Anda di halaman 1dari 45

PEMBERDAYAAN KELOMPOK BUDIDAYA IKAN PATIN

OLEH DINAS PERIKANAN DI DESA BAPEANG


KECAMATAN MENTAWABARU KETAPANG
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


pemerintahan dan syarat penyusunan skripsi pada Program Sarjana
Terapan Ilmu Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh
AHMAT BUKORI
NPP. 29.1054

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia dengan luas perairan hampir tiga kali luas daratan

memiliki potensi yang besar dari sektor perikanan, baik perikanan tangkap

maupun perikanan budidaya. Berdasarkan data dari Kementrian Kelautan

dan Perikanan (KKP), potensi produksi lestari (Maximum sustainable

Yield/ MSY) perikanan di Indonesia sebesar 67 juta ton/tahun. Dari angka

tersebut, potensi tangkap laut maupun di perairan darat sebesar 10,2 juta

ton/tahun, dan kelebihanya 56,8 juta ton/tahun merupakan potensi

perikanan budidaya.

Pada tahun 2018 Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP)

mencatat produksi perikanan tangkap Indonesia sejumlah 7,36 juta ton

atau 72,17 persen dari potensi perikanan tangkap dan produksi perikanan

budidaya tercapai 15,77 juta ton atau 27,76 persen dari potensi perikanan

budidaya di laut dan di darat. Hal ini tentunya menyediakan prospek

ekonomi potensial bagi masyarakat melalui pemanfaatan hasil alam yang

ada, salah satunya dari sektor perikanan. Tetapi potensi perikanan ini

pada kenyataanya belum dieksplorasi dan dikembangkan secara

maksimal, salah satunya budidaya ikan patin.

Dalam Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2020-2024 dinyatakan bahwa ikan patin adalah salah satu

komoditas strategis perikanan budidaya dan dari data Kementerian


Kelautan dan Perikanan (KKP), pada tahun 2020 total produksi ikan patin

nasional sejumlah 408.538,657 ton. Sehingga Ikan patin adalah salah satu

komoditas unggulan budidaya ikan air tawar di Indonesia, selain ikan nila,

ikan mas, ikan lele, ikan gurame, dan ikan sidat. Komoditas unggulan

tersebut dapat mendukung ketahanan pangan nasional dan juga

merupakan komoditas ekspor dengan nilai jual yang cukup mahal.

Data Badan Pusat Statistik (2021) mencatat pada tahun 2020 total

produksi ikan patin di Kabupaten Kotawaringin Timur mencapai 980,78

ton, hal ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya

sebesar 923,76 ton (tahun 2019). Data tersebut berbanding lurus dengan

tingkat konsumsi ikan, dengan jumlah penduduk 428.895 ribu orang,

tingkat konsumsi ikan pada tahun 2019 adalah 53,69 kg/kapita/tahun,

angka ini lebih tinggi daripada tahun 2018 yang hanya sebesar 52,45

kg/kapita/tahun. Fakta ini menunjukan bahwa semakin besar tingkat

permintaan pada konsumsi daging ikan setiap tahunnya di Kabupaten

Kotawaringin Timur.

Potensi perikanan tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal,

terutama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan

mendukung ketahanan pangan dan menambah gizi masyarakat. Ikan

patin adalah sumber daya alam yang bisa dipilih dan membutuhkan usaha

pembudidayaan yang baik supaya bisa mempertahankan dan

mengembangkan budidaya ikan patin yang telah tersedia. Sehingga perlu

lebih menggalakan budidaya ikan terutama budidaya ikan patin di

Kabupaten Kotawaringin Timur.


Sumber daya manusia yang belum mampu mengelola potensi

tersebut, maka perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk

mengelolanya dengan baik. Tidak hanya masyarakat saja yang berperan,

tetapi juga pemerintah pun harus ikut serta dan berperan aktif didalamnya.

Pemerintah perlu melakukan transformasi terkhusus pada pembinaan

manusia, dengan melalui penambahan kesadaran ataupun dengan

melalui program pemberdayaan.

Berdasarkan keterangan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,

Slamet Soebjakto bahwa Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan salah

satu sentra ikan patin nasional dan Desa Bapeang yang berada di

Kecamatan Mentawabaru Ketapang merupakan pusat kawasan

pengembangan budidaya ikan patin dengan produksi kurang lebih 40 ton

setiap bulannya.

Pada awalnya sebagian besar penduduknya bermata pencaharian

sebagai pengrajin batu bata merah. Disektor ini, masyarakat hanya

mengandalkan tanah miliknya sendiri maupun tanah yang disewa dari

orang lain. Tanah tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan

batu bata merah, dalam proses pembuatannya tanah tersebut digali dan

diambil tanahnya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi batu

bata merah. Dengan berjalannya waktu, berdasarkan keterangan ketua

kelompok budidaya Maju Bersama penggalian tanah itu meninggalkan

kolam-kolam tanah yang terisi air hingga berjumlah 230 kolam dengan

keadaan terbengkalai dan tidak termanfaatkan.


Banyaknya kolam-kolam tanah yang tidak termanfaatkan tersebut

sehingga pada awalnya, di desa ini sebelumnya hanya terdapat sebagian

masyarakat yang mencoba membudidayakan usaha budidaya perikanan.

Oleh karena itu, terdapat beberapa masyarakat yang mencoba untuk

membudidayakan benih ikan patin di kolam yang tebengkalai itu, dan

hasilnya cukup bagus untuk pembudidayaan ikan patin. Dari kenyataan

tersebut maka bisa disimpulkan kolam tersebut bisa dimanfaatkan oleh

masyarakat guna menaikan pendapatan ekonomi masyarakat melalui

budidaya ikan patin.

Melihat peluang yang ada, beberapa masyarakat yang mempunyai

kesadaran untuk melakukan usaha meningkatkan pendapatan

mengharapkan mampu untuk menghasilkan nilai yang lebih. Dengan

usaha sampingan budidaya ikan patin tanpa harus meninggalkan

pekerjaan utamanya yaitu sebagai pengrajin batu bata merah. Akan tetapi,

dengan pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim mengenai

budidaya ikan patin ini, hasil panen tidak sesuai harapan karena

banyaknya ikan yang mati dan terserang penyakit dalam proses

membudidayakannya.

Masyarakat dengan segala daya dan upaya muncullah inisiatif

untuk membuat kelompok budidaya ikan, sehingga pada tanggal 27 juni

2016, terbentuklah kelompok budidaya ikan dengan nama “Maju

Bersama” dan “Subur Makmur” yang dikelola oleh masyarakat Desa

Bapeang dengan jumlah total anggota kelompok yang tercatat yaitu 110

orang dan kolam budidaya berjumlah 230 kolam, dapat memanen dengan
berat 700 kg hingga 1 ton dalam waktu 6 bulan setiap kolamnya. Seperti

yang akan disajikan pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1
Kelompok Budidaya Ikan Patin Di Desa Bapeang

Nama Jumlah Jumlah Kolam yang digunakan Produksi


No
Kelompok Anggota Kolam Untuk Budidaya /bulan
1. Maju Bersama 60 orang 130 kolam 75 kolam 25 ton
2. Subur Makmur 50 orang 100 kolam 55 kolam 18 ton
Jumlah 110 orang 230 kolam 130 kolam 43 ton
Sumber: Ketua kelompok budidaya ikan patin Maju Bersama
dan Subur Makmur.

Dengan adanya kelompok budidaya ikan ini menimbulkan efek

positif bagi masyarakat di Desa Bapeang, sehingga bisa mengurangi

masalah sosial yang ada dimasyarakat dengan aktivitas yang ada di

dalamnya, dan anggota kelompok mendapatkan wawasan ilmu

pengetahuan dan keterampilan dalam membudidayakan ikan patin,

bantuan modal serta dalam memudahkan kelangsungan aktivitas ikan

patin ini, juga diberikan bantuan berupa benih ikan patin, pakan, dan juga

bantuan mesin eksavator untuk pendalaman kolam budidaya.

