Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERKEMBANGAN FONOLOGI ARAB YANG MELIPUTI:

KAJIAN FONOLOGI AHLI GRAMATIKA ARAB


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Fonologi
Dosen Pengampu: Ahmad Jazuli, S.S., M.A.

Disusun oleh:
1.  Adelia Natasya                       (B0520002)
2.  Ainia Fatma Afita Sari               (B0520008)
3.  Fadhilatus Sadiyah              (B0520022)
4.  Muhammad Ghinan afkar          (B0520038)
5.  Zahra Cahya Putri                       (B0520058)

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subcha>nahu wa-ta‘a>la yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah
Perkembangan Fonologi Arab yang Meliputi: Kajian Fonologi Ahli Gramatika” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Ahmad Jazuli, S.S., M.A. pada mata kuliah Fonologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “Sejarah Perkembangan Fonologi Arab yang Meliputi:
Kajian Fonologi Ahli Gramatika” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Ahmad Jazuli, S.S., M.A.
selaku dosen mata kuliah Fonologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 05 Maret 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................4
A. Pengertian Fonologi ....................................................................................... 4
B. Tokoh dan Ilmuwan Gramatika dalam Fonologi arab.....................................5
C. Sejarah Perkembangan Fonologi Arab............................................................8
BAB III : PENUTUP....................................................................................................14
A. Kesimpulan .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Bahasa sebagai objek kajian linguistik memiliki peran penting dalam kehidupan
manusia. Bahasa dan kehidupan merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan.
Keberbutuhan manusia terhadap bahasa menjadi sangat utama dalam pemenuhan
kebutuhan dan keberlangsungan kehidupan interaksi antar sesama. Perlu kita ketahui
bahwa bahasa yang dimaksud di tulisan ini yaitu sistem bunyi ujar atau yang
diucapkan. Bahasa pada hakikatnya memang berupa bunyi yang diucapkan. Bunyi ini
berlaku untuk semua bahasa manusia, khususnya yaitu bahasa Arab. Bunyi-bunyi
yang diketahui atau dikenal oleh seseorang dan selanjutnya dirangkai sehingga
menjadi ujaran yang memiliki makna.

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh manusia
untuk saling berkomunikasi. Sebagai sebuah sistem, bahasa memiliki sifat sistematis
(berkaidah) dan sistemis (bersubsistem). Bahasa bersubsistem mencakup fonologi,
gramatikal dan leksikal. Pembahasan ketiga aspek tersebut (subsistem) menurut Yayat
Sudaryat bertemu dalam kajian bunyi (fonologi) dan makna (semantik). Bunyi dan
makna menjadi tempat pertemuan ketiga subsistem tersebut. (Yayat Sudaryat.Makna
dalam Wacana, (Bandung: CV Yrama Widya,2009), hlm.2) Khusus untuk tulisan ini
akan menguraikan secara detail terkait kajian bunyi atau fonologi.

Salah satu bidang atau tataran kajian dalam ilmu linguistik yaitu fonologi. Bidang
ini akan membahas terkait segala yang membicarakan tentang bunyi-bunyi bahasa.
Bunyi bahasa yang harus dikenal terlebih dahulu bagi para pembelajar bahasa (bahasa
Arab). Sebelum mempelajari cara penyusunan struktur suatu bahasa beserta makna
dan sebagainya, maka terlebih dahulu harus mengenal bunyi-bunyi bahasa yang ada di
dalamnya. Antara bunyi dan suara jelas keduanya tidaklah sama, mengingat bunyi bisa
dihasilkan dari berbagai gesekan benda maupun alat suara dari manusia. Menurut
Kridalaksana yang dimaksud bunyi yaitu kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari
1
getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan
udara. (Kridalaksana,1983: 27). Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka tampak
jelas bahwa yang dimaksud bunyi pada bahasa di sini yaitu bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia.

Kajian bunyi bahasa dalam tradisi Arab dimulai bersamaan dengan kebangkitan
keilmuan pada abad ke-2 hijriyah, yaitu pada masa lahirnya ilmu-ilmu pengetahuan
Arab Islam. Kemunculan kajian bunyi bahasa yang menjadi bagian keilmuan bahasa
dilatarbelakangi kekhawatiran Arab terhadap penyimpangan dan percampuran bunyi
dalam pelafalan al Quran (Qaddur, 2014: 22).

Kajian bunyi bahasa Arab periode klasik dianggap oleh ilmuan-ilmuan bahasa
dunia sebagai kajian yang sangat cemerlang dengan keasliannya, kerinciannya, dan
kesistematisannya meskipun tanpa didukung oleh peralatan laboratorium. Salah
seorang ilmuwan barat Bergstrasser mengatakan: “Tidak ada yang mendahului Eropa
dalam bidang Ilmu Bunyi Bahasa kecuali dua kaum, Arab dan India”. Ilmuwan lain,
Firth mengatakan: “Kajian bunyi bahasa lahir dan berkembang pada dua bahasa suci,
yaitu bahasa Arab dan bahasa Sansekerta” (‘Allam, 2006: 76). Ilmuwan lain Cairdener
berkata: “Para ilmuwan Arab terdahulu telah meletakkan dasar bagi ilmuwan bunyi
bahasa kontemporer dalam bidang artikulasi walau dengan pengetahuan yang
diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman autodidak, serta uji coba pribadi tanpa
bantuan alat-alat laboratorium” (Al Shaghir, 2000: 23).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fonologi Arab?
2. Siapa sajakah yang berperan penting terhadap kajian fonologi Arab?
3. Bagaimana sejarah perkembangan fonologi Arab terkait kajiannya dari ahli
gramatika Arab?

