Anda di halaman 1dari 10

Membangun Jawa Tengah Sebagai Raksasa Perikanan

Penulis: Andre Notohamijoyo


Pemerhati Perikanan
https://kkp.go.id/artikel/11315-membangun-jawa-tengah-sebagai-raksasa-perikanan

Propinsi Jawa Tengah perlu menata kembali pembangunan sosial ekonominya selepas hiruk-pikuk
politik yang melelahkan pasca kontestasi Pilgub 2018, Pilpres dan Pileg 2019. Pembangunan di
kawasan tersebut perlu kembali didorong secara intensif khususnya produksi pangan. Sebagai
propinsi dengan jumlah penduduk terbesar ke-3 di Indonesia berdasarkan sensus BPS tahun 2010
sebesar 32.382.657 juta jiwa, Jawa Tengah memiliki tantangan tersendiri dalam pemenuhan
kebutuhan pangan sekaligus penyerapan tenaga kerja penduduk di wilayahnya. Akses transportasi
dan distribusi barang/jasa beserta perbedaan kondisi alam di berbagai wilayah menjadi tantangan
tersendiri bagi propinsi tersebut.

Sektor pertanian, perkebunan dan perikanan menjadi andalan bagi propinsi Jateng baik dalam
peningkatan kesejahteraan, penyerapan tenaga kerja hingga perbaikan gizi masyarakat. Propinsi
Jawa Tengah memiliki potensi luar biasa dalam sektor perikanan. Total volume perikanan tangkap
propinsi tersebut berada di urutan ke-8 secara nasional sebesar 274.469 ton dengan nilai Rp 8,75
triliun. Adapun untuk perikanan budidaya, Jawa Tengah ada di urutan ke-5 dengan total
volumenya 485.689 ton dengan nilai 10,32 triliun (KKP: 2017). Potensi sumber daya perikanan di
propinsi tersebut sebetulnya masih sangat besar, namun tantangannya juga tidak kalah besar.

Perbedaan tantangan tersebut berbeda di setiap kabupaten/kota. Di pesisir utara yang menghadap
Laut Jawa, masalah yang dihadapi adalah pencemaran lingkungan, tata ruang laut dan akses
penangkapan ikan. Di pesisir selatan, masalah yang dihadapi adalah infrastruktur penghubung
dengan pesisir utara dan dukungan sarana/prasarana di pelabuhan. Bagi daerah yang memiliki
posisi landlocked, masalah yang dihadapi adalah aksesibilitas transportasi.

Di pesisir selatan Jawa Tengah, Cilacap merupakan raksasa tidur perikanan. Kabupaten ini
menghadap langsung Samudera Hindia dan merupakan pelabuhan barang satu-satunya di pesisir
selatan Pulau Jawa. Potensi perikanan khususnya ikan tuna (Thunnus sp), yang memiliki nilai
ekonomi tertinggi di dunia sangat luar biasa di perairan Samudera Hindia. Pentingya Samudera
Hindia mendorong komunitas internasional membentuk Indian Ocean Tuna Commission (IOTC),
sebuah organisasi perikanan internasional yang mengatur tata kelola penangkapan tuna di Samudra
Hindia dan menginduk pada Food and Agriculture Organization (FAO). Indonesia sendiri aktif
sebagai anggota dari organisasi tersebut.

Dukungan infrastruktur di pelabuhan Cilacap sudah sangat bagus. Dukungan listrik atau energi
sebagai prasyarat utama investasi juga sangat memadai. Sayangnya investasi perikanan di
kabupaten tersebut belum memenuhi harapan. Diperlukan strategi yang berbeda untuk menangani
masalah minimnya investasi bidang perikanan di Cilacap. Selain Cilacap, ada 2 kabupaten lainnya
di Jateng yang menghadap ke Samudera Hindia yaitu Kebumen dan Purworejo. Minimnya
investasi juga dialami oleh kedua kabupaten tersebut.
Permasalahan di pesisir pantai utara Jawa Tengah berbeda dengan pesisir pantai selatan. Masalah
pencemaran, perluasan lahan pemukiman dan industri menurunkan daya dukung pesisir di
kawasan tersebut. Pembangunan tambak di kawasan pesisir tanpa pendekatan ekologi turut
mempercepat penurunan data dukungnya. Meskipun demikian, pesisir pantai utara Jawa Tengah
memiliki potensi perikanan yang luar biasa. Di kawasan tersebut bandeng (Milkfish/Chanos
chanos), kepiting rajungan (Blue crab/Callinectes sapidus), kepiting soka (Scyla serrata) dan
udang windu (Giant tiger/Penaeus monodon) merupakan primadonanya.

