Apriani Padang
L041 18 1 328
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana tingkat pendapatan rumah tangga petani tambak kelompok Mutiara
Laut Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali
Utara?
2. Bagaimana tingkat kesejahteraan tangga petani tambak kelompok Mutiara Laut
Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini ada
dua, yaitu :
D. Manfaat Penelitian
A. Pembudidaya Udang
a. Pembudidaya Juragan
Dalam kelompok juragan atau pemilik, dibedakan lagi menjadi beberapa sub-
kelompok yaitu pembudidaya tradisional, pembudidaya intensif, dan pembudidaya
superintensif. Pembudidaya tradisional adalah pebudidaya yang masih melakukan
teknik tradisional dalam proses budidayanya. Tujuan utamanya adalah untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Pembudidaya intensif sendiri melakukan tekhnik
budidaya yang lebih modern dan maju lagi, tujuannya adalah untuk mengambil
keuntungan yang lebih banyak. Untuk pembudidaya superintensif sendiri biasanya
merupakan pemilik perusahaan atau CV yang memiliki tujuan yang lebih besar
daripada pembudidaya lainnya. Tatanan budidaya yang mereka lakukan lebih
kompleks, dengan peralatan paling maju dan modern. Sasaran pasarnya pun biasanya
adalah pasar internasional.
Dalam pengkajian ekonomi rumah tangga nelayan yang dilakukan ole Purwanti
(2010), beberapa peneliti di Indonesia telah pula mencoba untuk mengaplikasikan
model ekonomi rumah tangga petani dan pembudidaya di pedesaan dengan beberapa
modifikasi untuk menjelaskan perilaku ekonomi rumah tangga nelayan. Dalam model
tersebut terdapat empat komponen peubah yang menjadi undur utama yang
membentuk keterkaitan perilaku ekonomi rumah tangga dengan pembudidaya, yaitu
kegiatan produksi, curahan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran.
a. Produksi Tambak
Produksi adalah hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan (input). Kegiatan produksi tersebut adalah
mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dan setiap variabel input
dan output mempunyai nilai yang positif. Faktor produksi menentukan besar atau
kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi yang terpenting adalah faktor
produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, dan obat-obatan, tenaga kerja, serta
aspek manajemen (Agung dkk, 2008).
Fungsi produksi yaitu kombinasi dari faktor-faktor produksi. Faktor-faktor
produksi dikenal dengan istilah input, yang meliputi tenaga kerja, modal, tanah,
keahlian. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = f (K, L,R,T)
2. Alam, pengaruh alam terhadap produksi budidaya sangat besar. Alam didefinisikan
sebagai serangkaian persyaratan yang dapat memberikan pengaruh terhadap
kehidupan dan perkembangan organisme. Faktor alam yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan organisme diantaranya suhu, ketersediaan air,
energi surya, mutu atmosfer, organisme, komposisi, udara di dalam air, dan reaksi
tanah.
3. Tenaga kerja, setiap kegiatan usaha budidaya pasti membutuhkan tenaga kerja,
karena penggunaan tenaga kerja tidak lepas dari kegiatan usaha. Jumlah tenaga
kerja yang dipakai dalam waktu kegiatan budidaya, dapat disesuaikan berdasarkan
curahan tenaga kerja yang dipakai. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah
besar tenaga kerja efektif yang dipakai.
1. Modal
Modal merupakan faktor produksi yang mempunyai pengaruh kuat dalam
mendapatkan produktivitas atau output, secara makro modal merupakan
pendorong besar untuk meningkatkan investasi baik secara langsung pada proses
produksi maupun dalam prasarana produksi, sehingga mampu mendorong
kenaikan produktivitas dan output (Umar, 2000).
Para ekonom menggunakan istilah modal atau capital untuk mengacu pada
stok berbagai peralatan dan struktur yang digunakan dalam proses produksi.
Artinya, modal ekonomi mencerminkan akumulasi barang yang dihasilkan di masa
lalu yang sedang digunakan pada saat ini untuk memproduksi barang dan jasa
yang baru. Modal ini antara lain peralatan, mesin, angkutan, gedung dan bahan
baku (Mankiw, 2011).
2. Biaya Produksi
Biaya Produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah
yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi
(Sukirno,2008). Berikut merupakan jenis-jenis biaya produksi menurut Sukirno
(2008) :
1. Biaya Total (Total Cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
produksi. Biaya produksi total atau biaya total (Total Cost) didapat dari
menjumlahkan biaya tetap total (Total Fixed Cost) dan biaya berubah total
(Total Variable Cost).
2. Biaya Variabel, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi yang dapat diubah jumlahnya atau biaya yang besarnya tergantung
pada jumlah barang yang dihasilkan. Semakin banyak output, semakin tinggi
biaya variabelnya. Contoh biaya variabelnya adalah pembelian bahan baku.
Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya
seorang pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan
mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan
sejumlah produksi tertentu, seefisien mungkin. Produksi adalah suatu proses
mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah.
Dalam suatu produksi diusahakan untuk mencapai efisiensi produksi, yaitu
menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang paling rendah untuk
mendapatkan hasil yang optimal (Suherman, 2000).
3. Penerimaan
Menurut Soekartawi (2002), penerimaan merupaan hasil kali antara banyaknya
produk yang dihasilkan dnegan harga jual dari produk tersebut. Pendapatan bersih
atau disebut dengan net farm income adalah selisih antara pendapatan usaha tani
dan pengeluaran total usaha tani. Pendapatan bersih usaha tani mengukur imbalan
yang diperoleh keluarga tani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,
pengelolaan dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan dalam
usaha tani. Pendapatan kotor usha tani adalah ukuran perolean total sumberdaya
yang digunakan dalam usaha tani. Sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran
total usaha tani ini adalah nilai semua masukaan yang habis dipakaai atau
dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.
Total Revenue (TR), merupakan pendapatan kotor usaha yang didefinisikan
sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan
didapatkan dari penjualan produk akhir dalam bentuk uang yang dapat dihitung
dengan cara mengalikan jumlah produk (Q) dengan harga produk (P) (Primyastanto,
2015).
4. Keuntungan
Analisis keuntungan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi
manajemen guna pengambilan keputusan untuk masa sekarang dan masa depan
usaha yang dijalankan. Artinya, analisis keuntungan akan banyak membantu
manajemen dalam melakukan tindakan apa yang akan diambil kedepannya dengan
kondisi yang terjadi sekarang. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut
(Soekartawi, 2002) :
NP = TR - TC
Keterangan :
NP = net income (jumlah keuntungan pertahun)
TR = total revenue (jumlah penerimaan pertahun)
TC = total cost (jumlah biaya pertahun)
Keuntungan total merupakan penerimaan total dikurangi dengan biaya total.
Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisish positif antara TR dan
TC mencapai angka tersebut. Secara sistematis keuntungan dapat dirumuskan
π=TR−TC . Perusahaan dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila
selisihnya bernilai positif ( π >0 ¿ dimana Tr harus lebih besar dari TC.
Menururt Suratman (2001) dalam Primyastanto (2015), pendekatan fungsi
keuntungan memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan pendekatan
fungsi prodksi. Antar lain : fugsi penawaran output dan fungsi permintaan produksi
yang eksplisit, dapat dipergunakan untuk menelaah masalah efisiensi ekonomis,
teknis dan harga, terakhir dalam model fungdi keuntungan. Variabel-variabel yang
diamati adalah variabel harga input dan harga output.
Dimana,
PRT = Pengeluaran total rumah tangga
PPNG = Pengeluaran pokok pangan
PNPGN = Pengeluaran pokok non pangan
Pengeluaran pokok pangan adalah seluruh pengeluaran yang digunkan untuk
konsumsi rumah tangga, seperti berasm jagung, umbi-umbian, protein nabati,
protein hwani, minyak goring, gula, kopi, dan pengeluaran pangan lainnya.
Pengeluaran pokok pangan dipengaruhi oleh pendapatan total rumah tangga
pembudidaya. Semakin besar pendapat yang diterima oleh rumah tangga, maka
semakin besar pula pengeluarannya. Sedangakn pengeluaran pokok non pangan
meliputi modal usaha, asuransi kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan beberapa
kebutuhan jasa lainnya.
Pengeluaran rumah tanggga perikanan dalah kegiatan menggunakan atau
mengeluarkan uang yang dilakukan oleh pelaku usdaha perikanan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangganya. Setiap rumah tangga memiliki kewajiban untuk
memenuhi kebutuhan setiap anggotanya untuk mencapai tingkat kepuasan serta
kesejahteraan yang diinginkan. Mengetahui pengaluaran keluarga merupakan salah
satu cara untuk mengetahui tingkat kehidupan masyarakat.
Pengeluaran perkapita per bulan untuk nin pangan dinilai dapat
menggambarkan keadaan kesejahteraan masyarakat suatu daerah, dimana
semakin tinggi persentase pengeluaran utuk non pangan, maka semakin tinggi
kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
3. Pendidikan
Pada variabel pendidikan, terdapat 6 item yang dinilai yaitu jumlaha
nggota keluarga usia 10 tahun keatas yang lancer membaca dan menulis,
pendapat tentang pendidikan putra-putri, kemampuan terhadap biaya
pendidikan, pendidikan sekolah, jenjang pendidikan anak dan pendidikan luar
sekolah. Pada setiap sistem terdapat 3 nilai yang digunakan yaitu 3,2, dan 1.