C. Tujuan penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian dari fonologi Arab

2. Memaparkan tokoh-tokoh yang berperan penting terhadap kajian fonologi Arab.

2
3. Memaparkan sejarah perkembangan fonologi Arab terkait kajiannya dari ahli
gramatika Arab

D. Manfaat Penulisan
Untuk menambah wawasan pengetahuan pembaca terkait fonologi Arab beserta
sejarahnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fonologi arab

Fonologi berasal dari gabungan dua kata dari bahasa Yunani, yaitu phone dan
logos. Phone yang berarti bunyi, dan logos yang berarti tatanan, ilmu. Penjelasan
tentang fonologi ini seperti dipaparkan oleh beberapa ahli, yaitu diantaranya
menurut Abdul Chaer, fonologi berasal dari fon (bunyi) dan logi (ilmu). Sehingga
secara terminologi bahwa fonologi yaitu bidang linguistik yang mempelajari,
menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.

Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk digunakan oleh
anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengekspresikan diri. Bahasa merupakan entitas yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat penuturnya. Oleh karena itu, bahasa memiliki peran dan
kedudukan yang penting dalam komunikasi sosial. Hal ini sesuai dengan wujud
manusia sebagai homo sapiens (hewan yang berpikir) dan juga sebagai homo
longuens (binatang bahasa).

Kemampuan dalam berbahasa, seorang penutur dituntut untuk memiliki


sesuatu keterampilan. Menurut Chomsky dalam Hasanin, terdapat dua
keterampilan yang harus dimiliki oleh penutur bahasa, yaitu Competence (
‫)الكفايـــــــة‬  dan performance ( ‫) العـــــداء‬. Ketika seorang pengguna bahasa
berbicara, ia sekaligus menggunakan kedua keterampilan itu, yaitu mengatur tata
bahasa dan menggunakannya ( ‫ ) الكفاية‬dan penguasaan yang ada dalam diri secara

keseluruhan (‫) العـــداء‬. Hal ini digunakan oleh pengguna bahasa dalam berbicara
agar maksud dan tujuan yang ingin disampaikan dapat dipahami. Diantara banyak
Bahasa yang digunakan dalam menyampaikan maksud dan tujuan serta
mengekspresikan diri, terdapat salah satunya adalah Bahasa Arab yang digunakan
sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan 27 Negara di Timur Tengah dan Afrika Utara.

4
Lebih dari 422 juta penduduk bumi menggunakan Bahasa Arab dalam aktivitas
dan jumlah ini terus berkembang dengan pesat.

Sebagai bahasa dengan atribut terbanyak (bahasa kitab suci, hadits, agama),
bahasa Arab juga menjadi bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
ditetapkan pada 18 Desember 1973. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri
bagi para ilmuwan dan ahli bahasa untuk dipelajari. meneliti bahasa Arab.

Langkah utama yang perlu dilakukan dalam mempelajari linguistik bahasa


Arab adalah mengkaji bunyi-bunyi bahasa yang keluar dari alat tutur, kemudian
dilanjutkan dengan kajian analisis morfologi, sintaksis dan sebagainya. Fonologi
merupakan bahan dasar dalam kajian linguistik yang membahas masalah bunyi
bahasa yang diucapkan melalui alat tutur, baik bunyi bahasa yang mementingkan
makna (fonetik) maupun tidak (fonemik). Bunyi bahasa yang diucapkan akan
menghasilkan ribuan kata yang bervariasi dan bermakna. Begitu juga dari
rangkaian kata yang tersusun akan menghasilkan ribuan kalimat menjadi bahasa
yang kompleks.

Fonologi Arab, atau yang dalam bahasa Arab disebut sebagai ilmu Al-Ashwat,
sendiri berarti fonologi yang menjadikan bunyi bahasa Arab sebagai kajiannya.
Mulai dari pembentukan bunyi bahasa hingga menjadi ujaran yang bermakna
yang disampaikan kepada lawan tutur melalui bahasa Arab yang kesemuanya ini
menjadi kajian dalam fonologi. Termasuk juga di dalamnya terkait fungsi dan
makna yang terkandung dalam suatu bunyi tersebut.

Berdasarkan pemaparan tentang fonologi di atas, maka dapat kita pahami


bahwa fonologi merupakan salah satu bidang linguistik yang membahas tentang
bunyi-bunyi bahasa. Bunyi bahasa ini dikategorikan menjadi dua yaitu fonetik
dan fonemik. Sebagai cabang dari fonologi, bahwa fonetik membahas terkait
bunyi  bahasa tanpa mempengaruhi makna, sedangkan fonem membahas tentang
bunyi bahasa yang berpengaruh terhadap makna.