Pendekatan kepada kelompok nelayan diperlukan untuk mendorong pengelolaan kawasan


perikanan tangkap yang ramah lingkungan. Kawasan ramah lingkungan akan menjaga kelestarian
sumber daya perikanan seperti kepiting rajungan (Blue crab). Komoditas tersebut memiliki nilai
jual yang tinggi di pasar ekspor. Apabila dikelola dengan baik, kesejahteraan nelayan di kawasan
tersebut akan terjaga. Kecamatan Morodemak di Kabupaten Demak merupakan contoh bagus
keterlibatan nelayan dan masyarakat pesisir dalam pengelolaan kawasan perairan yang menjadi
habitat kepiting rajungan.

Khusus di kawasan non pesisir (landlocked), perlu didorong budidaya ikan air tawar. Di kawasan
tersebut, tantangannya adalah kelestarian lingkungan dan bahaya bencana alam seperti tanah
longsor dan banjir. Diperlukan pendekatan khusus melalui penerapan mitigasi bencana sesuai
dengan kondisi alam. Budidaya perikanan air tawar sangat bagus dan memiliki nilai ekonomi yang
tinggi di kawasan tersebut seperti gurame, lele, nila, ikan mas dan lain-lain.

Untuk mendorong optimalisasi sektor perikanan di Jawa Tengah, diperlukan pembentukan badan
usaha milik daerah (BUMD) yang khusus mengatur tentang pengelolaan perikanannya. Kehadiran
BUMD sangat diperlukan terlebih apabila tidak ada pihak lain yang terlibat dalam pengembangan
usaha bidang tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat di kawasan tersebut. BUMD harus hadir
sebagai solusi untuk mendorong peningkatan nilai ekonomi di kawasan.

Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dicantumkan bahwa pendirian BUMD diprioritaskan untuk menyelenggarakan
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat
hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi daerah yang bersangkutan.

Selain itu diperlukan pembentukan kemitraan yang terukur antara BUMD dengan BUMN untuk
mengembangkan sektor perikanan di Jawa Tengah. Titik kritisnya adalah pada kemampuan
pengelolaan BUMD itu sendiri. Dukungan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di
BUMD merupakan kata kuncinya. Tanpa dukungan SDM yang handal di bidang perikanan, akan
sulit bagi BUMD untuk menghasilkan manfaat bagi pengembangan sektor perikanan.

Ketersediaan infrastruktur juga harus dimanfaatkan secara optimal oleh Pemerintah Daerah
dengan mendorong optimalisasi usaha dan investasi perikanan di Jawa Tengah. Selesainya
pembangunan jalan tol Trans Jawa merupakan pengungkit dari pertumbuhan ekonomi berbagai
sektor khususnya perikanan dan dapat menciptakan efek ganda tidak hanya dari sisi akses pasar
namun juga peningkatan gizi masyarakat dan kesejahteraan pemangku kepentingan di sektor
perikanan.
Seiring dengan perkembangan infrastruktur di Jawa Tengah, teknologi informasi juga berpeluang
mendorong peningkatan akses pasar dari produk perikanan Jawa Tengah ke berbagai wilayah di
Indonesia maupun mancanegara. Perkembangan bisnis e-commerce yang diikuti oleh bisnis
rintisan yang berbasis teknologi (start-up) di Indonesia yang berkembang pesat dapat menunjang
perkembangan akses pasar produk perikanan di Jawa Tengah.

