SKRIPSI
MIRA HASNILA
09C10432062
SKRIPSI
MIRA HASNILA
09C10432062
Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mengetahui,
BAB IPENDAHULUAN
Provinsi Aceh adalah salah satu provinsi di ujung paling barat negara
provinsi yang hampir seluruhnya dikelilingi lautan yaitu Samudra Hindia, oleh
karena itu potensi sumberdaya alam lautan sangat tinggi yang bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat Aceh. Provinsi Aceh terdiri dari beberapa kabupaten dan
pada tahun 2002 atas prakarsa masyarakat setempat. Secara astronomis Kabupaten
Nagan Raya terletak pada garis koordinat 03 40’LU - 04 38’LU dan 96 11’BT -
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya, Sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Nagan Raya merupakan wilayah pesisir yang kaya akan hasil
perikanannya. Hal tersebut tidak terlepas dari letaknya yang menghadap langsung
ke samudra hindia yang kaya akan ikan. Namun belum banyak diketahui secara
detail jenis - jenis ikan apa saja yang perlu diketahui secara terpadu, salah satu
Jenis ikan yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kuala Tadu sangat
Nagan Raya. Jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang diperjual-belikan adalah
sebagainya.
Selama ini, data inventarisasi ikan pada TPI Kuala Tadu Kabupaten
Nagan Raya belum memadai. Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis
Jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI Kuala Tadu
beragam jenisnya. Dari jumlah ikan hasil tangkapan nelayan hanya sebagian kecil
yang diketahui oleh masyarakat adalah jenis ikan yang di konsumsi sehari - hari
seperti ikan teri, tembang, lemuru, dan berbagai jenis lainnya. Oleh karena itu,
perlu dilakukan identifikasi tentang “apa saja jenis ikan hasil tangkapan utama di
memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik, sehingga dalam
bagian dalam tubuh (internalanatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh
2.2. Identifikasi
Inventarisasi ikan berguna untuk melihat jenis-jenis ikan apa saja yang
suatu individu. Kegiatan identifikasi bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-
ciri taksonomi yang sangat bervariasi dan memasukkannya ke dalam suatu takson.
Selain itu untuk mengetahui identitas atau nama suatu individu atau
spesies dengan cara mengamati beberapa karakter atau ciri morfologi spesies
begitu beraneka ragam dalam alam kedalam berbagai kelompok yang mudah
5
dikenal, untuk menetapkan ciri - ciri penting dari kelompok ini dan untuk
senantiasa mencari perbedaan yang tetap antara kelompok itu. Di samping itu ahli
pemberian pengakuan kepadanya oleh ahli lain di seluruh dunia (Saanin, 1984).
Alat penangkapan ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk
alat tangkap dan teknologi penangkapan yang berbeda-beda tidak terlepas karena
lautan Indonesia yang beriklim tropis memiliki banyak sekali jenis ikan, udang
maupun biota laut lainnya yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di samping
itu kondisi dan topografi dasar perairan daerah satu dengan lainnya berbeda
sehingga menjadi salah satu faktor timbulnya banyak jenis alat tangkap. Namun
sebagian dari jenis biota lain yang tidak termasuk sasaran penangkapan,
kadangkala secara tidak sengaja ikut tertangkap pula. Contoh yang paling jelas
adalah penggunaan pukat udang, dimana semua biota dasar ikut tertangkap
keanekaragaman jenis di dalam suatu ekosistem dan ikan yang dimanfaatkan oleh
manusia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ekosistem secara
keseluruhan. Dengan demikian, karena ikan di laut selalu ditangkap dengan jaring
atau alat lainnya, maka selalu terdapat kemungkinan jenis ikan-ikan lain tidak
Alat tangkap yang di gunakan di Kuala Tadu adalah puka Hela. Pukat
Hela merupakan salah satu alat tangkap yang termasuk di dalam klasifikasi jaring
trawl, karena ukurannya kecil sehingga disebut juga mini trawl dan bekerjanya di
