekerjaan tambahan: wiraswasta (3),
buruh (2), tidak ada (1)
 Waktu untuk pekerjaan tambahan:
sepanjang tahun (3), setelah musim garap
(2), tidak tentu (1)
 Jam untuk pekerjaan tambahan: tidak tentu
(3), ≥ 7 jam (2), 5-6 jam (1)
 Pekerjaan dengan keahlian: ya (3), kurang
perlu (2), tidak (1)
 Upah : sesuai (3), belum sesuai (2), tidak
sesuai (1)
5 Taraf dan Pola Konsumsi
 Beras sebagai bahan makanan pokok: ya 3
Baik (10-12)
(3), kadang-kadang (2), tidak (1) 2
Cukup (7-9)
 Pendapat per bulan cukup untuk konsumsi 1
Kurang (4-6)
pangan dan non pangan: ya (3), kadang-
kadang (2), tidak (1)
 Dana disisakan untuk kebutuhan sandang
dan perumahan: ya (3), kadang-kadang (2),
tidak (1)
 Pendapatan per bulan ditabung atau untuk
menanam modal ; ya (3), kadang-kadang
(2), dan tidak (1)
6 Perumahan dan Lingkungan
 Status rumah tempat tinggal: milik sendiri Baik (37-45) 3
(3), sewa (2), menumpang (1) Cukup (26-36) 2
 Status tanah tempat tinggal: : milik sendiri Kurang (15-25) 1
(3), sewa (2), menumpang (1)
 Jenis perumahan: permanen (3), semi
permanen (2), tidak permanen (1)
 Jenis atap: genteng (3), seng/asbes (2),
rumbai/alang-alang (1)
 Jenis dinding: semen (3), papan (2),
geribik (1)
 Jenis lantai: semen (3), kayu/papan (2),
tanah (1)
 Luas lantai mencukupi setiap anggota
keluarga: ya (3), belum (2), tidak (1)
 Jenis penerangan: listrik (3), petromak (2),
lampu teplok (1)
 Bahan bakar: gas elpiji (3), minyak tanah
(2), kayu (1)
 Sumber air minum: PAM/ledeng (3), sumur
(2), sungai (1)
 Penggunaan air minum: matang (3),
mentah (2), ya (1)
 Kepemilikan MCK: ya (3), belum (2), tidak
(1)
 Jarak MCK dengan sumber air: >10 m (3),
5-10 m (2), <5 m (1)
 Jenis WC: WC jongkok (3), WC cemplung
(2), sungai (1)
 Tempat pembuangan sampah: lubang
sampah (3), pekarangan (2), sungai (1)

7 Sosial dan Lain-lain


 Akses ke tempat wisata: mudah dan sering Baik (12-15) 3
(3), mudah tapi tidak sering (2), tidak Cukup (8-11) 2
pernah (1) Kurang (4-7) 1
 Bepergian atau wisata ≥100 km: sering >2
kali (3), tidak sering <2 kali (2), tidak
pernah (1)
 Kemampuan menggunakan komputer:
paham sekali (3), paham (2), tidak paham
(1)
 Biaya untuk hiburan dan olahraga: mudah
(3), cukup (2), sulit (1)
 Telepon seluler: smartphone (3), telpon
seluler biasa (2), tidak mempunyai (1)

Kriteria untuk masing-masing klasifikasi: Keluarga


belum sejahtera : nilai skor 7-14 Keluarga
sejahtera : nilai skor 15-21
(sumber : BPS, 2014)
IV. HASIL

A. Keadaan Umum Lokasi

Desa Polewali Ungkea merupakan salah satu desa pesisir yang terletak di
Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah.
Desa Polewali Ungkea terletak antara antara 07o – 21o Lintang Selatan dan 112,36 o –
o
112,54 Bujur Timur, dengan luas wilayah 216,97 Ha. Ketinggian tanah di wilayah
desa Polewali Ungkea berada sekitar 4 meter di atas permukaan laut, sehingga desa
ini termasuk dataran rendah yang berada di dekat laut. Sedangkan suhu udara di
wilayah desa Polewali Ungkea berkisar antara 28-32oC. Desa Polewali Ungkea
berbatasan langsung dengan wilayah lain, sebagai berikut :
 Sebelah utara : Desa Towara Pantai

 Sebelah timur : Desa Mohoni dan Desa Peboa

 Sebelah selatan : Laut Lepas

 Sebelah barat : Desa Molino


Sedangkan untuk keadaan tipografi, desa Polewali Ungkea merupakan daerah
pesisir pantai kecamatan Petasia Timur yang secara langsung berbatasan dengan laut
lepas, sehingga potensi perikanannya dinilai cukup besar. Jarak dengan pusat
pemerintahan kecamatan berkisar 25 Km, dengan pusat pemerintahan kabupaten
sekitar 45 Km, dan jarak dengan pusat pemerintahan provinsi sekitar 450 Km.

B. Keadaan Demografi Penduduk


1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia
Keadaan penduduk desa Polewali Ungkea berdasarkan usia dapat dibedakan
menjadi empat rentang usia, yaitu anak-anak (0-12 tahun), remaja (13-18 tahun),
dewasa (19-50 tahun), dan lansia (>50 tahun). Adapun data jumlah penduduk desa
Polewali Ungkea berdasarkan usia disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Sebaran Penduduk Berdasarkan Usia


No Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0-12 228 20,37
2 13-18 123 10,99
3 19-55 657 58,71
4 >55 111 9,91
Jumlah 1.119 100
(Sumber : Desa Polewali Ungkea, 2022)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa penduduk di desa Polewali
Ungkea berjumlah 1.119 jiwa. Dari 1.119 jiwa ini dikelompok ke dalam empat
bagian, yaitu kelompok usia anak-anak yang berusia 0-12 tahun berjumlah 228
(20,37%) dari seluruh jumlah penduduk. Kemudian usia remaja dengan rentang 13-
18 tahun yang berjumlah 123 jiwa (10,99%) dari jumlah keseluruhan penduduk.
untuk usia dewasa dengan rentang 19-55 tahun berjumlah 657 jiwa yang
merupakan 58,71% dari keseluruhan penduduk. Terakhir rentang usia >50 tahun
berjumlah 111 jiwa, 9,91% dari keseluruhan penduduk.

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan penduduk di desa Polewali Ungkea dibedakan menjadi 4
golongan. Dimana golongan pertama adalah tingkat pendidikan SD sederajat, yang
kedua adalah tingkat pendidikan SMP sederajat, yang ketiga adalah tingkat
pendidikan SMA sederajat, dan yang terakhir adalah tingkat pendidikan sarjana (S1-
S3). Berikut tabel penyajian data keadaan penduduk desa Polewali Ungkea
berdasarkan tingkat pendidikan :

Tabel 3. Sebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 SD 323 41,19
2 SMP/SLTP 193 24,61
3 SMA/SLTA 236 30,10
4 S1-S3 32 4,08
Jumlah 784 100
(Sumber : Desa Polewali Ungkea, 2022).
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 784 angkatan kerja atau
penduduk siap kerja di desa Polewali Ungkea, penduduk yang tamatan SD
sederajat ada 323 jiwa, SMP dan sederajat 193 jiwa, SMA dan sederajat 236, dan
sarjana 32 jiwa. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tingkat pendidikan di desa
Polewali Ungkea masih tergolong rendah melihat populasi angkatan kerja yang
hanya tamat SD merupakan jumlah yang terbanyak. Hal ini mengindikasikan bahwa
desa Polewali Ungkea belum sepenuhnya memenuhi standar wajib belajar selama
12 tahun.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Merujuk pada tabel jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa
Polewali Ungkea, masyarakat kebanyakan berada di jenjang pendidikan Sekolah
Dasar. Pendidikan dalam hal ini dapat mempengaruhi pekerjaan. Adapun julah
penduduk di desa Polewali Ungkea berdasarkan jenis pekerjaan akan disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 4. Sebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah(Jiwa) Persentase (%)
1 Pegawai Negeri Sipil 32 6,11
2 Swasta 13 2,48
3 Wiraswasta 10 1,91
4 Nelayan 67 12,81
5 Petani 69 13,19
6 Petambak 33 6,30
7 Pelajar 299 57,17
Jumlah 523 100
(Sumber : Desa Polewali Ungkea, 2022).
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat
desa Polewali Ungkea berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa yang berjumlah
299 jiwa. Diurutan kedua ada petani yang berjumlah 69 jiwa, menyusul yang
berprofesi sebagai nelayan 67 jiwa, petambak 33 jiwa, pegawai negeri sipil 32 jiwa,
pegawai swasta sebanyak 13 jiwa, dan yang terakhir wiraswasta sebanyak 10 jiwa.

C. Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Morowali Utara

Perikanan di kabupaten Morowali Utara merupakan salah satu sektor yang


memegang peranan penting dalam pendapatan daerah. Sektor perikanan di kabupaten
Morowali Utara ini terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Untuk
perikanan tangkap, yang tertinggi adalah penangkapan yang dilakukan di laut dan
umumnya dilakukan oleh nelayan tradisional yang bertempat tinggal tepat di sepanjang
pesisir kbupaten Morowali Utara. Adapun perikanan budidaya merupakan usaha yang
paling banyak dilakukan di kecamatan Petasia Timur, tepatnya di desa Polewali
Ungkea.
Pelaku usaha perikanan budidaya di desa Polewali Ungkea didominasi oleh
petambak tradisional. Dua komoditas yang paling umum ditemukan di desa ini adalah
ikan bandeng dan udang vaname. Petambak yang memiliki usaha budidaya udang
vaname tergabung dalam satu kelompok usaha tani yang bernama Kelompok Mutiara
Laut.
Didukung dengan keadaan geografis yang menguntungkan, usaha budidaya
udang vaname yang dilakukan kelompok mutiara laut dinilai sangat berpotensi untuk
menunjang keadaan ekonomi masyarakat. Hasil panen yang dilakukan 3 kali dalam
setahun dapat menghasilkan udang vaname berkualitas tinggi dan dapat bersaing
dengan hasil panen dari daerah lain. Hasil panen biasanya akan didistribusikan sampai
ke kabupaten lain dengan harga jual yang tinggi. Adapun udang-udang yang beratnya
tidak masuk kualifikasi akan diolah masyarakat sekitar dengan dikeringkan.
Selain itu, dukungan dari pemerintah kabupaten Morowali Utara menjadikan
kelompok Mutiara Laut semakin baik dalam usaha budidaya udang vaname. Sebagai
daerah yang menjadi percontohan budidaya udang vaname secara tradisional, ada
banyak bantuan berupa bibit dan pakan yang berasal dari pemerintah untuk kelompok
ini. Sekali dalam setahun pemerintah daerah, yang diwakili oleh bupati Morowali Utara,
akan datang berkunjung untuk melihat panen yang dilakukan oleh kelompok Mutiara
Laut sebagai bentuk evaluasi dan dukungan untuk hasil panen yang lebih baik ke
depannya.

D. Karakteristik Petambak Responden

Responden dalam penelitian ini merupakan petambak tradisional yang


tergabung dalam Kelompok Mutiara Laut di desa Polewali Ungkea. Jenis komoditi yang
dibudidayakan adalah udang vaname. Data mengenai karakteristik petambak diperoleh
melalui wawancara secara langsung yang dilakukan oleh peneliti di desa Polewali
Ungkea. Para petambak yang diwawancarai merupakan penduduk asli yang mendiami
wilayah pesisir desa Polewali Ungkea.
Karakteristik petambak responden meliputi umur, tingkat pendidikan, tingkat
pendidikan istri, pengalaman kerja, dan jumlah anggota keluarga.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Usia responden yang diwawancarai dalam penelitian ini berkisar antara 30-60
tahun. Data frekuensi umur petambak responden desa Polewali Ungkea dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 5. Responden Berdasarkan Umur


No Umur Nelayan (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 30-40 9 27,2
2 41-50 17 56,6
3 51-60 7 21,2
Jumlah 33 100
(Sumber : Data Primer Diolah, 2022).
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa petambak udang vaname di
desa Polewali Ungkea yang berusia 30-40 tahun berjumlah 9 orang, yang berusia 41-
50 tahun berjumlah paling banyak yaitu 17 orang, dan yang terakhir adalah petambak
yang berusia 51-60 tahun berjumlah 7 orang. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
petambak di kelompok Mutiara Laut termasuk dalam usia produktif.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkatan pendidikan responden dibagi menjadi 2 yaitu tingkat pendidikan
petambak responden dan tingkat pendidikan istri responden. Tingkat pendidikan
responden dan tingkat pendidikan istri responden meliputi tingkat tidak sekolah,
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA), dan Sarjana. Data tingkat pendidikan responden petambak kelompok Mutiara
Laut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 Tidak Sekolah 4 12,1
2 SD 17 51,5
3 SMP 8 24,2
4 SMA/SMK 3 9,09
5 S1 1 3,03
Jumlah 33 100
(Sumber : Data Primer Diolah, 2022).
Berdasarkan tabel frekuensi data responden berdasarkan tingkat pendidikan
diatas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan lebih dari sebagian petambak udang
di desa Polewali Ungkea adalah Sekolah Dasar yang berjumlah 17 orang, kemudian
disusul oleh SMP sebanyak 8 orang, yang tidak bersekolah sebanyak 4 orang,
SMA/SMK sebanyak 3 orang dan sarjana 1 orang. Setelah melihat data di atas dapat
diketahui bahwa tingkat pendidikan petambak udang di desa Polewali Ungkea masih
tergolong rendah. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh anggapan masyarakat sekitar
bahwa pekerjaan mereka tidak memerlukan pendidikan yang tinggi serta jauhnya
akses pendidikan dari tempat mereka pada zaman dulu. Selain itu kendala biaya juga
menjadi salah satu pemicu kurangnya minat mereka pada pendidikan saat itu.

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Istri Petambak


No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase(%)
1 Tidak Sekolah 10 30,3
2 SD 15 45,4
3 SMP 3 9,01
4 SMA/SMK 5 15,1
Jumlah 33 100
(Sumber : Data Primer Diolah, 2022).
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan istri
petambak di desa Polewali Ungkea paling banyak adalah Sekolah Dasar yaitu 15
orang, menyusul yang tidak sekolah sebanyak 10 orang, SMA sebanyak 3 orang, dan
SMP sebanyak 3 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan istri petambak udang di desa Polewali Ungkea masih tergolong rendah.
Menurut responden, hal ini disebabkan oleh batasan bersekolah untuk para
perempuan pada zaman dahulu. Selain itu biaya serta jarak sarana pendidikan juga
menjadi permasalahan utama.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani Tambak
Responden dalam penelitian ini merupakan petambak udang yang memiliki
pengalaman beragam dalam membudidayan udang vaname di tambak. Pengalaman
mereka berkisar anatara 3-15 tahun. Data pengalaman membudidayan udang daat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Responden Berdasarkan Pengalaman Budidaya


No Pengalaman Budidaya (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase(%)
1 ≤5 4 12,1
2 6-10 12 36,3
3 11-15 17 51,5
Jumlah 33 100
(Sumber : Data Primer Diolah, 2022).
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa responden petambak udang di
desa Polewali Ungkea sebagian sudah memiliki pengalaman yang lama sebagai
pembudidaya udang. Responden yang memiliki pengalaman selama 11-15 tahun
terdapat 17 orang, pengalaman 6-10 tahun sebanyak 12 orang, dan yang memilki
pengalaman kurang dari atau sama dengan 5 tahun sebanyak 4 orang.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga


Keluarga dalam satu rumah tinggal umumnya beranggotakan ayah, ibu, dan
anak. Tidak menutup kemungkinan pula adanya anggota keluarga selain itu yang ikut
tinggal dalam satu rumah tinggal yang sama. Jumlah anggota keluarga dalam
penelitian ini mencakup semua orang yang tinggal dalam satu tempat tinggal yang
sama dengan responden dan menjadi tanggungan responden tersebut. Jumlah
anggota keluarga responden dalam penelitian ini amat beragam dan berkisar antara 3-
8 orang dalam satu rumah. Adapun data resonden berdasarkan jumlah anggota
keluarga dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 9. Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga


Jumlah Anggota
No Jumlah (rumah tangga) Persentase(%)
Keluarga (orang)
1 3-5 16 48,4
2 6-8 17 51,6
Jumlah 33 100
(Sumber : Data Primer Diolah, 2019).
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 33 responden petambak
udang vaname di Desa Polewali Ungkea sebagian atau lebih tepatnya 17 responden
memiliki jumlah anggota keluarga 6-8 orang, kemudian 16 orang responden memiliki
anggota keluarga 6-8. Jumlah anggota keluarga merupakan variabel yang akan sangat
mempengaruhi kebutuhan pangan maupun non pangan yang masuk dalam jumlah
pengeluaran.

E. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Petambak

Pendapatan rumah tangga merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh


oleh suatu rumah tangga dalam periode waktu tertentu. Pada penelitian ini,
pendapatan rumah tangga terdiri dari pendapatan suami dan pendapatan istri.
Pendapatan suami umumnya berasal dari hasil panen tambak udang dan usaha
lainnya. Di desa Polewali Ungkea pendapatan sampingan dapat berupa hasil bertani
sawit dan pekerjaan jasa. Sedangkan pendapatan istri di bidang perikanan dapat
berupa hasil penjualan udang kering. Pendapatan istri lainnya lebih beragam, mulai
dari berjualan makanan, minuman, warung, dan lain-lain.
Berikut merupakan rata-rata pendapatan yang diterima oleh petambak udang
kelompok Mutiara Laut di Desa Polewali Ungkea per tahunnya :
Tabel 10. Pendapatan Rumah Tangga Petambak
No Uraian Satuan Jumlah
1 Pendapatan Tambak (suami)
Modal
Modal Tetap Rp/Thn 156.213.636
Modal Kerja Rp/Thn 180.874.242
Total Modal (TI) Rp/Thn 337.087.878
Penerimaan Tambak
Jan-Mei Rp/Thn 64.151.151
Jul-Nov Rp/Thn 66.666.667
Total Penerimaan (TR) Rp/Thn 130.817.818
Biaya Produksi
Biaya Tetap Rp/Thn 20.602.627
Biaya Variabel Rp/Thn 2.498.485
Total Biaya (TC) Rp/Thn 23.101.112
Pendapatan Bersih Tambak (TR-TC) Rp/Thn 107.716.706
Curahan Waktu Kerja Tambak HOK/Thn 221
R/C Ratio (TR : TC) Rp/Thn 5,66
REC %
Pendapatan Non-tambak
2 Rp/Thn
(suami) 7.000.000
3 Pendapatan Non Perikanan (suami) Rp/Thn 30.250.000
4 Pendapatan Istri Rp/Thn 9.111.111
5 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Rp/Thn 154.007.817
6 Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Rp/Thn 112.606.061
(Sumber : Data Primer Diolah 2022)
Berdasarkan tabel pendapatan di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata modal
tetap yang digunakan oleh petambak Kelompok Mutiara Laut dalam menjalankan
usahanya adalah Rp. 156.213.636, dan modal kerja yang digunakan sebesar Rp
180.874.242, jadi total modal rata-rata atau total investment (TI) yang digunakan dalam
usaha tambak udang vaname sebesar Rp. 337.078.878.
Selanjutnya penerimaan yang berasal dari usaha tambak didapatkan dua kali
dalam satu tahun, dengan rata-rata penerimaan dari bulan Januari sampai Mei adalah
sebesar Rp. 64.151.515 serta rata-rata penerimaan dari bulan Juli sampai Noember
adalah sebanyak Rp. 66.666.667. Jadi total rata-rata penerimaan dari usaha tambak
adalah sebesar Rp. 130.817.818.
Biaya produksi yang digunakan pleh petambak Kelompok Mutiara Laut ini
mencakup biaya tetap dengan rata-rata Rp. 20.602.627 pertahun, dan biaya variabel
sebesar Rp. 2.498.485. sehingga total biaya yang digunakan dalam satu tahun atau
dua siklus panen adalah sebesar Rp. 23.101.112.
Pendapatan bersih tambak merupakan selisih antara total penerimaan dan total
biaya. Pada petambak kelompok Mutiara Laut, diketahui bahwa total penerimaan
tambak sebesar Rp. 130. 817.818 dan total biaya adalah Rp. 23.101.112, maka
selisihnya adalah Rp. 107.716.706.
Curahan waktu kerja, atau hari kerja optimal yang digunakan oleh petambak
kelompok Mutiara Laut dalam setahun adalah 221 hari.
Untuk pendapatan rumah tangga tidak hanya berasal dari usaha tambak saja.
Pada beberapa responden ada pula yang bekerja sebagai petani sawit dan pengolah
ikan asin. Jumlah rata-rata pendapatan non-tambak yang diperoleh oleh kelompok
Mutiara Laut dalam satu tahun sebesar Rp. 7.000.000, sedangkan rata-rata
pendapatan non-perikanan yang diterima dalam satu tahun adalah sebesar Rp.
30.250.000. bukan hanya suami, peran istri juga berpengaruh dalam pendapat rumah
tangga responden. Rata-rata pendapatan dari istri petambak kelompok Mutiara Laut
dalam satu tahun adalah sebesar Rp. 9.111.111. Jadi, jumlah rata-rata pendapatan
rumah tangga petambak Kelompok Mutiara Laut dalam satu tahun adalah Rp.
154.007.817, dengan rata-rata pengeluaran sebesar 112.606.061.

F. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petambak

Analisis kesejahteraan rumah tangga nelayan dilakukan berdasarkan indikator


kesejahteraan menurut Badan Pusat statistik (BPS) tahun 2014, dengan keseluruhan 7
indikator yaitu kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf
dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan serta sosial dan lain-lain. Berikut
merupakan hasil penilaian tingkat kesejahteraan rumah tangga petambak Kelompok
Mutiara Laut, Desa Polewali Ungkea pada setiap indikator.
Tabel 11. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Kelompok Mutiara Laut
No Indikator Kategori
1 Kependudukan Cukup
2 Kesehatan dan Gizi Cukup
3 Pendidikan Cukup
4 Ketenagakerjaan Cukup
5 Taraf dan Pola Konsumsi Baik
6 Perumahan dan Lingkungan Baik
7 Sosial dan Lain-lain Baik
(Sumber : Data Primer Diolah)
Berdasarkan tabel diatas, tingkat kesejahteraan rumah tangga petambak
Kelompok Mutiara Laut terdapat empat indikator yang berkategori cukup, yaitu
indikator kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, dan ketenagakerjaan. Ketiga
indikator lainnya berkategori baik, yaitu indikator taraf dan pola konsumsi, perumahan
dan lingkungan, serta sosial dan lain-lain.
Secara keseluruhan, berikut merupakan hasil analisis kesejahteraan rumah
tangga petambak kelompok Mutiara Laut :
Tabel 12. Hasil Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Kelompok Mutiara
Laut
No. Kategori Jumlah (RT) Presentase (%)
1. Keluarga Sejahtera 27 81,8
2. Keluarga Belum Sejahtera 6 18,2
Jumlah 33 100

Berdasarkan data hasil penelitian yang disajikan di tabel 12, terlihat bahwa dari
33 rumah tangga responden, 27 diantaranya atau sebanyak 81,2% tergolong dalam
tingkat sejahtera, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 6 rumah tangga atau 18,2% dari
keseluruhan responden tergolong dalam tingkat belum sejahtera.
V. PEMBAHASAN

A. Analisis Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Petambak

Pendapatan dapat diartikan sebagai total penerimaan (uang atau bukan uang)
seseorang atau sautu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan dapat pula
diartikan sebagai segala uang atau segala pembayaran yang diterima oleh seseorang
atau perusahaan dalam bentuk gaji atau upah, sewa, bunga, laba, dan lain-lain,
bersamaan dengan tunjangan pengangguran, uang pensiunan, dan lain-lain.
Rumah tangga merupakan salah satu pelaku ekonomi yang menggunakan,
memakai, atau menghabiskan barang dan jasa yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Setiap rumah tangga memiliki kebiasaan atau tingkah laku yang
berbeda-beda dalam melakukan kegiatan ekonomi, hal ini bergantung pada
penghasilan yang didapatkan. Semakin banyak penghasilan maka pengeluaran akan
semakin banyak, begitu pula sebaliknya. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku
ekonomi rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga, kedudukan sosial, pengaruh
lingkungan, gaya hidup serta kebiasaan atau selera (Mubarok, 2012).
Pendapatan rumah tangga menurut Badan Pusat Statistik, 2022, adalah
pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan yang berasal dari
pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendapatan rumah tangga merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh oleh
suatu rumah tangga dalam periode waktu tertentu. Dalam penelitian ini periode waktu
yang diambil adalah satu tahun. Pendapatan rumah tangga petambak kelompok
Mutiara Laut desa Polewali Ungkea meliputi pendapatan tambak, pendapatan non-
tambak, pendapatan non-perikanan, dan pendapatan anggota keluarga lainnya, dalam
hal ini istri petambak.
Selain pendapatan yang diperoleh dari hasil tambak, suami juga memiliki usaha
non-tambak yang umumnya berasal dari penjualan ikan asin dan pembuatan pukat.
Kemudian pendapatan non-perikanan keluarga dapat berasal dari hasil pertanian sawit
dan sebagai pegawai pemerintahan desa. Adapun pendapatan tambahan istri lebih
beragam, seperti penjual minuman, pemilik kios, penjual kosmetik, penjual ikan asin,
dan penjual terasi.

1. Pendapatan Tambak
Berdasarkan tabel 10 (hasil penelitian) dapat diketahui bahwa modal usaha
tambak udang vaname terdiri dari modal tetap dan modal kerja. Modal tetap terdiri dari
lahan, perlengkapan tambak, dan mesin. Sedangkan modal kerja terdiri dari bahan
bakar, penyusutan, perawatan lahan, dan perawatan peralatan tambak. Total rata-rata
modal tetap yang digunakan oleh kelompok Mutiara Laut desa Polewali Ungkea adalah
Rp. 156.213.636 dan modal usaha sebesar Rp. 180.874.242. Jadi, total rata-rata
modal usaha yang digunakan dalam periode satu tahun adalah sebesar Rp.
337.087.878.
Penerimaan tambak kelompok Mutiara Laut dibagi menjadi dua musim yaitu
musim Januari-Mei dan musim Juli-November. Dalam setahun rata-rata pendapatan
yang dihasilkan oleh petambak kelompok Mutiara Laut berjumlah Rp. 130.817.818.
Hasil tambak utama adalah udang vanamei yang setiap kilogramnya berskisar antara
harga Rp 30.000 – Rp. 75.000. Pada saat musim yang baik, dimana intensitas curah
hujan dan cahaya matahari seimbang, maka hasil tambak akan berpengaruh. Udang-
udang yang dihasilkan lebih besar dan lebih tahan dari penyakit. Namun pada musim
dimana cuaca kurang baik, penyakit yang dipicu oleh adanya bakteri akan
mengganggu udang. Di cuaca yang terlalu panas kebanyakan bibit udang akan mati
dan pertumbuhan menjadi lebih kerdil. Penghasilan yang didapatkan berbeda-beda
setiap petambak tergantung luas lahan dan cara perawatan. Akan tetapi rata-rata yang
dihasilkan dalam satu hektar lahan tambak saat hasil panen baik adalah 800 -1.000 kg,
sedangkan jika hasil panen kurang baik hanya akan mencapai 500-600 kg dalam
sekali panen.
Dalam pengoperasian usaha tambak terdapat biaya produksi, biaya ini terbagi
menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya perawatan,
biaya penyusutan, dan pajak. Sedangkan biaya variabel terdiri dari benur, pupuk, dan
pakan. Total rata-rata biaya tetap yang digunakan oleh petambak kelompok Mutiara
Laut dalam satu tahun adalah Rp. 20.602.627 dan total biaya variabel yang digunakan
adalah Rp. 2.498.485. Sehingga total rata-rata biaya produksi yang digunakan dalam
usaha tambak udang vaname oleh Kelompok Mutiara Laut adala Rp. 23.101.112.
Untuk menghitung rata-rata penerimaan bersih yang didapatkan oleh petambak
kelompok Mutiara Laut dalam satu tahun dilakukan dengan mencari selisih antara total
penerimaan tambak dan total biaya. Maka didapatkan hasil Rp. 107.716.706, yang
merupakan rata-rata pendapatan bersih yang diterima oleh petambak kelompok
Mutiara Laut dalam satu tahun.
Dalam kegiatan usaha apabila total penerimaan lebih besar daripada total biaya
produksi , maka usaha tersebut dapat dikatan berhasil atau mengalami keuntungan
dan berpotensi untuk dilanjutkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