Dukungan infrastruktur, perkembangan teknologi digital, kehadiran BUMD dan pembangunan


sektor perikanan yang berbasis pada kelestarian sumber daya alam akan mendorong peningkatan
usaha dan investasi yang berkesinambungan. Hal tersebut akan mendorong perkembangan di
sektor lain seperti jasa pariwisata, ekonomi kreatif dan lainnya. Kondisi tersebut akan mendukung
berkembangnya Jawa Tengah sebagai raksasa perikanan nasional.

Perikanan

1. Kapal Perikanan
Kapal nelayan adalah kapal yang secara langsung pasti digunakan dalam kegiatan memancing ikan/hewan
laut lainnya/tumbuhan laut. Seluruh kapal yang digunakan termasuk kedalamnya. Kapal pengangkut yang
khusus digunakan hanya untuk mengangkut tidak termasuk didalamnya. Perahu yang digunakan untuk
membawa nelayan, peralatan penangkapan ikan, ikan, dan lain-lain. Dalam perikanan menggunakan alat-
alat penangkapan seperti bagan, sero, dan kelong.

2. Produksi Perikanan
Nilai Produksi Perikanan diyatakan dalam berat hidup ikan pada saat baru dipancing. misalnya the "round
fresh", "round whole" or ex water weight equivalent of the quantities recorded at the time of landing.

3. Fishing operator s
Rumah tangga nelayan adalah rumah tangga yang melakukan aktivitas memancing atau menjaring ikan-
ikan/hewan laut lainnya/tanaman-tanaman laut. Usaha ini selalu dilakukan baik oleh anggota keluarga atau
nelayan yang dipekerjakan.

4. Pemancingan Ikan
Pemancingan Ikan adalah Aktivitas rumah tangga untuk memperoleh ikan tambak, sungai budidaya kolam
ikan, saluran sungai, rawa, danau atau laut, dan sebagainya. Dengan maksud untuk dijual atau untuk
menambah penghasilan.

5. Penangkapan Ikan
Manangkap ikan adalah aktivitas rumahtangga memperoleh ikan. Di laut, sungai, atau perairan umum
lainnya untuk dijual atau menambah pendapatan.

Bangun Jateng sebagai raksasa perikanan


Senin, 20 Mei 2019 / 13:58 WIB
Reporter: Harian Kontan | Editor: Tri Adi

Jawa Tengah (Jateng) perlu menata kembali pembangunan sosial ekonominya, selepas hiruk-
pikuk politik yang melelahkan pasca-Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2018, Pemilihan Presiden
(Pilpres), dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019. Pembangunan di kawasan tersebut perlu
kembali didorong secara intensif, khususnya produksi pangan.

Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia berdasarkan sensus
Badan Pusat Statistik (BPS) 2010 sebesar 32.382.657 jiwa, Jateng memiliki tantangan tersendiri
dalam pemenuhan kebutuhan pangan sekaligus penyerapan tenaga kerja penduduk di
wilayahnya. Akses transportasi dan distribusi barang/jasa beserta perbedaan kondisi alam di
berbagai wilayah menjadi tantangan tersendiri bagi provinsi tersebut.

Sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan menjadi andalan bagi Provinsi Jateng, baik dalam
peningkatan kesejahteraan, penyerapan tenaga kerja, maupun perbaikan gizi masyarakat.
Provinsi Jateng memiliki potensi luar biasa dalam sektor perikanan. Total volume perikanan
tangkap provinsi tersebut berada di urutan kedelapan secara nasional, sebesar 274.469 ton
dengan nilai Rp 8,75 triliun. Adapun untuk perikanan budidaya, Jateng ada di urutan kelima
dengan total volume 485.689 ton senilai Rp 10,32 triliun (KKP: 2017). Potensi sumber daya
perikanan di provinsi tersebut sebetulnya masih sangat besar, namun tantangannya juga tidak
kalah besar.

Perbedaan tantangan tersebut berbeda di setiap kabupaten dan kota yang ada di Jateng. Di pesisir
Utara yang menghadap Laut Jawa, masalah yang dihadapi adalah pencemaran lingkungan, tata
ruang laut, dan akses penangkapan ikan. Di pesisir Selatan, masalah yang dihadapi adalah
infrastruktur penghubung dengan pesisir utara dan dukungan sarana/prasarana di pelabuhan.
Bagi daerah yang memiliki posisi landlocked, masalah yang dihadapi adalah aksesbilitas
transportasi.