Indikator pendidikan dapat dikatakan kurang jika total nilai (6-10), cukup jika
total (11-14) dan baik jika total (15-18).
4. Ketenagakerjaan
Pada variabel ini terdapat 9 item yang diteiti yaitu anggota keluarga
diatas 15 tahun yang bekerja, jumlah keluarga yang belum bekerja, jumlah jam
dalam seminggu yang digunakan untuk bekerja, pekerjaan tambahan yang
dilakukan, jenis pekerjaan tambahan, waktu untuk melakukan pekerjaan
tambahan, jumlah jam untuk melakukan pekerjaan tambahan, pekerjaan
dengan keahliaan, dan pendapat tentang upang yang diterima. Pada setiap
item terdapat 3 niali yang digunakan yaitu 3, 2, dan 1. Indikator
ketenagakerjaan dapat dikatakan produktif jika total nilai )21-21), cukup (14-20),
dan tidak produktif (7-13).
E. Kerangka Pemikiran
Budidaya Non-budidaya
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pendapatan tambak :
Umur
Pengalaman
Curahan waktu
kerja
Pendidikan
Biaya produksi
Pendapatan tambak
Pendapatan non
tambak
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
F. Penelitian Terdahulu
Dalam peneltian ini, peneltian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam
memperoleh gambaran dalam kerangka berpikir, selain itu juga digunakan untuk
mengetahui perbedaan dan persamaan dari penelitian terdahulu dan faktor-faktor lain
yang bisa menambah wawasan berpikir peneliti. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah objek yang diteliti, sampel yang diambil, lokasi penelitian
dan teknik pengambilan sampelnya. Dimana peneliti mengambil penelitian, sebagai
berikut:
B. Metode Penelitian
Jenis data yang digunakan ada dua macam yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mencatat hasil dari observasi, kuisioner,
dan wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data atau informasi dalam
bentuk laporan dari seseorang, jurnal ilmiah, literatur, serta buku terbitan berkala.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung ari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkan data secara langsung. Teknik yang bisa digunakan untuk
mendapatkan data primer antara lain melalui observasi, wawancara dan diskusi
terfokus (Dharma, 2008).
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dan
menyebar kuisioner yang ditujukan langsung kepada rumah tangga pembudidaya
udang di Kelompok Mutiara Laut, Desa Polewali Ungkea, Kecamatan Petasia Timur,
Kabupaten Morowali Utara. Data primer ditentukan dengan teknik kuisioner yang
sudah disiapkan daftar pertanyaan. Dengan adanya wawancara dan schedule,
diharapkan dapat mendapatkan data yang akurat dan relevan sesuai dengan tujuan
penelitian.
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Identitas responden, seperti nama, umur, jenis kelamin pendidikan pekerjaan.
b. Jumlah anggota keluarga inti dan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam
satu rumah.
c. Alokasi waktu antara suami dan istri untuk kegiatan produktif dan non-produktif
dalam satu bulan.
d. Jumlah pendapatan dan pengeluaran keluarga dalam satu bulan.
2. Data Sekunder
Menurut Bungin (2005), data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
data sekunder, yaitu sumber kedua setelah data primer. Karena sesuatu dan lain hal,
penelitian tidak atau sukar memperoleh data dari sumber data primer dan mungkin
juga karena menyangkut hal-hal yang sangat pribadi.
Adapun data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Profil dan potensi perikanan budidaya Kecamatan Petasia Timur yang berasal dari
data atau laporan publikasi instansi-instansi.
b. Tulisan – tulisan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan hasil – hasil
penelitian terdahulu.
c. Bahan pustaka berupa literatur yang berhubungan dengan penelitian.
Karakteristik rumah tangga merupakan ciri yang melekat pada rumah tangga
pembudidaya yang membedakan dengan rumah tangga yang lain. Karakteristik rumah
tangga pembudidaya sangat penting untuk diketahui, karena menggambarkan
kapasitas pembudiaya sebagai pelaku utama dalam usaha penangkapan. Kapasitas
pembudidaya dapat diukur dari umurnya, tingkat pendidikannya dan jumlah anggota
keluarga.