Proses budidaya yang relatif mudah, pertumbuhan yang cepat,

dan mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, membuat

banyak masyarakat mulai mengembangkan budidaya ikan patin. Selain

itu sebagai ikan konsumsi, daging ikan patin mempunyai kandungan kalori

dan protein cukup tinggi, dan rasa dagingnya yang gurih, serta

mengandung gizi yang baik bagi kesehatan. Ikan patin adalah produk

unggulan hasil budidaya perikanan yang pasarnya sangat menjanjikan

dan membuka peluang usaha yang potensial.


Peluang tersebut perlu dikembangkan, sehingga memerlukan

pengetahuan dan informasi untuk mempelajari perilaku kehidupan dan

bagaimana mengelola ikan patin. Pemerintah melalui Dinas Perikanan

Kabupaten Kotawaringin Timur setelah terbentuknya kelompok tersebut,

melakukan pemberdayaan dengan melakukan transfer pengetahuan,

diskusi, demostrasi, dan pendampingan, serta bantuan terhadap

kelompok budidaya tersebut.

Akan tetapi, setelah berjalanya waktu pemberdayaan kelompok

budidaya ikan patin yang dilakukan oleh Dinas Perikanan di Desa

Bapeang belum optimal karena kelompok budidaya belum memiliki

kemampuan untuk memijahkan benih ikan patin, dan masih

ketergantungan dengan pakan ikan hasil olahan pabrik, sehingga biaya

produksi yang dikeluarkan akan semakin bertambah dan keuntungan yang

dihasilkan tidak maksimal. Ditambah lagi kegiatan budidaya ikan patin

yang diterapkan di Kabupaten Kotawaringin Timur masih bersifat

tradisional dan belum menerapkan teknologi perikanan yang ada.

Tingkat pendapatan kelompok budidaya ikan patin akan mengalami

peningkatan dan hasil produksi yang maksimal apabila didukung

pembenahan secara berkelanjutan dari pemerintah berupa pemanfaatan

teknologi terkini dalam pembudidayaan perikanan. Sehingga dapat

mengoptimalkan pengembangan budidaya ikan patin, guna memenuhi

kebutuhan ikan patin di pasar lokal maupun nasional bahkan juga pasar

ekspor. Masih kurangnya kesadaran dari pemerintah pusat dan daerah

serta masyarakat untuk budidaya ikan patin dengan tepat, guna


mengoptimalkan hasil panen menjadi salah satu masalah dari eksistensi

kelompok budidaya ikan patin.

Berdasarkan latar belakang diatas, oleh karena itu penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemberdayaan Kelompok

Budidaya Ikan Patin Oleh Dinas Perikanan Di Desa Bapeang

Kecamatan Mentawabaru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur

Provinsi Kalimantan Tengah”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis kaji pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin oleh Dinas

Perikanan di Desa Bapeang Kecamatan Mentawabaru Ketapang

Kabupaten Kotawaringin Timur?

2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

pemberdayakan kelompok budidaya ikan patin oleh Dinas Perikanan di

Desa Bapeang Kecamatan Mentawabaru Ketapang Kabupaten

Kotawaringin Timur?

3. Apa saja upaya-upaya untuk mengatasi faktor-faktor penghambat

pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin oleh Dinas Perikanan di

Desa Bapeang Kecamatan Mentawabaru Ketapang Kabupaten

Kotawaringin Timur?
1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pemberdayaan kelompok

budidaya ikan patin oleh Dinas Perikanan di Desa Bapeang Kecamatan

Mentawabaru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung yang

dihadapi dalam pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin di Desa

Bapeang Kecamatan Mentawabaru Ketapang Kabupaten Kotawaringin

Timur.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya-upaya dalam mengatasi

faktor-faktor penghambat pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin

oleh Dinas Perikanan di Desa Bapeang Kecamatan Mentawabaru

Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun dalam pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat baik sebagai ilmu pengetahuan ataupun kepada peneliti

sendiri, adapun kegunaan yang dapat diambil yaitu:

1. Bagi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)

Penelitian yang dihasilkan guna dapat menambah referensi dan

bahan pengkajian oleh IPDN untuk memperdalam kajian-kajian


selanjutnya, serta berguna untuk mendukung dan mengembangkan

ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu pemerintahan.

2. Bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Diharapkan guna menambah pengetahuan, wawasan,

pengalaman, dan keterampilan bagi praja Institut Pemerintahan Dalam

Negeri terutama Program Studi Pembangunan Ekonomi Dan

Pemberdayaan Masyarakat. Selain itu sebagai referensi pembanding

bagi praja untuk penelitian selanjutnya dengan fokus yang berkaitan

dengan skripsi ini.

3. Bagi Pemerintah Desa Bapeang Kecamatan Mentawabaru

Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan evaluasi

kebijakan dan masukan sejauhmana peningkatan dari kegiatan

pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Kotawaringin Timur terutama Dinas Perikanan Kabupaten Kotawaringin

Timur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Penelitian Sebelumnya

Penyajian penelitian terdahulu oleh penulis ini menjadi salah

satu referensi penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat

memperdalam teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang

dilakukan. Berdasarkan penelitian sebelumnya ini dapat membuktikan

bahwa penelitian tentang pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin

oleh Dinas Perikanan di Desa Bapeang Kecamatan Mentawabaru

Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur berbeda dengan penelitian

sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dan sesuai dengan

penelitian ini disajikan secara ringkas dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2
Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti
Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun)
1 2 3 4 5 6
1 Bayu Dwi Pelaksanaan Untuk  Penelitian 1. Proses pemberdayaan
Prasetya (2015) Pemberdayaan mendeskripsikan: kualitatif meliputi penyadaraan,
Masyarakat 1.Pelaksanaan  Pengumpulan pengkapasitasan, dan
Melalui Budidaya pemberdayaan data: observasi, pendayaan
Ikan Air Tawar masyarakat wawancara, dan 2. Faktor pendukung
(Studi Kasus Di melalui budidaya dokumentasi
Kelompok ikan air tawar pelaksanaan yaitu
 Analisis data: kelompok Mina Lesrari
Pembudidaya 2.Faktor
Ikan Mina Lestari pendukung reduksi data,
memiliki kemauan untuk
Desa Brobot budidaya ikan air penyajian data
maju, memiliki semangat
Kecamatan tawar dan pengambilan
dan optimis untuk
Bojongsari 3.Faktor kesimpulan
mencapai keberhasilan
Kabupaten penghambat
Purbalingga) budidaya ikan air 3. Faktor penghambat
tawar pelaksanaan yaitu cuaca
yang tidak bisa diprediksi,
hama dan penyakit,
karakter sebagian anggota
yang egois dan malas dan
rendahnya pemahaman
anggota
1 2 3 4 5 6

2 Ria Aprilia (2019) Pemberdayaan Untuk  Penelitian Penelitian ini menunjukan


Masyarakat Pada mendeskripsikan kualitatif bahwa proses
Kelompok proses  Pengumpulan pemberdayaan yang
Budidaya Ikan pemberdayaan data: observasi, dilakukan kelompok
(POKDAKAN) masyarakat yang interview, dan
Sudi Makmur Di dilakukan oleh budidaya ikan Sudi
dokumentasi.
Dusun Priangan POKDAKAN Sudi Makmur melalui beberapa
 Analisis data:
Desa Karang Makmur di Dusun reduksi data, tahap pemberdayaan yaitu
Anyar Lampung Priangan Desa display data, tahap penyadaran,
Selatan Karang Anyar verifikasi dan peningkatan kapasitas dan
Lampung Selatan penarikan tahap pendayaan
kesimpulan

3 Mutiara Santi, dkk Pemberdayaan Untuk mengetahui  Pendekatan Hasil penelitian ini adalah
(2019) Masyarakat proses kualitatif proses pemberdayaan
Melalui Budidaya pemberdayaan  Pengumpulan masyarakat melalui
Ikan Lele masyarakat melalui data: Observasi, kegiatan budidaya ikan
kegiatan budidaya Wawancara, dan lele di kelompok Subur
ikan lele di dokumentasi Makmur menggunakan
kelompok subur  Analisis data: strategi 5P yaitu:
makmur Kelurahan reduksi data, pemungkinan, penguatan,
Purbaratu dislpay data, dan perlindungan, penyokong,
Kecamatan penarikan pemeliharaan
Purbaratu Kota kesimpulan
Tasikmalaya
Sumber : diolah oleh penulis, 2021.

