Anda di halaman 1dari 31

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Budidaya udang adalah usaha pemeliharaan atau pembesaran udang di tambak

mulai dari ukuran benih (benur) sampai ketika menjadi ukuran yang layak untuk

dikonsumsi. Budidaya ini sangat menguntungkan, karena masyarakat banyak yang

menggemari udang. Alasanya adalah masalah kesehatan, yaitu tingginya

kandungan protein dan rendahnya lemak. Oleh karena itu tahun ketahun terakhir

ini udang semakin ramai diperdagangkan orang terutama untuk ekspor/ Sampai

saat ini udang masih menduduki tempat utama dalam deretan ekspor hasil hasil

budidaya perikanan.

Udang vanname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi.

Kehadiran udang vanname inidiharapkan dapat menarik kembali

investasidiusahapertambakan udang.Usahabudidayaudang vannamesaat

inisudahdilakukanolehsejumlah pembudidayadidaerahbeberapadaerah

diIndonesia.Indonesiamerupakannegerikepulauan, negeribaharidengan2,7

jutakilometer persegiZona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Hampir 75% dariseluruh

wilayahIndonesia merupakan perairan pesisirdanlautan. Terbentang

digariskhatulistiwa,perairan laut nusantara menopanganekakehidupan

hayati(DahuriR, 2003).

Pada laporan ini akan dibahas pemeriksaan bakteri E.coli pada produk raw udang

putih (vannamei), pemeriksaan bakteri ini dilakukan di Laboratorium Food and

Processing Plant Division. Uji E.coli ini sangat penting karena keberadaan bakteri
2

ini pada udang menandakan bahwa udang telah tercemar bakteri fekal. Oleh

karena itu, diharapka hasil pemeriksaan E.coli dapat memenuhi standar kualitas

ekspor yang baik.

1.2 Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah :

1. Menganalisa bakteri E.coli yang terdapat pada udang putih (vannamei)

2. Memeriksa produk yang akan di ekspor dari mikroorganisme berbahaya.


3

II. KEADAN LOKASI KERJA PRAKTEK

2.1 Topografi

2.1.1 Lahan

Laboratoirum Food and processing plan division terleak di cold storage PT.

Centralpertiwi Bahari di desa brantasena, kecamatan Gedung Meneng

kabupaten tulang bawang. Laboratorium ini terdapat dua bagian, yaitu

laboratorium mikrobiologi dan laboratorium organo leptic. Pada laboratorium

ini, terdapat berbagai macam alat seperti water bath, outoclove, total plate

count ( TPC ),stomacher, kulkas, hotter, kulkas inkubator,dan lain-lain. Luas

laboratorium ini sekitar 10 X 8 m2 . selain ruangan ini, laboratorium ini

memiliki ruangan khusus, yaitu, ruang reparasi yang berda didalam

processing. Ukuran ruangan ini sekitar 2,5X3 m2.

2.1.2 wilayah Kerja

Wilayah kerja dari laboratorium i ni adalah seluas 7333m2 ( bagian

processing ).

2.1.3 Tugas Pokok Laboratorium

1.menjamin produk udang yang akan diekspor bebas dari mikromorganisme

berbahaya.

2. menganalisis peralatan dan personal yang ada diprocessing.

3.membantu memecahkan permadalahan mikro yang ada di mikrossing.


4

2.2 Kondisi Geografis dan Topologi Kabupaten Tulang Bawang

Keadaan umum demografi sekitar PT. Centralpertiwi Bahari yakni sebagai

berikut :

a) Pendidikan

Pendidikan yang berada pada daerah sekitar PT. Centralpertiwi Bahari

telah mengarah standar pendidikan yang berada di daerah perkotaan,

terdapat nya sekolah tingkat kanak-kanak sampai pada tingkat Sekolah

Menengah Atas/Kejurusan.

b) Keadaan Sosial

Keadaan social para penduduk asli, pendatang dan pegawai pekerja

disekitar PT. Centralpertiwi Bahari terlihat baik , ramah dan sopan satun.

Terlihat dari keramahan terhadap tamu yang baru datang memberikan

banyak informasi terkait daerah sekitar. Serta terlihat dari prasarana

pendidikan, kesehatan terdapat klinir, tempat tinggal dengan kondisi air

bersih baik, terdapat fasilitas Lapanagn sepak bola, futsal dan badminton.

c) Keadaan Budaya

Masyarakat daerah PT. Centralpertiwi Bahari merupakan masyarakat

kebanyakan dari suku pendatang seperti Jawa, Sumatra, dan daerah lain

yang saling membaur satu sama lain tanpa ada suatu permasalhan di

bidang suku budaya. Budaya yang kental berasal dari Islam berbudaya

pengajian, yasinan, dan Tahlilan.

d) Keadaan keagamaan
5

Keadaan keagamaan terdapat agama Islam yang data di lihat dari masjid

yang terdapat pada daerah sekitar, terdapat agama Kristen Katolik yang

dilihat dari Gereja , terdapat agama Hindu terlihat ada Pure di sekitar

dearah, ini membuktikan masyarakat sekitar mempercayai ada Tuhan yang

maha Esa dan akan saling memlihara kerukunan bersama.

e) Keadaan Ekonomi

Ekonomi daerah ini dapat dilihat dari pasar yang ramai bermata pencarian

berdagang baik makanan maupun non makanan, sebagian bermata

pencaharian sebagai Tambak Plasma, sebagai Pegawai karyawan PT serta

para pencaharian lain : Guru, Perawat , pegawai swasta, dagang, kontakan

rumah /kos , bengkel sepeda motor, Penjahit dan peternak.