TI = MT + MK
Dimana:
TI = Total Investasi Usaha Pembudidaya
MT = Modal Tetap Usaha Pembudidaya
MK = Modal Kerja Usaha Pembudidaya
c. Penerimaan (TR)
Sedangkan penerimaaan adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2002). Penerimaan dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana:
TR : Penerimaan kegiatan budidaya
Q : Jumlah hasil budidaya
P : Harga jual
d. Keuntungan (π)
Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan (TR) dengan
total pembiayaan. Menurut Noprita et al. (2015), analisa keuntungan usaha
dapat dihitung menggunakan rumus sebagi berikut :
Dimana :
Л = Keuntungan Usaha (Business Profits)/ pendapatan kegiatan budidaya
TR = Total Penerimaan (Total Revenue) kegiatan budidaya
TC = Total Biaya (Total Cost) kegiatan budidaya
Setelah mendapatkan keuntungan usaha, maka selanjutnya dihitung
total pendapatan rumah tangga. Total pendapatan rumah tangga perikanan
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana:
Pt = Pendapatan rumah tangga (Rp)
Pn = Pendapatan usaha budidaya (Rp)
Pw = Pendapatan diluar usaha budidaya (Rp)
e. R/C Ratio
Menurut Supartama et al. (2013), R/C Ratio digunakan untuk melihat
apakah suatu usaha itu layak digunakan atau tidak. Untuk mengetahui nilai R/C
Ratio secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
TR = Total Revenue (Penerimaan)
TC = Total Cost (Biaya)
Dengan ketentuan sebagai berikut:
R/C > 1 artinya usaha efisien dan menguntungkan
R/C < 1 artinya usaha tidak efisien dan tidak menguntungkan
R/C = 1 artinya usaha berada pada kondisi impas yaitu tidak memperoleh
keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Dimana :
1. Kependudukan
Pada variabel kependudukan, terdapat 5 item yang dinilai yaitu jumlah anggota
keluarga, jumlah orang luar yang ikut tinggal bersama keluarga, jumlah tanggungan
keluarga, jumlah anggota keluarga laki-laki dan jumlah anggota keluarga
perempuan. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan.yaitu 3,2, dan 1.
Indikator kependudukan dapat dikatakan baik jika total nilai (12-15), cukup jika total
nilai (8-11), dan kurang jika total nilai (4-7).
2. Kesehatan dan Gizi
Pada variabel kependudukan, terdapat 9 item yang dinilai yaitu keluhan
kesehatan, pengaruh keluhan kesehatan terhadap aktivitas sehari-hari, dana
kesehatan setiap bulan, sarana kesehatan yang digunakan, tenaga kesehatan,
tempat persalinan, tempat memperoleh obat, kemampuan tentang biaya berobat,
dan jenis pengobatan. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan yaitu 3,2,
dan 1. Indikator kesehatan dan gizi dapat dikatakan baik jika total nilai (23- 27),
cukup jika total nilai (18-22) dan kurang jika total nilai (13-17).
3. Pendidikan
Pada variabel pendidikan, terdapat 6 item yang dinilai yaitu jumlah anggota
keluarga usia 10 tahun keatas yang lancar membaca dan menulis, pendapat tentang
pendidikan putra-putri, kemampuan terhadap biaya pendidikan, pendidikan sekolah,
jenjang pendidikan anak dan pendidikan luar sekolah. Pada setiap item terdapat 3
nilai yang digunakan.yaitu 3,2, dan 1. Indikator pendidikan dapat dikatakan baik jika
total nilai (6 -10) kurang, (11-14) cukup dan (15-18) baik.
4. Ketenagakerjaan
Pada variabel ketenagakerjaan, terdapat 9 item yang diteliti yaitu anggota
keluarga diatas 15 tahun yang bekerja, jumlah keluarga yang belum bekerja, jumlah
jam dalam seminggu yang digunakan untuk bekerja, pekerjaan tambahan yang
dilakukan, jenis pekerjaan tambahan, waktu untuk melakukan pekerjaan tambahan,
jumlah jam untuk melakukan pekerjaan tambahan, pekerjaan dengan keahlian, dan
pendapat tentang upah yang diterima. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang
digunakan.yaitu 3,2, dan 1. Indikator ketenagakerjaan dapat dikatakan produktif jika
total nilai (21-27), cukup (14-20) dan tidak produktif (7-13).
5. Taraf dan Pola Konsumsi
Pada variabel taraf dan pola konsumsi, terdapat 4 item yang diteliti yaitu
penggunaan beras sebagai bahan makanan pokok, kecukupan pendapatan per bulan
untuk konsumsi pangan dan non pangan, dana yang disisakan untuk kebutuhan
sandang dan perumahan, dan pendapatan per bulan yang ditabung atau untuk
menanam modal. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan.yaitu 3,2, dan 1.
Indikator taraf dan pola konsumsi dapat dikatakan baik jika total nilai (10-12), cukup
(7-9) dan kurang (4-6).