Berdasarkan penelitian sebelumnya di atas, perbedaan yaitu

pertama oleh Bayu Dwi Prasetya (2015) dimana hasil yang diperoleh

menyatakan bahwa proses pemberdayaan meliputi penyadaraan,

pengkapasitasan, dan pendayaan. Sehingga atas dasar hal tersebut

menjadi penting bagi peneliti untuk mengetahui dan mencari tahu tentang

pelaksanaan Pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin oleh Dinas

Perikanan di Desa Bapeang akan tetapi, juga untuk mengetahui apa saja

upaya – upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah atau faktor

penghambat dalam pemberdayaan kelompok budidaya tersebut,

mengingat Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan salah satu sentra

ikan patin nasional sehingga tentu banyak kendala yang sudah pasti

terjadi dalam pelaksanaan pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin

di Desa Bapeang.
Selanjutnya pada penelitian kedua, oleh oleh Ria Aprilia (2019)

dimana hasil yang diperoleh menyatakan bahwa proses pemberdayaan

yang dilakukan melalui tahap penyadaran, peningkatan kapasitas dan

pendayaan. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan berdasarkan teori

Pemberdayaan Masyarakat Totok Mardikanto dan Soebiato (2018) yang

mencakup bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, dan bina

kelembagaan. sehingga atas dasar tersebut menjadi penting bagi peneliti

untuk melakukan penelitian dan mengkaji lebih dalam terhadap

Pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin oleh Dinas Perikanan di

Desa Bapeang hingga hasil yang diperoleh bukan hanya sekedar untuk

peningkatan kesejahteraan akan tetapi dapat dijadikan acuan dan bahan

evaluasi baik bagi Pemerintah khususnya Dinas Perikanan Kabupaten

Kotawaringin Timur sebagai pelaksana pemberdayaan dan kelompok

budidaya ikan patin sebagai penerima pemberdayaan sehingga dapat

berkembang guna meningkatkan pendapatan masyarakat.

Selain itu pada penelitian ketiga, oleh Mutiara Santi, dkk (2019)

dimana hasil yang diperoleh adalah proses pemberdayaan masyarakat

menggunakan strategi 5P yaitu: pemungkinan, penguatan, perlindungan,

penyokong, pemeliharaan. Sedangkan fokus dalam penelitian ini adalah

bagaimana pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas

Perikanan kepada kelompok budidaya ikan patin di Desa Bapeang, faktor

pendukung dan penghambat dalam proses pemberdayaan tersebut, serta

upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi fator penghambat yang

dihadapi.
Persamaanya penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian

sebelumnya yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif, kemudian

pengumpulan data yang digunakan berupa metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi, dan analisis data yaitu reduksi data,

display data, serta penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian tersebut

bertujuan untuk memperdayakan dan mengembangkan potensi yang ada

di masyarakat.

2.2. Landasan Teoritis dan Legalistik

2.2.1. Landasan Teoritis

Landasan teoritis adalah landasan yang berbentuk kumpulan kajian

teori yang mempunyai keterkaitan dengan topik yang hendak diteliti.

Landasan teoritis digunakan untuk perlengkapan pendukung guna

menegaskan permasalahan yang terjadi di lapangan. Adapun teori yang

digunakan sebagai berikut:

2.2.1.1. Konsep Pemberdayaan

Istilah pemberdayaan telah cukup lama kita kenal, seiring dengan

selalu meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia. Pemberdayaan

berasal dari kata dasar “daya”, yang mempunyai makna kekuatan ataupun

“kemampuan” yang dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan

“power”/kekuatan.

Menurut Sulistiani (2004:77) pemberdayaan dapat didefinisikan

sebagai sesuatu cara mengarah berdaya ataupun proses pemberian


daya/kekuatan/keahlian, serta maupun proses pemberian

daya/kekuatan/keahlian dari bagian yang memiliki kekuatan kepada

bagian yang tidak atau kurang berdaya. Sedangkan pemberdayaan tidak

bersifat terus-menerus, tetapi sampai target masyarakat mampu untuk

mandiri. Pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, sampai

dibebaskan untuk mandiri, tetapi tidak di biarkan saja tapi tetap

didampingi. Dari pendapat tersebut, disimpulkan pemberdayaan

dilakakukan secara terus menerus, hingga mereka mencapai status yang

mandiri.

Selanjutnya dikatakan pemberdayaan atau empowerment, sebab

mempunyai arti perencanaan, proses serta upaya penguatan atau

memampukan yang lemah. Sehingga bisa dijelaskan bahwa

pemberdayaan juga mempunyai makna memberikan daya ataupun

kekuatan kepada pihak yang lemah yang belum memiliki kekuatan/daya

guna hidup mandiri, terkhusus dalam memenuhi kebutuhan

pokok/kebutuhan dasar hidupnya setiap hari seperti makanan, pakaian,

rumah, pendidikan, serta kesehatan.

Peran sentral dalam pemberdayaan ialah naiknya kesadaran.

Seseorang yang sadar merupakan seseorang yang dapat memahami

berbagai hal dan Tanggung jawab baik dari politik, ekonomi, maupun

budaya. Oleh karena itu, pemberdayaan adalah usaha yang dilakukan

seseorang dalam menaikan harkat dan martabat seseorang untuk lebih

baik dari sebelumnya dan memberi kesadaran sehingga orang-orang

memiliki daya dalam menjumpai masalah.


Hamid (2018:9) menyatakan bahwa pemberdayaan yaitu:

upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong dan


menimbulkan kesadaran untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk meningkatkanya. Pemberdayaan
bukan hanya meliputi pembangunan individu, anggota masyarakat
tetapi juga adat istiadat serta norma-norma yang berlaku.
Menanamkan nilai-nilai budaya yang baru, seperti bekerja keras,
hemat, keterbukaan, dan pertanggungjawaban adalah bagian
pokok dari upaya pemberdayaan.

Mardikanto dan Soebiato (2018:100) mendefinisikan bahwa,

pemberdayaan adalah usaha yang dikerjakan oleh masyarakat, dengan

atau bantuan pihak luar, guna memperbaiki kehidupannya yang

berlandaskan kepada kekuatan mereka sendiri, melalui usaha

mengoptimalkan daya serta peningkatan posisi tawar yang dimiliki.

Dengan kata lain, pemberdayaan harus meneletakan kekuatan

masyarakat menjadi modal utama serta menghindari praktik pihak luar

yang sering mematikan kemandirian masyarakat lokal.

Pemberdayaan juga bisa dimaknai sebagai upaya memenuhi

kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok, dan masyarakat luas

supaya mereka mempunyai keahlian guna melakukan pilihan dan

mengontrol lingkunganya agar bisa mencapai keinginan-keingannya,

termasuk aksesnya terhadap sumberdaya yang berhubungan dengan

pekerjaanya, kegiatan sosialnya, dan lain-lain.

Adapun pemberdayaan menurut Ife (1994) dalam Suharto

(2014:58) pemberdayaan mecakup dua penafsiran, yaitu kekuasaan dan

kelompok lemah. Kekuasaan yang dimaksud bukan hanya terkait

kekuasaan politik dalam arti sempit, tetapi kekuasaan atas penguasaan

atas klien.
Djohari (2003) dalam Anwas (2014:49) menyatakan,

pemberdayaan adalah suatu cara guna memberikan daya atau kekuasaan

(power) untuk pihak yang tidak mampu, dan memperkecil kekuasaan

(disempowered) kepada pihak yang terlalu kuat (powerful) sehingga

terjalin keserasian. Konsep pemberdayaan dapat berkembang dari

kenyataan pribadi atau masyarakat yang tidak berdaya atau pihak yang

lemah (powerless) baik dalam hal pengetahuan, sikap, pengalaman,

keterampilan, semangat, dan berbagai aspek lainnya, yang dimana dalam

hal tersebut mengakibatkan kurangnya potensi yang dimiliki oleh individu

atau kelompok untuk mengembangkan diri.