2. Pendapatan Non-Tambak
Selain menjalankan usaha tambak udang vaname, petambak kelompok Mutiara
Laut juga memiliki usaha lain seperti pembuatan ikan kering, pembuatan pukat, dan
penyewaan perahu wisata. Usaha ini juga memiliki hasil yang lumayan
menguntungkan, mengingat lokasi pemukiman mereka yang berdekatan dengan desa
wisata. Pada penelitian ini terdapat 5 orang responden yang memiliki usaha non-
tambak. Responden 1 dan 9 memiliki usaha pembuatan ikan kering, responden 2
memiliki usaha penyewaan perahu wisata, serta responden 10 dan 25 yang memiliki
usaha pembuatan pukat. Usaha ini dijalankan 2 hari dalam seminggu, 6 jam perhari
saat tidak bekerja di tambak.
Berdasarkan table 9 yang terdapat di lampiran, dapat diketahui bahwa rata-rata
pendapatan non-tambak yang diperoleh oleh petambak kelompok Mutiara Laut desa
Plowali Ungkea adalah sebesar Rp. 7.000.000 per tahun.

3. Pendapatan Non-Perikanan
Dengan kekayaan alam yang melimpa, maka usaha yang dimiliki oleh
petambak kelompok Mutiara Laut tidak hanya terbatas pada usaha perikanan. Ada
juga beberapa usaha pertanian dan menjadi pegawai pemerintahan di desa.
Pendapatan dari dua hal terseut ikut memberikan kontribusi yang baik bagi
perekonomian pelaku usahanya, dalam hal ini 4 orang responden.
Dapat dilihat pada tabel di lampiran 9, responden 1, 27, dan 28 memiliki usaha
non-perikanan yaitu bertani sawit, sedangkan responden 8 merupakan pegawai
pemerintahan desa. Rata-rata pendapatan non-perikanan yang diperoleh kelompok
Mutiara Laut adalah Rp. 30.250.000 dalam satu tahun.

4. Pendapatan Istri Petambak


Pendapatan istri dalam pendapatan rumah tangga merupakan salah satu
kontribusi yang penting. Dalam penelitian ini, terdapat 9 orang responden yang istrinya
ikut bekerja. Adapun pekerjaan yang dilakukan cenderung lebih beragam, namun
hampir seluruhnya adalah usaha berjualan. Berdasarkan tabel 10 pada lampiran dapat
diketahui bahwa jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh istri petambak kelompok
Mutiara Laut adalah berjualan ikan asin, berjualan minuman dan makanan,
menjalankan kios kelontong, distributor kosmetik, dan menjadi tukang cuci keliling.
Dengan jenis pekerjaan yang beragam, pendapatan mereka juga beragam tergantung
kelancaran usaha. Rata-rata pendapatan istri petambak dalam satu tahun adlaah Rp.
9.111.111.

5. Pendapatan Rumah Tangga Petambak


Pendapatan rumah tangga petambak merupakan pendapatan bersih yang
diperoleh oleh suami dan istri dalam suatu rumah tangga dalam periode waktu tertentu,
dalam penelitian ini periode satu tahun. Keseluruhan pendapatan rumah tangga
petambak kelompok Mutiara Laut yang dijumlahkan dari semua sumber pendapatan
dan telah dirata-ratakan untuk kurun waktu satu tahun adalah Rp. 154.007.817.

6. Pengeluaran Rumah Tangga Petambak


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pengeluaran berasal dari
kata keluar, yang merupakan kata homonin karena arti-artinya memiiki ejaan yang
sama dengan makna yang berbeda-beda. Pengeluaran yang dimaksud dalam
penelitian ini berarti belanja, atau apa saja yang dikeluarkan oleh individu atau
kelompok dalam perilaku ekonominya sehari-hari.
Menurut Badan Pusat Statistik, pada rumah tangga, ada dua cara yang
digunakan untuk menggunakan pendaptaan. Pertama, membelajakannya untuk
barang-barang konsumsi. Kedua, tidak membelanjakannya seperti ditabung.
Pengeluaran konsumsi dilakukan untuk mempertahankan taraf hidup. Pada tingkat
pendapatan yang rendah, pengeluaran konsumsi umunya dibelanjakan untuk
kebetuhan-kebutuhan pokok guna memenuhi kebutuhan jasmani. Konsumsi makanan
merupakan faktor terpenting karena makanan merupakan jenis barang untama untuk
mempertahankan kelangsungan hidup. Akan tetapi terdapat berbagai macam barang
konsumsi (termasuk sandang, perumahan, bahan bakar, dan sebagainya) yang dapat
dianggap sebagai kebutuhan untuk menyelenggarakan rumah tangga.
Keanekaragamannya tergantung pada tingkat pendapatan rumah tangga. Tingakt
pendapatan yang berbeda-beda mengakibatkan perbedaan taraf konsumsi.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengeluaran rumah
tangga merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga
dalam periode waktu tertentu. Periode yang paling umum digunakan adalah satu
bulan, akan tetapi dalam penelitian ini digabung menjadi pengeluaran rumah tangga
dalam satu tahun. Pengeluaran pokok rumah tangga akan berbanding lurus dengan
jumlah tanggungan kepala keluarga atau jumlah orang-orang yang akan di dalam
rumah tangga. Semakin banyak anggota keluarga maka pengeluaran pokok akan
semakin banyak. Pengeluaran ini terbagi menjadi dua yaitu pengeluaran pokok pangan
dan pengeluaran pokok non-pangan. Pengeluaran pokok pangan meliputi pengeluaran
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dapat berupa kebutuhan makanan dan
kebutuhan rumah tangga yang mendasar. Sedangkan pengeluaran pokok non-pangan
terdiri dari biaya listrik, biaya air, biaya cicilan kendaraan atau rumah, biaya sekolah
anak, biaya kesehatan, biaya usaha, biaya transportasi, dan biaya lainnya.
Rata-rata pengeluaran pokok pangan yang dikeluarkan oleh petambak
kelompok Mutiara Laut dalam satu tahun sebesar Rp. 43.757.576. pengeluaran
pangan ini dipengaruhi dengan banyaknya anggota keluarga dalam suatu rumah
tangga. Rumah tangga petambak Kelompok Mutiara Laut merupakan rumah tangga
yang cukup padat dilihat dari jumlah anggota keluarga yang keseluruhannya
melampaui tiga jiwa.
Sedangkan rata-rata pengeluaran pokok non-pangan yang dikeluarkan oleh
petambak kelompok Mutiara Laut adalah sebesar Rp. 68.848.485 dalam kurun waktu
satu tahun. Jumlah ini lebih besar dari pengeluaran pangan karena meiputi seluruh
pengeluaran terhadap barang sekunder yang semakin dibutuhkan saat penerimaan
semakin besar. Kepedulian sebagian besar petambak kelompok Mutiara Laut terhadap
pendidikan anak juga merupakan salah satu faktor membesarnya anggaran
pengeluaran non-pangan.

B. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petambak

Menurut KBBI, kesejahteraan diartikan sebagai suatu hal atau keadaan dimana
individu merasakan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman. Kesejahteraan
pada dasarnya diambil dari kata dasar sejahtera yang merujuk pada keadaan yang
baik, kondisi manusia di mana orang-orang berada dalam keadaan makmur, keadaan
sehat, dan damai. Dalam istilah ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan
benda. Sejahtera memiliki arti khusus resmi atau teknikal. Sedangkan dalam kebijakan
sosisal, kesejahteraan sosial merujuk pada jangkauan pelayanan untuk memenuhi
kebuthuna masyarakat. Ini adlah istilah yang digunkan dalam ide negara sejahtera.
Berdasarkan indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat statistik (BPS)
tahun 2014, yang meliputi 7 indikator yaitu kependudukan, kesehatan dan gizi,
pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan
serta sosial dan lain – lain, didapatkan hasil yang cukup positif. Dari 7 indikator
kesejahteraan, 4 diantaranya memperoleh predikat cukup dan 3 diantaranya
berpredikat baik.