6. Perumahan dan Lingkungan
Dalam variabel taraf dan pola konsumsi, terdapat 15 item yang diteliti yaitu
status rumah tempat tinggal, status tanah tempat tinggal, jenis perumahan, jenis atap,
jenis dinding, jenis lantai, luas lantai, jenis penerangan, bahan bakar, sumber air
minum, penggunaan air minum, kepemilikan MCK, jarak MCK dengan sumber air,
jenis WC, dan tempat pembuangan sampah. Pada item pertama diteliti status rumah
tempat tinggal keluarga. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan yaitu 3,2,
dan 1. Indikator perumahan dan lingkungan dapat dikatakan baik jika total nilai (37-45
cukup (26-36) dan kurang (15-25).
7. Sosial dan Lain-lain
Pada variabel sosial dan lain-lain, terdapat 5 item yang diteliti yaitu akses ke
tempat wisata, waktu bepergian atau wisata sejauh ≥100 km, kemampuan
menggunakan komputer, biaya untuk hiburan dan olahraga, dan model telepon
seluler yang digunakan. Pada setiap item terdapat 3 nilai yang digunakan.yaitu 3,2,
dan 1. Indikator sosial dan lain-lain dapat dikatakan baik jika total nilai (12- 15), cukup
(8-14) dan kurang (4-7).
Desa Polewali Ungkea merupakan salah satu desa pesisir yang terletak di
Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah.
Desa Polewali Ungkea terletak antara antara 07o – 21o Lintang Selatan dan 112,36 o –
o
112,54 Bujur Timur, dengan luas wilayah 216,97 Ha. Ketinggian tanah di wilayah
desa Polewali Ungkea berada sekitar 4 meter di atas permukaan laut, sehingga desa
ini termasuk dataran rendah yang berada di dekat laut. Sedangkan suhu udara di
wilayah desa Polewali Ungkea berkisar antara 28-32oC. Desa Polewali Ungkea
berbatasan langsung dengan wilayah lain, sebagai berikut :
Sebelah utara : Desa Towara Pantai
Berdasarkan data hasil penelitian yang disajikan di tabel 12, terlihat bahwa dari
33 rumah tangga responden, 27 diantaranya atau sebanyak 81,2% tergolong dalam
tingkat sejahtera, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 6 rumah tangga atau 18,2% dari
keseluruhan responden tergolong dalam tingkat belum sejahtera.
V. PEMBAHASAN
Pendapatan dapat diartikan sebagai total penerimaan (uang atau bukan uang)
seseorang atau sautu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan dapat pula
diartikan sebagai segala uang atau segala pembayaran yang diterima oleh seseorang
atau perusahaan dalam bentuk gaji atau upah, sewa, bunga, laba, dan lain-lain,
bersamaan dengan tunjangan pengangguran, uang pensiunan, dan lain-lain.
Rumah tangga merupakan salah satu pelaku ekonomi yang menggunakan,
memakai, atau menghabiskan barang dan jasa yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Setiap rumah tangga memiliki kebiasaan atau tingkah laku yang
berbeda-beda dalam melakukan kegiatan ekonomi, hal ini bergantung pada
penghasilan yang didapatkan. Semakin banyak penghasilan maka pengeluaran akan
semakin banyak, begitu pula sebaliknya. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku
ekonomi rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga, kedudukan sosial, pengaruh
lingkungan, gaya hidup serta kebiasaan atau selera (Mubarok, 2012).
Pendapatan rumah tangga menurut Badan Pusat Statistik, 2022, adalah
pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan yang berasal dari
pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendapatan rumah tangga merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh oleh
suatu rumah tangga dalam periode waktu tertentu. Dalam penelitian ini periode waktu
yang diambil adalah satu tahun. Pendapatan rumah tangga petambak kelompok
Mutiara Laut desa Polewali Ungkea meliputi pendapatan tambak, pendapatan non-
tambak, pendapatan non-perikanan, dan pendapatan anggota keluarga lainnya, dalam
hal ini istri petambak.
Selain pendapatan yang diperoleh dari hasil tambak, suami juga memiliki usaha
non-tambak yang umumnya berasal dari penjualan ikan asin dan pembuatan pukat.
Kemudian pendapatan non-perikanan keluarga dapat berasal dari hasil pertanian sawit
dan sebagai pegawai pemerintahan desa. Adapun pendapatan tambahan istri lebih
beragam, seperti penjual minuman, pemilik kios, penjual kosmetik, penjual ikan asin,
dan penjual terasi.
1. Pendapatan Tambak
Berdasarkan tabel 10 (hasil penelitian) dapat diketahui bahwa modal usaha
tambak udang vaname terdiri dari modal tetap dan modal kerja. Modal tetap terdiri dari
lahan, perlengkapan tambak, dan mesin. Sedangkan modal kerja terdiri dari bahan
bakar, penyusutan, perawatan lahan, dan perawatan peralatan tambak. Total rata-rata
modal tetap yang digunakan oleh kelompok Mutiara Laut desa Polewali Ungkea adalah
Rp. 156.213.636 dan modal usaha sebesar Rp. 180.874.242. Jadi, total rata-rata
modal usaha yang digunakan dalam periode satu tahun adalah sebesar Rp.