2.2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT. Centralpertiwi Bahari merupakan salah satu perusahaan yang ada di

kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tualng bawang , Lampung. PT.

Centralpertiwi Bahari mempunyai Luas wilayah 23.900 hektar yang terdiri

dari 17.000 hutan baku. Batas-batas wilayah perusahaan yaitu sebelah

utara berbatasan dengan wilayah sungai Way Tulang Bawang, sebelah

timur berbatasan dengan laut jawa, sebelah baratberbtasan dengan sungai

Way terusan dan sebelah selatan berbatasan dengan sungai way seputih

dan laut jawa.

Lokasi PT. Centralpertiwi Bahari sangat mengutungkan karena terletak di

kawasan perikanan yang merupakan dekat dengan bahan baku, dimana

bahan baku untuk pengolahan udang yang baik udang beku dan udang
6

seperti nugget udang, kaki naga, shiomay, bagor, batagor Ebi Katsu dan

brsumber dari tambak palsma perusahaan.

Bangunan pabrik yag di pergunakan untuk proses produksi terdiri dari

bebebrapa area yaitu area plant 1, area plant 2, dan area value added

product. Selain itu terdapat fasilitas pendukung untuk mendukung

kelancaran proses produksi seperti area waste treatment, dministrasi,

human capital, kamar mandi , mess karyawan, mess tamu, dn kantin.

2.3 Sejarah Berdiri dan Perkembangan Usaha

PT. Centralpertiwi Bahari yaitu berdiri tahun 1994 sebgai karyawan eks

hutan regrister 47 way terusan di kecematan Menggala, kabupaten

Lampung Utara dan pada tahun 1997 di mekar kan menjadi Kabupaten

Tulang Bawang. Merupakan kawasan hutan yang telah di penuhi sekitar

5000 kepala keluarga permabah taka da harapan dan cahaya kehidupan

disini. Kawasan ini hanyalah hamparan hutan gambut, prumpunngan dan

tambak tambak udang tradisional yang membentang ribuan hektar di tepi

sungai besar way seputih dan berbatsan dengan apa yang sekarang di sebut

nakula. Kawasan tanpa ada akses jalan.

Sejauh mata memandangan hanyalah pepohonan dan riak singai besar dn

lebar . satu satu nya jalur traspotasi ke sini hanyalah melalui sungai serta

jalan setapak hutan yang terbentuk secara taksengaja karena dilalui oleh

para peramba hutan. Adanya tanda-tanda kehidupan adalah semata karena

keberdaan para perambahn hutan. Adanya tanda-tanda kehidupan tersebut

adalah semata karena keberadapan perambha hutan. Sebelum ada


7

permabah hutan kawasan ini dala keadan tak penguin sepi gelap terisolir

dan masih dalam hutan.

Dari kawasan hutan yang seperti ini kemudain lahir perusahan tambak

udang bernama PT. Cenral Pertwi Bahari, hasil kerja sama antara PT.

Bratasena perkasa Kencana dengan PT. Chareon Pokphan Indonesia,

Kemudian pertangal 13 februari 1988 PT. Centralpertiwi Bratasena berubah

menjadi PT. Centralpertiwi Bahari. Sebuah cita-cita besar muncul untuk

memanfaatkan lahan gambut tersebut dengan mengusung visi dan misi

bisnis yang besar dan tegas , menciptakan perpaduan usnur kearitifan local

dan teknologi modern. PT. Central Pertwii Bahari mnegubah kawasan

industrial pertambakan yang di kenal hingga pejuru dunia. Jumlah petambak

yang tercetak sebanyak 3500 tambak. Untuk tenaga pengerjaan infrastuktur

ini selain direktur dari lampung juga didatangi dari pulau jawa lantaran

jumlah tenaga kerja yang ada di Lampung masih jauh dari kebutuhan.

Dimulai dari kelestarian lingkungan PT. CetralPertiwi Bahari merasa

memiliki Kewajiban dan tanggung jawab untuk memberdayakan perambah

hutan mejadi petambak plasma dan juga melakukan rehabilitas lahan kritis.

Diawali bedirinya CP Bratasena ,pelatihan untuk menjadikan petambak

professional menjadi program utama perusahaan. Hal ini karena para

petambak nelum memiliki pengetahuan mengenai cara-cara budidaya udang

secar modern . mereka hanya lakukan selama ini maish mengunakan car-

cara tradisional bahkan mayoritas mereka bukanlah petambak udang.