B. Tokoh dan Ilmuwan Gramatika dalam Fonologi Arab

5
Tokoh dan ilmuwan gramatika Arab terdahulu yang berperan penting dalam
Ilmu Al-Ashwat yaitu Abu al Aswad ad Dualiy (603 M – 688 M), Nashr bin
‘Ashim (wafat tahun 707 M), al Khalil bin Ahmad al Farahidiy (718 M – 789 M),
Sibawaih (760 M – 796 M), Ibnu Jinni (934 M – 1001 M), Ibnu Sina (980 M –
1036 M), dan Ibnu Sinan al Khifajiy (980 M – 1076 M).

1. Abu al Aswad ad Dualiy

Abu al Aswad ad Dualiy memiliki nama asli yaitu Dzalim bin


‘Amr bin Sufyan. Beliau merupakan tokoh gramatika Arab terdahulu
yang berperan dalam membuat tanda baca atau bunyi vokal (a, i, u) pada
salinan Al Qur’an sesuai dengan perintah gurunya, Ali bin Abi Thalib.
Hal ini disebabkan karena kesalahan pembacaan Al Quran di kalangan
masyarakat dalam bunyi huruf konsonan Arab tanpa tanda baca atau
vokal akhir kata dapat mengubah arti dan makna ayat tersebut. Maka dari
itu, Abu al Aswad ad Dualiy berperan dalam memberikan harakat pada
mushaf Al Quran untuk memperbaiki tata bahasa Arab agar tidak terjadi
kesalahan.
2. Nashr bin ‘Ashim
Nashr bin ‘Ashim merupakan tokoh terdahulu yang berperan pada
penandaan bunyi konsonan yang serupa tulisannya, seperti konsonan ,‫ب‬
‫ ي‬,‫ن‬,‫ ث‬,‫ ت‬, dan lain-lain. Pada awalnya, semua huruf konsonan tidak ada
tanda-tanda titiknya, sehingga sulit membedakannya bagi orang selain
Arab.
Peran Nashr bin ‘Ashim lainnya adalah menyusun urutan huruf
Arab yang kemudian dikenal dengan urutan alfaba:iyah ( ‫( )الفبائية‬Habash,
2010: 10) atau urutan alfabetis Arab atau disebut juga urutan hija:iyyah (
‫ )هجائية‬yang dipakai hingga saat ini. 
3. Al Khalil bin Ahmad al Farahidiy
al Khalil bin Ahmad al Farahidiy merupakan generasi awal ilmuan
bahasa yang dipandang sebagai pelopor pertama kajian bunyi bahasa
secara sistematis.  al Khalil bin Ahmad berperan sebagai salah satu yang
menyempurnakan penandaan pada tulisan Arab, penandaan ini dalam
transkripsi Arab lebih rinci dan lebih jelas dari pada tanda titik yang
dibuat oleh Abu al Aswad al Dualiy sebelumnya, karena lebih rinci dan
lebih jelas maka simbol-simbol yang dibuat oleh al Khalil bin Ahmad ini
dipakai hingga masa kini dalam penulisan bahasa Arab.

6
al Khalil bin Ahmad adalah ilmuan bahasa Arab yang pertama kali
menyusun sebuah karya fenomenal yaitu kamus Kita:b al ‘Ayn (‫)كتاب العنب‬
yang sekaligus sebagai kamus pertama dalam tradisi Arab. Kamus ini
disusun dengan landasan keilmuan bunyi bahasa yang dalam
(Bahnasawiy, 2005: 21).
Metode deskripsi, pembahasan, observasi, induksi, dan kesimpulan
ilmiah Al Khalil bin Ahmad menjadikannya sebagai ilmuwan fonologi
pertama yang membahas bunyi bahasa dengan sempurna sesuai masa
tersebut. Pemikirannya menjadi landasan pertama kajian fonologi Arab
yang dirujuk oleh para ilmuwan bahasa setelahnya. Oleh sebab itu Al
Khalil bin Ahmad al Farahidiy dianggap sebagai bapaknya ilmuwan
bunyi bahasa sekaligus bapaknya ilmuwan bahasa Arab (Allam, 2006: 80-
81).
4. Sibawayh
Sibawayh memiliki nama asli yaitu ‘Amru bin ‘Usman Qanbar,
beliau juga termasuk salah satu murid Al Khalil bin Ahmad dan juga
sebagai ilmuan bahasa generasi kedua setelahnya. beliau dianggap sebagai
ilmuan pertama yang mendeskripsikan bunyi bahasa Arab secara
sistematis dan rinci.  pembahasan bunyi bahasa dalam karyanya al Kita:b
berada pada bab al Idgaham:m (‫ )اإلدغام‬yang menjadi bagian pembahasan
sharf. 
Pembahasan bunyi bahasa pada karya Sibawayh dipandang sebagai
sarana untuk bahan analisis morfologis kata-kata Arab. Dalam bahasa
Arab terdapat banyak bentuk morfologis yang tidak memungkinkan
interpretasinya tanpa melibatkan pembahasan bunyi bahasa Arab (Hijaziy,
2014: 16).
5. Ibnu Jinni
Ibnu Jinni yang bernama lengkap Abu al Fatah ‘Usman bin Jinniy
merupakan ilmuwan Arab pertama yang mendefinisikan bahasa adalah
bunyi, yaitu bunyi yang dipakai sebagai media ekspresi suatu kelompok
sosial tertentu guna mencapai tujuan-tujuannya  (Ibnu Jinni, 2008: J.1:
87).
Ibnu Jinni dianggap sebagai ilmuwan bahasa Arab pertama yang
membahas bunyi bahasa secara terperinci, yang diuraikan dalam sebuah
buku karya beliau yang berjudul Sir Shina’ah al ‘I’ra:b (‫)سر صناعة اإلعراب‬
yaitu buku yang khusus membahas tentang bunyi bahasa Arab sebagai
disiplin keilmuan mandiri (Umar, 2010: 100), (Allam, 2006: 82). Buku ini
dianggap sebagai rujukan paling otoritatif untuk mengetahui pemikiran
Arab di bidang bunyi bahasa (Hijaziy, 2014: 18).
6. Ibnu Sina
Ibnu Sina merupakan seorang ilmuwan yang menopang kajian
ilmu bunyi bahasa dengan ilmu anatomi tubuh dan ilmu pengetahuan
alam. Dialah yang pertama kali mengenalkan larynx (kotak suara) yang
disebut al hanjarah (‫ )احلنجرة‬dan fungsinya dalam pelafalan bunyi. Dialah