Menurut Panson (1995) dalam Suharto (2014:59) pemberdayaan

menekankan bahwa orang mendapatkan keterampilan, pengetahuan, dan

kekuasaan yang cukup guna mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan

orang yang mendapatkan keterampilan. Definisi pemberdayaan ini,

menitik beratkan pada pemberian peluang, kewenangan, guna

masyarakat berdaya sehingga dapat mengendalikan dirinya sendiri dan

lingkungannya sesuai kemauan , potensi serta keahlian yang dimiliki.

Kartasasmita (1996) dalam Mardikanto dan Soebiato (2018:53)

bahwa pemberdayaan merupakan usaha guna membangun daya itu

sendiri, serta mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran

akan potensi yang dimilikinya dan berusaha untuk mengembangkannya.

Berikutnya, usaha tersebut diiringi dengan menguatkan potensi atau daya

yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam kondisi ini dibutuhkan

langkah-langkah lebih positif, tidak hanya menghasilkan iklim dan suasana


yang mendukung. Penguatan tersebut terdiri atas langkah-langkah nyata,

dan berhubungan dengan penyediaan berbagai peluang (opportunities)

yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.

Pemberdayaan harus dilakukan dengan terus menerus,

menyeluruh, dan mengarah pada hasil. Dengan menitikberatkan pada

proses, menurut Wrihatnolo dan Dwidowijoto (2007) dalam Martua

Hasiholan (2013:182) pemberdayaan merupakan sebuah proses, dan

dalam proses tersebut ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui

yaitu :

1. Penyadaran

Di tahap ini, langkah pertama adalah memberikan

pemahaman/pengertian, kepada masyarakat tak berdaya bahwa

mereka mempunyai hak guna menjadi lebih makmur. Serta juga

diberikan kesadaran bahwa mereka memiliki kapasitas guna keluar dari

kemiskinan. Pada tahap ini, masyarakat lemah diarahkan untuk

memahami bahwa proses pemberdayaan harus berasal dari diri sendiri.

2. Peningkatan kapasitas

Sebelum diberdayakan masyarakat perlu adanya peningkatan

kapastias atau life skill yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat miskin, sehingga mereka memiliki keterampilan untuk

mengelola peluang yang akan diberikan.

3. Pendayaan
Ditahap ini masyarakat lemah diberikan kesempatan yang disesuaikan

dengan kemampuannya untuk memiliki kemampuan melalui

keikutsertaan aktif dan berkesinambungan yang dlalui dengan

memberikan peran yang lebih besar secara bertahap sesuai dengan

ukuran dan kemampuanya, difasilitasi aspirasinya serta dipandu untuk

melakukan evaluasi diri terhadap pilihan dan hasil dari pelaksanaan

pilihan.

Dalam praktik pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh

berbagai pihak, sering terbatas pada pemberdayaan ekonomi dalam

rangka pengentasaan kemiskinan. Oleh karena itu, kegiatan

pemberdayaan selalu dilakukan dalam bentuk pengembangan kegiatan

yang bermanfaat guna meningkatkan pendapatan. Terkait dengan itu,

kemudian dirumuskan ruang lingkup kegiatan pemberdayaan masyarakat

menurut Mardikanto dan Soebiato (2017:113) mencakup beberapa hal

yaitu sebagai berikut:

1. Bina Manusia

Bina manusia adalah usaha yang awal dan penting yang harus

dicermati dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hal ini, didasari

oleh pengertian bahwa tujuan pembangunan ialah guna memperbaiki

kualitas atau kesejahteraan manusia. Kegiatan yang termasuk

pengembangan kapabilitas meliputi pengembangan kemampuan individu,

pengengembangan kapasitas kelembagaan dan pengembangan

kemampuan sistem.

2. Bina Usaha
Bina usaha adalah suatu usaha penting dalam setiap

pemberdayaan, karena bina manusia tidak memberikan efek ataupun

manfaat untuk perbaikan kesejahteraan. Sebaliknya, bina usaha mampu

(dalam waktu dekat) memberi manfaat atau dampak untuk memperbaiki

kesejahteraan dalam bentuk dukungan partisipasi masyarakat.

3. Bina Lingkungan

Rumor lingkungan menjadi sangat penting dengan dikembangkan

teori pembangunan bekelanjutan. Dengan dilakukannya kewajiban

AMDAL (analisis manfaat dan dampak lingkungan) dalam setiap aktivitas

investasi. Hal tersebut sangat penting, dikarenakan kelestarian lingkungan

akan menentukan keberlangsungan kegiatan investasi dan operasi

(terutama yang termasuk dalam ketersediaan bahan mentah).

4. Bina Kelembagaan

Tersedianya dan efesiensi kelembagaan akan sangat berdampak

terhadap kesuksesan bina yang lainnya. Kelembagaan diartikan sebagai

wadah bagi komunitas masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu, yang

dipengaruhi oleh faktor sosial ataupun perekonomian. Kelembagaan

memiliki karakteristik yaitu: sebagai forum kerja sama dalam proses

pencapaian tujuan, memiliki sejumlah aturan, memiliki kode etik, adanya

sanksi bagi pelanggar aturan, dan memiliki program untuk mencapai

tujuan.

Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan di atas, penulis

menyimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu cara dan upaya yang

dilakukan oleh masyarakat untuk mengubah dari yang tidak berdaya


menjadi berdaya dengan melalui beberapa tahapan sehingga memiliki

keterampilan dan kemandirian sehingga dapat memaksimalkan

potensinya untuk tujuan hidup yang lebih baik. Selanjutnya penulis

mengambil konsep pemberdayaan menurut Mardikanto dan Soebiato

(2017:113) yang mencakup bina manusia, bina usaha, bina lingkungan,

dan bina kelembagaan.

2.2.1.2. Budidaya Ikan

Rahardi (2009) dalam Martha Pranindika (2014:6) menyebutkan

bahwa membudidayakan ikan air tawar sudah diketahui masyarakat sejak

lama. Budidaya ikan merupakan upaya untuk menangkarkan ikan, yang

awalnya hidup bebas di alam liar menjadi ikan yang ditangkarkan. Secara

garis besar, budidaya adalah semua proses membesarkan dan

memperoleh ikan, baik itu ikan yang ditangkap di alam liar maupun yang

telah dibuatkan tempat sendiri, dengan andil bantuan manusia. Budidaya

tidak hanya membesarkan ikan di kolam, empang, tambak, dan lainnya.

Tetapi secara luas pula meliputi aktivitas mengupayakan komoditas

perikanan di sungai, waduk, ataupun laut.

Menurut Saparinto (2008:3) budidaya ikan adalah suatu cara dalam

memanfaatkan sumber daya yang ada disekitar guna mencapai tujuan

bersama dalam kelompok. Budidaya adalah bentuk intervensi manusia

dalam memaksimalkan daya produksi perairan. Aktivitas ini dilakukan

dalam upaya menghasilkan ikan di wadah atau media yang dikendalikan

dan beriorientasi pada keuntungan. Pemahaman ini menekankan peran


manusia guna menghasilkan dan meningkatkan produktivitas perairan,

terutama ikan air tawar dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih

banyak. Dengan harapan produksi yang dihasilkan akan bertambah dan

berlimpah.

Adapun Afrianto dan Evi Liviawati (1998:11) berpendapat budidaya

ikan adalah:

daya manusia dengan semua energi dan kemampuanya guna


menangkarkan ikan dengan memelihara ikan di wadah dengan
keadaan disesuaikan yang menciptakan situasi lingkungan alami
yang sesuai untuk ikan. Tujuan dari budidaya ikan ialah guna
memperoleh produksi ikan yang lebih baik dan lebih banyak
daripada dengan ikan yang hidup di alam bebas.