Pelatihan semakin inensif dilkakukan terlebih karena sebagian besar

mereka tidak berpindidikan tinggi. Tak hanya pengetahuan tentang budidaya


8

udang modern, mereka juga di beri ketrampilan baris berbaris untuk

menumbuhkan kedisipilnan dan latihan fisik guna membentuk stamina

yang prima dalam menyongor tantangan dalam budidaya udang yang cukup

besar. Setelah menjalani pelatihan , mereka juga terus didampingi dan

mendapat bimbingan dari penyuluhan dalam suasana yang hangat , rileks,

dan bermanfaat bersahabat.Penyuluhan dilakukan oleh di lokasi tambak

terkadang disaksikan juga oleh keluarga petambak hak ini menambah

wawasaan , dansangat membantu bermakna dalam memndukung keadaaan

keadaan pada keluarga mereka. Meningkatkan kualitas semua komponen di

PT. Centralpertiwi Bahari, termasuk para petambak plasma adalah hal

penting dari semua komponen dipandang sebagai bagian yang sama-sama

penting , sama-sama bernilai dan sama sama memberikan konstribusi

terhdaap perusahaan. Berbagai upaya peningkatan kualitas yang sudah

dilakukan antara lain berupa seminar sehari hubungan pola kemitraan initi-

plasma, lomba asah ketrampilan, dan pembinaan penyuluhan terhadap para

petambak. Dengan penekanan terhadap kualitas dan investasi yang

berkelanjutan di bidang penenlitian dan organisasi penenlitian terdepan di

bidang bioteknologi dan industry pangan, perusahaan mampu

mendayagunakan teknologi dan inovasi terbaik untuk memenuhi kebutuhan

Indonesia akan produk-produk perikanan yang berkualitas. Sebgai hasilnya,

saat ini perseroan menjadi pemimpin pasar untuk produk-produk pakan

udang dan bibit-bibit udang berkualitas prima. Sebagai perintis di bidang

akuakultur udang PT. Centralpertiwi Bahari terus mengaplikasi kan

teknologi dan pengetahuan akuakultur yang mutahir ,yang dharapkan


9

menetapkan PT. Centralpertiwi Bahari pada berada di Posisi tedepan

industry di berbagai aspek usaha.

2.5 Struktur organisme dan tata kerja

2.2.1 strktur orgganisasi

Laboratprium food and processing plant division dipimpin oleh manager,

yang didampingi oleh Supervisor. Dan dalam melaksanakan tuganya manager

dibantu oleh berapa staf yang bekerja pada bidang mikro boiologi dan

organoleptik.

2.2.2 Tata Kerja

a. Tugas manager

mengkordinir mengatur dan memonitporing semua kerjaan yang dilakukan

oleh bawahannya.

b. tugas section head

menjamin produk yag dihasilkan memnuhi standar mikrobiologi dan

organoleptik.

Mengatur seluruh kegiatan dilaboratorium.

c. tugas supervisior

menganalisis mikrobiologi ( TPC, Qualiform, ecoli, samonela, staphilococus

abreus, vibro sp ) terhadap produk, air es dan karyawan serta peeralatan

produksi

mengecek laporan harian

membuat rekapitulasi mikrobiologi bulanan

mengerjakan tugas lain yang diminta atasan.

d. Tugas Formean
10

Analisis mikrobiologi produk

Analisa terhadsp SWAB

Analisa air

Membuat laporan hasil analisa mikrobiologi setiap hari

Mengerjakan tugas lain yang diminta atasan

f. Tugas Analisis

Analisis mikrobiologi produk

Analisa terhadap SWAB

Analisa air

Membuat laporan hasil analisa mikrobiologi setiap hari

Mengerjakan tugas lain yang diminta atasan

g. Tugas Teknisi

Membuat media

Menyediakan semua peralatan yang diperlukan

Mencuci semua peralatan kotor habis dipakai

Melakukan sterilisasi

Membuat aquades

Melakukan sanitasi semua fasilitas ruangan laboratorium

Melaksaanakan tugas lain yang diberikan atasan

h. Tugas Operator

Mengambil dan menyiapkan sampel produk

Mengambl sampel air dan es

Melakukan pengambilan dan penyiapan sampel ulang dan produk

bermasalah
11

Melakukan SWAB

Melakukan kalibrasi suhu peralatan laboratorium sesuai jadwal.

Gambar 1
Struktur Organisai dan Tata Kerja

Manager

Section Head

Supervisor

Analyst

Foreman / Lady

Teknisi

Operator
12

III.TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Klasifikasi dan ciri morfologi udang Vannamei

Klasifikasi Udang Vannamei


Menurut Boone (1931), klasifikasi udang vannamei adalah sebagai berikut :

Kingdom Animalia

Filum Anthropoda

Kelas Crustacea

Ordo Decapoda

Famili Penaidae

Genus Litopenaeus

Spesies Litopeneus

vannamei

Secara umum tubuh udang vannamei dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian

kepala yang menyatu dengan bagian dada (Cephalothorax) dan bagian tubuh

sampai ekor (Abdomen). Bagian cephalothorax terlindung oleh kulit chitin yang

disebut carapace. Bagian ujung cephalotorax meruncing dan bergerigi yang

disebut rostrum. Udang vannamei memiliki 2 gerigi di bagian ventral rostrum

sedangkan di bagian dorsalnya memiliki 8 sampai 9 gerigi. Tubuh udang

vannamei beruas-ruas dan tiap ruas terdapat sepasang anggota badan yang

umumnya bercabang dua atau biramus. Jumlah keseluruhan ruas badan udang

vannamei umumnya sebanyak 20 buah. Cephalotorax terdiri dari 13 ruas, yaitu 5

ruas dibagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Ruas I terdapat mata bertangkai,
13

sedangkan pada ruas II dan III terdapat antenna dan antennula yang berfungsi

sebagai alat peraba dan pencium. Pada ruas ke III terdapat rahang (mandibula)

yang berfungsi sebagai alat untuk menghancurkan makanan sehingga dapat masuk

ke dalam mulut (Zulkarnain, 2011).