dasar perairan sama seperti trawl-trawl yang lain sehingga disebut small bottom
demersal, karena adanya sistem membuka dan menutupnya mulut jaring karena
adanya papan otter (other board) yang dipasang pada bagian depan ujung sayap
(wing), otter trawl ini merupakan trawl dasar yang bagian mulutnya tidak kaku
karena tidak di pasang beam, mengenai bentuk umum daripada pukat Hela terdiri
dari sepasang sayap atau kaki yang berukuran panjang ± 20 - 30 meter, lebar
bagian terujung adalah 1 meter (Ayodhya, 1975).Menurut Subani dan Barus, 1989
Dari sumber yang sama menjelaskan pukat Hela adalah jaring yang terdiri
dari bagian-bagian kantong, sayap dan mulut dan dilengkapi dengan kayu
(danleno) pada sayap tegak dan sebuah palang (beam) mendatar untuk membuat
mulut jaring yang terbuka bila ditarik sepanjang dasar perairan. Namun akhir-
akhir ini nama Hela juga berkembang sejalan dengan perkembangan sejenis
Selektivitas adalah sifat dari suatu alat tangkap dalam menangkap ukuran
dan jenis ikan tertentu dalam suatu populasi (Astrini, 2004 dalam Sisca2011)
ukuran merupakan karakter dari suatu alat tangkap untuk menangkap ikan
berukuran tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi ikan hasil
tangkapan yang berbeda, sedangkan selektivitas spesies adalah karakter dari alat
tangkap untuk menangkap ikan dari spesies tertentu dengan kemungkinan yang
Dijelaskan oleh sumber yang sama alat tangkap yang termasuk dalam
kategori alat non selektif adalah alat-alat yang dalam operasi penangkapannya
membentuk kantong misalnya trawl, purse seine dan lain-lain. Untuk alat-alat ini
biasanya dianggap bahwa komposisi ukuran ikan yang masuk ke dalam mulut
jaring sama dengan pada sekitar alat tersebut. Oleh karena itu, menjadi pertanyaan
bagaimana ikan dapat lolos melalui mata jaring. Untuk kebanyakan spesies
selektivitas alat tersebut dapat diduga baik dengan meletakkan suatu penutup yang
bermata jaring lebih kecil di seluruh cod-end atau bagian lain yang tertangkap
dimulai dengan penurunan kantong, badan, sayap, danleno dan palang. Untuk
2. Pada saat penurunan tali penarik, gerakan perahu agak dipercepat. Panjang
3. Ujung tali penarik diikat pada bagian depan perahu sedangkan dibagian
buritan kanan tali penarik tersebut ditarik sejajar perahu diharapkan posisi
4. Perahu bergerak ke depan dengan kecepatan tertentu (3-4 knot) dan jaring
5. Setelah penarikan jaring selesai, mesin dimatikan dan penarikan tali penarik
terangkat.
9
pengikat kantong.
daerah yang diduga terdapat gerombolan ikan. Sulit untuk meramalkan arah dan
letak dari perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang
menjadi tujuan usaha berada didalam air, dan tidak terlihat dari permukaan air
(Ayodhyoa, 1975). Disebutkan dalam sumber yang sama bahwa Jenis ikan yang
hidup di perairan amat beragam serta menempati fishing ground yang berbeda-
Pukat Hela dioperasikan pada daerah pantai dengan tipe dasar perairan
dasar perairan yang relatif datar. Jaring Hela dapat dioperasikan sepanjang tahun,
Hasil tangkapan utama adalah komponen dari stok ikan yang utama dicari dari
Hasil tangkapan sampingan adalah ikan non target yang tertangkap dalam
operasi penangkapan ikan. Tertangkapnya spesies ikan non target ini dapat
disebabkan karena adanya tumpang tindih habitat antara ikan target dan non
sampingan atau disingkat HTS merupakan istilah yang pada awalnya dikenal di
kalangan nelayan. HTS merupakan bagian dari hasil tangkapan total yang
1) Spesies yang kebetulan tertangkap, yaitu hasil tangkapan yang tertahan dan
bukan merupakan spesies target dari operasi penangkapan ikan. Spesies yang
kebetulan tertangkap ini ada yang dimanfaatkan oleh nelayan dan ada yang
2) Spesies yang dikembalikan ke laut atau discard catch, yaitu bagian dari hasil
ekonomi bernilai rendah atau karena spesies yang dilindungi oleh hukum.