Di pesisir Selatan Jateng, Cilacap merupakan raksasa tidur perikanan. Kabupaten ini menghadap
langsung Samudera Hindia dan merupakan pelabuhan barang satu-satunya di pesisir Selatan
Pulau Jawa. Potensi perikanan khususnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomi tertinggi di
dunia sangat luar biasa di perairan Samudera Hindia. Pentingnya Samudera Hindia mendorong
komunitas internasional membentuk Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), sebuah organisasi
perikanan internasional yang mengatur tata kelola penangkapan tuna di Samudra Hindia dan
menginduk pada Food and Agriculture Organization (FAO). Indonesia sendiri aktif sebagai
anggota dari organisasi internasional itu.

Dukungan infrastruktur di pelabuhan Cilacap sudah sangat bagus. Dukungan listrik atau energi
sebagai prasyarat utama investasi juga sangat memadai. Sayang, investasi perikanan di
kabupaten tersebut belum memenuhi harapan. Perlu strategi yang berbeda untuk menangani
masalah minimnya investasi bidang perikanan di Cilacap. Selain Cilacap, ada dua kabupaten lain
di Jateng yang menghadap ke Samudera Hindia yaitu Kebumen dan Purworejo. Minimnya
investasi juga dialami oleh kedua kabupaten tersebut.
Reporter: Harian Kontan | Editor: Tri Adi

Ramah lingkungan

Permasalahan di pesisir pantai utara Jateng berbeda dengan pesisir pantai Selatan. Masalah
pencemaran, perluasan lahan pemukiman dan industri menurunkan daya dukung pesisir di
kawasan tersebut. Pembangunan tambak di kawasan pesisir pantai tanpa pendekatan ekologi
turut mempercepat penurunan daya dukungnya. Meski demikian, pesisir pantai Utara Jateng
memiliki potensi perikanan yang luar biasa. Di kawasan tersebut, bandeng, kepiting rajungan,
kepiting soka, dan udang windu merupakan komoditas primadona.

Pendekatan kepada kelompok nelayan diperlukan untuk mendorong pengelolaan kawasan


perikanan tangkap yang ramah lingkungan. Kawasan ramah lingkungan akan menjaga
kelestarian sumber daya perikanan seperti kepiting rajungan. Komoditas ini memiliki nilai jual
tinggi di pasar ekspor. Bila dikelola dengan baik, kesejahteraan nelayan di kawasan tersebut akan
terjaga. Kecamatan Morodemak di Demak merupakan contoh bagus keterlibatan nelayan dan
masyarakat pesisir dalam pengelolaan kawasan perairan yang menjadi habitat kepiting rajungan.

Khusus di kawasan nonpesisir (landlocked), perlu didorong budidaya ikan air tawar. Di kawasan
ini tantangannya adalah kelestarian lingkungan dan bahaya bencana alam, seperti tanah longsor
dan banjir. Perlu pendekatan khusus melalui penerapan mitigasi bencana sesuai kondisi alam.
Budidaya perikanan air tawar sangat bagus dan memiliki nilai ekonomi tinggi di kawasan
tersebut, yakni gurame, lele, nila, ikan mas, dan lain-lain.

Untuk mendorong optimalisasi sektor perikanan di Jateng, perlu pembentukan badan usaha milik
daerah (BUMD) yang khusus mengatur tentang pengelolaan perikanan. Kehadiran BUMD
sangat diperlukan, terlebih jika tidak ada pihak lain terlibat dalam pengembangan usaha bidang
tertentu yang dibutuhkan masyarakat di kawasan tersebut. BUMD harus hadir sebagai solusi
untuk mendorong peningkatan nilai ekonomi di kawasan.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dicantumkan, pendirian BUMD diprioritaskan untuk menyelenggarakan kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat
sesuai kondisi, karakteristik, dan potensi daerah itu.