Tubuh berwarna putih transparan sehingga lebih umum dikenal sebagai white

shrimp. Tubuh sering berwarna kebiruan karena lebih dominannya kromatofor

biru. Panjang tubuh dapat mencapai 23 cm. Udang vaname dapat dibedakan

dengan spesies lainnya berdasarkan pada eksternal genitalnya. Ciri-ciri udang

vanameadalah rostrum bergigi, biasanya 2-4 (kadang-kadang 5-8) pada bagian

ventral yang cukup panjang dan pada udang muda melebihi panjang antennular

peduncle. Karapaks memiliki pronounced antenal dan hepatic spines. Pada udang

jantan dewasa, petasma symmetrical, semi-open, dan tidak tertutup. Spermatofora

sangat kompleks yang terdiri atas masa sperma yang dibungkus oleh suatu

pembungkusyang mengandung berbagai struktur perlekatan (anterior wing, lateral

flap, caudal flange, dorsal plate) maupun bahan-bahan adhesif dan glutinous.

Udang betina dewasa memiliki open thelycumdan sternit ridges, yang merupakan

pembeda utama udang vaname betina (Manoppo, 2011).


14

3.2 Sifat biologis udang

3.2.1 Mofologi Udang Vannamei

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), menyatakan bahwa tubuh udang

vannamei dibentuk oleh dua cabang (biramous) yaitu exopodite dan

endopodite. Vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktifitas berganti

kulit luar atau exoskeleton secara periodik (moulting). Bagian udang

vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk

keperluan sebagai berikut :

1. Makan, beregerak, dan membenamkan diri dalam lumpur (burrowing).

2. Menopang insang karena struktur insang mirip bulu unggas.

3. Organ sensor, seperti pada antena dan antenula.

4. Kepala (Chepalotorax) udang vannamei terdiri dari antenula, antena,

mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi

dengan tiga pasang maxiliped dan lima pasang kaki jalan (periopoda).

Maxiliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk

makan. Bentuk periopoda beruas ruas yang berujung di bagian Dactylus.

Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki 1, 2, dan 3) dan tanpa capit kaki 4

dan 5.

5. Perut (abdomen) terdiri dari enam ruas. Pada bagian abdomen terdapat lima

pasang kaki renang dan sepasang uropoda (mirip ekor) yang berbentuk kipas

bersama-sama telson.

6. Udang vannamei mempunyai carapace yang transparan, sehingga warna dari

perkembangan ovarium jelas terlihat. Pada udang betina, gonad pada awal

perkembangannya berwarna keputih-putihan, berubah menjadi coklat


15

keemasan atau hijau kecoklatan pada saat hari pemijahan. Setelah

perkawinan, induk betina akan mengeluarkan telur yang disebut dengan

pemijahan (spawning). Perkawinan lebih bersifat open thelycum, yaitu

setelah gonad mengalami matang telur (DKP Daerah Provinsi Sulawesi

Tengah, 2009).

3.2.2 Habitat dan Tingkah Laku

Menurut Briggs dkk (2006), menyatakan bahwa udang vannamei hidup di

habitat laut tropis dimana suhu air biasanya lebih dari 20C sepanjang

tahun. Udang vannamei dewasa dan bertelur di laut terbuka, sedangkan pada

stadia postlarva udang vannamei akan bermigrasi ke pantai sampai pada

stadia juvenil.

Udang vannamei merupakan bagian dari organisme laut. Beberapa udang

laut menghabiskan siklus hidupnya di muara air payau. Perkembangan

Siklus hidup udang vannamei adalah dari pembuahan telur berkembang

menjadi naupli, mysis, post larva, juvenil, dan terakhir berkembang menjadi

udang dewasa. Udang dewasa memijah secara seksual di air laut dalam.

Udang vannamei melakukan pembuahan dengan cara memasukan sperma

lebih awal ke dalam thelycum udang betina selama memijah sampai udang

jantan melakukan moulting. Masuk ke stadia larva, dari stadia naupli sampai

pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana

terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan.

Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan

siklus hidup berlanjut kembali (Clay dan McNavin, 2002).


16

3.2.3 Persyaratan Lokasi

Menurut BPTP Sulawesi Selatan (2008), berdasarkan kebiasaan hidup,

tingkah laku dan sifat udang itu sendiri, maka dalam memilih lokasi tambak

baik dalam rangka membuat tambak baru maupun dalam perbaikan tambak

yang sudah ada, sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Memiliki sumber air yang cukup, baik air laut maupun air tawar dan

tersedia sepanjang tahun atau setidaknya 10 bulan dalam setahun, tetapi

bukan daerah banjir.

Memiliki saluran air yang lancar, baik untuk pengisian waktu pasang

maupun membuang air waktu surut dan sumber air serta lingkungan bebas

dari pencemaran.

Kadar garam air berkisar 10 - 25 ppm dan derajat keasaman (pH) berkisar

7 - 8,5.

Tanah dasar tambak terdiri dari lumpur berpasir dengan ketentuan

kandungan pasirnya tidak lebih dari 20%.

3.2.4 Tata Letak

Menurut Mustafa (2008), menyatakan bahwa tata letak suatu tambak harus

memenuhi tujuan antara lain : menjamin mobilitas operasional sehari-hari,

menjamin keamanan kelancaran pasok air dan pembuangannya, dapat

menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari unit tambak

yang di bangun, dan mempertahankan kelestarian lingkungan.

Daerah penyangga perlu disediakan dalam mendesain hamparan

pertambakan. Daerah penyangga berupa lahan yang berbatasan dengan laut

atau sungai yang tidak digunakan untuk pemeliharaan udang, melainkan


17

untuk tempat tumbuhnya mangrove yang merupakan tanaman asli daerah

tersebut. Dengan adanya daerah perlindungan ini, maka angin sehingga

kerusakan pematang karena erosi yang ditimbulkan oleh angin dapat

berkuran. Hal ini juga berarti mengurangi biaya pemeliharaan pematang.