337.087.878.
Penerimaan tambak kelompok Mutiara Laut dibagi menjadi dua musim yaitu
musim Januari-Mei dan musim Juli-November. Dalam setahun rata-rata pendapatan
yang dihasilkan oleh petambak kelompok Mutiara Laut berjumlah Rp. 130.817.818.
Hasil tambak utama adalah udang vanamei yang setiap kilogramnya berskisar antara
harga Rp 30.000 – Rp. 75.000. Pada saat musim yang baik, dimana intensitas curah
hujan dan cahaya matahari seimbang, maka hasil tambak akan berpengaruh. Udang-
udang yang dihasilkan lebih besar dan lebih tahan dari penyakit. Namun pada musim
dimana cuaca kurang baik, penyakit yang dipicu oleh adanya bakteri akan
mengganggu udang. Di cuaca yang terlalu panas kebanyakan bibit udang akan mati
dan pertumbuhan menjadi lebih kerdil. Penghasilan yang didapatkan berbeda-beda
setiap petambak tergantung luas lahan dan cara perawatan. Akan tetapi rata-rata yang
dihasilkan dalam satu hektar lahan tambak saat hasil panen baik adalah 800 -1.000 kg,
sedangkan jika hasil panen kurang baik hanya akan mencapai 500-600 kg dalam
sekali panen.
Dalam pengoperasian usaha tambak terdapat biaya produksi, biaya ini terbagi
menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya perawatan,
biaya penyusutan, dan pajak. Sedangkan biaya variabel terdiri dari benur, pupuk, dan
pakan. Total rata-rata biaya tetap yang digunakan oleh petambak kelompok Mutiara
Laut dalam satu tahun adalah Rp. 20.602.627 dan total biaya variabel yang digunakan
adalah Rp. 2.498.485. Sehingga total rata-rata biaya produksi yang digunakan dalam
usaha tambak udang vaname oleh Kelompok Mutiara Laut adala Rp. 23.101.112.
Untuk menghitung rata-rata penerimaan bersih yang didapatkan oleh petambak
kelompok Mutiara Laut dalam satu tahun dilakukan dengan mencari selisih antara total
penerimaan tambak dan total biaya. Maka didapatkan hasil Rp. 107.716.706, yang
merupakan rata-rata pendapatan bersih yang diterima oleh petambak kelompok
Mutiara Laut dalam satu tahun.
Dalam kegiatan usaha apabila total penerimaan lebih besar daripada total biaya
produksi , maka usaha tersebut dapat dikatan berhasil atau mengalami keuntungan
dan berpotensi untuk dilanjutkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
2. Pendapatan Non-Tambak
Selain menjalankan usaha tambak udang vaname, petambak kelompok Mutiara
Laut juga memiliki usaha lain seperti pembuatan ikan kering, pembuatan pukat, dan
penyewaan perahu wisata. Usaha ini juga memiliki hasil yang lumayan
menguntungkan, mengingat lokasi pemukiman mereka yang berdekatan dengan desa
wisata. Pada penelitian ini terdapat 5 orang responden yang memiliki usaha non-
tambak. Responden 1 dan 9 memiliki usaha pembuatan ikan kering, responden 2
memiliki usaha penyewaan perahu wisata, serta responden 10 dan 25 yang memiliki
usaha pembuatan pukat. Usaha ini dijalankan 2 hari dalam seminggu, 6 jam perhari
saat tidak bekerja di tambak.
Berdasarkan table 9 yang terdapat di lampiran, dapat diketahui bahwa rata-rata
pendapatan non-tambak yang diperoleh oleh petambak kelompok Mutiara Laut desa
Plowali Ungkea adalah sebesar Rp. 7.000.000 per tahun.
3. Pendapatan Non-Perikanan
Dengan kekayaan alam yang melimpa, maka usaha yang dimiliki oleh
petambak kelompok Mutiara Laut tidak hanya terbatas pada usaha perikanan. Ada
juga beberapa usaha pertanian dan menjadi pegawai pemerintahan di desa.
Pendapatan dari dua hal terseut ikut memberikan kontribusi yang baik bagi
perekonomian pelaku usahanya, dalam hal ini 4 orang responden.
Dapat dilihat pada tabel di lampiran 9, responden 1, 27, dan 28 memiliki usaha
non-perikanan yaitu bertani sawit, sedangkan responden 8 merupakan pegawai
pemerintahan desa. Rata-rata pendapatan non-perikanan yang diperoleh kelompok
Mutiara Laut adalah Rp. 30.250.000 dalam satu tahun.