Selain itu, diperlukan pembentukan kemitraan yang terukur antara BUMD dengan BUMN untuk
mengembangkan sektor perikanan di Jateng. Titik kritisnya adalah pada kemampuan pengelolaan
BUMD itu sendiri. Dukungan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di BUMD
merupakan kata kuncinya. Tanpa dukungan SDM andal di bidang perikanan, akan sulit bagi
BUMD menghasilkan manfaat dari pengembangan sektor ini.

Ketersediaan infrastruktur juga harus dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah
(Pemda), dengan mendorong optimalisasi usaha dan investasi perikanan di Jateng. Selesainya
pembangunan Jalan Tol TransJawa merupakan pengungkit dari pertumbuhan ekonomi berbagai
sektor khususnya perikanan. Dan, bisa menciptakan efek ganda tidak hanya dari sisi akses pasar,
juga peningkatan gizi masyarakat dan kesejahteraan pemangku kepentingan di sektor perikanan.
Selain infrastruktur, teknologi informasi (IT) juga berpeluang mendorong peningkatan akses
pasar dari produk perikanan yang ada di Provinsi Jateng ke berbagai wilayah di Indonesia
maupun mancanegara.♦

Andre Notohamijoyo
Pemerhati Perikanan, Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

https://analisis.kontan.co.id/news/bangun-jateng-sebagai-raksasa-perikanan?

Ekspor Hasil Perikanan Jateng


Tembus Rp2,4 T
 22 Nov
 bidang ikp
 No Comments

https://jatengprov.go.id/publik/ekspor-hasil-perikanan-jateng-tembus-rp24-t/

SEMARANG – Ekspor hasil perikanan Jawa Tengah pada tahun 2019 hingga bulan Oktober
sudah mencapai Rp2,4 triliun dengan volume sebanyak 41.289 ton. Komoditas ekspor hasil
perikanan terbesar adalah rajungan, udang, dan kerupuk udang.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut dengan capaian tersebut Jawa Tengah bisa
menjadi juara ekspor perikanan.

“Ternyata penampilan ekspor kita di bidang perikanan bagus. Tahun ini sampai bulan Oktober
mencapai Rp2,4 triliun. Saya curiga Jateng ini juara ekspor perikanan. Potensi kelautan dan
perikanan kita sungguh dahsyat. Kalau pasar sudah bagus maka masukkan pada customer
premium,” katanya saat melepas Ekspor Raya Hasil Perikanan Tahun 2019 di kantor Balai
Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Semarang, Jumat (22/11/2019).

Ekspor hasil perikanan tertinggi dari Jawa Tengah adalah rajungan. Potensi perikanan tersebut
ada di sepanjang Pantura, mulai dari Brebes sampai Rembang. Selain rajungan juga ada udang
dan kerupuk udang.

“Para eksportir sudah ada di sini. Mereka itu melakukan terus-menerus. Katakan saja kalau
sehari rata-rata Rp9 miliar, kita bisa tahu berapa duit yang masuk dari potensi itu,” jelas Ganjar.

Sementara potensi lain untuk ekspor perikanan adalah Tilapia. Tilapia uang dikembangkan di
Klaten saat ini sudah menembus pasar ekspor ke Amerika Serikat. Hal itu mendorong
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengembangkan dan bisa dipelajari oleh orang lain.
“Tilapia atau ikan Nila di Klaten sudah diekspor ke Amerika. Itu harganya bagus, pasarnya
bagus, dan mungkin kita memang the best. Ternyata Tilapia ini tidak terlalu banyak diketahui,
jadi saya ingin prospek ini kemudian dikembangkan. Kalau ada yang mau belajar silakan datang
ke Klaten, sudah ada champion-nya di sana,” ungkap mantan anggota DPR RI ini.

Gubernur mengatakan pengembangan sektor perikanan tersebut diharapkan bisa memberikan


dampak positif. Di antaranya bisa mendobrak ekonomi nasional dengan meningkatkan devisa,
memberdayakan potensi yang ada di daerah-daerah, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

“Tugas kita dalam politik ekspor dan politik perikanan, kita bisa mengikuti perkembangan bisnis
perikanan ini. Masyarakat itu butuhnya apa nanti akan kita buatkan. Misal butuh pelatihan, ya
dibuatkan. Kalau butuh peningkatan kapasitas dan akses modal, ya ayo, tadi juga ada dari pihak
bank juga. Saya kira ini cara coworking yang bisa kita lakukan sehingga semua bisa belajar
bersama. Sudah saatnya kita masuk pada kualitas yang tinggi dan bersaing di kancah dunia,”
pungkasnya.