7
juga yang pertama kali mengaitkan pembahasan bunyi bahasa dengan
fisika. Menurutnya, bunyi-bunyi ada yang tajam dan berat. Bunyi tajam
adalah bunyi yang memiliki gelombang panjang berkelanjutan, sedangkan
bunyi berat adalah bunyi yang memiliki gelombang pendek terputus. Ibn
Sina juga mencurahkan perhatiannya pada bagaimana bunyi ditangkap
oleh organ pendengaran yang menjadi pokok pembahasan fonetik
auditoris (Ibn Sina, 1978: 9-12).
Selain itu, Ibn Sina juga membahas perbandingan bunyi bahasa
Arab dengan bahasa-bahasa lainnya. Ibn Sina menjelaskan bagaimana
bunyi-bunyi tersebut dilafalkan dan berkesimpulan bahwa bunyi-bunyi
bahasa asing tersebut telah dilafalkan juga oleh bangsa Arab pada
masanya (Ibn Sina, 1978: 17, 25).
7. Ibnu Sinan al Khifajiy
Ibnu Sinan al Khifajiy adalah ilmuan yang menerapkan kajian
bunyi bahasa pada bidang ilmu balaghah (retorika) dalam karyanya Sir al
Fasha:hah (‫)س ر الفص احة‬, disitu beliau menjelaskan makna leksikal bunyi
dan huruf serta makna istilahnya, titik-titik artikulasi huruf Arab dan sifat-
sifatnya, dan bunyi-bunyi khusus yang dimiliki bahasa Arab serta bunyi
Asing yang tidak terdapat dalam bahasa Arab. 
Ibnu Sinan berpendapat bahwa kesesuaian atau harmoni bunyi
pada ungkapan dan wacana menjadi landasan utama kefasihan dan
retorika, oleh karena itulah generasi setelahnya mengikuti  pemikiran
beliau dalam pembahasan kefasihan ungkapan dan wacana.
C. Sejarah Perkembangan Fonologi Arab
Masyarakat Arab dahulu hanya mengandalkan dialek dan kebiasaan ucapan
dalam berbahasa tanpa memperhatikan gramatika. Setelahnya, mereka mengalami
kesulitan dalam membaca Al Quran ketika masih belum bertitik dan berharakat,
sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam arti dan makna.
Maka dari itu, tokoh-tokoh ahli gramatika yang sudah disebutkan sebelumnya
memiliki peran dalam ilmu Al-Ashwat cabang gramatikanya. Sejarah
perkembangan fonologi Arab terbagi menjadi tiga generasi dari tujuh tokoh:
generasi awal, kedua, dan ketiga.
1. Generasi Awal
Generasi awal perkembangan fonologi Arab melibatkan Abu al Aswad ad
Dualiy, Nashr bin ‘Ashim, dan al Khalil bin Ahmad al Farahidiy. Pada masa Abu
al Aswad ad Dualiy kelahiran kajian fonologi Arab ditandai dengan pemberian
titik pada salinan Al Quran untuk menjadikannya bunyi vokal (a, i, u) terhadap
huruf konsonan Arab. Penandaan titik di atas, yang disebut fathah (‫ )فتحة‬memiliki
pelafalan vokal /a/ dengan keadaan bibir terbuka lebar saat pelafalan, titik di
bawah, yaitu kasrah (‫ )كسرة‬memiliki pelafalan vokal /i/ dengan keadaan dimana
bibir lebar membentang, serta titik di sebelah kiri, yakni dhammah (‫)ض مة‬
berlafalkan vokal /u/ dimana keadaan bibir berbentuk bulat. Begitu pula tanwin
yaitu memberikan dua titik di atas, bawah, atau sebelahnya yang menunjukkan
bunyi sengau. Beliau memberikan simbol-simbol vokal Arab yang mengarah pada