Disamping itu, secara tidak langsung perairan disekitar mangrove akan

subur dan kualitas perairan lebih dijamin kualitasnya, karena adanya

kemampuan dari vegetasi mangrove untuk mengamulasi dari bahan

pencemaran.

3.2.5 Desain Petakan

Menurut Mustafa (2008), menyatakan bahwa desain petakan tambak

membutuhkan pertimbangan yang seksama agar tambak dapat berfungsi

secara efisien dan layak secara ekonomis. Tujuan daripada desain tambak

yang baik adalah mengefektifkan pengelolaan limbah, disamping

memudahkan pengelolaan air dan pemanenan udang. Secara umum, desain

petakan tambak merupakan perencanaan bentuk tambak yang meliputi :

ukuran panjang dan lebar petakan, kedalaman, ukuran pematang, ukuran

saluran keliling serta ukuran dan letak pintu air.

Untuk petakan berbentuk empat persegi panjang, sisi terpanjangnya

sebaiknya kurang dari 150 m, agar pemasukan air dari satu sisi lain masih

dapat menimbulkan arus yang cukup kuat. Selain itu, sisi terpanjang petakan

hendaknya tegak lurus terhadap arah angin. Hal ini dimaksudkan agar angin

yang bertiup tersebut tidak menimbulkan gelombang air yang terlalu kuat.

Bila sisi terpanjang petakan menjadi cukup kuat yang dapat merusak

pematang.
18

1. Luas petakan tambak yang ideal tergantung tingkat teknologi yang

diterapkan. Semakin kecil ukuran tambak semakin mudah dalam

pengelolaannya, tetapi akan lebih mahal dalam konstruksi maupun

operasional.

3.2.6 Desain Pematang

Dalam mendesain pematang yang pertama kali diperhatikan adalah

pematang harus mampu menampung ketinggian air maksimum yang

diperlukan. Jadi tinggi pematang harus didasarkan pada pasang tertinggi air

laut yang pernah ada. Selain itu kondisi pematang tidak boleh bocor. Hal

lain yang perlu diperhatikan adalah pematang harus mampu melindungi

areal yang dibatasinya dari tekanan air dalam segala kodisi. Berarti,

pematang harus cukup kuat, tidak mudah jebol karena tekanan air dan tidak

mudah tererosi. Perlu dipertimbangkan, kemungkinan digunakan sebagai

jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Namun perlu diingat bahwa,

infrastruktur dan jalan masuk kearah tambak tidak boleh apabila dapat

mengubah aliran air alami yang dapat menyebabkan terkurungnya air

sehingga dapat mengakibatkan banjir. Bagian-bagian pematang adalah

puncak pematang, dasar pematang, berm dinding atau lereng pematang, inti

pematang, garis tengah atau sumbu pematang (Mustafa. 2008).

3.2.6 Desain Saluran

Menurut Mustafa (2008), bahwa saluran tambak pada umumnya termasuk

tipe terbuka dengan penampang berbentuk trapesium terbalik dan airnya

mengalir secara gravitasi. Namun ada kalanya berupa saluran tipe tertutup
19

seperti yang banyak dipakai pada tambak intensif. Tipe tertutup biasanya

dipakai untuk menyalurkan air yang dipompa dari laut. Karena

menggunakan pompa, maka debit air yang diperoleh tergantung pada

kapasitas pompa yang digunakan. Pada umumnya cara seperti ini diterapkan

bila sumber air yang ada disekitar tambak sangat kotor, sehingga terpaksa

harus mengambil air dari tengah laut yang kondisi airnya masih bersih.

Desain saluran meliputi penentuan kemiringan saluran, lebar dasar saluraan,

dan kemiringan dinding saluran. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan

kegunaan lain, misalnya untuk penampungan sementara udang yang akan

ditebar ke petakan lain. Bila diperuntukan tujuan ini, maka dasar saluran

perlu diperdalam sekitar 0,3 m lebih rendah dari dasar tambak.

3.2.7 Konstruksi Tambak

Konstruksi tambak harus didahului dengan kegiatan penyusunan rencana

kerja yang matang agar dicapai efisiensi dan penggunaan dana serta daya

sehingga memperoleh hasil yang maksimum. Didalam rencana kerja harus

tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, pengaturan pekerjaan,

kebutuhan tenaga kerja, waktu yang diperlukan, jenis serta jumlah alat yang

diperlukan.

Menurut Galeriukm (2009), bahwa Konstruksi tambak udang diupayakan

mampu menahan air, mampu membuang air limbah, mampu memelihara

kualitas air, dan tambak dapat dikeringkan dengan mudah dan sempurna.

Tanah dasar tambak harus dalam kondisi yang sesuai untuk kehidupan dan

pertumbuhan udang. Hal ini karena sebagian besar waktu hidup dan mencari

makan udang berada di tanah dasar tambak


20

3.2.8 Persiapan lahan

Menurut Kongkeo (1997), menyatakan bahwa persiapan lahan adalah

operasi paling penting dalam budidaya udang intensif. Persiapan ini dapat

menghilangkan gas beracun, seperti amonia, hidrogen, sulfide, dan metana,

serta pathogen didasar yang telah terakumulasi dari budidaya sebelumnya.