Guna mencapai tujuan ini, perlu untuk mempertimbangkan kondisi

yang mempengaruhi usaha budidaya, yaitu antara lain penyediaan benih

ikan, pembuatan wadah pemeliharaan, irigasi, pakan ikan, dan

pengendalian hama dan penyakit. Guna bisa melakukan upaya budidaya

ikan yang baik, harus melakukan ketentuan sebagai berikut:

1. Pemeliharaan wadah dan situasi lingkungan berdasarkan pada


jenis tanah, topografi, kuantitas dan kualitas air dan suhu air.
2. Rencana pembudidayaan ikan terdiri atas besaran unit usaha,
penyediaan air dan sistem pengering.
3. Rencana pembuatan kolam berdasarkan pada ukuran, bentuk,
kedalaman, dan bahan manufaktur kolam.
4. Rencana metode budidaya berdasarkan pada pertimbangan
biologis dan ekonomi, cara mengelola, dan rencana tahunan.

Sedangkan Cahyo Saparinto (2008:40) menerangkan bahwa

dasarnya, tahapan yang ada pada aktivitas budidaya terdiri dari:

a. persiapan wadah produksi.


b. penyediaan indukan/penyebaran benih.
c. pengelolaan air.
d. pembuatan pakan.
e. penanganan penyakit dan hama.
2.2.1.3. Pendapatan

Menurut Marbun (2003:230) pendapatan didefinisikan dalam kamus

manajemen ialah uang yang diperoleh, individu, perusahaan, dan

organisasi lain dalam wujud gaji, bayaran, sewa, bunga, balas jasa,

biaya, dan keuntungan. Dalam pengertian ekonomi, Soekarnowati

(2002:135) berpandangan bahwa pendapatan adalah imbalan atas

penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki dari sektor rumah tangga

dan sektor koorporasi yang bisa berupa gaji/upah, sewa, tambahan, dan

laba/keuntungan. Pendapatan akan mempengaruhi banyak komoditas

yang dikonsumsi, yang kerap ditemukan dengan meningkatkan

pendapatan, oleh karena itu barang yang dikonsumsi tidak hanya

bertambah, tetapi juga kualitas barang juga akan menjadi perhatian.

Menurut Reksoprayitno (2004:79) Pendapatan seseorang dapat

dimaknai sebagai total jumlah tanda terima yang dapat dinilai oleh satuan

uang yang bisa dilakukan oleh seorang individu atau suatu negara periode

tertentu. Pendapatan bisa dicirikan sebagai jumlah pemeroleh yang

diterima dalam waktu tertentu. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa

pendapatan ialah jumlah total pendapatan yang diperoleh individu dalam

jangka waktu tertentu sebagai imbal balik atau faktor-faktor produksi yang

sudah dikerjakan.

Susilawati, Lilis (2015:54) mengemukakan pendapatan dalam arti

makro, didefinisikan sebagai seluruh pendapatan atau tanda terima yang

didapatkan oleh pemilik faktor pembuatan dalam masyarakat sepanjang


periode waktu tertentu. Pendapatan merupakan perolehan yang didapat

individu dari bisnis atau aktivitas yang dikerjakan dalam periode tertentu

yang dapat berbentuk barang dan jasa.

Sudermi, Yuliana (2017:133) mengartikan pendapatan adalah

sebagai dari hasil dari penjualan baik dalam bentuk uang atau barang

yang merupakan nilai tukar untuk faktor-faktor produksi. Cara perbaikan

pendapatan ini dapat dicapai dengan upaya produksi semua sumber daya

manusia yang terdapat dalam keluarga. Penghasilan rumah tangga

merupakan pendapatan yang berasal dari semua anggota rumah tangga

yang dikumpulkan guna pemenuhan kebutuhan keluarga atau anggota

individu dari anggota rumah tangga.

Pendapatan seseorang juga dapat bervariasi dari waktu kewaktu,

sesuai dengan kemampuannya. jadi, dengan perubahan pendapatan

seseorang tersebut akan mengubah jumlah konsumsi mereka, guna

konsumsi suatu barang. Pendapatan adalah faktor fundamental dalam

mempengaruhi konsumsi individu atau masyarakat akan suatu barang.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disederhanakan bahwa

pendapatan merupakan sebagai total upah yang didapatkan dari jasa-

jasa aktivitas yang dikerjakan pada satu waktu. Penambahan aset (harta)

dan penurunan utang yang berasal dari penerimaan pendapatan dari

penjualan barang atau penyediaan jasa.

Sedangkan menurut Boediono (2002:150) pendapatan sesorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yaitu :

1. Jumlah faktor-faktor yang dikuasai berasal dari, hasil-hasil


simpanan tahun ini dan warisan ataupun hadiah.
2. Harga setiap bagian dari setiap variabel produksi, harga ini
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di pasar faktor
produksi.
3. Hasil dari aktivitas anggota keluarga selaku pekerja sampingan.
4. Tingkatan penghasilan mempengaruhi tingkat konsumsi di
masyarakat. Apalagi ini membuktikan jika daya beli konsumsi
meningkatnya pendapatan, dan sebaliknya. Bila daya beli turun,
pengeluaran konsumsi juga turun.

2.2.2. Landasan Legalistik

2.2.2.1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang


Pemerintahan Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa

urusan pemerintah terdiri dari urusan pemerintah absolut, urusan

pemerintah konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan

pemerintah konkuren terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan

pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan pilihan meliputi:

a. Kelautan dan perikanan;


b. Pariwisata;
c. Pertanian;
d. Kehutanan;
e. Energi dan sumber daya mineral;
f. Perdagangan;
g. Perindustrian; dan
h. Transmigrasi;

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa perikanan merupakan hal

menjadi urusan pemerintahan pilihan yang merupakan urusan pemerintah

sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah yang telah dibagi antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2.2.2.2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan


Peningkatan kemandirian perikanan perlu dilakukan dengan

pengelolaan yang terpadu, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang

berkelanjutan. Dalam pasal 3 menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan

dilaksanakan yang bertujuan untuk:

1. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan


kecil;
2. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;
3. mendorong perluasan dan kesempatan kerja;
4. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;
5. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan;
6. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya
saing;
7. meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri
pengolahan ikan;
8. mencapai pemanfaatan sumber daya ikan, lahan pembudidaya
ikan, dan lingkungan sumber daya ikan secara optimal; dan
9. menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan
ikan, dan tata ruang;

2.2.2.3. Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2017 Tentang


Pembudidayaan Ikan

Pengaturan budidaya ikan perlu adanya perlindungan dan

perhatian dari berbagai pihak, antara lain pemerintah pusat, pemerintah

daerah, dan juga masyarakat, serta pihak lain yang berhubungan dengan

aktivitas budidayaan perikanan. Dalam pasal 72 yang menyebutkan

bahwa :

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap

pembudidaya ikan antara lain:

a. tata pemanfaatan air dan lahan pembudidaya ikan;


b. pemanfaatan dan pelestariaan plasma nutfah yang berkaitan dengan

sumber daya ikan;

c. sarana dan prasarana pembudidaya ikan;

d. pengendalian mutu pembudidayaan ikan;

e. pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan; dan

f. usaha budidaya ikan;

2.2.2.4. Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 25 Tahun


2007 Tentang Pembentukan Penyuluh Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan Provinsi Kehutanan Provinsi Kalimantan
Tengah

Penyuluhan pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah proses

belajar guna pelaku usaha supaya sanggup mengorganisasikan dirinya

dalam memperoleh materi, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainya

sebagai cara guna memajukan produktivitas, penghasilan dan

kesejahteraan.

sasaran utama dalam kegiatan penyuluhan disebutkan dalam Pasal

1 ayat (7) yaitu pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan dan

kehutanan yang selanjutnya disebut pelaku utama ialah masyarakat

didalam dan diseputar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak,

nelayan, pembudidaya ikan, pengolahan ikan, beserta keluarga intinya.