11
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli - Agustus 2013 yang bertempat
di TPI Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya. Kemudian di
3.2 Alat
gambar, meteran dan pengaris utntuk mengukur sample, alat tulis menulis untuk
mencatat jenis dan ukuran sample serta buku identifikasi untuk mengidentifikasi
(Subani dan Barus, 1989) menyebutkan satu unit pukat Hela terdiri atas
4 bagian besar yaitu (1) sayap (2) badan jaring (3) kantong dan (4) papan otter.
kedalamjaring. Bagian ini berhubungan dengan otter board (bagian depan), dan
dengan perut jaring (bagian belakang). Bahan yang digunakan adalah nilon dan
mata jaring berukuran 4 mesh, terdiri dari dua bagian yaitu sayap kanan dan
sayap kiri. Pada bagian ini terdapat tali ris atas dan pelampung kecil pada bagian
sisi kiri dan kanan pelampung dan pemberat kecil serta potongan-potongan
Bagian badan jaring berfungsi untuk mengurung ikan yang telah digiring
olehsayap. Sudut depan kiri dan kanan berhubungan langsung dengan sayap kiri
Bagianbadan ini terbagi menjadi dua bagian dengan ukuran mata jaring yang
mesh(bagian 1) dan ukuran 1-2 mesh (bagian 2). Sepanjang bagian atas badan
Pada bagian depan kantong berhubungan langsung dengan bagian badan jaring
(ke arah kanan dan kiri) sewaktu alat tangkap pukat Hela dioperasikan.Otter
board ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 65 cm, tinggi 35cm
dan tebal 1,9 cm. Terbuat dari bahan kayu yang dilengkapi dengan besi pada
board yang ada sebanyak dua pasang, satu pasang dipakai selama operasi
sejumlah kecil dari populasi itu. Untuk memperoleh keterangan dapat digunakan
akan mendata jumlah hasil tangkap yang didaratkan armada jaring Hela dari
pertimbangan unit penangkapan jaring Hela yang dipilih adalah kapal motor
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
nelayan atau hasil pengisian kuesioner oleh responden yang digunakan sebagai
sampel. Adapun data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait serta
literatur yang relevan. Metode yang akan dilakukan untuk memperoleh data pada
1) Wawancara
2009 dalam Hesti 2012). Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara dengan
2) Kuesioner
Angket terbaka adalah suatu angket dimana pertanyaan dan jawabannya tidak
bebas.
dikumpulkan untuk mengetahui jenis dan ukuran ikan serta jumlah hasil
tangkapan, jenis ikan yang tertangkap di Identifikasi. Jenis ikan diketahui dengan
melihat ciri-ciri ikan berdasarkan bentuk, tipe sirip dan warna ikan yang
diperoleh dengan menggunakan alat bantu meteran, panjang total ikan diukur dari
mulut bagian depan sampai ujung ekor dari ikan yang tertangkap, cara
data penelitian yang diperoleh. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah
setelah data terkumpul dari masing - masing parameter kemudian ditabulasi dan
F
P x100 %
N
Ket :P = Persentase
F = Frekwensi
N = Jumlah Jenis
mulai subuh hingga pagi hari. Pengoperasian alat tangkap pukat Hela pada saat
dan hauling atau pengangkatan jaring) dan tahap penanganan hasil tangkapan.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fishing ground ini berkisar setengah
Operasi penangkapan ikan yang diikuti 6 kali Trip sebanyak 18 kali setting
Setelah semua hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong diatas dek perahu,
sebagai berikut:
(a). Pemisahan hasil tangkapan berdasarkan jenis, baik itu jenis ikan sebagai
cumi-cumi, sotong dan udang. Untuk hasil tangkapan sampingan yang lain
(b). Memindahkan hasil tangkapan udang kedalam termos besar yang diberi es
urah dan jenis rajungan, sotong, cumi-cumi dan ikan sebagai hasil tangkapan
Kabupaten Nagan Raya pernah dibangun pada tahun 1998 dengan luas tanah
berukuran 6 x 12 m2. Pada tahun 2004 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kuala Tadu