1. Kependudukan
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah,
struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian,
persebaran, mobilitas dan kualitas, serta ketahanannya menyangkut politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Dalam perencanaan pembangunan, kependudukan memegang
peran penting di dalamnya. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang
berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan
dipengaruhi oeleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Kualitas oenduduk
adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat,
kesehatan, pendidikan pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, dan hal-hal
dasar dalam perkembangan hidup yang layak (Gatiningsih dan Sutrisno, 2017).
Pada tabel ... di lampiran terlihat bahwa dari 33 responden terdapat 4 orang
responden yang berada di kategori kurang baik, 20 orang cukup, dan 9 orang baik.
Secara keseluruhan, maka indikator kependudukan dalam kesejahteraan rumah
tangga kelompok Mutiara Laut berada dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah anggota keluarga yang dimiliki rata-rata 5 jiwa dan orang luar yang ikut tinggal
rata-rata 1-2 orang dewasa.
Kategori cukup pada kependudukan menunjukkan bahwa perlu adanya
perhatian khusus lagi terhadap jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga
yang terlalu banyak akan berdampak lebih lanjut terhadap permasalahan sosial
ekonomi lainnya seperti kepadatan penduduk, pengeluaran rumah tangga, dan angka
pengangguran.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Christiani, Tedjo, dan Martono (2014)
tentang Analisis Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat
Provinsi Jawa Tengah, dikemukakan bahwa dampak kepadatan penduduk yang tinggi
adalah penurunan kualitas penduduk (pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan
pekerjaan). Dengan pendidikan yang rendah akan masuk pada pekerjaan di sektor
informal dengan pendapatan yang rendah. Dengan pendapatan rendah maka tidak
akan mampu memenuhu kebutuhan kesehatan, pangan, maupun sandang. Hal ini
akan menyulitkan untuk mencapai hidup yang sejahtera atau berkualitas.

2. Kesehatan dan Gizi


Menurut WHO (World Health Organization) kesehatan mencakup pengertian
dalam artian luas, yaitu suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial
serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit. Sehat merupakan hak paing
mendasar dari setiap manusia, tanpa membeda-bedakan ras, agama, politik, dan
kondisi sosial ekonominya. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memiliki definisi
sendiri mengenai kesehatan. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
Sedangkan pengertian luas mengenai gizi diartikan sebagai proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalaui proses pencernaan,
penyerapan, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi organ tubuh untuk menghasilkan tenaga (Irianto,
2006).
Kedua hal ini merupakan bagian yang sangat krusial dari tubuh manusia dan
merupakan hal-hal dasar yang harus dimiliki untuk melanjutkan hidup. Pemerataan
kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu pembangunan yang
masih akan terus dikaji lebih jauh. Hal ini tertulis dalam Profil Kesehatan Dinkes
Sulteng tahun 2020, bahwa pemerataan kesehatan sudah hampir menutupi seluruh
wilayah yang dapat dengan mudah dijangkau, akan tetapi masih terkendala di wilayah
yang terpencil. Pemerataan fasilitas dan tenaga kesehatan di seluruh wilayah
merupakan program pembangunan berkelanjutan yang harus selalu berjalan.
Pada petambak kelompok Mutiara Laut, indikator kesejahteraan berupa
kesehatan gizi berada di kategori cukup. Dari 33 responden, terdapat 7 keluarga yang
masuk ke dalam kategori kurang baik, 21 keluarga pada kategori cukup, dan 3
keluarga berkategori baik dalam indikator kesejahteraan. Hal ini menunjukkan bahwa
kesehatan masih menjadi salah satu hal yang dianggap kurang mendasar bagi
masyarakat setempat. Jauhnya akses kesehatan dan kurangnya tenaga kesehatan
merupakan penyebab utama hal ini. Beberapa keluarga masih mengandalkan
pengobatan tradisional atau dukun dalam berbagai masalah kesehatan terutama
melahirkan dan sakit gigi.
Penanggulangan masalah ini dapat berupa pembangunan fasilitas kesehatan,
penambahan anggota tenaga kesehatan, serta penyuluhan kesehatan yang baik dan
benar.

3. Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan adlah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinyadan masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu hal mendasar yang sangat penting dalam
membentuk masyarakat yang lebih maju dan tidak lagi terbelakang dalam hal berpikir.
Kemajuan cara berpikir juga akan mewujudkan inovasi-inovasi baru dalam pengelolaan
sumber daya alam. Semakin tinggi pendidikan maka diharapkan sumber daya manusia
juga akan semkain berkualitas.
Dalam penelitian ini, indikator pendidikan mendapatkan kategori cukup. Dari 33
responden terdapat 11 keluarga yang masuk dalam kategori kuarang baik, 9 keluarga
dalam cukup, dan 13 keluarga dalam kategori baik. Sehingga secara keseluruhan
kategori pendidikan masuk ke dalam kategori cukup menuju baik.
Melalui wawancara langsung dengan responden, peneliti menemukan bahwa
sebagian besar anggota kelompok Mutiara Laut mengakui bahwa pendidikan anak
merupakan hal yang penting. Sehingga biaya pendidikan anak merupakan salah satu
pengeluaran penting yang diutamakan. Penamatan pendidikan dasar 9 tahun dinilai
harus ditempu oleh anak-anak mereka. Adapun sebagian besar yang sudah
menyelesaikan pendidikan dasar, dikirim ke provinsi untuk melanjutkan ke tingkat
perguruan tinggi. Maka rata-rata anak petambak kelompok Mutiara Laut berstatus
sebagai pelajar dan mahasiswa.

4. Ketenagakerjaan
Berdasarkan pasal 1 angka 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
telah dirumuskan dalam bentuk pengertin, yaitu segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Ketenagakerjaan kemudian dimasukkan dalam indikator kesejahteraan karena
merupakan pilar penting yang harus dimiliki individu untuk menunjang hidupnya secara
materil. Keberadaan seseorang sebagai tenaga kerja akan dibalas dengan gaji atau
upah. Dari gaji dan upah tersebutlah siklus hidup perekonomian masyarakat akan
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, ketenagakerjaan merupakan
bagian yang tidak akan pernah terpisahkan dari sistem perekonomian suatu negara.
Pada penelitian kepada 33 responden kelompok Mutiara Laut, didapatkan hasil
5 responden berada di kategori kurang baik, 17 responden pada kategori cukup, dan
11 sisanya berada pada kategori baik. Maka jika dirata-ratakan indikator
ketenagakerjaan pada tingkat kesejahteraan kelompok Mutiara Laut berada di kategori
cukup. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ketenagakerjaan dan jam kerja dalam
setiap rumah tangga masih belum maksimal.
Jam kerja petambak dalam seminggu rata-rata 35 jam yang berarti masih
tersisa waktu untuk mengerjakan pekerjaan sampingan non-tambak maupun non-
perikanan. Dengaan adanya pekerjaan tambahan maka upah juga akan bertambah
bukan hanya dari satu pekerjaan saja. Sehingga produktivitas ketenagakerjaan di Desa
Polewali Ungkea diharapkan dapat berkembang selaras dengan potensi wilayahnya
yang baik untuk dikembangkan.

5. Taraf dan Pola Konsumsi


Handayani (2004) dalam Baliawati (2018) mengemukakan bahwa pola
konsumsi merupakan susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
seseorang atau kelompok dalam waktu tertentu. Pendapat lain menyatakan bahwa
pola konsumsi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
macam dan jumlah makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas dalam suatu kelompok.
Pada penelitian yang dilakukan di kelompok Mutiara Laut didapatkan hasil
sebagian besar yaitu 25 keluarga berada di kategori baik dan 8 sisanya berada di
kategori cukup untuk indikator taraf dan pola konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa
kategori keseluruhannya bernilai baik.
Rumah tangga kelompok Mutiara Laut secara keseluruhan menggunakan beras
sebagai makanan pokok. Pendapatan hasil tambak juga dinilai cukup untuk memenuhi
seluruh kebutuhan pokok sehari-hari. Dengan pola konsumsi yang cukup besar dan
taraf hidup yang hampir layak maka dapat disimpulkan bahwa usaha tambak udang
vaname kelompok Mutiara Laut dalam indikator ini berhasil.

6. Perumahan dan Lingkungan


Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
lingkungan. Perumahan merupakan slah satu bentuk sarana hunian yang memiliki
kaitan erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan dan lingkungan di suatu
lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tingga di
perumahan tersebut.
Pada penelitian ini, indikator perumahan dan lingkungan berada dalam kategori
baik. Dimana 22 responden berada dalam kategori baik, 10 orang dalam kategori
cukup, dan satu lainnya dalam kategori kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa
seluruh petambak kelompok Mutiara Laut memiliki rumah hunian permanen yang
berdiri di atas lahan milik mereka sendiri. Beberapa diantaranya merupakan hunian
yang cukup baik dan layak untuk menampung seluruh anggota keluarga. Dindingnya
terbuat dari semen, lantai ubin, dan atap seng. 32 dari 33 rumah yang dimiliki telah
menggunakan MCK sendiri dan dinilai baik dalam penerapan santasi lingkungan.