2.2.2.5. Peraturan Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 47


Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Dan Rincian Tugas
Pokok, Fungsi Serta Uraian Tugas Dinas Perikanan
Kabupaten Kotawaringin Timur

Peraturan Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 47 Tahun

2016 Tentang Susunan Organisasi Dan Rincian Tugas Pokok, Fungsi


Serta Uraian Tugas Dinas Perikanan Kabupaten Kotawaringin Timur

secara khusus menjelaskan fungsi dari Dinas Perikanan. Pasal 3 ayat (1)

dijelaskan tugas Pokok yaitu untuk mendukung Bupati melaksanakan

urusan pemerintahan di Bidang Perikanan yang menjadi kewenangan

Daerah Kabupaten serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada

Daerah Kabupaten.

Dalam pasal 3 ayat (3) dijelaskan untuk melaksanakan fungsinya

Dinas Perikanan mempunyai kewenangan antara lain :

a. Perumusan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil


Menengah Perikanan terdiri dari nelayan kecil, usaha kecil
pembudidayaan ikan, pengolahan dan pemasaran, penerbitan
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dalam bidang perikanan
yang usahanya dalam 1 (satu) daerah kabupaten, pengelolaan
dan penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pasar
Ikan serta Standarisasi dan Pengelolaan Perikanan.
b. Pelaksanaan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
Menengah Perikanan terdiri atas nelayan kecil, usaha kecil
pembudidayaan ikan, pengolahan dan pemasaran, penerbitan
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dalam bidang perikanan
yang usahanya dalam 1 (satu) daerah kabupaten, pengelolaan
dan penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pasar
Ikan serta Standarisasi dan Pengelolaan Perikanan.
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pemberdayaan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Perikanan terdiri atas nelayan kecil,
usaha kecil pembudidayaan ikan, pengolahan dan pemasaran,
penerbitan SIUP dibidang perikanan yang usahanya dalam 1
(satu) daerah kabupaten, pengelolaan dan penyelenggaraan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pasar Ikan serta Standarisasi
dan Pengelolaan Perikanan
d. Pelaksanaan administrasi Dinas Perikanan Kabupaten.
e. Pelaksanaan fungsi lain yang mencakup dalam bidang kelautan
dan perikanan yang diberikan oleh Bupati.

Peraturan Bupati ini menjelaskan mengenai tugas pokok dan

fungsi dari Dinas Perikanan guna melaksanakan pemberdayaan

masyarakat sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur.
2.3. Kerangka Pemikiran

Banyaknya kolam-kolam yang tidak termanfaatkan di Desa

Bapeang karena hasil penggalian tanah untuk pembuatan batu bata

merah, sehingga masyarakat mencoba membudidayakan ikan patin untuk

menambah pendapatan ekonomi. dan hasilnya cukup bagus untuk

pembudidayaan ikan patin. Akan tetapi karena kurangnya pengetahuan

dan keterampilan masyarakat dalam membudidayakan ikan patin

dilakukan secara tradisional, sehingga hasil panen tidak maksimal

disebabkan banyak ikan yang mati dan terserang penyakit. Lalu modal

yang dikeluarkan secara pribadi, dan limbah ikan patin yang mati masih

belum termanfaatkan, serta belum memiliki organisasi yang terorganisir

dengan baik. permasalahan itu perlu adanya penyelesaian yang dapat

diambil untuk meningkatkan potensi tersebut.

Oleh karena itu, maka sesuai tugas pokok dan fungsinya yang

dijelaskan dalam Peraturan Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor

47 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Dan Rincian Tugas Pokok,

Fungsi Serta Uraian Tugas Dinas Perikanan Kabupaten Kotawaringin

Timur. Dinas Perikanan melakukan pemberdayaan kepada kelompok

pembudidaya ikan yang berada di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Dengan adanya program pemberdayaan ini bisa meningkatkan

kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat untuk

meningkatkan potensi perikanan yang ada. Melalui pemberdayaan

kelompok budidaya ikan patin yang dilakukan, dapat mengembangkan


pengetahuan, keterampilan sehingga akan meningkatkan keikutsertaan

anggota pada kegiatan kelompok dan mengurangi angka kemiskinan.

Oleh karena itu bisa disebut sebagai upaya yang tepat dalam membantu

dan meningkatkan penghasilan masyarakat yang sebelumnya kurang dari

kata kecukupan. Sehingga dapat digambarkan kerangka pemikiran

penulis, seperti gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Kondisi kelompok budidaya ikan


patin dilakukan secara tradisional

Faktor Penghambat 1. Belum mengetahui budidaya ikan patin yang


baik dan benar
2. Modal secara pribadi
3. Budidaya ikan patin dilakukan secara
berkelanjutan dan limbah ikan patin yang mati
masih belum termanfaatkan
4. Belum memiliki organisasi yang terorganisir
dengan baik

Teori Pemberdayaan masyarakat Faktor Pendukung:


Mardikanto dan Soebiato (2018) 1.Kabupaten Kotawaringin Timur
meliputi: merupakan salah satu sentra ikan
1.Bina Manusia patin nasional (sumber:
2.Bina Usaha https://nasional.kontan.co.id/)
3.Bina Lingkungan 2.Peraturan Bupati Kabupaten
4.Bina Kelembagaan Kotawaringin Timur Nomor 47
Tahun 2016 Tentang Susunan
Organisasi Dan Rincian Tugas
Pokok, Fungsi Serta Uraian Tugas
Dinas Perikanan Kabupaten
Kotawaringin Timur

Peningkatan pendapatan
anggota kelompok
budidaya ikan patin
Sumber : diolah oleh penulis, 2021.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan yaitu

penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Moleong (2007:21) berpendapat

bahwa:

penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian dimana bahan


yang di dapatkan dalam berbentuk kalimat, gambar, serta tidak
angka-angka. Hal ini dikarenakan terdapat pemakaian metode
penelitian kualitatif, dengan ini laporan penelitian akan memuat
kutipan data-data guna memberikan laporan penelitian akan berisi
kutipan purpose sampling data-data guna memberikan gambaran
pemaparan laporan tersebut. Data tersebut kemungkinan
bersumber dari teks wawancara, catatan lapangan, foto, video type,
dokumentasi sendiri, catatan atau memo, dan dokumentasi resmi
lainnya.

Menurut Bogdan dan Tylor (1975) dalam Moleong (2004:21)

metode kualitatif yaitu sebagai tata cara penelitian yang menghasilkan

data deskriptif dalam bentuk perkataan tertulis atau lisan orang dan

tingkah laku yang bisa diawasi secara holistik atau secara keseluruhan.

Pengertian tersebut menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif bertujuan

untuk mendapatkan data yang lengkap dan utuh.

Menurut Nazir (2014:63) metode deskriptif merupakan metode

untuk memeriksa kualitas kelompok orang, suatu objek, suatu set situasi,

sistem pemikiran atau kejadian dimasa sekarang. Tujuan dari penelitian

deskriptif adalah guna menciptakan gambaran yang terorganisasi, otentik

dan tepat sasaran, deskripsi atau lukisan fakta, sifat, dan hubungan antara

fenomena yang diteliti.


Penelitian yang penulis gunakan yaitu pendekatan penelitian

kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan berupaya untuk

mendeskripsikan bentuk permasalahan yang muncul dan untuk

mendapatkan bahan dan keterangan yang lengkap dan mendalam dalam

penerapan pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin di Desa

Bapeang Kecamatan Mentawabaru Ketapang Kabupaten Kotawaringin

Timur sehingga bahan dan informasi yang dibutuhkan disajikan dalam

bentuk deskripsi (penggambaran).