hancur akibat Bencana Gempa dan Tsunami. Setelah Tsunami TPI Kuala Tadu
tersebut diberi bantuan oleh NGO untuk dimanfaatkan sementara oleh para
yang baru. Masyarakat Gampong Kuala Tadu mencari lokasi untuk mendirikan
sebuah TPI akhirnya mendapatkan lokasi untuk membangunkan sebuah TPI dan
Pada tahun 2011 membangun sebuah Pos Pemantauan dan Dermaga untuk
TPI Kuala Tadu pada lahan tersebut. Pada tahun 2013 mendatang rencana
PEMDA akan membangunkan sebuah TPI yang dulunya hancur akibat Gempa
dan Tsunami dengan ukuran luas tanah 40 x 50 m2 di desa Kuala Tadu dan kini
sedang dalam tahap pembuatan. (DKP Kabupaten Nagan Raya 2012). Desa
Jenis armada tangkap di kecamatan tadu raya terdiri dari perahu tanpa
motor, perahu dengan motor tempel dan kapal motor dengan kapasitas kecil yaitu
kurang dari 5 GT. Armada yang paling banyak di pakai adalah kapal motor.
Jumlah armada pada masing-masing jenis selengkapnya dapat dilihat pada tabel2.
berikut ini.
Kuala Tadu sebanyak 55 unit semuanya terdiri dari kapal motor (55%) selebihnya
adalah perahu tanpa motor (13%) dan motor tempel sebanyak (32%).
penangkapan ikan. Jenis alat tangkap yang di gunakan nelayan di TPI Kuala
Tadu Kabupaten Nagan Raya di dominasi oleh alat tangkap pukat Hela. Jumlah
dan jenis alat tangkap selengkapnya Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
21
penting dalam produksi perikanan Kabupaten Nagan Raya. Hampir 60% produksi
perikanan berasal dari kelompok ikan pelagis terutama ikan pelagis kecil,
sehingga kelompok ikan domersal dan pelagis kecil menjadi penting dan
Kabupaten Nagan Raya dilakukan dengan berbagai jenis alat tangkap. Adapun
jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk kegiatan adalah pukat
Hela, jaring insang, dan rawai (DKP Kabupaten Nagan Raya, 2012).
ikan pelagis kecil, dan ikan domersal kecil. Adapun jumlah produksi hasil
Produksi
No Tahun Kecamatan
(ton)
1 2010 Tadu Raya 375
Rata-rata 775
dari 375 ton pada Tahun 2010 menjadi 400 ton pada Tahun 2011, atau terjadi
keahlian untuk melakukan kegiatan beroperasian alat tangkap di laut dan berani
nelayan yang ada di TPI Kuala Tadu, jumlah nelayan yang tetap 91 orang. Untuk
Jumlah Nelayan
No Status Nelayan Persentase
(Orang)
1 Nelayan tetap 91 70%
2 Nelayan tidak tetap 39 30%
Total 130 100%
(DKP Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012), diolah kembali
23
kecamatan tadu raya adalah nelayan tetap (70 %) dan hanya (30 %) merupakan
1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya
nelayan sebagai pekerjaan utama, pada kategori ini nelayan tersebut juga
3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya
Unit penangkapan pukat Hela ini dilengkapi dengan tabel karakteristik alat
tangkapnya. Pukat Hela merupakan salah satu alat tangkap yang termasuk di
dalam klasifikasi jaring trawl, karena ukurannya kecil sehingga disebut juga mini
trawl dan bekerjanya di dasar perairan sama seperti trawl-trawl yang lain
sehingga disebut small bottom trawl. Pengoperasian pukat Hela ini dikhususkan
menutupnya mulut jaring karena adanya papan otter (other board) yang dipasang
pada bagian depan ujung sayap (wing), otter trawl ini merupakan trawl dasar yang
bagian mulutnya tidak kaku karena tidak di pasang beam Pukat Hela adalah
suatu alat yang termasuk ke dalam jenis boat seine. Mengenai bentuk umum
daripada pukat Hela terdiri dari sepasang sayap atau kaki yang berukuran panjang
± 20 - 30 meter, lebar bagian terujung adalah 1 meter. Ukuran mesh size yang
digunakan pada alat tangkap Hela adalah 4 inc sampai yang paling kecil. Alat
bahan kayu. Kapal yang digunakan salah satunya memiliki ukuran panjang 9
meter, lebar 2,5 meter. Mesin kapal yang digunakan memiliki kekuatan 3 GT.