Kegiatan yang termasuk persiapan lahan adalah pengeringan, pemupukan,

pengapuran, pengendalian hama, pemasangan kincir, pengisian air.

3.3 Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli, yaitu bakteri anaerob fakultatif gram negatif berbrntuk

batang yang termasuk dalam family Enterobacteriaceae. Bakteri ini

merupakan penghuni normal usus, selain berkembang baik dilingkungan

sekitar manusia. Pertama dijumpai pada tahun 1885 (Arisman, 2009).

Bakteri Escherichia cli merupakan jasad indicator dalam subtract air dan

makanan. Yang mampu memperfentasikan laktosanpada temperature 370c

dengan membentuk asam dan gas didalam waktu jam. Bakteri ini berpotensi

pantogen dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan diare (Arisman,

2009).

3.3.1 Uji biokimia

a. Uji Indol

Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim

terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah

dapatdigunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein. Bakteri

Escherichia colinmampu menggunakan triptofan sebagai sumber karbon.

Escerichia coli menghasilkan enzim triptofanase yang mengkatalisasikan


21

penguraian gugus indol dali triptofan. Dalam media biakan indol

menumpuk sebagai produk buangan, sedangkan bagian lainnya dari

molekul triptofan (enzim piruvat dan NH4) dapat digunakan untuk untuk

memenuhi kebutuhan zat mikroorganisme reagen bereaksi dengan indol

dan menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air dan berwarna

merah pada permukaan medium (Widyawati, 2012).

b. Uji Merah Metil (Methyl Red)

Uji merah metil digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam

campuran. Beberapa bakteri memperfentasikan glukosa dan

menghasilkan bebagai produk yang bersifat asam sehingga akan

menurunkan ph media pertumbuhannya menjadi 5,0 atau lebih rendah.

Penambahan indicator ph merah metil dapat menunjukan adanya

perubahan ph menjadi asam. Merah metil berwarna merah pada

lingkungan dengan ph 4,4 dan berwarna kuning dalam lingkungan

dengan ph 6,2 (Widyawati, 2012)

c. Uji voges-proskauer

Uji ini digunakan unuk menngidentifikasi mkroorganisme

yangmemfermentasi karbohidrat menjadi 2,3 butanadiol sebagai produk

utama, akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam media

pertumbuhan. Pada penambahan KOH, adanya asetoin ditunjukan adanya

perubahan warna terjadi merah muda. Perubahan warna ini diperjelas

penambahan larutan alfa-naftol (Widyawati, 2012).


22

d. Uji sitrat

Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme

menggunakan sitrat sebagai satu satunya sumber karbon dan energy.

Untuk uji ini dapat digunakan medium sitrat-koser berupa medium cair

atau medium sitrat simmos berupa medium padat. Simmons citrate agar

merupakan medium seintetik dengan Na sitrat sebagai satu satunya

sumber karbon, NH4+ swbagai sumber N dan Brom Thymol Blue

sebagainindikator ph, sedangkan medium sitrat-koser tidak mengandung

indicator. Bila mikroorganisme mampu menggunakan sitrat, maka asam

akan dihilangkan dari medium biakan, sehingga menyebabkan

peningkatan ph dan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru.

Terjadinya perubahan warna dari hijau menjadi biru menunjukan bahwa

mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai satu satunya sumber

karbon.
23

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 1 Febuari sampai dengan 1 Maret 2016 di

Laboratorium Food and Processing Plant Division PT. Centralpertiwi Bahari

Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.

4.2 Alat dan Bahan

Alat alatyang digunakan dalam penelitian ini adalah : Bunsen, cawan petri,

tabung reaksi, rak tabung, loop inklasi, incubator, penangas air ( water bath),

tabung durham, stomacher, pipet, pinset, kantung plastic, korek api, atau

keranjang tempat peralatan.

Bahan-bahan yang digunakan adalah : Lauryl Tryptose Broth (LTB), Ec Broth,

LEMB agar dan alcohol 70%.

4.3 Metode kerja

4.3.1 pengambilan sampel

Pertama tama siapkan alat dalam keadaan steril dengan menggunakan autoclave

dan oven. Lalu ambil kantong plastic steril sebagai tempat sampel dan

menyemprot alcohol 70% kedua tangan. Kemudian pinset dibakar dengan dengan

Bunsen. Setelah itu, sampel diambil secara aseptic lalu dimasukan kedalam

kantong plastic steril. Jika pengambilan sampel telah selesai maka kantong plastic

segera ditutup untuk menghindarikan adanya lubang pada kantong plastic supaya

sampel tidak terkontaminasi.


24

4.3.2 Persiapan Pengujian Sampel

Sebelum melakukan pengujian sampel, penampan atau meja preparasi dan handuk

disemprotkan alcohol 70%. Kemudian sampel blok udang beku yang masih dalam

kantung plastic diletakan diatas penampan, setelah itu kantung plastik dan gunting

semprot dengan alkohl 70% , lalu bakar gunting dengan Bunsen tahap

selanjutnyasampel dipotong dengan menggunakan pisau cacah, pahat, pinset dan

gunting yang telah dibakar terlebih dahulu. Kemudian potong potong sampel

tersebut langsung dimasukan kedalam kantung plastic pengujian dan timbang

sampel sebanyak 25 gr atau sesuai dengan petunjuk pengujian.