Menurut KBBI, kesejahteraan diartikan sebagai suatu hal atau keadaan dimana
individu merasakan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman. Kesejahteraan
pada dasarnya diambil dari kata dasar sejahtera yang merujuk pada keadaan yang
baik, kondisi manusia di mana orang-orang berada dalam keadaan makmur, keadaan
sehat, dan damai. Dalam istilah ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan
benda. Sejahtera memiliki arti khusus resmi atau teknikal. Sedangkan dalam kebijakan
sosisal, kesejahteraan sosial merujuk pada jangkauan pelayanan untuk memenuhi
kebuthuna masyarakat. Ini adlah istilah yang digunkan dalam ide negara sejahtera.
Berdasarkan indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat statistik (BPS)
tahun 2014, yang meliputi 7 indikator yaitu kependudukan, kesehatan dan gizi,
pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan
serta sosial dan lain – lain, didapatkan hasil yang cukup positif. Dari 7 indikator
kesejahteraan, 4 diantaranya memperoleh predikat cukup dan 3 diantaranya
berpredikat baik.
1. Kependudukan
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah,
struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian,
persebaran, mobilitas dan kualitas, serta ketahanannya menyangkut politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Dalam perencanaan pembangunan, kependudukan memegang
peran penting di dalamnya. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang
berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan
dipengaruhi oeleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Kualitas oenduduk
adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat,
kesehatan, pendidikan pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, dan hal-hal
dasar dalam perkembangan hidup yang layak (Gatiningsih dan Sutrisno, 2017).
Pada tabel ... di lampiran terlihat bahwa dari 33 responden terdapat 4 orang
responden yang berada di kategori kurang baik, 20 orang cukup, dan 9 orang baik.
Secara keseluruhan, maka indikator kependudukan dalam kesejahteraan rumah
tangga kelompok Mutiara Laut berada dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah anggota keluarga yang dimiliki rata-rata 5 jiwa dan orang luar yang ikut tinggal
rata-rata 1-2 orang dewasa.
Kategori cukup pada kependudukan menunjukkan bahwa perlu adanya
perhatian khusus lagi terhadap jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga
yang terlalu banyak akan berdampak lebih lanjut terhadap permasalahan sosial
ekonomi lainnya seperti kepadatan penduduk, pengeluaran rumah tangga, dan angka
pengangguran.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Christiani, Tedjo, dan Martono (2014)
tentang Analisis Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat
Provinsi Jawa Tengah, dikemukakan bahwa dampak kepadatan penduduk yang tinggi
adalah penurunan kualitas penduduk (pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan
pekerjaan). Dengan pendidikan yang rendah akan masuk pada pekerjaan di sektor
informal dengan pendapatan yang rendah. Dengan pendapatan rendah maka tidak
akan mampu memenuhu kebutuhan kesehatan, pangan, maupun sandang. Hal ini
akan menyulitkan untuk mencapai hidup yang sejahtera atau berkualitas.
3. Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan adlah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinyadan masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu hal mendasar yang sangat penting dalam
membentuk masyarakat yang lebih maju dan tidak lagi terbelakang dalam hal berpikir.
Kemajuan cara berpikir juga akan mewujudkan inovasi-inovasi baru dalam pengelolaan
sumber daya alam. Semakin tinggi pendidikan maka diharapkan sumber daya manusia
juga akan semkain berkualitas.
Dalam penelitian ini, indikator pendidikan mendapatkan kategori cukup. Dari 33
responden terdapat 11 keluarga yang masuk dalam kategori kuarang baik, 9 keluarga
dalam cukup, dan 13 keluarga dalam kategori baik. Sehingga secara keseluruhan
kategori pendidikan masuk ke dalam kategori cukup menuju baik.
Melalui wawancara langsung dengan responden, peneliti menemukan bahwa
sebagian besar anggota kelompok Mutiara Laut mengakui bahwa pendidikan anak
merupakan hal yang penting. Sehingga biaya pendidikan anak merupakan salah satu
pengeluaran penting yang diutamakan. Penamatan pendidikan dasar 9 tahun dinilai
harus ditempu oleh anak-anak mereka. Adapun sebagian besar yang sudah
menyelesaikan pendidikan dasar, dikirim ke provinsi untuk melanjutkan ke tingkat
perguruan tinggi. Maka rata-rata anak petambak kelompok Mutiara Laut berstatus
sebagai pelajar dan mahasiswa.