Alat tangkap ini terdiri atas sayap, badan jaring, kantong, tali ris atas, tali ris
Hasil tangkapan yang diperoleh oleh pukat Hela adalah ikan domersal dan
(one day fishing). Nelayan berangkat menuju lokasi penangkapan (fishing ground)
sekitar pukul 06.00 pagi Waktu yang dibutuhkan menuju fishing ground sekitar
setengah jam tergantung jarak yang ditempuh. Penggunaan tenaga pada alat
jaring (hauling). Tahap persiapan antara lain persiapan bahan bakar, pengecekan
mesin, perbekalan makanan, es, air tawar dan keperluan melaut lainnya.
selambar kanan, kemudian sayap kanan dan badan jaring dimana ujung tali
selambar kanan masih tetap berada pada perahu. Saat penurunan sayap, nelayan
lain melemparkan pemberat dan pelampung secara berurutan agar tidak terbelit
dengan jaring. Selanjutnya dilakukan penurunan kantong dan sayap kiri sampai
bertemu dengan pelampung tanda awal. Waktu yang dibutuhkan untuk setting
pengangkatan. Tahap ini dimulai dengan pengangkatan sayap kiri dan sayap
kanan secara bersamaan. Saat proses hauling diusahakan posisi kantong berada di
jaring pengangkatan jaring dipercepat. Hal ini dilakukan untuk mencegah ikan
26
Dari hasil wawancara dengan para nelayan di Kuala Tadu pada saat
penelitian, maka didapatkan hasil dari kuisioner adalah masyarakat Kuala Tadu
menggunakan alat tangkap pukat Hela. Mereka melakukan operasi sebanyak 1 trip
perhari dengan mengunakan kapal yang kapasitas 3 s/d 5 GT dengan jarak tempuh
setengah jam atau 5 kilo meter dari TPI. Alat tangkap yang mereka gunakan
ukuran mesh size mulai 4 inc sampai yang terkecil. Bahanya terbuat dari tali nilon
dengan ukuran panjang pukat Hela 20 s/d 25 meter. Data hasil kuisioner disajikan
pada lampiran terakhir.Jenis dan jumlah ikan hasil tangkapan nelayan Kuala Tadu
Tabel 7. Jumlah Dan Persentase Hasil Tangkapan Masing – Masing Jenis Ikan
Tangkapan Nelayan Selama Penelitian.
Hasil Tangkapan
Jenis Jumlah
No Pengamatan %
HTN (Kg)
I II III IV V VI
terutama adalah jenis ikan layur (27.272%) dan lemuru (45.324%) serta ikan luli
Tebel 8.Jenis dan ukuran hasil tangkapan Utama PukatHela Selama Penelitian Di
Kuala Tadu
No
Nama Indonesia NamaLokal Nama Latin
Dalam penelitian ini telah dilakukan sebanyak 18 kali hauling dalam 6 trip
dimulai dari tanggal 22 Juli 2013 sampai 1 Agustus 2013 di Kuala Tadu. Hasil
tangkapan total yang teridentifikasi sebanyak 10 jenis ikan yang terbagi kedalam
Hasil tangkapan utama jaring pukat Helaadalah jenis ikan yang berukuran
(Pseudosciena sp), beloso (Saurida tumbil), bawal hitam (Formio niger), cumi-
argentata).