7. Sosial dan Lain-lain


Pada penelitian yang dilakukan terhadap 33 responden kelompok Mutiara Laut
didapatkan hasil bahwa 17 responden berada pada kategori baik dan 16 sisanya
berada di kategori cukup untuk indikator kesejahteraan sosial dan lain-lain. Sehingga
didapatkan bahwa secara keseluruhan indikator ini bernilai baik.
Akses wisata berada dalam lingkungan yang sama dengan tempat tinggal
petambak kelompok Mutiara Laut sehingga mereka dapat dengan mudah berkunjung.
Selain itu dari beberapa rumah tangga sudah memiliki ponsel pintar untuk menunjang
kemajuan komunikasi dan informasi, sedangkan sisanya hanya menggunakan ponsel
seluler biasa. Hanya saja kesulitan jaringan seluler menjadikan akses tersebut kadang
terkendala. Terlepas daripada itu, untuk kemajuan informasi dan hiburan berada pada
kategori baik.
VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada rumah tangga petambak


kelompok Mutiara Laut, Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten
Morowali Utara, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat pendapatan rumah tangga petambak kelompok Mutiara Laut tidak merata,
hal ini dikeranakan tingkat pendapatan bergantung pada luas lahan masing-
masing, pendapatan, dan pengeluaran. Penerimaan rumah tangga petambak
Kelompok Mutiara Laut berasal dari penerimaan suami (kegiatan tambak, non-
tambak dan non fishing) dan penerimaan istri. Pada usaha budidaya tambak
memiliki R/C ratio sebesar 5,66 (>1) yang artinya usaha tersebut termasuk layak
dan nilai REC sebesar 28,6% yang artinya petambak memiliki imbalan terhadap
usaha melaut sebesar 28,6%.
2. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petambak kelompok Mutiara Laut secara
keseluruhan menunjukkan nilai positif. Dari 7 indikator terdapat 3 indikator yang
berkategori baik dan 4 lainnya berkategori baik. Secara keseluruhan, terdapat 27
rumah tangga yang masuk ke dalam rentang nilai 15-19 yaitu kategori sejahtera.
Sedangkan sisanya sebanyak 6 rumah tangga masuk ke dalam rentang nilai 12-14
yaitu belum sejahtera.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Kepada petambak kelompok Mutiara Laut, perlu menerapkan lebih banyak
pengetahuan mengenai cara mengatasi penyakit pada udang vanamei agar hasil
lebih stabil dan menguntungkan. Pada tingkat kesejahteraan nelayan perlu pula
diberikan perhatian khusus untuk program keluarga berencana untuk mengatur
jumlah anggota keluarga. Hal ini dimaksudkan agar mampu mengatur pola
kegiatan ekonomi rumah tangga.
2. Kepada akademisi, agar melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan serta pengeluaran rumah tangga petambak.

C. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelompok Mutiara Laut, peneliti


merekomendasikan agar kelompok Mutiara Laut melakukan lebih banyak komunikasi
dengan pemerintah setempat agar diberikan lebih banyak sosialisasi mengenai
teknologi baru seputar kegiatan budidaya udang vaname mengingat desa Polewali
Ungkea memiliki potensi yang sangat baik sebagai tempat untuk melakukan budidaya
udang.
DAFTAR PUSTAKA

Anne Ahira. 2019. Pengertian Kontribusi dalam http://eprints.uny.ac.id/8957/3/BAB


%202- 08502241019, diakses pada 15 februari 2022.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


PT. Rineka Cipta.

Azrimaidaliza, et al. 2021. Pengetahuan, Sikap, dan Gizi Keluarga dalam


Meningkatkan Imunitas Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Kesehatan 20 (1).

Tambak Milenial. Dinas Kelautan dan Perikanan : Situbondo.

Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta.

Basuki, A.T. 2017 Pengantar Ekonometrika (Dilengkapi Penggunaan Eviews).


Yogyakarta : Danisa Media.

Bungin, M.B. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.

Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/subject/5/konsumsi-dan-pengeluaran.html


(diakses 12 Agustus 2022)

Christiani, et.al. 2013. Analisis Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap Kualitas


Hidup Masyarakat Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Untag Semarang 17(1).

Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah. 2014. SDM dan IPTEK Kunci Sukses Industri
alisasis Berbasis Perikanan Budidaya. Sulawesi Tengah : Kementerian
Kelautan dan Perikanan.

Fua, Jumardin. 2012. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Organik Tambak


Udang. Jakarta : Kementerian Lingkungan.

Hendrik, 2011. Analisis Pendapatan dan tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan


Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak
Propinsi Riau. Jurnal Kelautan dan Perikanan 16 (1):21-32.

Keputusan Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2018. Pedoman Umum Budidaya


Udang Di Tambak. Jakarta : KKP.

Gatiningsih & Sutrisni, E. 2017. Kependudukan dan Ketenagakerjaan. FMP IPDN :


Sumedang.

Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Undip. Semarang

Hartono, Budi. 2011. Upaya Peningkatan Rumah Tangga Peternak Sapi Perah.
Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta : Penerbit Djambatan.


Purwanti,Pudji. 2010. Model Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Skala Kecil. Malang :
Universitas Brawijaya Press.

Primyastanto,M., A.Efani., Soemarno dan Sahri,M. 2012. Kajian Ekonomi Rumah


Tangga Nelayan Payang Di Selat Madura, Jawa Timur. Jurnal Wacana (15) : 2

Primyastanto, M., A.Efani., Soemarno dan Sahri,M.2013. Faktor Yang Berpengaruh


Terhadap Pendapatan Dan Pengeluaran Nelayan Payang Jurung Di Selat
Madura. Jurnal Wacana (16) : 1

Primyastatnto,M. 2015. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi dari Teori
Studi Kelayakan Usaha Perikanan). Universitas Brawijaya Press. Malang.

Priyatna, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Edisi Kesatu.
Yogyakarta: ANDI.

Riyadi, M. 2007. Kebijakan Sumber Daya Pesisir Sebagai Alternatif Pembangunan


Indonesia Masa Depan. Jurnal Komunikasi Pembangunan 8 (1):23-34.

Rosni, 2011. Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Desa Dahari


Selebar Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Jurnal Geografi 1(7):19-30.

Sarwana., Yumriani., Ismail, Lukman. 2019. Analisis Budidaya Petani Tambak


Terhadap Kondisi Sosial Ekonmi di Desa Bulu Cindae Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Jurnal Pendidikan Sosiologi 8 (2).

Setyati Harjadi, dkk 2010. Penguatan Kinerja Budidaya Tambak Dalam Rangka
Pencapaian Ketahanan Pangan. Jurnal Ekonomi Pembangunan 11 (2):17-23.

Situmorang, B. 2010. Menghimpun dan Mengetahui Pendapat Ahli Mengenai


Pengertian Sumber-sumber Hukum Ketenagakerjaan. Badan Pembinaan Hukum
Nasional : Jakarta
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. Modal Tetap Kelompok Mutiara Laut

No Modal Tetap (Rp/Thn) Total Modal


Responden Lahan Perlengkapan Mesin Tetap
Tambak Generator (Rp/Thn)
1 500.000.000 7.000.000 4.100.000 511.100.000
2 150.000.000 3.000.000 2.700.000 155.700.000
3 100.000.000 3.000.000 3.000.000 106.000.000
4 200.000.000 3.600.000 2.700.000 206.300.000
5 200.000.000 4.000.000 2.700.000 206.700.000
6 145.000.000 3.500.000 2.700.000 151.200.000
7 150.000.000 2.400.000 3.000.000 155.400.000
8 250.000.000 4.500.000 2.750.000 257.250.000
9 170.000.000 3.200.000 2.700.000 172.900.000
10 100.000.000 3.000.000 2.700.000 105.700.000
11 100.000.000 3.000.000 3.000.000 106.000.000
12 200.000.000 3.500.000 4.000.000 207.500.000
13 170.000.000 3.500.000 2.700.000 176.200.000
14 100.000.000 3.000.000 2.500.000 105.500.000
15 100.000.000 3.500.000 2.000.000 105.500.000
16 100.000.000 3.000.000 2.500.000 105.500.000
17 150.000.000 3.000.000 2.700.000 155.700.000
18 200.000.000 4.000.000 2.700.000 206.700.000
19 100.000.000 3.000.000 2.700.000 105.700.000
20 100.000.000 2.800.000 3.000.000 105.800.000
21 150.000.000 3.000.000 2.500.000 155.500.000
22 100.000.000 3.500.000 3.000.000 106.500.000
23 100.000.000 2.900.000 2.700.000 105.600.000
24 150.000.000 3.500.000 2.700.000 156.200.000
25 200.000.000 3.000.000 2.500.000 205.500.000
26 100.000.000 3.000.000 2.000.000 105.000.000
27 170.000.000 3.500.000 3.000.000 176.500.000
28 150.000.000 3.000.000 2.500.000 155.500.000
29 100.000.000 3.000.000 2.700.000 105.700.000
30 100.000.000 3.500.000 3.000.000 106.500.000
31 100.000.000 3.000.000 2.000.000 105.000.000
32 150.000.000 3.500.000 3.000.000 156.500.000
33 100.000.000 3.000.000 3.700.000 106.700.000
Rata – rata 150.151.515. 3.360.000 2.792.424 156.213.636
Lampiran 2. Modal Tetap Kelompok Mutiara Laut

