Anda di halaman 1dari 3

KOMODITAS UNGGULAN HASIL PERIKANAN DI WILAYAH

NUSA TENGGARA TIMUR

Nama : Cinta Tri Cahyani Heksa


NIM : 146231099
Prodi : Akuakultur
Kelompok : Ikan Pelangi

PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu sumber bahan pangan berprotein yang dibutuhkan oleh
masyarakat, selain itu juga sebagai bahan baku bagi industri pengolahan hasil perikanan.
Hasil tangkapan yang didaratkan di tempat pelelangan ikan berperan sebagai salah satu
sumber pemasukan pendapatan bagi tempat pelelangan perikanan itu sendiri dan pemerintah
daerah setempat.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki topografi terjal dan beriklim semi-
ringkai. Kondisi geografis dan klimatologis itu sangat membatasi kegiatan dan produktivitas
pertanian, tetapi memberikan kesempatan yang luas untuk berbagai usaha marikultur karena
perairan pantai di setiap pulau relatif jernih sepanjang tahun. Menurut Dinas Perindustrian
dan Perdagangan (Perindag) NTT (2014), kawasan yang potensial untuk marikultur rumput
laut di NTT tersebar di Kabupaten Kupang, Sumba Timur, Alor, Rote Ndao, Sabu Raijua, dan
Kabupaten Lembata. Sejak ditetapkan sebagai kawasan minapolitan perikanan budidaya pada
tahun 2010, produksi rumput laut di daerah tersebut terus meningkat, sehingga pada 2014
mencapai total produksi sebesar 2.400 ton (DKP NTT, 2014). Hal ini tidak terlepas dari
dukungan Pemerintah Daerah yang bersungguh-sungguh mengembangkan kawasan ini
menjadi kawasan minapolitan budidaya rumput laut yang terintegrasi dan maju.
pengembangan produksi ikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, belum maksimal
akibat berbagi kendala yang dihadapi nelayan. Pemerintah pun diminta memberikan berbagai
bantuan dan kemudahan. Porsi perizinan yang menjadi kewenangan pusat perlu didelegasikan
kepada Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penyederhanaan prosedur juga perlu dilakukan
disesuaikan dengan kondisi wilayah. Perda No. 04/2007 tentang Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang menutup ruang nelayan perlu direvisi agar nelayan bisa
diberi ruang yang luas dalam menangkap ikan.
ISI
Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif eksplorasi yaitu mengidentifikasi
jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan di Pasar Alok dan Pasar Wuring dengan cara
mencocokkan bentuk-bentuk morfologi dengan buku identifikasi seperti gambar atau foto dan
karakter morfologi. Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian mengenai jenis-jenis
ikan demersal yang diperdagangkan di Pasar Wuring dan Pasar Alok yang dilaksanakan
dilokasi yaitu diperoleh 8 spesies ikan demersal antara lain adalah Lates calcarifer, Lutjanus
sp., Cephalopholis sexmaculata, Epinephelus fuscoguttatus, Hipposcarus sp., Siganus
guttatus, Lethrinus Lentjan, Lipeneus molusccensis. Kelas antara lain adalah Pisces,
Teleostei, Serranidae, Actinopterigii, Chondrichthyes. Family antara lain Centropomidae,
Lutjanidae, Scaridae, Siganidae, Lethrinidae, Mullidae. Ordo antara lain Percomorphi dan
Perciformis. Genus antara lain Lates, Lutjanus, Cephalopholis, Epinephelus, Hipposcarus,
Siganus, Lethrinus, Upeneus. Filum antara lain Chordata dan Vertebrata dengan panjang
tubuh yang berbeda berdasarkan hasil pengukuran setiap jenis ikan di Pasar Alok dan Pasar
Wuring, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dari penjelasan dan pengamatan yang dilakukan dapat dianalisis, bahwa sudah
adanya program prioritas untuk peningkatan daya saing potensi unggulan daerah, khususnya
sektor perikanan. Namun, arah pengembangannya belum dirasakan secara spesifik. Program
tersebut antara lain :
 Subsidi BBM untuk nelayan
 Regulasi perizinan operasi penangkapan ikan
 Supporting pendanaan dan investasi
 Pengembangan dukungan infrastruktur
 Advokasi dan diplomasi
Berdasar hasil survei Perindag pada tahun 2014- 2016, sumberdaya manusia
pembudidaya rumput laut di Sumba Timur rata-rata tidak tamat SMP. Rata-rata umur
pembudidaya 39,35 tahun, dengan rata-rata pengalaman usaha budidaya sekitar 9,35 tahun.
Modal awal yang digunakan adalah modal sendiri, sedangkan usaha awal pembudidaya
rumput laut di Kabupaten Sumba 100% dari usaha penangkapan (nelayan). Hal ini berarti
bahwa usaha budidaya rumput laut sangat menjanjikan karena lebih mudah, panen 45 hari,
serta dapat merekrut tenaga kerja dari keluarga maupun tenaga kerja perempuan dan laki-laki.

SIMPULAN
Pengembangan yang dilakukan selama ini hanya lewat bantuan langsung saja
terhadap kegiatan perikanan yang ada di Kabupaten Flores Timur. Namun bantuan
pengembangan yang diberikan tidak dapat dirasakan secara menyeluruh oleh pelaku di
bidang perikanan atau pengembangan yang dilakukan belum maksimal. Potensi perikanan
belum mampu memberikan kesejahteraan yang memadai bagi seluruh masyarakat nelayan
sebagai pelaku utama dan belum memberikan kontribusi yang menggembirakan bagi
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
DAFTAR PUSTAKA

Erfin, La, dkk. "STUDI IDENTIFIKASI JENIS-JENIS IKAN DEMERSAL HASIL


TANGKAPAN DI PASAR ALOK DAN PASAR WURING, KABUPATEN SIKKA,
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR." AQUANIPA-Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan 4.2 (2022).

Oedjoe, Ratoe, et al. "Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) sebagai Komoditas Unggulan
dalam Meningkatkan Nilai Tambah Bagi Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Nusa
Tenggara Timur [Seaweed (Kappaphycus Alvarezii) as Potential Commodity in
Added Value Development for The Prosperity of Sumba Timur Regency
Communities, Nusa Tenggara Timur Province]." Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan 11.1 (2019): 62-69.

Payong, dkk. "STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DALAM


MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN FLORES
TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR." VISIONER: Jurnal
Pemerintahan Daerah di Indonesia 13.2 (2021): 187-196.

Anda mungkin juga menyukai