8
bentuk bibir ketika melafalkan ayat Al Quran. Hal ini juga diberikan Abu al
Aswad ad Dualiy untuk menghindari penyimpangan dan percampuran dialek-
dialek dalam pembacaan Al Quran agar bisa menjaga kemurnian ayat dan
maknanya. Upaya dari Abu al Aswad ad Dualiy menyadarkan masyarakat Arab
bahwa huruf Arab tidak hanya konsonan, namun bisa berbunyi vokal dengan
tanda-tanda yang disebut harakat (‫)حرك ات‬, yang artinya adalah gerakan kedua
belah bibir ketika melafalkan vokal Arab. Abu al Aswad al Dualiy telah membuka
pemikiran bunyi bahasa Arab untuk mengetahui klasifikasi utama bunyi bahasa,
yaitu vokal dan konsonan (Allam, 2006: 78).
Perjuangan Abu al Aswad Ad Dualiy dilanjutkan oleh Nashr bin ‘Ashim.
Apabila penandaan vokal berasal dari Abu al Aswad, maka Nashr bin ‘Ashim
berperan dalam penandaan konsonan Arab (hijaiyah) yang serupa. Awalnya
huruf-huruf tersebut tidak memiliki titik yang membedakan satu huruf dengan
yang lain, sehingga menyebabkan kesalahan dalam pelafalan dan pembacaan.
Salah satu contohnya pada konsonan ‫ ي‬,‫ن‬,‫ ث‬,‫ ت‬,‫ ب‬, yang apabila tidak bertitik
terlihat serupa, dan orang selain Arab tidak dapat membedakannya. Beliau juga
yang menyusun urutan yang kemudian dikenal dengan urutan alfaba:iyah (‫)الفبائية‬
(Habash, 2010: 10) atau urutan alfabetis Arab atau disebut juga urutan hija:iyyah
(٘‫ )هجائية‬serta menjadikan jumlah huruf hijaiyah yang awalnya hanya 15 menjadi
28 huruf.
Kemudian al Khalil bin Ahmad al Farahidiy, sang penyempurna tanda
dalam teks Arab. Beliau mengubah tanda baca vokal yang awalnya fathah hanya
titik menjadi huruf alif (‫ )ا‬minor dengan posisi horizontal di atas huruf, kasrah
yang awalnya sebuah titik di bawah huruf Arab diganti dengan huruf ( ‫ )ي‬minor di
bawah huruf, kemudian dhammah diganti dengan huruf (‫ )و‬minor di atas huruf.
Jika ber-tanwin maka tanda-tanda bunyi vokalnya dirangkap dua (Nasif, 1985:66,
76). Tanda-tanda tersebut dipilih karena merupakan turunan dari /alif, ya’, wau/.
Al Khalil bin Ahmad al Farahidiy juga seorang ilmuwan pencetus terbentuknya
huruf hamzah (‫ )ء‬yang diserupakan dengan kepala huruf ‘ain (‫)ع‬, dikarenakan
juga keduanya memiliki bunyi dengan titik artikulasi yang berdekatan (glotal dan
pharynx). Beliau juga merupakan pembuat tanda tasydid. Al Khalil bin Ahmad
juga telah mampu mendeskripsikan bunyi bahasa Arab beserta titik-titik artikulasi
dalam organ wicara manusia. Beliau menyusun urutan titik-titik artikulasi tersebut
mulai dari pangkal tenggorokan sebagai urutan awal artikulasi hingga bibir
sebagai akhirnya (Hijaziy, 2014: 11). Pembahasannya itu menjadi pengaruh Al
Khalil bin Ahmad membuat Kitab Al ‘Ayn dan menjelaskan ulasan-ulasan di
pendahuluan kamusnya tersebut. Deskripsi bunyi Arab (fonem) kemudian
dijelaskan oleh al Khalil bin Ahmad secara rinci berdasarkan titik artikulasinya.
Menurutnya, bunyi bahasa Arab terdiri dari 26 huruf dalam 8 titik artikulasi,
yaitu:
1. Bunyi halaqiyyah meliputi: ‫ ح‬،‫ خ‬،‫ هـ‬،‫ غ‬،‫ع‬

9
2. Bunyi lahwiyyah meliputi: ‫ ك‬،‫ق‬
3. Bunyi syajariyyah meliputi: ‫ ض‬،‫ ش‬،‫ج‬
4. Bunyi asaliyyah meliputi: ‫ ز‬،‫ س‬،‫ص‬
5. Bunyi nitha’iyyah meliputi: ‫ د‬،‫ ت‬،‫ط‬
6. Bunyi dzalaqiyyah meliputi: ‫ ل‬،‫ ن‬،‫ر‬
7. Bunyi syafawiyyah meliputi: ‫ م‬،‫ ب‬،‫ف‬
8. Bunyi hawa:iyyah meliputi: ‫ ء‬،‫ ا‬،‫ و‬،‫( ي‬al Farahidiy, 2003: 41-42).