4. Ketenagakerjaan
Berdasarkan pasal 1 angka 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
telah dirumuskan dalam bentuk pengertin, yaitu segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Ketenagakerjaan kemudian dimasukkan dalam indikator kesejahteraan karena
merupakan pilar penting yang harus dimiliki individu untuk menunjang hidupnya secara
materil. Keberadaan seseorang sebagai tenaga kerja akan dibalas dengan gaji atau
upah. Dari gaji dan upah tersebutlah siklus hidup perekonomian masyarakat akan
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, ketenagakerjaan merupakan
bagian yang tidak akan pernah terpisahkan dari sistem perekonomian suatu negara.
Pada penelitian kepada 33 responden kelompok Mutiara Laut, didapatkan hasil
5 responden berada di kategori kurang baik, 17 responden pada kategori cukup, dan
11 sisanya berada pada kategori baik. Maka jika dirata-ratakan indikator
ketenagakerjaan pada tingkat kesejahteraan kelompok Mutiara Laut berada di kategori
cukup. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ketenagakerjaan dan jam kerja dalam
setiap rumah tangga masih belum maksimal.
Jam kerja petambak dalam seminggu rata-rata 35 jam yang berarti masih
tersisa waktu untuk mengerjakan pekerjaan sampingan non-tambak maupun non-
perikanan. Dengaan adanya pekerjaan tambahan maka upah juga akan bertambah
bukan hanya dari satu pekerjaan saja. Sehingga produktivitas ketenagakerjaan di Desa
Polewali Ungkea diharapkan dapat berkembang selaras dengan potensi wilayahnya
yang baik untuk dikembangkan.
A. Kesimpulan
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Kepada petambak kelompok Mutiara Laut, perlu menerapkan lebih banyak
pengetahuan mengenai cara mengatasi penyakit pada udang vanamei agar hasil
lebih stabil dan menguntungkan. Pada tingkat kesejahteraan nelayan perlu pula
diberikan perhatian khusus untuk program keluarga berencana untuk mengatur
jumlah anggota keluarga. Hal ini dimaksudkan agar mampu mengatur pola
kegiatan ekonomi rumah tangga.
2. Kepada akademisi, agar melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan serta pengeluaran rumah tangga petambak.
C. Rekomendasi
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah. 2014. SDM dan IPTEK Kunci Sukses Industri
alisasis Berbasis Perikanan Budidaya. Sulawesi Tengah : Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Undip. Semarang
Hartono, Budi. 2011. Upaya Peningkatan Rumah Tangga Peternak Sapi Perah.
Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Primyastatnto,M. 2015. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi dari Teori
Studi Kelayakan Usaha Perikanan). Universitas Brawijaya Press. Malang.
Priyatna, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Edisi Kesatu.
Yogyakarta: ANDI.
Setyati Harjadi, dkk 2010. Penguatan Kinerja Budidaya Tambak Dalam Rangka
Pencapaian Ketahanan Pangan. Jurnal Ekonomi Pembangunan 11 (2):17-23.
No
Responden Modal Tetap Modal Kerja Total Modal (Rp/Thn)
(Rp/Thn) (Rp/Thn)
1 511.100.000 54.980.000 566.080.000
2 155.700.000 23.930.000 179.630.000
3 106.000.000 22.450.000 128.450.000
4 206.300.000 26.785.000 233.085.000
5 206.700.000 26.945.000 233.645.000
6 151.200.000 22.500.000 173.700.000
7 155.400.000 23.300.000 178.700.000
8 257.250.000 29.800.000 287.050.000
9 172.900.000 23.780.000 196.680.000
10 105.700.000 23.200.000 128.900.000
11 106.000.000 22.670.000 128.670.000
12 207.500.000 25.600.000 233.100.000
13 176.200.000 23.900.000 200.100.000
14 105.500.000 22.330.000 127.830.000
15 105.500.000 22.600.000 128.100.000
16 105.500.000 22.500.000 128.000.000
17 155.700.000 23.450.000 179.150.000
18 206.700.000 29.450.000 236.150.000
19 105.700.000 22.150.000 127.850.000
20 105.800.000 22.800.000 128.600.000
21 155.500.000 21.700.000 177.200.000
22 106.500.000 22.400.000 128.900.000
23 105.600.000 21.670.000 127.270.000
24 156.200.000 23.600.000 179.800.000
25 205.500.000 28.750.000 234.250.000
26 105.000.000 22.500.000 127.500.000
27 176.500.000 24.350.000 200.850.000
28 155.500.000 23.200.000 178.700.000
29 105.700.000 21.950.000 127.650.000
30 106.500.000 22.730.000 129.230.000
31 105.000.000 21.180.000 126.180.000
32 156.500.000 22.900.000 179.400.000
33 106.700.000 21.750.000 128.450.000
Rata – rata 156.213.636 24.660.606 180.874.242
Lampiran 3 Biaya Tetap Kelompok Mutiara Laut