No
Responden Modal Tetap Modal Kerja Total Modal (Rp/Thn)
(Rp/Thn) (Rp/Thn)
1 511.100.000 54.980.000 566.080.000
2 155.700.000 23.930.000 179.630.000
3 106.000.000 22.450.000 128.450.000
4 206.300.000 26.785.000 233.085.000
5 206.700.000 26.945.000 233.645.000
6 151.200.000 22.500.000 173.700.000
7 155.400.000 23.300.000 178.700.000
8 257.250.000 29.800.000 287.050.000
9 172.900.000 23.780.000 196.680.000
10 105.700.000 23.200.000 128.900.000
11 106.000.000 22.670.000 128.670.000
12 207.500.000 25.600.000 233.100.000
13 176.200.000 23.900.000 200.100.000
14 105.500.000 22.330.000 127.830.000
15 105.500.000 22.600.000 128.100.000
16 105.500.000 22.500.000 128.000.000
17 155.700.000 23.450.000 179.150.000
18 206.700.000 29.450.000 236.150.000
19 105.700.000 22.150.000 127.850.000
20 105.800.000 22.800.000 128.600.000
21 155.500.000 21.700.000 177.200.000
22 106.500.000 22.400.000 128.900.000
23 105.600.000 21.670.000 127.270.000
24 156.200.000 23.600.000 179.800.000
25 205.500.000 28.750.000 234.250.000
26 105.000.000 22.500.000 127.500.000
27 176.500.000 24.350.000 200.850.000
28 155.500.000 23.200.000 178.700.000
29 105.700.000 21.950.000 127.650.000
30 106.500.000 22.730.000 129.230.000
31 105.000.000 21.180.000 126.180.000
32 156.500.000 22.900.000 179.400.000
33 106.700.000 21.750.000 128.450.000
Rata – rata 156.213.636 24.660.606 180.874.242
Lampiran 3 Biaya Tetap Kelompok Mutiara Laut

No Biaya tetap (Rp/Thn) Total Biaya


Tetap
Responden Pr. Lahan Pr.Mesin Pr. Alat Tambak Penyusutan
(Rp/Thn)
1 7.000.000 500.000 700.000 35.553.334 43.753.334
2 3.000.000 200.000 100.000 19.890.000 23.190.000
3 1.500.000 200.000 - 21.200.000 22.900.000
4 3.500.000 200.000 - 17.926.667 21.626.667
5 3.200.000 200.000 - 16.724.615 20.124.615
6 1.500.000 180.000 - 17.351.112 19.031.112
7 2.500.000 200.000 - 17.746.667 20.446.667
8 3.500.000 280.000 100.000 22.283.334 26.163.334
9 2.000.000 280.000 100.000 15.346.667 17.726.667
10 1.500.000 200.000 - 26.140.000 27.840.000
11 1.500.000 100.000 - 21.200.000 22.800.000
12 3.000.000 200.000 100.000 21.500.000 24.800.000
13 2.500.000 200.000 - 25.525.714 28.225.714
14 1.500.000 200.000 - 17.766.667 19.466.667
15 1.500.000 100.000 - 15.385.714 16.985.714
16 1.500.000 200.000 - 13.600.000 15.300.000
17 2.000.000 200.000 - 26.140.000 28.340.000
18 3.500.000 300.000 - 18.006.667 21.806.667
19 1.500.000 100.000 100.000 17.806.667 19.506.667
20 1.500.000 200.000 100.000 15.445.174 17.245.174
21 2.000.000 200.000 - 13.600.000 15.800.000
22 1.500.000 200.000 - 9.633.334 11.333.334
23 1.500.000 200.000 - 8.812.307 10.512.307
24 2.500.000 200.000 - 13.740.000 16.440.000
25 3.000.000 200.000 - 16.484.615 19.684.615
26 1.500.000 200.000 - 11.000.000 12.700.000
27 2.000.000 200.000 - 57.966.667 60.166.667
28 2.500.000 200.000 - 13.600.000 16.300.000
29 1.500.000 200.000 - 9.473.334 11.173.334
30 1.500.000 180.000 100.000 8.992.307 10.772.307
31 1.500.000 180.000 - 9.333.334 11.013.334
32 2.300.000 200.000 - 12.838.461 15.338.461
33 1.500.000 200.000 - 9.673.334 11.373.334
Rata – rata 2.242.424 206.061 175.000 18.111.718 20.602.627
Lampiran 4. Biaya penyusutan

No Penyusutan (Rp/Thn) Total


Responden Lahan Perlengkapan Tambak Mesin (Rp/Tahun)
1 33.333.334 1.400.000 820.000 35.553.334
2 18.750.000 600.000 540.000 19.890.000
3 20.000.000 600.000 600.000 21.200.000
4 16.666.667 720.000 540.000 17.926.667
5 15.384.615 800.000 540.000 16.724.615
6 16.111.112 700.000 540.000 17.351.112
7 16.666.667 480.000 600.000 17.746.667
8 20.833.334 900.000 550.000 22.283.334
9 14.166.667 640.000 540.000 15.346.667
10 25.000.000 600.000 540.000 26.140.000
11 20.000.000 600.000 600.000 21.200.000
12 20.000.000 700.000 800.000 21.500.000
13 24.285.714 700.000 540.000 25.525.714
14 16.666.667 600.000 500.000 17.766.667
15 14.285.714 700.000 400.000 15.385.714
16 12.500.000 600.000 500.000 13.600.000
17 25.000.000 600.000 540.000 26.140.000
18 16.666.667 800.000 540.000 18.006.667
19 16.666.667 600.000 540.000 17.806.667
20 14.285.174 560.000 600.000 15.445.174
21 12.500.000 600.000 500.000 13.600.000
22 8.333.334 700.000 600.000 9.633.334
23 7.692.307 580.000 540.000 8.812.307
24 12.500.000 700.000 540.000 13.740.000
25 15.384.615 600.000 500.000 16.484.615
26 10.000.000 600.000 400.000 11.000.000
27 56.666.667 700.000 600.000 57.966.667
28 12.500.000 600.000 500.000 13.600.000
29 8.333.334 600.000 540.000 9.473.334
30 7.692.307 700.000 600.000 8.992.307
31 8.333.334 600.000 400.000 9.333.334
32 11.538.461 700.000 600.000 12.838.461
33 8.333.334 600.000 740.000 9.673.334
Rata – rata 16.881.112 672.121 558.484 18.111.718
Lampiran 5. Biaya variabel

No Biaya Variabel (Rp/Thn) Total


Responden Benur Pupuk Vitamin (Rp/Tahun)
1 4.000.000 2.500.000 2.000.000 8.500.000
2 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
3 800.000 500.000 400.000 1.700.000
4 1.600.000 1.000.000 800.000 3.400.000
5 1.600.000 1.000.000 800.000 3.400.000
6 800.000 500.000 400.000 1.700.000
7 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
8 2.000.000 1.250.000 1.000.000 4.250.000
9 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
10 800.000 500.000 400.000 1.700.000
11 800.000 500.000 400.000 1.700.000
12 1.600.000 1.000.000 800.000 3.400.000
13 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
14 800.000 500.000 400.000 1.700.000
15 800.000 500.000 400.000 1.700.000
16 800.000 500.000 400.000 1.700.000
17 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
18 1.600.000 1.000.000 800.000 3.400.000
19 800.000 500.000 400.000 1.700.000
20 800.000 500.000 400.000 1.700.000
21 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
22 800.000 500.000 400.000 1.700.000
23 800.000 500.000 400.000 1.700.000
24 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
25 1.600.000 1.000.000 800.000 3.400.000
26 800.000 500.000 400.000 1.700.000
27 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
28 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
29 800.000 500.000 400.000 1.700.000
30 800.000 500.000 400.000 1.700.000
31 800.000 500.000 400.000 1.700.000
32 1.200.000 750.000 600.000 2.550.000
33 800.000 500.000 400.000 1.700.000
Rata – rata 1.175.758 734.848 587.879 2.498.485
Lampiran 6. Total penerimaan tambak kelompok Mutiara Laut

No. Penerimaan Tambak (Rp/Thn) Total Penerimaan


Jan-Mei Jul-Nov Tambak (Rp/Thn)
1. 205.000.000 200.000.000 405.000.000
2. 100.000.000 105.000.000 205.000.000
3. 40.000.000 41.000.000 42.000.000
4. 85.000.000 80.000.000 165.000.000
5. 83.000.000 80.000.000 163.000.000
6. 38.000.000 42.000.000 80.000.000
7. 120.000.000 125.000.000 245.000.000
8. 100.000.000 105.000.000 205.000.000
9. 110.000.000 135.000.000 245.000.000
10. 35.000.000 45.000.000 80.000.000
11. 35.000.000 45.000.000 80.000.000
12. 80.000.000 85.000.000 165.000.000
13. 60.000.000 65.000.000 125.000.000
14. 38.000.000 45.000.000 83.000.000
15. 40.000.000 42.000.000 82.000.000
16. 38.000.000 45.000.000 83.000.000
17. 60.000.000 65.000.000 125.000.000
18. 83.000.000 80.000.000 163.000.000
19. 30.000.000 40.000.000 70.000.000
20. 35.000.000 40.000.000 75.000.000
21. 62.000.000 55.000.000 117.000.000
22. 35.000.000 43.000.000 78.000.000
23. 45.000.000 32.000.000 77.000.000
24. 105.000.000 100.000.000 205.000.000
25. 80.000.000 85.000.000 165.000.000
26. 40.000.000 42.000.000 82.000.000
27. 55.000.000 60.000.000 115.000.000
28. 62.000.000 55.000.000 117.000.000
29. 45.000.000 38.000.000 83.000.000
30. 41.000.000 40.000.000 81.000.000
31. 39.000.000 40.000.000 79.000.000
32. 55.000.000 65.000.000 120.000.000
33. 38.000.000 35.000.000 73.000.000
Rata- 64.151.151 66.666.667 130.818.182
rata
Lampiran 8. Curahan Waktu Kerja