Al Khalil memberikan perhatian khusus pada huruf ‫ و‬,‫ ي‬,‫ ا‬sebagai huruf
bebas yang memiliki sifat yang berbeda dibandingkan dengan huruf-huruf
lainnya. Huruf-huruf ini mempunyai sifat khusus yang memiliki keterikatan
dengan harakat.
2. Generasi Kedua
Generasi kedua perkembangan fonologi Arab merupakan era dari
Sibawayh. Sibawayh memperdalam kajian al Khalil bin Ahmad al Farahidiy serta
menambahkan rincian terkait fonologi Arab secara rinci dan sistematis. Beliau
menjelaskan tentang sifat-sifat bunyi bahasa al jahr-al hams (‫)اجله رواهلمس‬ٚ dan al
syiddah-al rakha:wah (‫)الش دة والرخ اوة‬. selain itu dijelaskan pula fenomena bunyi
bahasa, seperti al ima:lah (‫)اإلمالة‬, dan al idgaha:m (َ ‫)اإلدغ ام‬. Sibawayh
menjelaskan keterkaitan al haraka:t (‫ )احلركات‬dan huruf al madd (‫ي (املد‬, ‫و‬, ‫ا‬.
Sibawayh menyebutkan fonologi Arab dapat dikelompokkan berdasarkan
sifatnya menjadi al ashwa:t al majhu:rah (‫ )األص وات اجمله ورة‬dan al ashwa:t al
mahmu:sah (‫)األصوات املهموسة‬. Menurut Sibawaih, sifat al jahr ( ‫ )اجلهر‬berhubungan
dengan hambatan kuat terhadap arus udara (pada pangkal tenggorokan/larynx)
saat pelafalan bunyi-bunyi tertentu sehingga udara terhalang keluar. Sedangkan
pada sifat al hams (‫ )اهلمس‬berhubungan dengan ketiadaan hambatan kuat terhadap
arus udara (pada pangkal tenggorokan/larynx) ketika pelafalan bunyi-bunyi
tertentu sehingga udara keluar tanpa mendapatkan hambatan yang berarti
(Sibawayh, 2009 J.4: 434). Berikut huruf-huruf Arab yang dikelompokkan oleh
Sibawayh sebagai al ashwa:t al majhu:rah:
/ ‫ ف‬,‫ ذ‬,‫ ث‬,‫ ظ‬,‫ س‬,‫ ز‬,‫ د‬,‫ ط‬,‫ ر‬,‫ ن‬,‫ ل‬,‫ ض‬,‫ ي‬,‫ ج‬,‫ ق‬,‫ غ‬,‫ ع‬,‫ ا‬,‫ ء‬/
Sedangkan al ashwa:t al mahmu:sah menurutnya adalah:
/ ‫ ف‬,‫ ذ‬,‫ ث‬,‫ ظ‬,‫ س‬,‫ ز‬,‫ ض‬,‫ ص‬,‫ ش‬,‫ خ‬,‫ غ‬,‫ ح‬,‫ ه‬/

Selain kedua sifat tersebut, Sibawayh juga mengelompokkan bunyi bahasa


Arab menjadi al ashwa:t al syadi:dah ( ‫ الشديدة‬ ‫ )األصوات‬dan al ashwa:t al rakhwah (‫ال‬
‫)أص وات الرخ وة‬. Sifat syiddah (‫ )الش دة‬menurutnya terkait dengan hambatan penuh

10
(dalam rongga bunyi) terhadap bunyi yang keluar. Sebaliknya sifat rakhawah (
‫ )رخ اوة‬terkait dengan hambatan tak penuh (dalam rongga bunyi) terhadap bunyi
yang keluar (Sibawayh, 2009 J.4: 434). Berikut huruf-huruf Arab yang
dikelompokkan oleh Sibawayh sebagai al ashwa:t al syadi:dah:
/ ‫ ب‬،‫ د‬،‫ ت‬،‫ ط‬،‫ ج‬،‫ ك‬،‫ ق‬،‫ ء‬/
Sedangkan al ashwa:t al rakhwah menurutnya adalah:
/٘ ‫ ف‬،‫ ذ‬،‫ ث‬،‫ ظ‬،‫ س‬،‫ ز‬،‫ ض‬،‫ ص‬،‫ ش‬،‫ خ‬،‫ غ‬،‫ ح‬،‫ه‬/
Selain kedua sifat di atas, Sibawaih juga membagi satu kelompok lagi di
tengah kedua sifat sebelumnya yakni al ashwa:t bayna al rakhwah wa al
syadidah (‫)األصوات بني الرخوة والشديد‬, yaitu:
1. Al munharif (‫)املنحرف‬,yaitu bunyi yang mendapat hambatan (oleh lidah) namun
bunyi tersebut keluar dari samping. Huruf dengan sifat ini adalah lam.
2. Al Ghunnah (‫)الغنّة‬,yaitu bunyi yang mendapatkan hambatan (dalam rongga
mulut) namun bunyi tersebut keluar melalui rongga hidung. Apabilarongga
hidung tertutup, maka bunyinya tidak akan tercipta. Huruf dengan sifat ini adalah
nun dan mim.
3. Al Mukarrar (‫)املك رر‬,yaitu bunyi berhambatan namun bunyi tersebut keluar
karena bergeletar (trill). Jika tidak bergeletar, bunyinya tidak tercipta. Huruf
dengan sifat ini adalah ra. (Sibawayh, 2009 J.4: 435).