3.2. Operasionalisasi Konsep

Dalam operasionalisasi konsep penelitian ini, penulis menggunakan

indikator pemberdayaan yang dikemukakan oleh Totok Mardikanto yaitu

indikator pemberdayaan yang terdiri dari tiga ruang lingkup kegiatan

pemberdayaan masyarakat yaitu Tri Bina, meliputi bina manusia, bina

usaha, dan bina lingkungan. Selanjutnya dari tiga ruang lingkup kegiatan

pemberdayaan masyarakat tersebut dikembangkan oleh Mardikanto dan

Soebiato (2017:113) menjadi empat ruang lingkup kegiatan

pemberdayaan masyarakat yaitu:

1. Bina Manusia;
2. Bina Usaha;
3. Bina Lingkungan, dan;
4. Bina Kelembagaan;

Seperti yang akan dijelaskan pada tabel 3 di bawah ini :


Tabel 3
Operasionalisasi Konsep

Judul Konsep Indikator Sub Indikator


a. Pengembangan
Pemberdayaan Bina Manusia kapasitas sumber
Kelompok Budidaya daya manusia
Ikan Patin Oleh a. Pemberian akses
Dinas Perikanan modal
di Desa Bapeang Teori Bina Usaha b. Fasilitas yang
Kecamatan Pemberdayaan di berikan
Mentawabaru Masyarakat Pemerintah
Ketapang Mardikanto dan Bina a. Aspek sosial
Kabupaten Soebiato (2018) Lingkungan b. Aspek lingkungan
Kotawaringin Timur a. Penguatan
Provinsi kelembagaan
Bina budidaya ikan
Kalimantan Tengah Kelembagaan
b. Pendampingan
dan penyuluhan
Sumber : Diolah Oleh Penulis, 2021

3.3. Sumber Data dan Informan

3.3.1 Sumber Data

Menurut Arikunto (2013:274) yang dimaksud sumber data dalam

penelitian ialah subjek dari mana data didapatkan. Sumber data tersebut

didapat dari fakta dan kenyataan di lapangan melalui subjek penelitian.

Data tersebut didapatkan dari subjek yang mengetahui secara mendalam

dan mempunyai kemampuan lebih berkaitan dengan masalah yang

menjadi topik penelitian. Dalam penelitian ini penulis memakai beberapa

sumber data, yaitu berupa data primer ataupun sekunder.

1. Sumber Data Primer


Sumber data primer adalah data yang didapat langsung dari

sumber pertama tanpa adanya perantara, dari hasil observasi,

wawancara, diskusi kelompok terpusat, serta kuesioner yang

didapatkan oleh peneliti.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder ialah data yang melengkapi dari data

primer sebagai bahan penyempurna, yang didapatkan secara tidak

langsung tetapi melalui penghubung atau sumber media lain yaitu

seperti buku, jurnal, laporan, Badan Pusat Statistik (BPS), dan lain-

nya .

Pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, data primer

adalah mendapatkan sumber data dari Dinas Perikanan Kabupaten

Kotawaringin timur selaku Instansi yang memberdayakan serta

kelompok budidaya ikan patin di Desa Bapeang yang merupakan

sebagai objek penelitian dengan teknik observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Untuk data sekunder, peneliti menggunakan data yang

telah ada yang diperoleh dari Dinas Perikanan, buku, jurnal, BPS dan

sumber data lainnya.

3.3.2. Informan

Menurut Prastowo (2010:147), yang dimaksud Informan ialah

seseorang yang diperkirakan mengetahui, menguasai dan memahami

data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Narasumber

dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling,


artinya yang akan di wawancarai sebagai narasumber berdasarkan pada

pengumpulan data yang senada dengan maksud dan tujuan penelitian.

Menurut Sugiyono (2014:219) purposive sampling merupakan teknik

mengambil sumber data berdasarkan pertimbangan tertentu.

Menurut Spradley (1979) dalam Sugiyono (2014:221) mengenai

kriteria dari informan antara lain:

1. Orang yang memahami atau menguasai sesuatu hal melalui


proses pembudayaan sehingga hal tersebut itu bukan hanya
dimengerti tetapi juga lakukan.
2. Orang yang termasuk masih sedang melaksanankan atau terlibat
pada aktivitas yang tengah diteliti.
3. Orang yang memiliki waku yang cukup guna diminta informasi.
4. Orang yang tidak mengarah memberikan informasi hasil dari
“kemasannya” sendiri.
5. Orang yang pada awalnya termasuk “cukup asing” dengan
peneliti sehingga lebih menggairahkan guna dipilih sebagai guru
dan narasumber.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap lebih

mengetahui daripada yang lain mengenai apa yang diharapkan atau

mungkin dia sebagai pemilik sehingga akan memudahkan dalam

mengeksplorasi objek atau kondisi sosial yang diteliti. Informan yang

dimaksud dalam tulisan ini ialah yang ikut serta langsung atau

narasumber yang dianggap memiliki keahlian dan memahami persoalan.

Tabel 4 berikut menyajikan tentang informan/narasumber yang akan

diwawancarai oleh penulis antara lain:


Tabel 4
Daftar Informan

No Informan Jumlah (orang)


1. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kotawaringin Timur 1

2. Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil 1


Menengah Perikanan
3. Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia 1
4. Kepala Desa Bapeang 1
5. Ketua kelompok budidaya ikan patin 2
6. Anggota kelompok budidaya 10
Jumlah 16
Sumber: Data diolah oleh penulis, 2021.

3.4. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto Suharsimi (2019: 136) menjelaskan bahwa

instrumen penelitian yaitu:

Perlengkapan atau sarana yang diterapkan peneliti dalam


memperoleh data sehingga pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, lebih hati-hati, utuh, dan terstruktur sehingga dapat
diolah dengan mudah. Macam-macam dari jenis instrumen
penelitian ialah kuesioner, check-list, atau daftar pilihan, pedoman
wawancara, dan pedoman observasi.

Cuba dan Lincoln (1985) dalam Zainal Arifin (2011:169),

menyatakan ketika metode penelitian sudah jelas secara kualitatif, maka

instrumen yang dterapkan adalah manusia, dalam kasus ini peneliti

sendiri. Dalam penelitian kualitatif, alat penelitian atau instrumen yaitu

peneliti itu sendiri , sehingga peneliti butuh melaksanakan observasi dan

wawancara dengan mendalam kepada anggota kelompok dan mereka


yang tahu tentang kelompok ini. Intrumen penelitian dalam penelitian ini

ditampilkan dalam bentuk tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5
Instrumen Penelitian

Komponen Indikator Sub Indikator Instrumen Sumber Data


Pemberdayaan Pengembangan Frekuensi
Kelompok kapasitas pemberian
Budidaya Ikan Bina manusia sumber daya kemampuan dan Primer
Patin manusia keterampilan

a. Frekuensi
a. Bantuan modal
pemberian modal Primer dan
Bina usaha b. Fasilitas yang
b. fasilitas yang Sekunder
diberikan
diperoleh
a. Aspek sosial a. Keberlanjutan
b. Aspek budidaya ikan patin
Bina
lingkungan b. pengelolaan limbah Primer
lingkungan
ikan patin yang
mati
a. Komponen a. Orang-orang dalam
person kelembagaan
b. Komponen b. Tujuan menjadi
kepentingan anggota
Bina Primer dan
c. Komponen kelembagaan
kelembagaan Sekunder
aturan c. Jenis regulasi
d. Komponen d. Posisi dan peran
struktur dalam
kelembagaan
Sumber : Diolah oleh penulis, Tahun 2021.

Dari teknik pengumpulan data yang diterapkan, instrumen

penelitian ini menggunakan alat-alat data yang mencakup panduan

pengamatan (observasi), panduan wawancara, panduan dokumentasi,

kamera, alat perekam, dan alat tulis.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan bahan data yang dibutuhkan dari penelitian

ini, teknik pengumpulan data yang digunakan juga harus sesuai sehingga

data yang diperoleh valid dan akuntabel dan juga data tersebut kemudian

dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Guna memperoleh data yang


dibutuhkan dalam penelitian ini, sehingga penulis menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Menurut Arifin, Zainal (2011:231) Observasi adalah cara

mengumpulkan data yang dilaksanakan dengan jalan observasi dan

mencatatan secara terstruktur, masuk akal, objektif dan rasional perihal

beberapa gejala, baik dalam kondisi yang sebenarnya ataupun dalam

kondisii buatan guna mencapai tujuan tertentu. Dalam pelaksanaan dari

metode observasi bisa dilakukan melalui tiga cara, antara lain (a)

Observasi langsung, (b) observasi tidak langsung, dan (c) observasi

partisipatif. Observasi partisipatif merupakan pengamatan yang dilakukan

dengan cara mengikuti ataupun menyertakan diri dalam keadaan objek

yang diteliti.