Dalam kesempatan itu juga dilakukan video conference bersama Menteri Kelautan dan Perikanan
RI Edi Prabowo yang berada di Teluk Lamong, Gresik Jawa Timur. Ganjar yang memberikan
laporan langsung meminta petunjuk dari menteri agar bisa meningkatkan ekspor perikanan di
Jawa Tengah.

“Langsung kami minta petunjuknya saja, Pak. Di sebelah saya ini ada para eksportir tangguh.
Mereka sudah mengirim kripik udang, lalu ada juga udang, dan satu lagi rajungan. Tahun ini
kinerja ekspor kita di Jawa Tengah secara keseluruhan Rp 2,4 triliun dan rajungan masih nomor
satu, masih dominan. Mudah-mudahan kita semua mendapat petunjuk dari Pak Menteri agar kita
lebih pintar lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan
Semarang Raden Gatot Perdana menyebutkan dalam ekspor raya hasil perikanan, Jawa Tengah
telah mengekspor 41.289 ton dengan nilai Rp 2,4 triliun. Sementara dalam bulan Oktober 2019
sudah ada ekspor hasil perikanan mencapai Rp 790 miliar. Hasil perikanan tersebut diekspor ke
11 negara, di antaranya ada Amerika Serikat, Italia, China, Taiwan, Filipina, Singapura, dan
beberapa negara lainnya. (Humas Jateng)
Potensi Perikanan di Jateng Cukup
Besar, Pertamina Jamin Ketersediaan
BBM Industri Berkualitas
Red
- Sabtu, 21 Agustus 2021 | 16:15 WIB
YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah,
Fendiawan Tiskiantoro, menyampaikan bahwa potensi perikanan di Jawa tengah cukup besar dan setiap
tahun produksinya meningkat.
Hal itu disampaikan Ferndiawan saat focus group discussion (FGD) terkait pelayanan Bahan Bakar
Minyak (BBM) industri ke kapal ikan, Jum'at 20 Agustus 2021.
“Potensi perikanan di Provinsi Jawa Tengah cukup besar dan setiap tahunnya produksi perikanannya
terus meningkat. Jumlah kapal ikan terdaftar saat ini berjumlah 27.845 unit, dengan komposisi 26.614
kapal dibawah 30 GT (Gross Tonnage) dan 1.231 diatas 30 GT,” ujar Fendiawan.
Kegiatan yang digelar Pertamina Regional Jawa Bagian Tengah di Yogyakarta ini merupakan forum
pertama yang diselenggarakan di Indonesia dan secara khusus membahas terkait regulasi serta
pelayanan BBM Industri untuk nelayan.
Baca Juga: Iklim Ketenagakerjaan Kondusif selama PPKM jadi Komitmen Pemerintah, Ini Bukti
Keseriusannya
FGD yang berlangsung dihadiri oleh Patuan Alfon selaku Direktur BBM BPH Migas, Fendiawan
Tiskiantoro selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, perwakilan Direktorat
Jenderal Minyak & Gas Bumi (Dirjen Migas), kepala pelabuhan perikanan pantai di Jawa Tengah dan
berbagai pihak lainnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, Fendiawan Tiskiantoro mengungkapkan
bahwa pada tahun 2020 jumlah nelayan di Provinsi Jawa Tengah berjumlah 171.064 orang dengan
produksi perikanan tangkap mencapai 509.938 ton dalam satu tahun.
Adapun jumlah pelabuhan perikanan pantai di Jawa Tengah saat ini berjumlah 11 pelabuhan.
Fendiawan menambahkan, penyediaan BBM industri berkualitas menjadi salah satu kebutuhan bagi
nelayan untuk menjalankan aktivitas kesehariannya.
Baca Juga: 129 Pekerja Migran Dipulangkan dari Taiwan, Karantina di Wisma Atlet
Wahyu Suprapta selaku Petugas Tertib Bandar dan Tertib Berlayar (Kesyahbandaran Operasional
Pelabuhan Tegal) mengungkapkan, bahwa saat ini penyedia BBM industri di pelabuhan bukan hanya
Pertamina, namun terdapat berbagai badan usaha atau agen penyalur lainnya.
“Perpres No. 191/2014 juga menyampaikan kapal di atas 30 GT harus menggunakan BBM non subsidi
dan sejauh ini Pertamina dapat menjamin kualitas BBM-nya,” jelas Wahyu.
Pertamina memiliki dua metode penyaluran BBM untuk industri perikanan yaitu melalui SPBUN (Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan / Fixed Bunker Agent) yaitu fasilitas pengisian BBM yang berada
di dermaga/pelabuhan berupa tangki pendam yang terhubung dengan dispenser dan nozzle BBM ke
kapal ikan.
Metode kedua adalah pendistribusian secara langsung melalui mobil tanki BBM ke kapal ikan.
Baca Juga: WHO: Vaksin Menjauhkan Seseorang Terpapar Covid-19 dengan Derajat Keparahan
Unit Manager Communication, Relations & CSR Pertamina RJBT, Brasto Galih Nugroho mengungkapkan
bahwa Pertamina selalu berperan aktif untuk menjawab setiap kebutuhan masyarakat termasuk dalam
hal ini kebutuhan BBM nelayan.
BBM non subsidi yang dipasarkan untuk kapal yang bermuatan diatas 30 GT adalah BBM non subsidi
jenis biosolar. Pertamina menjamin BBM yang dijual melalui agen-agennya adalah BBM berkualitas.
“Pertamina menjamin BBM yang dipasarkan kepada konsumen melalui agen-agen kami telah memenuhi
kualitas dan spesifikasi yang dipersyaratkan oleh Direktorat Jenderal Migas sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya,” tutup Brasto.