Sifat lainnya yang disebut oleh Sibawayh adalah al layyinah ( ‫)الليّنة‬, al


ha:wiy (‫)اهلوي‬, al muthbaqah-al munfatihah (‫)املطبقة املنفتحة‬. Al layyinah (‫ )الليّنة‬adalah
sifat terkait dengan luasnya titik artikulasi pada huruf (semivokal) /‫ ي‬,‫ و‬/, tidak
ada bunyi (konsonan) selain keduanya yang memiliki titik artikulasi seluas
keduanya. Al ha:wiy (‫)اهلاوي‬adalah sifat terkait dengan sangat luasnya titik
artikulasi pada huruf (vokal) /‫ا‬/ melebihi luasnya titik artikulasi huruf
(semivokal) /‫ي‬,‫ و‬/. al muthbaqah ( ‫ )املطبقة‬adalah  bunyi yang tercipta karena
naiknya lidah (bagian belakang) ke langit keras, yaitu huruf / ‫ ظ‬،‫ ط‬،‫ ض‬،‫ ص‬/. Bila
tidak ada ithba:q (‫) اإلطباق‬, maka tidak ada perbedaan pelafalan antara huruf  /- ‫ط‬
‫ذ‬-‫ظ‬/ ,/‫س‬-‫ص‬/ ,/‫د‬/ serta tidak adanya huruf /‫ ض‬/dalam bahasa Arab (Sibawayh, 2009
J.4: 434-435).
Selain itu Sibawayh mengklasifikasikan bunyi bahasa Arab menjadi vokal
( ‫ )احلركة‬dan konsonan (ٓ‫ )الساكن‬berdasarkan ciri fisiologisnya yang menonjol saat
pelafalannya dan ciri fungsionalnya dalam pembentukan kata. Vokal panjang,
yaitu (‫ ي‬،‫ و‬،‫ ) ا‬merupakan bunyi majhu:rah (‫ ِ)جمه ورة‬yang titik artikulasinya luas
sepanjang jalur artikulasi tanpa adanya hambatan saat pelafalannya. Oleh sebab
itu memungkinkan untuk durasi pelafalannya diperpanjang. Di antara ketiga bunyi
tersebut, alif (‫)ا‬adalah bunyi yang paling lunak dan paling luas tempat

11
pelafalannya sebab tanpa hambatan sama sekali dalam pembunyiannya kemudian
waw (ٚ‫ )و‬dengan hambatan di bibir (bulat) dan ya (‫ ) ي‬dengan (sedikit) hambatan
lidah pada langit-langit (Sibawayh, 2009 J.4: 435-436).
Sibawayh juga menerangkan varian bunyi pada huruf waw (ٚ‫ )و‬dan ya (
‫)ي‬,yaitu (1) waw dan ya yang sifatnya seperti konsonan pada umumnya saat
disertai bunyi vokal atau mutaharrikah (‫) متحركة‬,ِ seperti <‫ َو َع َد‬, ‫س ر‬
ْ ُ‫ >ي‬dan (2) waw
dan ya yang sifatnya seperti vokal saat tidak disertai bunyi vokal atau sa:kinah (
‫)س اكنة‬, seperti <‫ فِْي ل‬,‫>نُوْ ر‬. Varian yang pertama dinamakan harf al layyin (ٓ‫ح رف‬
‫ )اللني‬sedangkan varian kedua dinamakan harf ghayr al layyin (ٓ‫ )حرف غير اللين‬atau
disebut juga ghayr al mu’tal (‫( )غري املعتال‬Sibawayh, 2009 J.4: 241-242).
Pembahasan bunyi yang mengawali bab idgha:m atau asimilasi dalam
karyanya, dimaksudkan oleh Sibawayh untuk mengetahui sifat-sifat bunyi Arab
yang dapat menjadi bagian dari proses asimilasi atau sebaliknya yang tidak
memungkinkan menjadi bagian dari proses asimilasi. Dalam pandangannya,
idgha:m adalah pelafalan dua huruf konsonan; yang pertama tidak diikuti bunyi
vokal (‫ )ساكنة‬dan satunya diikuti bunyi vokal (‫ ِ)متحركة‬dari satu titik artikulasi yang
sama sehingga dilafalkan dalam satu kali pengucapan.
3. Generasi Ketiga
Terakhir, generasi ketiga ilmu ini meliputi Ibnu Jinni, Ibnu Sina, dan Ibnu
Sinan al Khifajiy. Pada awal generasi ketiga, pada masa Ibnu Jinni, karyanya
yang berjudul Sir Shina’ah al ‘I’ra:b tersebut menyatukan pemikiran-pemikiran
ilmuwan terdahulu kemudian memperinci pembahasannya sebagaimana
pembahasan fonologi di masa kontemporer. Di antara pemikiran Ibnu Jinni yang
menonjol dalam karyanya adalah pandangannya tentang pengucapan suatu bahasa
yang disamakan dengan produksi suara oleh instrumen seperti suling atau gitar.
Selain itu dalam proses artikulasinya terdapat hambatan yang ia umpamakan
seperti jari-jari yang menghalangi lubang nada tertentu pada alat musik suling
sehingga menghasilkan bunyi yang berbeda. Suara yang berbeda pada wicara
yang diucapkan adalah huruf Arab (Ibnu Jinni, 2012 J.1: 2122). Pokok-pokok
pembahasannya meliputi: (1) perbedaan antara bunyi dan huruf, (2) pelafalan
bunyi huruf, (3) analogi proses produksi bunyi, (4) varian bunyi huruf, (5) vokal
pendek bagian dari huruf madd, (6) keterkaitan pembahasan mutasi dengan kajian
bunyi bahasa, (7) istilah-istilah bunyi bahasa dan padanannya, (8) bunyi ujung
lidah dan lawannya, (9) penciptaan bunyi kata yang bagus berlandasan unsur-
unsurnya berupa bunyi yang berjauhan, dan (10) karakteristik setiap bunyi huruf
bahasa Arab. Adapun dalam bukunya al Khashaish terdapat pokok-pokok
pembahasan bunyi bahasa: (1) Bunyi konsonan dan vokal, (2) keterkaitan
pembahasan dialek dengan kajian bunyi bahasa, (3) keterkaitan pembahasan
penanda gramatikal dengan kajian bunyi bahasa, (4) inversi atau permutasi pada
kata dan pengaruhnya pada bunyi bahasa, (5) keterkaitan pembahasan verba
dengan bunyi bahasa, (6) keterkaitan bunyi bahasa dan makna, (7) perubahan
bunyi dan pengaruhnya terhadap perubahan makna (al Shaghir, 2000: 58-59).