4.3.3 Prosedur analisa Escherichia coli

1) Ambil 25 gr sampel udang yang telah dipreparasi

2) Ditambah pepton water kurang lebih 10 ml agar udang lebih cepat tercampur

secara homogen

3) Hancurkan menggunakan stomacher selama kurang lebih 2 menit

4) Ditambah pepton water 215 ml dicampur hingga homogeny

5) Inokulasi kedalam Laury Tryptose Broth (LTB)

6) Inkubasi selama 48 jam pada suhu 350c

7) Indikasi (+) coliform ditandai adanya gelembung gas pada tabung durham (LTB)

3 serial tabung

8) Dari tabung indikasi (+) tersebut diambil sebanyak 1 ml

9) Inokulasi dalam Enrichmen Coli Broth (Ec Broth)

10) Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 350c

11) Indikasi (+)coliform ditandai dengan adanya gas pada tabung durham media Ec

broth serial tabung


25

12) Dari tabung indikasi (+) tersebut ambil 1 loop ose

13) Digores pada media Lavine Eosin Methyl Lene Blue Agar

14) Inkubasi selama 24 jam dengan suhu 350C

15) Koloni (+) ditandai dengan warna hijau metalik

16) Selanjutnya diuji biokimia yaitu indol, methyl-red, voges-proskauer, citrate untuk

memastikan koloni benar E.coli

17) Hasil uji biokimia

Indol (+)

Methyl-red (+)

Voges-proskauer (-)

Citrate (-)

4.3.4 Pembuatan Media Slektif E-coli

A. Pembuatan Lauryl Tryptose Broth (LTB)

Timbang LTB sebanyak 35,6 gram

Larutkan dalam 1000 ml aquadest atau sebanding antara no 1 2 dan adk sampai

homogeny

Ukur Ph media dengan menggunakan ph meter dan pastikan ph media adalah 6,8

0,2

Tuang masing masing sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi yangberisi tabung

fermentasi secara terbalik

Sterilisasi dengan autoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C

B. Pembuatan Enrichmen Coli (EC) Broth

Timbang EC Medium sebanyak 37 gram


26

Larutkan dalam 1000 ml aquadest atau sebanding antara n0 1 2 dan aduk sampai

homogeny

Ukur Ph media dengan menggunakan ph meter dan pastikan ph media adalah 6,9

0,2

Tuang masing masing sebanyak 8 ml kedalam tabung reaksi yangberisi tabung

fermentasi secara terbalik

Sterilisasi dengan autoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C.

C. Pembuatan Levine Eosin Methylene Blue (LEMB) Agar

Timbang LEMB- Agar pure sebanyak 37,5 gram

Larutkan dalam 1000 ml aquadest atau sebanding antara n0 1 2 dan aduk sampai

homogeny

Ukur Ph media dengan menggunakan ph meter dan pastikan ph media adalah 7,1

0,2

Didihkan dengan menggunakan hotplate sambil dilakukan pengadukan

Tung kedalam Erlenmeyer masing-masing 200 ml

Sterilisasi dengan autoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C.


27

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan

Produk udang Peeled Raw (produk udang kupas), pada tanggal 30 januari 2016

mengandung Escherichia coli dengan jumlah <3,0 Mpn/gr, pada tanggal 31

januari 2016 mengandung Escherichia coli dengan jumlah +23 Mpn/gr, pada

tanggal 1 febuari 2016 mengandung Escherichia coli dengan jumlah + 23 Mpn/gr,

pada tanggal 2 febuari 2016 mengandung Escherichia coli dengan jumlah + 3

Mpn/gr, pada tanggal 3 febuari 2016 mengandung Escherichia coli dengan jumlah

+ 9 Mpn/gr, pada tanggal 4 febuari 2016 mengandung Escherichia coli dengan

jumlah + 9 Mpn/gr, pada tanggal 5 febuari 2016 mengandung Escherichia coli

dengan jumlah < 3,0 Mpn/gr, pada tanggal 6 febuari 2016 mengandung

Escherichia coli dengan jumlah + 4 Mpn/gr, pada tanggal 7 febuari 2016

mengandung Escherichia coli dengan jumlah + 4 mpn/gr, pada tanggal 9 febuari

2016 mengandung Escherichia coli dengan jumlah + 9 mpn/gr, pada tanggal 10

febuari 2016 mengandung Escherichia coli dengan jumlah < 3,0 mpn/gr, pada

tanggal 12 febuari 2016 mengandung Escherichia coli dengan jumlah < 3,0

mpn/gr, pada tanggal 14 febuari 2016 mengandung Escherichia coli dengan

jumlah + 9 mpn/gr, dan pada tanggal 15 febuari 2016 mengandung Escherichia

coli dengan jumlah < 3,0 mpn/gr.


28

Berdasarkan hasil penelitian amnalisa E-coli pada produk udang peeled raw

(produk udang kupas) didapat hasil sebagai berikut :

Tgl Kode Ec LEMB TSA Indol MR VP SCA Mpn Tgl


analisa Sampel E-coli Pembacaan
02 feb 30.01.16 0-0- < 3,0
390 c 0
03 feb 31.1.16 3-0- 3-0-0 + + + - - + 23
390 A 0
04 feb 01.02.16 3-0- 3-0-0 + + + - - + 23
390 A2 0
05 feb 02.02.16 3-0- 3-0-0 + + - - +3
390 A3 0
06 feb 03.02.16 2-0- 2-0-0 + + + - - +9
390 A2 0
07 feb 04.02.16 3-0- 2-0-0 + + + - - +9
390 A2 0
09 feb 06.02.16 1-0- 1-0-0 + + + - - +4
390 A 0
11 feb 07.02.16 0-0- < 3,0
390 A 0
12 feb 09.02.16 3-0- 3-0-0 + + + - - +9
390 A2 0
13 feb 10.02.16 0-0- < 3,0
390 B2 0
15 feb 12.02.16 0-0- < 3,0
390 B 0
16 feb 14.02.16 2-0- 2-0-0 + + + - -
390 A 0
17 feb 15.02.16 0-0- < 3,0
390 A 0