Dalam kegiatan pengamatan ini, penulis mengikuti aktivitas

keseharian yang dikerjakan narasumber dalam waktu tertentu,

mengamati, mendengarkan, mempertanyakan informasi yang menarik,

mempelajari dokumen yang dimiliki kemudian mencatatnya.

Adapun penulis menggunakan metode observasi guna

mendapatkan data dan informasi mengenai kondisi yang aktual secara

menyeluruh, mendalam dan terperinci. Observasi ini digunakan untuk

mencermati aktivitas, keadaan dan implementasi pemberdayaan

kelompok budidaya ikan patin di Desa Bapeang Kecamatan Mentawabaru

ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur.

2. Wawancara
Wawancara menurut Narbuko Cholid dan Abu Achmadi (2018:83)

merupakan proses tanya-jawab dalam penelitian yang terjadi secara

verbal dimana dua orang atau lebih secara langsung berhadapan muka

mendengarkan informasi-informasi atau penjelasan-penjelasan.

Wawancara yang baik dilakukan dengan face to face ataupun dengan

menggunakan perantara seperti gawai, oleh karena itu pewancara perlu

paham kondisi dan situasi sehingga pewancara dapat menentukan waktu

yang tepat dimana dan kapan melaksanakan wawancara.

Menurut Esteberg (2002) dalam Sugiyono (2014:233) ada 3 macam

jenis wawancara yaitu sebagai berikut:

a. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur dipakai sebagai teknik pengumpulan data,

bila penulis atau pengumpul data telah mengerti pasti tentang informasi

apa yang akan didapatkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan

wawancara, penghimpun data telah mempersiapkan instrument

penulisan berbentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis yang opsi

jawabannya telah dipersiapkan.

b. Wawancara semiterstruktur

Pelaksanaan wawancara semistuktur lebih bebas daripada dengan

wawancara terstruktur. Maksud dari wawancara jenis ini ialah guna

mendapatkan masalah secara lebih terbuka, dimana pihak yang mau

diwawancarai dimintai gagasan dan pemikiran-pemikiranya. Penulis

juga mempersiapkan bahan-bahan pertanyaan yang akan ditujukan

kepada narasumber.
c. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur ialah wawancara yang bebas dimana

penulis tidak menerapkan pedoman wawancara yang sudah disiapkan

secara sistematis dan lengkap guna mendapatkan datanya. Proses

wawancara membutuhkan pertanyaan yang disusun sebelumnya dan

terbuka yang dirancang untuk membuka opini dan pandangan dari para

narasumber, namun tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa

pewancara akan melebarkan pertanyaan baru sampai bahan yang

diperlukan telah terkumpul lengkap. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode wawancara semiterstruktur.

Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada narasumber yaitu

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kotawaringin Timur, Kepala Bidang

Perikanan, Kepala Desa Bapeang, ketua, dan anggota kelompok

budidaya ikan patin di Desa Bapeang Kecamatan Mentawabaru Ketapang

Kabupaten Kotawaringin Timur.

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Irawan (2000) dalam Sukandarrumidi

(2012:100) adalah metode pengumpulan data yang diperuntukan untuk

subjek penelitian. Sedangkan menurut (Arikunto, 2013) menyatakan

bahwa metode dokumentasi ialah mencari data sesuatu hal-hal atau

variabel seperti catatan, transkrip, buku, berita, majalah, prasasti, notulen

rapat, agenda, dan lainya. Dalam penulisan penelitian ini dokumen yang

dibutuhkan penulis yaitu arsip tertulis terkait dengan pelaksanaan kegiatan

budidaya ikan patin dan foto-foto pada saat kegiatan. Arsip tertulis yang
diperoleh antara lain, catatan-catatan oleh Dinas Perikanan, artikel

tentang budidaya ikan patin, dokumen profil kelompok budidaya ikan

patin yang ada di Desa Bapeang, foto dan arsip terkait pelaksanaan

kegiatan pemberdayaan kelompok budidaya ikan patin.

3.6. Teknik Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data, maka data itu akan dianalisis

guna mendapatkan gambaran dan membuatnya lebih fokus, sehingga

dapat memudahkan penulis untuk mengolah dan menganalisis data dan

fakta yang didapatkan dari lokasi penelitian.

Robert Bogman (1975) dalam Sugiyono (2014:244) mendefinisikan

analisis data ialah cara pencarian dan pengumpulan data secara

sistematis yang telah diidentifikasi melalui hasil wawancara, catatan di

lapangan, dan dari sumber lain sehingga mudah dipahami yang kemudian

dapat dilaporkan ke pihak lain. Analisis data terdiri dari tiga tahapan

seperti yang dijelaskan Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono

(2014) yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Menurut Sugiyono (2014:135) Reduksi data merupakan proses

mengelompokan dan memilih hal-hal yang merupakan inti dari

penelitian dan berfokus pada hal-hal penting hanya seperti tema dan

pola penelitian, sehingga data yang telah dikurangi oleh penulis dapat

memperjelas dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data dan

menemukan data lebih lanjut bila diperlukan. Sehingga data tersebut


menjadi lebih sederhana dan mempermudah dalam menarik

kesimpulan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Sugiyono (2014:137). Berpendapat bahwa dalam penelitian

kualitatif, penyajian data berbentuk deskripsi singkat, bentuk tabel,

grafik, atau berkaitan antara kategori dan sejenisnya. Penyajian data ini

dapat memudahkan penulis untuk memahami dan melaksanakan

rencana selanjutnya.

dari data yang disajikan, penulis dapat mengetahui apa yang

sedang terjadi dan apa yang harus dikerjakan lebih lanjut untuk

menganalisa atau mengambil sikap berdasarkan pemahaman yang

diperoleh dari penyajian data tersebut.

3. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)

Sugiyono (2014:144) menyatakan bahwa penarikan kesimpulan ini

bersifat tidak tetap, dan dapat berubah bila buktinya tidak akurat.

Namun, jika kesimpulan pertama yang diambil telah didukung oleh bukti

yang akurat, maka kesimpulannya dapat dijadikan sebagai kesimpulan

yang teruji.

3.7. Jadwal dan Lokasi Penelitian

3.7.1. Jadwal Penelitian

Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi Praja Utama akan

dilaksanakan berdasarkan Kalender Akademik Institut Pemerintahan

Dalam Negeri (IPDN) Tahun Akademik 2021/2022 yaitu mulai tanggal 3

Januari 2022 sampai dengan 2 Februari 2022. Adapun jadwal kegiatan


penelitian dan penyusunan skripsi praja utama tahun akademik 2021/2022

disajikan pada tabel 6 berikut:

Tabel 6
Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi Praja Utama
Tahun Akademik 2021/2022

PELAKSANAAN KEGIATAN

N Tahun 2021 Tahun 2022


KEGIATAN
O AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
123 4123412341234123 4 12 341234 1234123412341 23 4
1. Pengajuan
judul dan
Bimbingan
Usulan
Penelitian
2. Pendaftaran
Usulan
Penelitian
3. Seminar
Usulan
Penelitian
4. Perbaikan
Usulan
Penelitian
5. Penelitian dan
Pengumpulan
Data
6. Penyusunan
Skripsi
7.
Ujian Skripsi

8. Perbaikan
dan
pengumpulan
Skripsi
Sumber : Kalender Akademik IPDN Tahun Akademik 2021/2022
Keterangan : Pelaksanaan Kegiatan

3.7.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini akan dilaksanakan di Dinas

Perikanan Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai tempat pengambilan

data dan di Desa Bapeang Kecamatan Mentawabaru Ketapang


Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai lokasi terkait dalam

pemberdayaan masyarakat kelompok budidaya ikan patin.

Anda mungkin juga menyukai