12
Di awal abad ke-5 hijriyah, tampak adanya upaya pembaharuan kajian
bunyi bahasa yang dilakukan oleh Ibnu Sina. Kajian bunyi bahasa tersebut
dilatarbelakangi oleh pengetahuannya tentang kedokteran dan berlandaskan
metode ilmiah anatomi. Di antara pemikiran Ibnu Sina adalah pendapatnya bahwa
tidak terdapatnya hubungan sempurna antara organ wicara dengan bunyi-bunyi
dalam sebuah pelafalan. Dalam sebuah proses yang sama dapat melahirkan bunyi
yang kuat dan sebaliknya bunyi yang lemah, bunyi keras dan sebaliknya bunyi
lembut. Titik artikulasi yang sama dapat memunculkan perbedaan kekuatan
hubungan antara organ wicara dan bunyi, seperti huruf ‫ط‬  dan ‫ت‬. Begitu juga
dengan halnya tekanan arus udara dan volumenya (lebih besar atau kecil).
Menurutnya, bunyi ‫ ء‬dan ‫ هـ‬keluar dari larynx (kotak suara), bunyi ‫ ق‬dan ‫خ‬
keluar dari velum, bunyi ‫ ح‬dan ‫ع‬keluar dari uvula (anak tekak) dan palate (langit-
langit), bunyi ‫ غ‬dan ‫ ك‬keluar dari sebelah kiri uvula dan palate, bunyi ‫ ج‬keluar
dari tempat yang mendapat hambatan penuh kemudian terpisah sedikit (lidah dan
langit-langit) lalu udara keluar pada rongga yang sangat sempit di antara
keduanya dengan cara yang berbeda sama sekali dari cara keluarnya bunyi-bunyi
yang lainnya. Sebab pengulangan (trill) yang terjadi pada bunyi ‫ ر‬karena getaran
ringan atau lemah ujung lidah. Udara saat pelafalan bunyi ‫ م‬dan ‫ ن‬keluar melalui
rongga mulut dan sebagian lain melalui hidung. Oleh karena itu dua bunyi ini
menyebabkan terjadinya idgha:m (asimilasi) pada rongga mulut dan keluar
melalui rongga hidung sebagai akibat peristiwa yang terjadi pada udara dalam
rongga hidung (Ibnu Sina, 1978: 16-21).
Ibnu Sina menamakan bunyi letupan dengan al ashwa:t al mufradah,
sementara untuk bunyi geseran dan bunyi pertengahan dengan al ashwa:t al
murakkabah. Beliau juga menciptakan istilah al sha:mit untuk bunyi ‫ و‬dan ‫ ي‬yang
berperan sebagai unsur pembentuk kata dan membuat istilah al mashu:tah untuk
kedua bunyi tersebut yang berperan sebagai bunyi vokal panjang atau bunyi vokal
rangkap (diftong) (Ibnu Sina, 1978: 21).
Kemudian pada masa Ibnu Sinan al Khifajiy, beliau mengkaji tentang
fonologi yang menjadi landasan pembasahan kefasihan ungkapan ( ‫ )فصاحة املفرد‬dan
wacana (‫)فصاحة الكالم‬, juga menjadikan harmoni bunyi sebagai landasan dan syarat
utama kefasihan-kefasihan tersebut. Lalu generasi sesudahnya memegang
pendapatnya bahwasanya harmoni bunyi pada ungkapan dan wacana menjadi
syarat pokok kefasihan.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Langkah utama yang perlu dilakukan dalam mempelajari lingusitik Arab
adalah mengkaji bunyi bahasa yang keluar dari alat tutur. Kajian fonologi Arab ini
merupakan langkah awal dalam setiap kajian linguistik.

Kajian fonologi Arab melibatkan banyak ilmuwan-ilmuwan termasuk para


ahli gramatika. Sejarahnya pada periode awal sangat kompleks terutama pada tata
bahasanya. Kemudian pada setelahnya sedikit demi sedikit dijelaskan sedikit lebih
rinci dan dalam, sehingga akhirnya bahasa Arab bisa seperti sekarang ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Gani, Saida. & Arsyad, Berti. 2018. Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa
(Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik). ‘A Jamiy, Jurnal Bahasa dan
Sastra Arab, 7(1), hlm. 1-19.

Kuswardono, Singgih. & Miftahuddin Ahmad. 2018. Kajian Bunyi Bahasa Dalam
Tradisi Arab; Tokoh, Peran, Dan Pemikirannya.

15

Anda mungkin juga menyukai