No. Curahan Waktu Kerja (HOK/Thn) Total HOK/Thn


Responde Tambak Off-Tambak Non-Perikanan
n
1. 144 36 21 201
2. 180 36 10,5 226,5
3. 252 42 0 294
4. 252 42 0 294
5. 252 42 0 294
6. 210 42 10,5 262,5
7. 210 42 10,5 262,5
8. 168 42 21 231
9. 210 42 10,5 262,5
10. 252 42 0 294
11. 216 36 0 252
12. 216 36 0 252
13. 216 36 0 252
14. 216 36 0 252
15. 252 42 0 294
16. 210 42 10,5 262,5
17. 210 42 10,5 262,5
18. 210 42 10,5 262,5
19. 216 36 0 252
20. 180 36 10,5 226,5
21. 210 42 10,5 262,5
22. 252 42 0 294
23. 210 42 10,5 262,5
24. 252 42 0 294
25. 252 42 0 294
26. 252 42 0 294
27. 168 42 21 231
28. 168 42 21 231
29. 252 42 0 294
30. 252 42 0 294
31. 252 42 0 294
32. 252 42 0 294
33. 252 42 0 294
Rata-rata 221,09091 40,545455 6,75 267,36364
Lampiran 9. Total pendapatan kelompok Mutiara Laut

No. Pendapatan Petambak (Rp/Thn) Total


Responde Tambak Non-Tambak Non- Pendapatan
n Perikanan Petambak
(Rp/Thn)
1. 405.000.000 6.000.0000 48.000.000 459.000.000
2. 205.000.000 12.000.000 - 217.000.000
3. 42.000.000 - - 42.000.000
4. 165.000.000 - - 165.000.000
5. 163.000.000 - - 163.000.000
6. 80.000.000 - - 80.000.000
7. 245.000.000 - - 245.000.000
8. 205.000.000 - 24.000.000 229.000.000
9. 245.000.000 5.000.000 - 250.000.000
10. 80.000.000 6.000.000 - 86.000.000
11. 80.000.000 - - 80.000.000
12. 165.000.000 - - 165.000.000
13. 125.000.000 -- - 125.000.000
14. 83.000.000 - - 83.000.000
15. 82.000.000 - - 82.000.000
16. 83.000.000 - - 83.000.000
17. 125.000.000 - - 125.000.000
18. 163.000.000 - - 163.000.000
19. 70.000.000 - - 70.000.000
20. 75.000.000 - - 75.000.000
21. 117.000.000 - - 117.000.000
22. 78.000.000 - - 78.000.000
23. 77.000.000 - - 77.000.000
24. 205.000.000 - - 205.000.000
25. 165.000.000 6.000.000 - 171.000.000
26. 82.000.000 - - 82.000.000
27. 115.000.000 - 25.000.000 140.000.000
28. 117.000.000 - 24.000.000 141.000.000
29. 83.000.000 - - 83.000.000
30. 81.000.000 - - 81.000.000
31. 79.000.000 - - 79.000.000
32. 120.000.000 - - 120.000.000
33. 73.000.000 - - 73.000.000
Rata-rata 130.818.182 7.000.0000 30.250.000 134.363.636
Lampiran 10. Pedapatan istri kelompok Mutiara Laut

No. Jenis Pekerjaan Pendapatan (Rp/Thn)


Responde
n
1. Penjual minuman kemasan 10.000.000
2. Pemilik kios kelontong 8.000.000
3. Distributor kosmetik 12.000.000
4. Penjual ikan asin 7.000.000
5. Tukang cuci keliling 6.000.000
6. Penjual ikan asin 7.000.000
7. Pemilik kios kelontong 13.000.000
8. Penjual makanan 12.000.000
9. Penjual ikan asin 7.000.000
Rata-Rata 9.111.111
Lampiran 11. Pengeluaran Rumah Tangga

No. Pengeluaran Total Pengeluaran


Reponden Pangan Non-pangan (Rp/Thn)
1. 55.000.000 120.000.000 175.000.000
2. 50.000.000 100.000.000 150.000.000
3. 20.000.000 15.000.000 35.000.000
4. 45.000.000 60.000.000 105.000.000
5. 40.000.000 60.000.000 100.000.000
6. 30.000.000 60.000.000 90.000.000
7. 100.000.000 120.000.000 220.000.000
8. 100.000.000 100.000.000 200.000.000
9. 110.000.000 100.000.000 210.000.000
10. 40.000.000 40.000.000 80.000.000
11. 25.000.000 30.000.000 55.000.000
12. 90.000.000 50.000.000 140.000.000
13. 60.000.000 60.000.000 120.000.000
14. 35.000.000 45.000.000 80.000.000
15. 30.000.000 46.000.000 76.000.000
16. 33.000.000 40.000.000 73.000.000
17. 40.000.000 98.000.000 138.000.000
18. 50.000.000 100.000.000 150.000.000
19. 45.000.000 85.000.000 130.000.000
20. 20.000.000 48.000.000 68.000.000
21. 30.000.000 50.000.000 80.000.000
22. 40.000.000 67.000.000 107.000.000
23. 20.000.000 45.000.000 65.000.000
24. 25.000.000 34.000.000 59.000.000
25. 30.000.000 140.000.000 170.000.000
26. 56.000.000 113.000.000 169.000.000
27. 24.000.000 48.000.000 72.000.000
28. 45.000.000 98.000.000 143.000.000
29. 28.000.000 100.000.000 128.000.000
30. 43.000.000 30.000.000 73.000.000
31. 30.000.000 40.000.000 70.000.000
32. 30.000.000 90.000.000 120.000.000
33. 25.000.000 40.000.000 65.000.000
Rata-rata 43.757.576 68.848.485 112.606.061
Lampiran 12. Analisis Tingkat Kesejahteraan kelompok Mutiara Laut

No. Indikator Kesejahteraan Total Tingkat


Respo A B C D E F G Skor Kesejahteraan
nden
1. 2 3 3 3 3 3 2 19 SEJAHTERA
2. 2 3 2 2 3 3 2 17 SEJAHTERA
3. 2 2 1 3 2 2 3 15 SEJAHTERA
4. 3 2 3 1 3 3 3 18 SEJAHTERA
5. 2 2 3 2 3 1 3 16 SEJAHTERA
6. 2 2 1 2 2 2 3 14 BELUM
SEJAHTERA
7. 2 2 1 3 3 3 3 17 SEJAHTERA
8. 2 3 2 2 3 3 3 18 SEJAHTERA
9. 2 3 3 1 3 3 3 18 SEJAHTERA
10. 3 2 1 3 3 2 2 16 SEJAHTERA
11. 3 1 2 2 2 2 2 14 BELUM
SEJAHTERA
12. 2 1 1 3 3 3 3 16 SEJAHTERA
13. 2 2 2 2 3 3 3 17 SEJAHTERA
14. 1 1 1 3 3 2 3 14 BELUM
SEJAHTERA
15. 2 2 2 2 3 3 2 16 SEJAHTERA
16. 3 2 2 1 3 2 2 15 SEJAHTERA
17. 3 1 1 2 3 3 3 16 SEJAHTERA
18. 2 2 3 3 3 2 3 18 SEJAHTERA
19. 2 2 3 2 3 2 3 17 SEJAHTERA
20. 3 2 3 3 3 3 3 20 SEJAHTERA
21. 1 1 2 3 3 3 3 16 SEJAHTERA
22. 2 2 3 2 3 3 2 17 SEJAHTERA
23. 2 2 2 3 2 3 3 17 SEJAHTERA
24. 2 1 1 2 2 3 2 13 BELUM
SEJAHTERA
25. 3 2 3 2 3 2 2 17 SEJAHTERA
26. 3 2 3 1 3 3 2 17 SEJAHTERA
27. 2 2 1 3 2 3 2 15 SEJAHTERA
28. 3 3 3 2 3 3 3 20 SEJAHTERA
29. 1 2 3 1 3 3 2 15 SEJAHTERA
30. 1 2 1 2 2 3 2 13 BELUM
SEJAHTERA
31. 2 2 2 2 3 3 2 16 SEJAHTERA
32. 2 2 2 2 3 3 2 16 SEJAHTERA
33. 2 1 1 2 2 2 2 12 BELUM
SEJAHTERA
Rata- 2 2 2 2 3 3 3 16 SEJAHTERA
rata

Anda mungkin juga menyukai