29
spesies target dari operasi penangkapan. Incidental catch ini ada yang
dimafaatkan oleh nelayan dan ada juga yang dibuang tergantung dari nilai
ekonomisnya.
atau karena spesies yang tertangkap adalah spesies yang dilindungi oleh
hukum.
tangkap sampingan jaring arad (mini trawl) yang berbasis di pesisir utara, kota
cirebonhasil tangkapan non udang atau hasil tangkap sampingan yang dimaksud
penelitian dengan perbandingan berat 1:10 dari hasil tangkap sampingan yang
dibuang ke laut (discards). Jumlah total hasil tangkap sampingan sebanyak 821
ekor atau 30,6 kg, terdiri dari 21 spesies ikan , 3 moluska dan 1 krustase.
penelitian yaitu rajungan (Portunus pelagicus) dengan jumlah 176 ekor atau 20 %
dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan yang berhasil tertangkap,
sotong (Sepia sp) dengan jumlah 146 ekor atau 18 %, ikan gulamah (Argyrosomus
sp) dengan jumlah 130 ekor atau 16 %, ikan tigawaja (Pennahia argentata)
30
dengan jumlah 114 ekor atau 14 %, ikan beloso (Saurida tumbil) dengan jumlah
47 ekor atau 6 %, cumi-cumi (Loligo sp) dengan jumlah 37 ekor atau 5 %, ikan
lidah pasir (Cynoglossus lingua) dengan jumlah 33 ekor atau 4 % dan sisanya ikan
campuran dengan jumlah 138 ekor atau 17 % dari jumlah hasil tangkap
Hasil Tangkapan Utama Pukat hela yaitu jenis ikan Layur, ikan Lemuru
dan ikan Luli, selain ikan alat penangkapan ini juga menghasilkan tangkapan
Tabel 10. Morfologi Ikan Hasil Tangkapan Utama Selama Penelitian Di Kuala
Tadu
Hasil
Tangkapan Panjang
No Nama Genus Morfologi
(Cm)
Utama
1. Layur Trichiurus 22-30 Bentuk tubuh panjang gepeng, tidak
savala bersisik, warna seperti perak kekuningan,
sirip punggung satu, sirip ekor tidak ada,
sirip perut tidak ada, sirip dada terdiri dari
jari-jari lunak, rahang bawah lebih panjang
dari pada rahang atas, giginya kuat dan
tajam, sifatnya karnivora.
Morfologi adalah bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah
habitat ikan yang hidup di suatu perarian. Ciri morfologi jenis ikan tangkapan
tangkapan pada bulan Juni, untuk lebih jelas hasil tangkapan yang utama di Kuala
PukatHela di Kuala Tadu ini tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan waktu
nelayan memilik untuk tidak melaut mengingat hasil tangkapan biasanya tak bisa
17%
33%
pristigasteridae
17%
engraulidae
harpodon
trichiuridae
33%
yang didapatkan pada penelitian terdiri dari 4 jenis yaitu Pristigasteridae 33%,
Famili Pristigasteridae
1. Pellona ditchela
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Pristigasteridae
33
Genus : pellona
Spesies : Pellona ditchela
Nama Indonesia: Lemuru
Nama Lokal : Kesee raya mata
Dari hasil identifikasi ikan ini merupakan ikan tergolong kedalamfamili
ikan ini berbentuk compressed, mata sangat besar, mulut berbentuk terminal,
2. Opisthopterus tardoore
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Pristigasteridae
Genus : Opisthopterus
34
Badan compreseed, tubuh memanjang dan sangat pipih, dan perut cekung kedepan
dengan bukaan mulut besar, mulut miring diarahkan ke atas. Warna tubuh putih
cerah, ekor berbentuk cagak dua. habitaynya dekat dengan pantai dan perairan
Famili Engraulidae
1. Setipinna
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Engraulidae
Genus : Setipinna
35
Spesies : Setipinna
Nama Indonesia: Lemuru
Nama Lokal : Kasee Lipeh aso
Dari hasil identifikasi Ikan lemuru merupakan salah satu jenis ikan yang
secara morfologis ikan ini memiliki bentuk badan pipih, dan ditangkap
menggunakan rawai, pukat pantai dan juga pukat Hela yang didapatkan di
perairanKuala Tadu dengan kedalaman 8-10 meter dan jarak ± 1 mil, dengan
Menurut (Carpenter dan Niem, 1999). Ukuran umum ikan lemuru 20 cm.