Potensi Perikanan di Kabupaten Cilacap


Melimpah
Rabu, 13 Nopember 2019 10:55
Ciilacap merupakan kabupaten di provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayahnya sekitar 6,2% dari total
wilayah Jawa Tengah. Di pesisir Selatan Jawa Tengah, Cilacap merupakan raksasa tidur perikanan.
Kabupaten ini menghadap langsung Samudera Hindia dan merupakan pelabuhan barang satu-satunya di
pesisir Selatan Pulau Jawa. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk dapat menjadi ladang
mensejahterakan masyarakat lokal..

Tidak berlebihan apabila Cilacap dijuluki sebagai ‘Kota Bahari’ mengingat letaknya yang berada di pesisir
pantai Selatan Pulau Jawa. Sejalan dengan predikat tersebut, banyak kegiatan produksi dan ekonomi
masyarakat yang bergantung pada laut. Banyak potensi perikanan yang bisa dieksplor di Kabupeten
Cilacap. Potensi perikanan khususnya ikan tuna (Thunnus sp), yang memiliki nilai ekonomi tertinggi di dunia
sangat luar biasa di perairan Samudera Hindia, dan Kabupaten Cilacap memiliki geografis tersebut.

Sektor perikanan di Kabupaten Cilacap terdiri dari perikanan air tawar, air payau, dan perikanan air laut.
Produksi yang memberikan sumbangsih terbesar adalah perikanan air laut karena tidak kita pungkiri bahwa
cakupan wilayahnya pun menjadi yang terbesar. Produksi perikanan air laut pada tahun 2015 mencapai
14.371 ton, air tawar sebesar 5.750 ton, dan air payau sebesar 1.596. Hal ini menunjukan bahwa potensi
produksi perikanan air laut tidak main-main.

Banyaknya produksi perikanan air laut didukung dengan banyaknya fasilitas pelabuhan atau tempat
pelelangan ikan yang ada di Kabupaten Cilacap. Sarana prasarana tersebut adalah Pelabuhan Perikanan
Samudra Cilacap (PPSC) sebanyak 1 unit, Dermaga Tambatan Labuh sebanyak 7
unit, Perbengkelan Mesin Kapal sebanyak 4
unit, Tempat Pelelangan Ikan(TPI) sebanyak 11 unit, Depot BBM sebanyak 4 unit, galangan kapal
sebanyak 4 unit, dan pabrik es sebanyak 5 unit.