5.2 Pembahasan

Udang merupakan penghuni perairan yang mempunyai nilai jual yang tinggi

peningkatan mutu udang sangat tinggi penting dilakukan untuk menghindari

adanya penolakan pembeli. Analisa Escherichia coli dilakukan pada udang peeled

raw, proses analisa ini dilakukan didalam Laboratorium Food and Processing

Plant Division PT. Centra;pertiwi Bahari. Tahapnya adalah pengambilan sampel

produk, persiapan pengujian sampel, pendugaan coliform, uji pendugaan


29

Escherichia coli dan uji penegasan Escherichia coli. Pada tahap uji penduga

coliform, digunakan media LTB dilakukan selama 48 jam pada suhu 350C yang

merupakan waktu yang efektif untuk menumbuhkan coliform dan suhu optimal

pertumbuhan bakteri, karena Escherichia cojk sekitar 350C 370C. Pengjian

Escherichia coli ini menggunakan tabung durham (tabung kecil yang diletakan

terbalik pada tabung reaksi). Tabung durham ini berfungsi sebagai parameter

adanya coliform. Jika terdapat pada tabung durham 10 % bagian maka dapat

dikatakan larutan ini positif terkontaminasi colofom. Tabung durham ini

digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi

asam dn gas. Fermentasi ini dilakukan oleh Escherichia coli yang merupakan

bakteri heterofermentatif, yaitu bakteri yang dapat memperfementasikan sebagai

macam jenis gula (disakarida dan monosakarida).

Pengujian lebih lanjut dilakukan jika pada LTB terbentuk gas 10 % tabung

durham. Uji selanjutnya yaitu uji pendugaan Escerichia coli pada tahap ini

digunakan media Ec-Broth, yang merupakan media slektif untuk fecal cilifom dan

disertai tabung durham terbalik. Pengikubasian Ec-broth dilakukan selama 24 jam

pada suhu 350 C. Jika terbentuk gas pada tabung pada Ec-Broth ini, maka

dilakukan tahap selanjutnya yaitu uju penegasan Escerichia coli. Pada tahap ini

digunakan media LEMB agar yang diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35 0 C.

Jika pada media ini terdapat koloni tipikal warna hijau metalik maka media ini

dinyatakan positif terkontaminasi Escerichia coli. Uji selanjutnya yaitu biokim

menghitung jumlah koloni untuk menetukan apakah Escerichia coli dibatas yang

ditentukan, selanjutnya uji biokim menggunakan media TSA dan SCA.

Pengikubasian pada TSA dan SCA dilakukan selama 48 jam pada suhu 350 C.
30

Setelah itu uji lanjutan biokim menggunakan media Indol, Methyl red, Voges-

proskauer, citrate ini merupakan uji untuk menentukan hasil akhir dari pengujian

Escerichia coli. Untuk menentukan indikasi Escerichia coli yaitu meneteskan 3-4

tetes regen kovack pada indol, menambahkan beberapa tetes methyl red methyl

red dan menambahkan 6-7 tetes Naptol, 2-3 tetes KOH dan 2 tetes certain pada

media Voges-proskauer. Pada uji indol ditandai dengan adanya cincin violet jika

terindikasi positif Escerichia ecoli dan cincin berwarna kuning jika tidak

terindikasi Escerichia coli, pada uji Methyl Red ditandai dengan adanya cincin

mereh jika terindikasi positif Escherichia coli dan jika tidak terindikasi escerichia

coli yaitu ditandai dengan cincin kuning, pada uji Voges jika indikasi escerichia

coli ditandai dengan tidak berubah warn jika tidak terindikasi ecerichia coli akan

berubah warna merah.

Berdasarkan pengamatan, diketahui bahwa kandungn Escerichia coli sering terjadi

pada produk kode 390 yaitu peeled raw. Hal ini disebabkan proses yang begitu

cepat untuk produk ini dan tidak pembersihan pada usus udang bagian bawah .

Untuk menentukan batas Escerichia coli di Laboratorium Food Processing Plant

Division mengacu pada Bam.


31

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek kerja lapangan ini dapat disimpulkan bahwa :

1.Kandungan bakteri Escerichia coli yang paling banyak pada produk 390

peeled raw yaitu pada tanggal 31 januari dan tanggal 1 febuari.

2. Proses pengujian Escerichia coli terdiri dari pengujian pendugaan

coliform dan pendugaan Escerichia coli dan tahap penegasan dan tahap

akhir yaitu uji biokim.

6.2 Saran

1. Untuk melakukan pengujian lebih lanjut disarankan agar lebih menjaga

kesterilan alat dan kesterilan pembuatan media yang digunakan,

keseterilan kerja dan sanitasi ruangan

2. Untuk proses pencucian udang perlu diperhatikan pencuciannya supaya

udang bersih dan tidak sering terkontaminasi dengan escerichia coli.

3. Untuk sampling pengambilan udang untuk pengujian diharapkan laboran

memperhatikan alat pemotongan dan sanitasi ruangan agar meminimalisir

terkontaminasi dengan escerichia coli

Anda mungkin juga menyukai