2. Thryssa Hamiltoni
Menurut Gray (1835), dalam Sisca (2011) ikan lemuru di klasifikasikan sebagai
berikut
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
36
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Clupeiformes
Subordo : Clupeoidei
Famili : Engraulidae
Subfamili : Coilinae
Genus : Thryssa
Spesies : Thryssa hamiltonii
Nama umum : Hamilton's thryssa, Hamilton's anchovy
Nama Indonesia : Lemuru
Nama Lokal : Kasee Tebai Aso
Dari hasil identifikasi Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang
tergolong kedalam famili Engraulidae dan termasuk genus Thryssa, karena secara
morfologis ikan ini memiliki bentuk tubuh compressed warna ikan ini putih
keperakan, pada bagian atas operculum terdapat bercak warna hitam gelap yang
hidup di daerah pantai muara sungai membentuk gerombolan yang tidak begitu
besar, pemakan plankton, dapat mencapai panjang 18 cm, umumnya 13-15 cm.
dengan purse seine, jaring insang lingkar, pukat tepi, payang tepi, jermal, ambai,
sering masuk Trawl, dipasarkan dalam bentuk asin kering, juga sebagai bahan
ke utara sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan,
Afrika Timur.
37
Nama lain dari Ikan luli (Harpodon nehereus) Klasifikasi ikan luli adalah sebagai
berikut
Kindom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Aulopiformes
Family : Synodontidae
Genus : Harpadon
Spesies : H. Nehereus
Nama Indonesia : Luli
Nama Lokal : Lumi-lumi
Ikan Luli juga termasuk ke dalam kelompok Gnathostomata. Bentuk
Ikan ini tidak bersisik, ukuran mulut lebar dan berbentuk nonprotactile.
Ikan luli yang berukuran kecil mempunyai nama tersendiri yaitu ikan jerait. Ikan
jerait ini akan dijemur menjadi ikan sagang baru dijual. Ikan luli selain memakan
plankton dan ikan kecil, ikan luli juga memakan udang bahkan anak ikan luli itu
sendiri karena lambungnya yang elastis dan mulutnya yang bisa membuka lebar 2
kali lipat dari ukuran badannya sehingga bisa menelan ikan yang ukuran sedang.
38
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Ordo : Perciformes
Family : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiuridae savala
Nama Indonesia : Layur
Nama Lokal : Cuale
Ikan Layur (T.Savala) tergolong kepada keluarga Trichiuridae, bentuk
dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari sirip lunaknya
antara 140-150 buah.Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari sebaris duri-
duri kecil yang lepas-lepas.Tidak mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat
karnivor, ciri - ciri morfologi ikan layur (Trichiurus sp)Ikan layur mempunyai
tubuh yang panjang dan pipih sedangkan ekornya seperti cambuk. Kulit tidak
berisik, warna tubuh perak, dengan sedikit kekuning - kuningan. Ikan layur tidak
mempunyai sirip perut sedangkan sirip dubur terdiri dari sebaris duri - duri kecil
yang mudah lepas. Rahang bawah pada ikan layur lebih panjang dari pada rahang
atas. Mulut lebar dan kedua rahangnya bergigi kuat dan tajam. Ikan ini bersifat
karnivora.
39
Habitat dan tingkah laku ikan layur adalah di perairan Laut Jawa terdiri
atas 100 jenis ikan demersal. Salah satu jenis ikan demersal tersebut adalah ikan
layur. Ikan layur pada umumnya hidup di daerah perairan dalam dan berlumpur.