Jika dilihat dari sisi ketenagakerjaan, pada tahun 2015 terdapat 13.511 orang yang berprofesi sebagai
nelayan. Namun jumlah ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Nelayan menjadi
peringkat ke lima dari enam profesi yang ada di Kabupaten Cilacap. Profesi terbanyak masih dipegang oleh
buruh tani sebanyak 265.673 orang, yang kedua oleh buruh bangunan sebanyak 51.767 orang, peringkat
ketiga oleh buruh industri sebanyak 41.623 orang, lalu diikuti di peringkat keempat oleh PNS, TNI, POLRI
sebanyak 28.815, dan peringkat terakhir adalah pensiunan dengan 10.813 orang. Hal ini mengindikasikan
bahwa sektor perikanan yang diwakili oleh nelayan belum menjadi profesi utama dan menarik di Kabupaten
Cilacap.

Salah satu penyebab nelayan belum bisa menjadi profesi unggulan adalah penghasilan nelayan yang tidak
menentu. Dalam kondisi tangkapan melimpah, nelayan bisa mendapat jutaan rupiah sekali melaut. Namun,
saat paceklik, nelayan bisa pulang tanpa hasil. Akibat ketidakstabilan penghasilan tersebut, pekerjaan
sebagai nelayan kini semakin ditinggalkan generasi muda. Para pemuda dari kampung nelayan memilih
merantau ke luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) nelayan atau merantau ke Jakarta dan
bekerja di kapal besar.
Potensi sektor perikanan yang besar di Kabupaten Cilacap juga bisa kita lihat dari kontribusi perikanan di
PDRB Kabupaten Cilacap tahun 2015. Dari data Distribusi PDRB Kabupaten Cilacap Atas Dasar Harga
Berlaku (Tanpa Migas) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2018 (%), sektor Pertanian. Kehutanan dan
Perikanan ada di peringkat kedua dengan 16,92%. Sedangkan untuk peringkat pertama dipegang oleh
sektor Industri Pengolahan atau Manufacturing sebesar 32,39%. Diperingkat ketiga ada sektor konstruksi
lalu ada sektor pertambangan dan penggalian diperingkat keempat, lalu diikuti oleh trnasportasi, jasa
pendidikan, dan seterusnya. Sektor perikanan masih tertinggal dengan sektor industri pengolahan yang
sedang giat-giatnya melakukan pengembangan di Kabupaten Cilacap. Hal ini salah satunya disebabkan
oleh investasi yang masih belum sesuai harapan di sektor perikanan. Diperlukan strategi yang berbeda
untuk menangani masalah minimnya investasi bidang perikanan di Kabupaten Cilacap.

Alasan mengapa sektor perikanan harus diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat di Kabupaten
Cilacap adalah sektor perikanan menjadi sektor penyumbang komoditi ekspor terbanyak di Kabupaten
Cilacap. Sembilan dari dua puluh komoditi ekspor berasal dari sektor perikanan, hampir setengah komoditi
ekspor di miliki oleh berbagai jenis ikan dan udang dari perikanan. Ikan tuna beku menjadi komoditi ekspor
sektor perikanan dengan nilai ekspor terbesar yaitu 9427871,44 USD. Nomor tiga dari semua komoditi yang
ada setelah forklift dan kayu olahan. Ikan tuna memang memiliki nilai ekonomi tertinggi di dunia sangat luar
biasa di perairan Samudera Hindia, hal ini harus sangat dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat
Kabupaten Cilacap untuk bisa meningkatkan potensi perikanan yang sudah dimiliki. Perkembangan dan
perbaikan harus terus dijalankan agar Kabupaten Cilacap bisa menjadi raksasa perikanan baik di Jawa
Tengah maupun seluruh Indonesia bahkan dunia.

Ditulis oleh Amalia Restu Damayanti


Penulis adalah Mahasiswa Politeknik Statistika STIS, NIM 211709537, Kelas 3SE4

Anda mungkin juga menyukai