Juvenil dan ikan layur dewasa mempunyai kebiasaan yang berlawanan dalam
bermigrasi vertikal untuk mencari makan. Juvenil dan ikan layur muda
membentuk suatu scooling pada kedalaman 100 meter sampai kedasar perairan
pada waktu siang hari. sedangkan pada malam hari, ikan layur lebih dekat dengan
permukaan air untuk mencari makanan berupa plankton. Ikan layur yang sudah
dewasa akan mencari makan pada siang hari didekat permukaan seperti ikan
pelagis kecil. Ikan layur yang sudah dewasa juga akan bermigrasi kedasar pada
kecil (crustacea, dan cumi-cumi), hidup diperairan pantai dapat mencapai panjang
100 cm, umumnya 70-80 cm. tergolong ikan pelagis, tetapi hidupnya lebih
pancing, jaring insang dan lain-lain, dipasarkan dalam bentuk ikan segar, asin
seluruh Indonesia.
Hela yang dioperasikan di Kuala Tadu pada bagian badan pukat Hela terbagi
menjadi dua bagian yang dibedakan berdasarkan ukuran mata jaring. Selain itu
disamping pelampung yang berada di sepanjang mulut jaring bagian atas, juga
terdapat pelampung tanda yang disebut balu serta pelampung lainnya yang berada
di atas badan jaring. Pemberat terdiri atas 2 macam, yaitu pemberat yang berada
40
sepanjang mulut jaring bagian bawah dan pemberat yang disebut bandul yang
berada di ujung sayap jaring. Pemasangan pemberat pada bagian ujung sayap
jaring serta otter board ditujukan untuk membuka bagian jaring kearah vertikal
sehingga akan membuka mulut jaring lebih optimal. Pembukaan mulut jaring (net
spread) merupakan faktor penting pada saat melakukan penarikan jaring terutama
Hasil tangkapan utama di dominasi oleh ikan domersal. Hal ini berkorelasi
dengan daerah pengoperasian dari pukat Hela yang dioperasikan pada kedalaman
8-10 m. Ikan maupun udang berlimpah pada kedalaman yang dangkal. Hasil
tangkapan sampingan didominasi oleh jenis ikan pelagis lain nya selain udang.
berkaitan dengan sebaran dari cumi-cumi yang menghuni demersal dan semi
pelagis serta pergerakan diurnal dari cumi-cumi pada siang hari. Selain cumi-
cumi. hasil tangkapan sampingan pukat Hela juga terdiri atas jenis krustase seperti
kepiting.
Namun tidak ada satu spesies yang jumlahnya mendominasi. Hal ini dikarenakan
ikan pada perairan tempat penelitian cukup beragam jenisnya. Sedangkan ikan
pelagis kecil kemungkinan besar ikut tertangkap pada saat hauling atau jaring
rendah selama penelitian didominasi oleh udang rebon, Hal tersebut sedikit
banyak mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang tertangkap untuk tiap jenis
ikan. Sedangkan ikan pelagis kecil kemungkinan besar ikut tertangkap pada saat
sampingan yang tertangkap dikarenakan alat tangkap pukat Hela memiliki sifat
aktif yaitu mengejar target ikan dengan cara ditarik oleh perahu. Sehingga ikan
lakunya. Dalam menentukan konstruksi dari alat pemisah ikan yang tepat, perlu
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
standar atau belum layak untuk ditangkap seperti ikan - ikan kecil
4. Kisaran berat dan panjang ikan hasil tangkapan utama berkisar antara
6.2 Saran
Perlu adanya evaluasi dari pihak terkait dalam hal ini Pemerintah Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Diani Putri Utami, Iwang Gumilar dan Sriati 2012. Jurnal Perikanan dan Kelautan
ISSN : 2088-3137. Vol. 3, No. 3, September 2012 : 137-144.
Khaerudin. 2006. Proporsi Hasil Tangkapan Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl)
Yang Berbasis Di Pesisir Utara, Kota Cirebon. [Skripsi] Bogor. PSP.
FKIP. IPB. 86 Hal.
Nasution .S. 2004. Metode riseart-Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Hal 86-141.
Saanin, H 1984. Taksonomi dan kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta Bogor.
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia.
Jurnal Perikanan Laut. Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Balai Penelitian
Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian Jakarta. 248 hal.
44
Wiwi pertiwi. 2011. Komposisi Jenis dan ukuran Ikan Yang Tertangkap
denganSero dan pukat Pantai di perairan Kota Palopo, [Skripsi].Provinsi
sulawesi selatan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Hasanuddin
Makassar.
45